BAB I PENDAHULUAN. simbol serta memaknai simbol-simbol yang digunakannya. Namun lambang

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 18 B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan pada

I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 17 Agustus Penjelasan pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara kesatuan.gagasan Negara kesatuan tersebut. diterangkan secara jelas dan konkrit dalam pembukaan UUD Negara

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 44 TAHUN 2017 T E N T A N G

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

DESA PANDA KABUPATEN BIMA PERATURAN DESA PANDA NOMOR 1 TAHUN Tentang

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI MAMUJU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu

B U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR TAHUN.

BAB I. PENDAHULUAN. desa berfluktuasi antara sistem sentralisasi dan desentralisasi. Puncak dari sistem

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 3 LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, Pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH. No 23 Tahun 2014 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMEKARAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA DESA

B U P A T I S I M A L U N G U N PAMATANG RAYA SUMATERA UTARA Kode Pos 21162

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM INFORMASI DESA DI KABUPATEN KEBUMEN

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mengatur

KEPALA DESA CIBITUNG KECAMATAN CIBITUNG KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA CIBITUNG NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PERATURAN DESA DEMPET KECAMATAN DEMPET KABUPATEN DEMAK NOMOR : 03 TAHUN 2012

KEPALA DESA MIAU MERAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DESA MIAU MERAH NOMOR 03 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

APA ITU DAERAH OTONOM?

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

KEPALA DESA KARANGPAPAK KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA KARANGPAPAK NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I INTRODUKSI. Bab I berisi mengenai introduksi riset tentang evaluasi sistem perencanaan

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BOGOR. Cibinong, Desember 2017

KEPALA DESA KEHIDUPAN BARU KABUPATEN BATANG HARI PERATURAN DESA KEHIDUPAN BARU NOMOR : 05 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. Sumber : id.wordpress.com

BAB I PENDAHULUAN. negara yang sentralistik, dimana segala bentuk keputusan dan kebijakan yang ada

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

Peran BPK Dalam Mewujudkan Akuntabilitas Dana Desa z. Pekanbaru, 16 Nopember 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2006 NOMOR 18

KEPALA DESA MIAU MERAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DESA MIAU MERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NAGARI ANDALEH KECAMATAN BATIPUH KABUPATEN TANAH DATAR WALI NAGARI ANDALEH PERATURAN NAGARI NOMOR : TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2007

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA, DAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya otonomi daerah. Sebelum menerapkan otonomi daerah,

Pasal 23 Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa.

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TENTANG MUSYAWARAH DESA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 27 TAHUN 2006 TENTANG K E L U R A H A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DESA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN ANGGARAN 2017

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 26 TAHUN 2006 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 01 TAHUN 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA

BUPATI AGAM PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM KABUPATEN SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM,

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. demorasi secara langsung, desa juga merupakan sasaran akhir dari semua program

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komunikasi merupakan sebuah proses interaksi pertukaran lambang. Lambang juga disebut tanda, kode, atau simbol. Manusia selalu menggunakan simbol serta memaknai simbol-simbol yang digunakannya. Namun lambang bersifat sembarangan dan manusialah yang memberikan makna terhadap lambang-lambang yang digunakan itu (Vardiansyah dalam Komala, 2009:7). Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan makna antara penyampaian pesan dengan si penerima pesan (Rohim, 2009: 8). Tujuan komunikasi adalah terjadinya mutual understanding (saling pengertian) sebagai suatu konvensi atau kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi (Komala, 2009: 7) Komunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pemerintah desa sebagai organisasi pemerintah di tingkat bawah dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, baik ke dalam maupun keluar organisasi. Proses komunikasi dapat digambarkan melalui sebuah model komunikasi yang merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi (Komala, 2009:94). Salah satu model dalam proses komunikasi adalah Model komunikasi sirkular yang digagas oleh Wilbur Schramm dan Osgood. Model komunikasi ini menggarisbawahi pengiriman dan penerimaan pesan yang berlangsung secara terus menerus dalam sebuah episode komunikasi (Komala, 2009:99). Model komunikasi Wilbur Schramm dikaitkan dengan permasalahan implementasi

2 Pemerintah Pusat melalui peraturan perundang-undangan pada tahun 2014 yakni Undang Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Undang-Undang ini mengatur materi mengenai Asas Pengaturan, Kedudukan dan Jenis Desa, Penataan Desa, Kewenangan Desa, Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Hak dan Kewajiban Desa dan Masyarakat Desa, Peraturan Desa, Keuangan Desa dan Aset Desa, Pembangunan Desa dan Pembangunan Kawasan Perdesaan, Badan Usaha Milik Desa, Kerja Sama Desa, Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa, serta Pembinaan dan Pengawasan. Sejak Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa disahkan, serta ditambah dengan dana desa yang bersumber dari APBN, dimana saat ini, pemerintah pusat memberikan anggaran ±1 Millyar/desa di seluruh Indonesia, maka pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 kemudian diubah menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2015 dan terakhir dilakukan perubahan menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2016 tentang Perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Dimana segala jenis pengalokasian dana desa diatur oleh Peraturan Pemerintah. Di Sumatera Barat Desa adat disebut Nagari, Nagari adalah Kesatuan masyarakat Hukum Adat dalam daerah Propinsi Sumatera Barat, yang terdiri dari Himpunan beberapa Suku yang mempunyai wilayah yang tertentu batas-batasnya, mempunyai harta kekayaan sendiri, berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya, dan memilih pimpinan pemerintahannya. (Peraturan Daerah Provinsi

3 Sumatera Barat Nomor 09 Tahun 2000 tentang Nagari). Nagari merupakan organisasi Pemerintah terendah di Sumatera Barat, hingga saat ini Pemerintah Propinsi Sumatera Barat terdiri dari 880 Desa/ Nagari. (BPM Sumatera Barat, 2017) Hambatan berbagai program pembangunan pedesaan di masa lalu disebabkan karena penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi program-program pembangunan pedesaan tidak melibatkan masyarakat. Pembangunan dilakukan dengan tidak aspiratif dan partisipatif. Proses kebijakan pembangunan lebih mengedepankan paradigma politik sentralistis dan dominannya peranan negara pada arus utama kehidupan bermasyarakat. Akibat dari mekanisme perencanaan pembangunan yang tidak aspiratif dan kurang partisipatif tersebut, membuat hasil perencanaan dan proses pembangunan, terutama di tingkat Desa sering menjadi tidak berkelanjutan. Melalui undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa, yang ditunjang dengan peraturan pemerintah tentang dana desa yang bersumber dari APBN yang dilanjutkan dengan peraturan dari kementrian yang terkait (Kemendagri, Kemendes, Kemenkeu). Pemerintah Pusat melalui Pemerintah Propinsi Sumatera yang dilanjutkan oleh pemerintah kabupaten/kota telah melakukan sosialisasi dan beberapa bimbingan teknis kepada walinagari, kepala desa mengenai program terkait serta bimbingan teknis pengelolaan keuangan program dana desa yang bersumber dari APBN kepada aparatur desa dan nagari. Kemudian, dilanjutkan rapat koordinasi dengan pemerintah kabupaten/ kota se-sumatera Barat. Menurut Willbur dalam Schramn (Effendy, 2002: 63), menegaskan komunikasi akan

4 berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (Frame of Reference) yakni panduan pengalaman dan pengertian (collection of experience and meanings) yang pernah diperoleh komunikan. Harapan ke depannya melalui Undang-Undang Desa ini, bisa menjawab segala permasalahan yang ada di dalam undang-undang desa terdahulu, terutama pembangunan dan pemberdayaan masyarakat yang sebelumnya dirasa kurang tepat sasaran. Menurut Wakil Presiden RI Yusuf Kalla Melaksanakan pembangunan di desa untuk meningkatkan kemampuan, membangun kemandiriannya dengan dana yang disiapkan. Intinya adalah mendorong kemandirian desa (http://harianterbit.com, 22 Mei 2017). Jadi, pada dasarnya dana desa bertujuan untuk membentuk pemerintah desa lebih mandiri dan kreatif serta dapat memanfaatkan dana desa untuk pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat seoptimal mungkin. Pemerintah Kabupaten Tanah Datar melalui Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor 11 Tahun 2015 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Nagari, dimana setiap Nagari di Tanah Datar telah Menerima kurang lebih Rp. 680.000.000,- /Nagari tergantung faktor kependudukan, wilayah, demografi dan lain sebagainya yang diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2016 tentang Perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang dimana Kabupaten Tanah Datar terdiri dari 14 Kecamatan. Kecamatan Batipuh yang memiliki 8 Nagari, telah menerima bantuan Dana Desa sejak tahun 2015.

5 Dalam pengelolaan dana desa sangat dibutuhkan partisipasi dari masyarakat, karena masyarakat berhak dalam segala proses penyelenggaraan pemerintah sesuai dengan undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa pasal 68 ayat 1 (a.) meminta dan mendapatkan informasi dari Pemerintah Desa serta mengawasi kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa; (b.) memperoleh pelayanan yang sama dan adil; (c.) menyampaikan aspirasi, saran, dan pendapat lisan atau tertulis serta bertanggung jawab tentang kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa; Pelaksanaan kegiatan dana desa di Nagari Bunga Tanjung selama ini telah menunjukan banyak peningkatan pada berbagai aspek, namun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam peningkatan tersebut belum dirasakan secara merata oleh seluruh masyarakat desa, karena masih kurangnya partisipasi masyarakat akibat kurangnya komunikasi dan penyebaran informasi pemerintah kepada masyarakat Nagari Bunga Tanjung. Salah satu permasalahan dalam pengelolaan dana desa di Nagari Bunga Tanjung yakni RPJMNag (Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nagari) dan APBNagari disusun atas prakarsa dari Pemerintah Nagari dan Badan Musyawarah Nagari tanpa mengkomunikasikan kepada masyarakat terlebih dahulu yang membentuk sebuah hambatan komunikasi antara Pemerintah Nagari, Badan Musyawarah Nagari dan Masyarakat, sesuai dengan kewajiban dari

6 kepala desa yang tertuang dalam Undang-undang nomor 6 Tahun 2014 Pasal 26 Ayat 4 (p) yakni : memberikan informasi kepada masyarakat Desa. Pada dasarnya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa/ Nagari sebagai sebuah dokumen publik sudah seharusnya disusun dan dikelola berdasarkan prinsip partisipatif, transparan dan akuntabilitas. Rakyat yang hakekatnya sebagai pemilik anggaran haruslah diajak bicara dari mana dan berapa besar pendapatan desa dan diajak bermusyawarah untuk apa keuangan desa dibelanjakan, kemudian mempublikasikan melalui media-media yang ada di Nagari. Dengan demikian harapan tentang anggaran yang digunakan untuk kesejahteraan rakyat benar-benar akan terwujud dan pemerintahan nagari bisa dijalankan dengan baik. Kemudian, dalam proses penyampaian informasi pengelolaan dana desa hanya disampaikan sebatas dari mulut kemulut saja dan tidak menggunakan papan pengumuman dimasing-masing jorong secara maksimal. pada hakekatnya komunikasi menurut Colin Chery adalah suatu proses yang pihak-pihak saling menggunakan informasi dalam mencapai tujuan secara bersama dan mengkaitkan hubungan antar penerus rangsangan dan pembangkitkan balasanya.(http://www.informasiana.com, 15 April 2017) Pengembangan efektivitas komunikasi pemerintahan nagari menuntut upaya-upaya mengurangi hambatan-hambatan komunikasi yang mengganggu terciptanya efektivitas komunikasi dalam organisasi pemerintah desa. Upaya ini antara lain merupakan usaha untuk menciptakan kemandirian dan profesionalisme aparatur desa dalam menjalankan pembagunan desa, sehingga komunikasi dalam organisasi desa menjadi sangat penting.

7 Dari permasalahan di Nagari Bunga Tanjung dapat dipertanyakan keberadaan tenaga pendamping dana desa yang memiliki tugas menjadi pengawas dan fasilitator penyampai aspirasi masyarakat kepada pemerintah nagari terhadap pengelolaan dana desa (Permendes no.3 tahun 2015). Saat ini di Kecamatan Batipuh memilili 1 (satu) Orang Pendamping Desa (untuk di kecamatan) dan 3 (tiga) Orang Pendamping Lokal Desa (untuk di nagari). Mengatasi hambatan komunikasi, penting rasanya membangun komunikasi yang efektif. Keefektifan komunikasi organisasi di Nagari Bunga Tanjung sangat diperlukan pada segala jenis program kegiatan kerena kebutuhan dan permasalahan masyarakat desa yang semakin rumit dan kompleks, serta ada tuntutan bahwa pemerintah daerah dan nagari harus mampu menyelenggarakan program pembangunan daerah secara mandiri berkaitan dengan ditetapkan Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 tentang Desa yang mengatur mengenai otonomi desa. 1.2. Rumusan Masalah Ditinjau dari latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa pemerintah nagari sebagai komunikator seharusnya menyampaikan informasi yang mudah dipahami masyarakat agar melibatkan masyarakat dalam pengelolaan dana. Pemerintah Nagari merencanakan RAPBNag dengan BPRN (Badan Permusyaratan Rakyat Nagari) tanpa melibatkan masyarakat. Pemahaman terhadap kebijakan program dana desa yang bersumber dari APBN antara komunikator dan komunikan akan berdampak terhadap proses komunikasi yang akan menimbulkan hambatan-hambatan dalam komunikasi. Disisi lain,

8 dalam fakta dilapangan keberadaan pendamping desa masih kurang jika dibanding jumlah nagari yang ada di Sumatera Barat yang diasumsikan akan menjadi hambatan-hambatan komunikasi Untuk itu, pertanyaan penelitian ini adalah, apa saja hambatan komunikasi yang muncul dalam pengelolaan dana desa di Nagari Bunga Tanjung, Kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar?. 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan Latar Belakang dan Rumusan Masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan pemahaman pemerintah nagari (komunikator) dan warga masyarakat (Komunikan) dalam pengelolaan dana desa di Nagari Bunga Tanjung, Kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar. 2. Mengidentifikasi dan menjelaskan hambatan-hambatan komunikasi yang terjadi dalam pengelolaan dana desa di Nagari Bunga Tanjung, Kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Secara akademis Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan disiplin ilmu Komunikasi khususnya komunikasi pemerintahan, disamping itu, penelitian ini untuk membuka ruang penelitian lanjutan dengan topik yang lebih mendalam dan komprehensif serta memberikan masukan kepada pemerintah desa akan pentingnya komunikasi dalam sebuah pemerintahan.

9 2. Secara Praktis Untuk memberikan masukan bagi pihak terkait dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan pembentukan peraturan perundang undangan Pemerintahan Desa/Nagari khususnya.