BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif dalam aspek kehidupan manusia. indonesia perlu memiliki warga yang bermutu atau berkualitas tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan pada umumnya. Pendidikan jasmani merupakan usaha untuk. Pendidikan jasmani berperan sebagai sarana pembinaan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mencakup pengajaran dan pelaksanaan nilai-nilai, isi pendidikan ialah

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengelola pelajaran itu sendiri. Hal tersebut bisa dipahami karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia ialah

BAB I PENDAHULUAN. jasmani bukan aktivitas jasmani itu sendiri, tetapi untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan olahraga Nasional, seperti tercantum dalam Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang. dengan menggunakan tenaga manusia kini sudah banyak diganti dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Shooting adalah salah satu gerakan melempar atau menembak bola kearah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usaha pencapaian tujuan proses pembelajaran, perlu diciptakannya

GALIH PERMANA, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN ALAT BANTU MODIFIED SMARTER SPOTTER TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN SIKAP KAYANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia merupakan perwujudan manusia yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. membawa nama bangsa ke dunia internasional menjadi baik. Mempertahankan

PERBANDINGAN PENDEKATAN TAKNIS DAN PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA BASKET

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. olahraga bola basket telah dipertandingkan pada PON I di kota Solo.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengacu pada. kualitas manusia Indonesia sehingga memiliki tingkat kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. baik jasmani maupun rohani (Trisnowati tamat, 2007:1.5). Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar tertentu memberikan prestasi belajar yang baik. Untuk mendapat hasil

BAB I PENDAHULUAN. jasmani juga mencakup aspek mental, emosional, sosial dan spiritual.

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan di dalam GBHN tahun 1973 yang dikutip oleh (Fuad Ihsan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan

BAB I PENDAHULUAN. dianggap belum memenuhi tujuan utama pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran dalam pendidikan jasmani tidak hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) meliputi permainan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Engkos Koswara, 2013

BAB I PENDAHULUAN. SMU/SMA juga sampai tingkat Perguruan Tinggi. Serta turnamen bola basket

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Dimana

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan (IPTEK) belakangan ini sangat. mempengaruhi pendidikan, terutama di negara-negara yang sudah maju.

pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dilakukan guru sebagai pengajar. Mengajar merupakan suatu proses

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah smpai masalah tersebut dapat di pecahkan dengan baik. Untuk dapat. bermutu tinggi dan mampu berkompetensi secara global.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan wadah untuk atau tempat menimba ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mendorong, mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmani

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai salah satu komponen pendidikan yang wajib diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sampai kapanpun dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai wadah pendidikan formal mempunyai tugas pembinaan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 alenia IV, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. namun guru tersebut tidak mengarahkan siswa untuk merapikan kembali posisi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani dan olahraga memiliki peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. melainkan hanya menggunakan talk and chalk (berbicara dan kapur tulis), sementara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memiliki peran yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi pada jaman modern sekarang ini membuat

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan harus diarahkan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam

KompetensiInti KompetensiDasar Materi Ajar Indikator

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dapat menumbuhkan potensi sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat di puaskan satu persatu, karena memiliki standard masing masing.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu lembaga formal dalam sistem pendidikan yang

IMPLEMENTASI AKTIVITAS BERMAIN DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA TANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ridwan Firdaus, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga salah satu cara untuk membina dan mempertahankan kesegaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Dalam proses belajar mengajar di sekolah terdapat hubungan yang erat antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak besar pada perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. lawan dan berusaha memasukan bola ke dalam jaring atau gawang lawan.

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. maupun sebagai anggota kelompok yang dilakukan secara sadar dan. kemampuan, keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan

BAB I PENDAHULUAN. James Naismith. Dalam pelaksanaannya setiap regu dituntut untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan sebuah aktivitas fisik yang memiliki aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga peserta didik dapat mengalami perubahan yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan peraturan, pendidikan,pelatihan,pembinaan,pengembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani dan kesehatan pada hakikatnya adalah proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada tuntutan jaman sekarang yang mengutamakan skill. Salah satu sasaran

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang direncanakan secara sistematik untuk mencapai suatu tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dijadikan sebagai sarana atau media untuk berekreasi, mata pencaharian, pendidikan, kesehatan,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang terpilih dilaksanakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Pengertian ini didukung oleh adanya pemahaman bahwa: Manakala pikiran (mental) dan tubuh disebut sebagai dua unsur yang terpisah, pendidikan jasmani yang menekankan pendidikan fisikal. Melalui pemahaman sisi kealamiahan fitrah manusia ketika sisi keutuhan individu adalah suatu fakta yang tidak dapat dipungkiri, pendidikan jasmani diartikan sebagai pendidikan melalui fisikal. Pemahaman ini menunjukkan bahwa pendidikan jasmani juga terkait dengan respon emosional, hubungan personal, perilaku kelompok, pembelajaran mental, intelektual, emosional, dan estetika. Rendahnya mutu hasil pembelajaran pendidikan jasmani pun dapat disimpulkan dari keluhan masyarakat olahraga yang mengindikasikan bahwa mutu pembelajaran usia dini dari sekolah-sekolah kita sangat rendah. Keluhan ini dapat dikaitkan dengan tiga hal; pertama, para siswa kita rata-rata mengandung kelemahan dalam hal kemampuan motoriknya, dari mulai kecepatan, kelincahan, koordinasi, keseimbangan, dan kesadaran ruangnya; kedua, para siswa kita pun sekaligus memiliki kekurangan dalam hal kemampuan fisik (kebugaran jasmani), terutama dalam hal daya tahan umum, kekuatan, kelentukan, power, dan daya tahan otot local; ketiga, penanaman nilai-nilai sportifitas olahraga (kejujuran, 1

2 ksatria, kedisiplinan) pada saat proses belajar mengajar tidak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Belum lagi jika ukuran kinerja atau efektivitas proses belajar mengajar pendidikan jasmani tersebut dinilai dari aspek lain yang seharusnya terintegrasi dalam pendidikan jasmani. Ambil misal kualitas proses yang seharusnya dapat terlihat dari pendidikan jasmani yang baik, seperti bagaimana guru menerapkan model pengembangan disiplin, kesadaran guru dalam mengembangkan bukan hanya aspek fisik dan motorik, tetapi aspek kognitif dan afektif (mental sosial serta moral anak), yang dipercayai oleh para ahli dapat mengembangkan nilai-nilai dan karakter positif pada diri anak. Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik), begitu juga untuk mata pelajaran pendidikan jasmani. Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi; menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.

3 Telah banyak usaha yang dilakukan pemerintah di Indonesia, baik itu melengkapi sarana dan prasarana, kurikulum dan gurulah sebagai ujung tombak keberhasilan dalam pembelajaran pendidikan jasmani ini. Efektivitas proses belajar mengajar pendidikan jasmani akan tercermin dalam keterlibatan siswa selama dan setelah pembelajaran itu berakhir. Selama ini dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah terlihat bahwa kedudukan guru memiliki posisi sentral, selain itu setiap guru pendidikan jasmani tentu mempunyai metode dan gaya mengajar yang berbeda satu sama lainnya. Pada pembelajaran pendidikan jasmani, pendekatan ilmiah juga bisa diterapkan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang diharapkan mulai dari mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring. Tentunya dalam mata pelajaran pendidikan jasmani pengembangan karakter yang menjadi acuan kurikulum 2013 bisa lebih optimal karena mata pelajaran ini lebih mengutamakan praktek sehingga lebih mudah untuk menerapkan karakter yang positif. Pendidikan jasmani memberikan pengalaman yang lebih dalam memberikan keilmuannya, karena tidak dipungkiri bahwa mata pelajaran pendidikan jasmani sering dijadikan suatu wadah peluapan emosi positif bagi peserta didik di sekolah-sekolah. Peserta didik merasa senang, ceria, gembira dan banyak lagi luapan rasa yang bisa didapatkan dalam aktivitas pendidikan jasmani, sehingga tepat sekali untuk menanamkan karakter kepada peserta didik melalui aktivitas pembelajaran pendidikan jasmani menggunakan pendekatan ilmiah (scientific aproach).

4 Dalam pembelajaran pendidikan jasmani permainan bola basket merupakan pembelajaran yang sangat digemari oleh siswa. Kepopuleran olahraga ini tampak dari sarana lapangannya yang ada di pedesaan maupun di perkotaan serta berbagai event menjadikan olahraga ini masuk di dalam kurikulum pembelajaran pendidikan jasmani. Tujuan permainan adalah memasukkan bola ke keranjang lawan dan menjaga keranjang sendiri agar tidak kemasukan bola. Dalam mata pelajaran pendidikan jasmani tersebut, siswa harus memiliki tujuan yang harus dicapai dari berbagai macam aktivitas olahraga, salah satunya dalam materi permainan bola basket. Dalam materi pelajaran bola basket setiap siswa harus mengenali dan memahami tehnik - tehnik dasar dalam permainan bola basket seperti dribbling, passing, dan shooting. Dari hasil survei yang dilakukan di sekolah SMA Santo Thomas 4 Binjai pada tanggal 9 Agustus 2015, siswa kurang berminat mengikuti pelajaran bola basket karena menurut mereka pelajaran bola basket tersebut tidak menarik dan terlihat juga motivasi yang ada dari dalam diri siswa tersebut sangat kurang untuk mengikuti pelajaran bola basket. Di sekolah tersebut hampir semua pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan guru memakai gaya mengajar komando dan tidak menggunakan gaya mengajar lainnya. Siswa hanya mengikuti dan melaksanakan apa yang disampaikan guru. Sehingga siswa kurang dilibatkan dalam penyampaian materi yang mengakibatkan siswa kurang kreatif dalam proses pembelajaran dan kurang mampu meningkatkan kemampuan berfikir/menalar siswanya. Ditinjau dari prasarana yang cukup lengkap dalam

5 menunjang aktivitas belajar mengajar khususnya untuk praktek olahraga, dengan bola basket ada 5 buah dengan 1 lapangan dan 2 ring (keranjang) Basket yang dimiliki sekolah tersebut. Selain permasalahan di atas, peneliti juga menemukan bahwa konsep belajar mengajar yang di terapkan oleh guru pendidikan jasmani yang monoton Siswa dalam proses belajar lebih mementingakan diri sendiri, sehingga tidak terjalin kerjasama antara sesama teman. Dimana siswa yang tidak mampu cenderung tidak berminat kepada pelajaran yang diberikan. Hal ini sesuai dengan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru penjas di SMA Santo Thomas 4 Binjai. Berdasarkan hasil observasi dilapangan masih ditemukan permasalahan berupa rendahnya efektifitas belajar mengajar pendidikan jasmani. Hal ini berkaitan dengan masih ditemukannya beragam masalah dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga, seperti : 1) keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran masih rendah, 2) para siswa kurang aktif mengajukan pertanyaan, walaupun guru sering meminta agar siswa bertanya jika ada hal hal yang kurang dipahami, 3) ketika peraktek dilapangan, guru hanya berfokus dengan materi yang diajarkan sehingga siswa tidak diberi kesempatan untuk menggali potensinya, 4) Proses umpan balik yang diberikan guru kepada siswa hanya diakhir pembelajaran. Dari 25 orang (100 %) siswa kelas X, 15 siswa (60 %) masih memiliki nilai di bawah rata-rata dan 10 siswa (40 %) telah memiliki nilai di atas rata-rata. Jelas dari gambaran tersebut bahwa proses pembelajaran bola basket khususnya

6 dribble menjadi tidak efektif, dan akibatnya hasil belajar yang diperoleh secara umum tidak maksimal. Kenyataan tersebut merupakan suatu masalah yang perlu segera diperbaiki. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu pendekatan yang dapat mendukung guru dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan dribble yang baik dan benar. Salah satu pendekatan yang relevan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik merupakan metode pembelajaran yang bersifat membentuk suatu kelompok belajar untuk mempermudah suatu proses kegiatan belajar mengajar. Dimana suatu kelompok belajar itu adalah dengan cara : 1). Mengamati, 2) Menanya, 3) Mencoba, 4) Mengasosiasi, 5) Mengomunikasikan. Disamping itu, masing-masing kelompok harus mampu memecahkan masalah yang diberikan guru melalui lembar kerja siswa, dengan penerapan pendekatan saintifik, diharapkan siswa dapat memahami dan melakukan dribble pada permainan bola basket dengan benar dan sesuai dengan penerapan pendekatan saintifik. Berdasarkan uraian diatas, dengan penerapan pendekatan saintifik dapat meningkatkan hasil belajar dribble bola basket pada siswa kelas X SMA Santo Thomas 4 Binjai Tahun Ajaran 2015/2016. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapatlah dibuat suatu gambaran tentang permasalahan yang dihadapi yaitu rendahnya hasil belajar siswa kelas X SMA Santo Thomas 4 Binjai khususnya materi dribble pada permainan bola basket. Dalam hal ini yang menjadi identifikasi masalah adalah:

7 1. Pembelajaran masih terfokus kepada guru, belum kepada siswa. 2. Guru belum memberikan koreksi yang positif terhadap kesalahankesalahan siswa melakukan dribble pada permainan bola basket. 3. Waktu yang tidak cukup apabila koreksi dilaksanakan secara per individu 4. Pendekatan yang diterapkan guru belum mampu memotivasi siswa untuk belajar mandiri. 5. Guru belum menggunakan pendekatan saintifik khususnya tentang dribble pada permainan bola basket. C. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini perlu diberikan pembatasan agar dalam pelaksanaannya tidak menyimpang dari masalah dan tujuan penelitian. Adapun ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada hal pokok saja sebagai berikut, upaya meningkatkan hasil belajar dribble bola basket melalui pendekatan saintifik pada siswa kelas X SMA Santo Thomas 4 Binjai Tahun Ajaran 2015/2016. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah yang berkaitan dengan hasil belajar siswa, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti adalah: Apakah penerapan pendekatan saintifik dapat meningkatkan hasil belajar dribble dalam permainan bola basket pada siswa kelas X SMA Santo Thomas 4 Binjai Tahun Ajaran 2015/2016?.

8 E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: Untuk meningkatkan hasil belajar dribble pada permainan bola basket melalui pendekatan saintifik pada siswa kelas X SMA Santo Thomas 4 Binjai Tahun Ajaran 2015/2016. F. Manfaat Penelitan Berdasarkan tujuan penelitian di atas dapat diperoleh manfaat penelitian sebagai berikut : 1. Bagi guru berguna sebagai upaya untuk memperbaiki kesulitan belajar khususnya pada pembelajaran penjas. 2. Bagi siswa sebagai cara untuk meningkatkan hasil belajar serta kemampuan khususnya pada materi pelajaran penjas. 3. Bagi sekolah berguna untuk menambah perbendaharaan strategi pembelajaran yang dapat diberikan pada siswa. 4. Bagi peneliti berguna untuk mengembangkan metode pembelajaran, khususnya untuk pemikiran pembelajaran yang berkaitan dengan gerak dan menambah wawasan terkait dengan evaluasi praktek mengajar. 5. Untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan.