ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA KELAPA DI KAMPUNG KUMBE DISTRIK MALIND KABUPATEN MERAUKE. Jurusan Agribisnis FAPERTA UNMUS ABSTRACT PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AYAM KAMPUNG DI DISTRIK SEMANGGA KABUPATEN MERAUKE. Ineke Nursih Widyantari 1) ABSTRACT

ANALISIS BIAYA, PENERIMAAN, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

BAB III METODE PENELITIAN. pertimbangan Desa yang memiliki unit usaha industri Gula Kelapa. Kecamatan

ANALISIS AGROINDUSTRI GULA KELAPA (SuatuKasus di Desa Sukamulya Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis) Abstrak

ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI DESA PANERUSAN KULON KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA

ANALISIS USAHA TANI BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN MENGGUNAKAN REVENUE COST RATIO (R/C RATIO) Untari 1) ABSTRACT PENDAHULUAN

Analisis Pendapatan Usaha Pengrajin Gula Aren Di Desa Tulo a Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN STUDI KASUS: DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT ABSTRAK

ANALISIS PENDAPATAN DAN TITIK IMPAS AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Sindangasih Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Abstrak

III. METODE PENELITIAN. dengan cara mengumpulkan informasi-informasi tentang keadaan nyata yang ada

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI DESA JALATUNDA KECAMATAN MANDIRAJA ABSTRAK

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Sindangangin Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Bantar Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap) ABSTRAK

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Kecamatan Langensari Kota Banjar) Abstrak

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA GULA MERAH DENGAN USAHA GULA TAPO (STUDI KASUS DI DESA AMBESIA KACAMATAN TOMINI KABUPATEN PARIGI MOUTONG)

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI KERUPUK SINGKONG (Studi Kasus di Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Wisata Batu)

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN

ISSN : AGRITEPA, Vol. II, No.2, Januari Juni 2016

KELAYAKAN DIVERSIFIKASI USAHATANI SAYURAN Asep Irfan Fathurrahman 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

ANALISIS PENDAPATAN AGROINDUSTRI KERIPIK NENAS DAN KERIPIK NANGKA DI DESA KUALU NENAS KECAMATAN TAMBANG KABUPATEN KAMPAR

ANALISIS PENDAPATAN RUMAH TANGGA DARI TANAMAN KELAPA DI DESA REBO KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA PENGOLAHAN GULA AREN DI DESA SUKA MAJU KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RISIKO PENDAPATAN USAHA KERUPUK IKAN GABUS DI KECAMATAN SERUYAN HILIR KABUPATEN SERUYAN KALIMANTAN TENGAH

ANALISIS KEUNTUNGAN USAHA TANI CENGKEH (STUDI KASUS DESA SULUUN RAYA) Heince A. A. Lolowang Vicky V. J. Palenewen Arie D. P. Mirah

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHATANI BAWANG MERAH (Allium ascolinicum L) VARIETAS LEMBAH PALU DI KELURAHAN TAIPA KECAMATAN PALU UTARA KOTA PALU

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa , , ,16

ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU. Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises Tofu Dani in Palu

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI GULA SEMUT (Studi Kasus pada Perajin Gula Semut di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)

Hasil rata-rata (Rp/PT) , , ,04

ANALISIS KELAYAKAN INDUSTRI RUMAH TANGGA NATA DE COCO DI KABUPATEN BANTUL (THE FEASIBILITY ANALYSIS OF NATA DE COCO HOME INDUSTRY IN BANTUL REGENCY)

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI NANAS DI DESA DODA KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

KATA PENGANTAR. Merauke, Agustus 2010 Kepala BPS Kabupaten Merauke. Drs. P A R D J A N, M.Si. NIP

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

III. METODE PENELITIAN. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

ANALISIS TITIK IMPAS (BEP) VIRGIN COCONUT OIL PADA KUB YEVO MULIA DESA LALOMBI KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KOPRA JEMUR DAN KOPRA ASAP (STUDI KASUS DESA PASLATEN SATU KECAMATAN TATAPAAN)

BAB III METODE PENELITIAN. Usahatani tembakau sendiri merupakan salah satu usahatani yang memiliki

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI BIAYA USAHATANI TEMBAKAU MAESAN 2 DI KABUPATEN BONDOWOSO

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Dusun Sidomukti Desa Buana Sakti

Wa Ode Yusria 1), Sitti Kurniansi 2) 1 Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian UHO 2 Alumni Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian UHO

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

ANALISIS PENDAPATAN USAHA PENGRAJIN GULA AREN DI DESA TULO A KECAMATAN BULANGO UTARA KABUPATEN BONE BOLANGO

DAMPAK TEKNOLOGI MULSA PLASTIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI TOMAT

Oleh : 1 Ahmad Jaelani Siddik, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN BIJI KEMIRI DI DESA PANGGOI KECAMATAN MUARA DUA KOTA LHOKSEMAWE (Studi Kasus Usaha Ibu Asmiati) ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

IV. METODE PENELITIAN

Jurnal S. Pertanian 1 (10) : (2017) ISSN :

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN PEDAGANG KELAPA MUDA DI KELURAHAN TATURA UTARA DENGAN KELURAHAN TALISE KOTA PALU

ANALISIS USAHA PEMBESARAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) PADA KARAMBA JARING APUNG DI KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

AGUS PRANOTO

ABSTRACT. Keywords: Marketing, Channel Marketing, Margin, Copra

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI KELAPA DALAM DI KECAMATAN TUNGKAL ILIR KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT JURNAL FEBRIANTIKA FITRI

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA TAHU PADA INDUSTRI TAHU AFIFAH DI KOTA PALU

ANALISIS USAHATANI RUMPUT LAUT DI KECAMATAN NAGAWUTUNG KABUPATEN LEMBATA

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS USAHA PADA INDUSTRI KERAJINAN ROTAN DI KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO

BAB III METODE PENELITIAN. daerah penelitian ini dilakukan secara sengaja atau purposive pada agroindustri

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS NILAI TAMBAH KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI CAHAYA INDI DI DESA TANAMEA KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEPUNG TAPIOKA DI DESA NEGARATENGAH KECAMATAN CINEAM KABUPATEN TASIKMALAYA

BAB III METODE PENELITIAN

KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KERIPIK DAN SALE PISANG GORENG. Agus Muharam 1 )

No. Uraian Rata-rata/Produsen 1. Nilai Tambah Bruto (Rp) ,56 2. Jumlah Bahan Baku (Kg) 6.900,00 Nilai Tambah per Bahan Baku (Rp/Kg) 493,56

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA BAWANG PUTIH GORENG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: IDENTIFIKASI LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN GULA MERAH LONTAR DI KABUPATEN JENEPONTO

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

IV. METODE PENELITIAN

NILAI TAMBAH DAN PROFITABILITAS KOMODITAS KELAPA DI KABUPATEN NATUNA

industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, Peningkatan pengembangan sektor pertanian menuntut perhatian khusus dari

226 ZIRAA AH, Volume 32 Nomor 3, Oktober 2011 Halaman ISSN

ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT

PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG

Seuntai Kata. Jayapura, 17 Agustus 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Merauke. Drs. Pardjan, M.Si

BAB II LANDASAN TEORI. Pertama, penelitian dari Maninggar Praditya (2010) dengan judul Analisis

METODE PENELITIAN. mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU

Transkripsi:

Agricola, Vol 7 (1), Maret 2017, 34-43 p-issn: 2088-1673., e-issn 2354-7731 ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA KELAPA DI KAMPUNG KUMBE DISTRIK MALIND KABUPATEN MERAUKE Indrawati Anitu 1), Ineke N. Widyantari 1), Maria M. D Widiastuti 1) Surel: anituindra@gmail.com 1) Jurusan Agribisnis FAPERTA UNMUS ABSTRACT This study aims to determine and analyze the feasibility and profitability of palm sugar production in Kumbe village, Malind district, Merauke regency. This research conducted for two months, from May to June 2016. The sample using cencus technique. All the population of palm sugar production become respondent. The analysis data used benefit and cost ratio in palm sugar production by using quantitative and qualitative data. This technique using data of costs, benefits and feasibility of palm sugar. The result showed that total average revenue is Rp. 28,521,000.00 and total average cost is Rp. 40,950,473.21, so the total average profit is Rp. 48,570,526.79. Palm sugar production in Kumbe village feasible become a unit business, with rasio R/C 2.19. It is means that every Rp. 1,00 will provide the benefits 2.19 times the costs incurred. Keyword: Feasibility analysis, Kumbe village, palm sugar. PENDAHULUAN Tanaman kelapa (Cocos nucifera Linn) merupakan komoditas perkebunan yang memiliki banyak nilai ekonomis. Hampir semua bagian dari kelapa memiliki manfaat untuk berbagai keperluan. Daging buah kelapa dapat diolah menjadi kopra, virgin coconut oil (VCO), minyak kelapa, kelapa parut, santan, tepung kelapa. Sabut dapat diolah menjadi kerajinan tangan, matras, tali, jok mobil, genteng, karpet, cocofiber (serat sabut kelapa), dan cocopeat (serbuk sabut kelapa). Air kelapa dapat diolah menjadi nata de coco. Tempurung dapat diolah menjadi tepung tempurung, asapcair, arang, dan karbon aktif. Tidak hanya buahnya, kelapa dapat juga dimanfaatkan niranya. Nira diperoleh dari tandan bunga, sehingga apabila kelapa menghasilkan nira maka kelapa tersebut tidak lagi menghasilkan buah. Nira diperoleh dari pohon kelapa dengan penderesan atau penyadapan. Nira kelapa dapat dimanfaatkan sebagai minuman seperti lahang, dapat dijadikan bioetanol, difermentasi secara alami menjadi tuak, dibuat menjadi cuka dengan cara dibiarkan selama 24 jam, dan nira kelapa yang diuapkan akan menghasilkan gula kelapa (Widayanti, 2011). Kabupaten Merauke merupakan salah satu daerah datar dan dikelilingi pantai sehingga banyak pohon kelapa tumbuh yang masih banyak menyimpan potensi ekonomi untuk menunjang pembangunan. Hal ini dapat dilihat pada tabel luas lahan dan produksi kelapa tahun 2013.

Tabel 1.1 Luas Lahan (Ha) dan Produksi (Ton/Tahun) Tanaman Kelapa Di Kabupaten Merauke menurut Distrik Tahun 2013 No Distrik Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton/Tahun) 1 Kimam 95 7.91 2 Tabonji 73 6.08 3 Waan 71 6 4 Ilwayab 58 4.30 5 Okaba 1.203 100.25 6 Tubang 2.063 171.83 7 Nguuti 31 2.58 8 Kaptel 27 2.25 9 Kurik 65 5.41 10 Animha 17 1.41 11 Malind 1.023 85.25 12 Merauke 412 34.33 13 Naukenjerai 1.081 90.08 14 Semangga 75 6.25 15 Tanah Miring 16 1.33 16 Jagebob 27 2.25 17 Sota 32 2.66 18 Muting 127 10.58 19 Elikobel 60 5 20 Ulilin 21 1.75 Sumber:Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Merauke (2014) Tabel 1.1 menunjukkan tanaman kelapa terdapat di 20 Distrik di Kabupaten Merauke. Luas lahan dan produksi kelapa terbesar yang menduduki urutan pertama yaitu di Tubang dengan luas lahan 2.063 ha dan produksi sebesar 171,83 ton. Urutan kedua terdapat di Distrik Okaba dengan luas lahan 1.203 ha dan produksi sebesar 100,25 ton dan urutan ketiga di Distrik Naukenjerai dengan luas lahan 1.081 ha setelah itu Distrik Malind menduduki urutan ke empat dengan luas lahan 1.023 ha dan produksi sebesar 85,25 ton. Pengolahan nira menjadi gula kelapa dapat meningkatkan pendapatan petani jika dibandingkan penjualan buah kelapa butiran (Widayanti, 2011). Data Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Merauke (2015), Kampung Kumbe merupakan salah satu kampung yang ada di Distrik Malind dengan luas tanaman kelapa 250,5 ha dan produksi sebesar 23 ton/tahun. Adanya potensi pohon kelapa yang banyak ini dimanfaatkan oleh masyarakat Kampung Kumbe untuk menghasilkan aneka olahan yang mempunyai nilai ekonomi dan prospek pasar yang baik. Pemanfaatan pohon kelapa di Kampung Kumbe untuk dijual buah kelapa kering maupun basah dan untuk pembuatan kopra. 35

Selain itu, sebagian masyarakat Kampung Kumbe yang memiliki keahlian khusus juga memanfaatkan pohon kelapa yang diambil niranya sebagai bahan baku utama untuk pembuatan gula kelapa. Kampung Kumbe merupakan satu-satunya daerah yang memproduksi gula kelapa dari 6 kampung yang ada di Distrik Malind. Dari beberapa usaha gula kelapa yang ada di Kabupaten Merauke yang masih aktif dan rutin berproduksi hanya di Kampung Kumbe. Usaha gula kelapa yang dijalankan oleh masyarakat Kampung Kumbe berdiri sejak tahun 1987 dengan jumlah 11 petani hingga saat ini berjumlah 30 petani. Usaha gula kelapa yang berada di Kampung Kumbe masih berskala industri rumah tangga, dimana penggunaan tenaga kerjanya adalah tenaga kerja keluarga dengan jumlah tenaga kerja kurang dari empat orang. Cara pengolahan gula kelapa masih bersifat tradisional yaitu dari proses penyadapan sampai dengan pencetakan masih menggunakan cara-cara manual. Petani gula kelapa rata-rata mampu menghasilkan 7310 kg per tahunnya. Pada umumnya petani tidak mempunyai catatan usahatani untuk biaya-biaya yang mereka keluarkan dalam satu kali produksi, dalam jangka waktu bulan dan tahun, sehingga sulit bagi petani untuk melakukan analisa usahataninya. Para petani hanya memperhitungkan penjualan gula tanpa membuat analisa usahatani. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui seberapa besar keuntungan yang diperoleh petani gula kelapa di Kampung Kumbe. 2. Untuk menganalisis apakah usaha gula kelapa yang dilakukan oleh petani di Kampung Kumbe layak untuk dikembangkan. METODE PENELITIAN Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Kumbe Distrik Malind Kabupaten Merauke. Pemilihan Kampung Kumbe sebagai tempat penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan bahwa wilayah Kampung Kumbe adalah satusatunya daerah yang memproduksi gula kelapa dari 6 kampung yang ada di Distrik Malind. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan selama 2 (dua) bulan yaitu dari Bulan Mei sampai dengan Juni 2016. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara secara langsung dengan petani gula kelapa dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) serta dengan cara melakukan observasi/pengamatan langsung di daerah penelitian sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang dicatat secara sistematis dan dikutip secara langsung dari 36

instansi pemerintah atau lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini, yaitu Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Merauke, Kantor kampung Kumbe, media online, buku dan literatur serta dari penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, kuesioner dan observasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode benefit cost ratio (B/C) ratio, dengan menggunakan data kuantitatif untuk menghitung biaya-biaya yang digunakan dalam usaha gula kelapa. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung B/C ratio adalah sebagai berikut: atau Dimana : B : Keuntungan (Benefit) dalam Rupiah C : Biaya (Cost) dalam Rupiah Q : Total Produksi (Kg) Pq : Harga per satuan produk (Rupiah) TFC : Biaya Tetap (Total Fixed Cost) dalam Rupiah TVC : Biaya Variabel (Total Variabel Cost) dalam Rupiah Rahardi (2003) menyatakan pada dasarnya suatu usaha dikatakan layak dan memberi manfaat positif bila nilai B/C rasio > 1. Jika nilai B/C rasio < 1 maka usaha tersebut tidak layak, sedangkan jika B/C rasio = 1 maka usaha dikatakan break event point atau impas. Data kualitatif lainnya terkait usaha pembuatan gula aren akan dianalisis secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Biaya adalah nilai korbanan yang dikeluarkan dalam proses produksi. Biaya dalam kegiatan usahatani oleh petani ditujukan untuk menghasilkan pendapatan yang tinggi bagi usahatani yang dikerjakan. Biaya dalam penelitian adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh responden untuk proses pembuatan gula kelapa sampai pemasarannya yang berupa biaya tetap dan biaya variabel. 1. Biaya Tetap 37

Biaya tetap yang dikeluarkan pada musim penghujan mempunyai jumlah yang sama dengan yang dikeluarkan pada musim kemarau. Biaya tetap dalam usaha gula kelapa di Kampung Kumbe meliputi biaya sewa pohon dan biaya iuran usaha. Tabel 4.1 Jumlah Rata-rata Biaya Tetap Usaha Gula Kelapa Responden di Kampung Kumbe No Jenis Biaya Tetap Rata-rata (Rp/tahun) Presentase (%) 1 Penyusutan Alat 660.366,11 18,74 2 Sewa Pohon 2.684.000,00 76,16 3 Iuran Usaha 180.000,00 5,10 Jumlah Rata-rata 3.524.366,11 100 Sumber : Data Primer setelah diolah, 2016 Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan oleh responden gula kelapa di Kampung Kumbe adalah sebesar Rp3.524.366,11. Komponen biaya tetap terbesar berasal dari biaya sewa pohon yaitu sebesar Rp2.684.000,00/tahun atau sekitar 76,16% dari jumlah biaya tetap seluruhnya. Komponen biaya lainnya antara lain penyusutan alat (18,74%) dan iuran usaha (5,10%). Tingginya biaya sewa pohon kelapa ini disebabkan oleh responden yang tidak mempunyai pohon kelapa sendiri sehingga mereka harus menyewa pada penduduk lokal di Kampung Kumbe yang memiliki pohon kelapa agar responden dapat menghasilkan bahan baku gula kelapa. Sistem pembayaran biaya sewa pohon kelapa untuk masing-masing responden berbeda-beda tergantung pemilik pohon, yaitu untuk per pohonnya dihargai Rp60.000,00/tahun dan ada juga untuk per bulannya dihargai 80 kg gula kelapa yang harus dikalikan dengan harga jual gula kelapa per kg, maka penerimaan tersebut akan menjadi biaya sewa yang diterima oleh pemilik pohon. Pemilihan pohon kelapa yang dilakukan oleh responden di Kampung Kumbe adalah dengan mencari pohon yang dapat menghasilkan nira, dimana responden beralih ke pohon lain jika pohon kelapa yang disadap tidak menghasilkan nira lagi. Pada tahun 2015, jumlah nira yang dihasilkan pada musim penghujan sebesar 155,33 liter/hari dan pada musim kemarau 120,67 liter/hari. Hal ini disebabkan pada musim penghujan, akar tanaman kelapa tumbuh dengan pesat sehingga dapat menyerap banyak air, namun mutu nira yang dihasilkan rendah karena rendemen nira turun dan mengandung kadar air yang lebih tinggi. Pada musim kemarau, produksi nira turun, bahkan bisa terhenti sama sekali karena tanaman kekurangan air. Walaupun demikian, kualitas nira yang dihasilkan lebih baik karena lebih jernih dan kental. Peralihan pohon kelapa ini biasanya dilakukan setiap 3 atau 4 tahun. Pemilik pohon kelapa/areal tanaman kelapa di Kampung Kumbe adalah penduduk 38

lokal, dengan menyewa maka secara tidak langsung usaha gula kelapa dapat meningkatkan perekonomian penduduk lokal tanpa harus mereka bekerja mengolah pohon kelapa mereka sendiri. 2. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang digunakan dalam usaha gula kelapa yang besarnya berubah-ubah sesuai dengan jumlah gula kelapa yang dihasilkan. Biaya variabel yang dikeluarkan pada musim penghujan mempunyai jumlah yang sama dengan yang dikeluarkan pada musim kemarau, hal ini dikarenakan responden selalu menyediakan bahan-bahan tambahan/pelengkap gula kelapa sebelum musim penghujan sehingga responden tidak mengeluarkan biaya lagi untuk membeli bahan-bahan pada musim penghujan. Biaya variabel dalam usaha gula kelapa di Kampung Kumbe meliputi biaya bahan-bahan tambahan/pelengkap seperti kapur (gamping), kayu bakar, karton, tali rafia dan lakban serta biaya tenaga kerja. Tabel 4.2 Jumlah Rata-rata Biaya Penyusutan Alat Usaha Gula Kelapa Responden di Kampung Kumbe Distrik Malind (2015) No Jenis Biaya Variabel Rata-rata (Rp/tahun) Presentase (%) 1 Kapur (Gamping) 2.026.750 5,42 2 Kayu Bakar 6.879.365,08 18,38 3 Karton 478.500 1,28 4 Tali Rafia 70.838,69 0,19 5 Lakban 30.653,33 0,08 6 Tenaga Kerja 27.940.000 74,65 Jumlah Rata-rata 37.426.107,10 100 Sumber : Data primer setelah diolah, 2016 Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata biaya variabel yang dikeluarkan oleh responden gula kelapa di Kampung Kumbe tahun 2015 adalah sebesar Rp37.426.107,10. Besarnya biaya variabel ini dipengaruhi oleh volume produksi gula kelapa yang dihasilkan, semakin besar volume produksi maka semakin besar pula biaya variabel yang dikeluarkan, demikian pula sebaliknya. Biaya variabel dengan proporsi terbesar dalam usaha gula kelapa di Kampung Kumbe berasal dari biaya tenaga kerja. Rata-rata biaya untuk tenaga kerja yang dikeluarkan oleh responden gula kelapa per tahun adalah sebesar Rp27.940.000,00/tahun atau sekitar 74,65% dari jumlah biaya variabel seluruhnya. Tenaga kerja yang digunakan dalam gula kelapa ini adalah tenaga kerja keluarga. Biaya tenaga kerja ini diperhitungkan sesuai dengan tingkat upah yang berlaku di daerah penelitian. Upah tenaga kerja 39

bervariasi, tergantung pada tahapan pekerjaan yang dilakukan, yaitu pada penyadapan, pemasakan, pencetakan, dan pengemasan dan juga jumlah tenaga kerja yang di pakai. Biaya tenaga kerja terbesar yang dikeluarkan adalah biaya tenaga kerja untuk penyadapan, hal ini dikarenakan untuk melakukan kegiatan menyadap diperlukan seseorang dengan ketrampilan khusus dengan risiko pekerjaan yang tinggi. Bahan bakar yang digunakan dalam proses pembuatan gula kelapa di Kampung Kumbe adalah kayu bakar. Pengadaan kayu bakar ini didapatkan melalui pembelian dengan satuan ret (mobil bak terbuka). Harga kayu bakar yang dibeli responden pun berbeda-beda tergantung pada penjualnya. Biaya kayu bakar menempati proporsi kedua yaitu sebesar Rp 6.879.365,08 per tahun atau sekitar 18,38% dari jumlah biaya variabel seluruhnya. Biaya variabel terkecil yang dikeluarkan oleh responden gula kelapa di Kampung Kumbe adalah biaya bahan tambahan/pelengkap seperti kapur, karton, tali rafia dan lakban. 3. Biaya Total Biaya total produksi dalam usaha gula kelapa di Kampung Kumbe merupakan hasil dari penjumlahan seluruh biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan selama proses produksi gula kelapa. Besarnya rata-rata biaya total untuk proses produksi gula kelapa selama satu tahun dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut: Tabel 4.3 Rata-Rata Biaya Produksi Usaha Gula Kelapa Responden di Kampung Kumbe Distrik Malind (Kg/Tahun 2015). No Jenis Biaya Total Rata-rata (Rp/tahun) Presentase (%) 1 Biaya Tetap 3.524.366,11 8,61 2 Biaya Variabel 37.426.107.10 91,39 Jumlah Rata-rata 40,950,473.21 100 Sumber: Data primer setelah diolah, 2016 Tabel 4.3 menunjukkan bahwa rata-rata biaya total yang dikeluarkan oleh responden gula kelapa di Kampung Kumbe pada tahun 2015 adalah sebesar Rp. 40.950.473,21. Biaya terbesar yang dikeluarkan dalam usaha gula kelapa berasal dari biaya variabel yaitu sebesar Rp. 37.426.107,10atau 91,39% dari biaya total seluruhnya. Sedangkan rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan oleh responden gula kelapa adalah sebesar Rp. 3.524.366,11atau 8,61% dari biaya total seluruhnya. Hal ini disebabkan oleh komposisi biaya variabel yang dikeluarkan lebih banyak dibandingkan dengan 40

komposisi biaya tetap, sehingga jumlah biaya variabel yang dikeluarkan juga lebih besar. 4. Penerimaan Soekartawi (2006), penerimaan usahatani adalah perkalian antara volume produksi yang diperoleh dengan harga jual. Harga jual adalah harga transaksi antara produsen dan pembeli untuk setiap komoditas. Penerimaan usaha gula kelapa di Kampung Kumbe adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dari usaha gula kelapa dengan harga jual gula kelapa. dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut: Data rata-rata penerimaan usaha gula kelapa Tabel 4.4 Rata-Rata Penerimaan Usaha Gula Kelapa Responden di Kampung Kumbe Distrik Malind (Kg/Tahun 2015) Rata-rata Produksi Gula Kelapa (Kg/Tahun) Rata-rata Harga (Rp/Kg) Rata-rata Penerimaan (Rp/Kg/Tahun) 7310 12.266,67 89.521.000 Sumber: Data primer setelah diolah, 2016 Tabel 4.4 menunjukkan bahwa rata-rata produksi gula kelapa sebanyak 7310 kg per tahun sedangkan untuk rata-rata harga yaitu Rp12.266,67 per kilogram. Jumlah produksi usaha gula kelapa dipengaruhi oleh jumlah nira yang dihasilkan yang dipengaruhi oleh umur dan iklim. Semakin tua umur kelapa semakin rendah jumlah nira yang dikeluarkan sehingga produksi gula kelapa juga semakin rendah dan sebaliknya umur kelapa yang masih (muda) produktif 4-8 tahun mampu menghasilkan nira kelapa yang tinggi. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Suhada (1998) bahwa pada saat musim hujan tiba, kandungan air dalam nira relatif banyak sehingga kandungan gula dalam nira (rendemen) sedikit. Akibatnya mutu gula yang dihasilkan kurang baik. Sebaliknya, pada saat musim kering tiba produksi nira lebih sedikit, namun kandungan gula dalam niranya tinggi sehingga mutu gula yang dihasilkan lebih baik. Hal yang dikhawatirkan petani adalah pada saat datangnya musim pancaroba, yaitu datangnya peralihan musim dari hujan ke kering atau sebaliknya dari musim kering ke musim hujan. Pada saat itu, volume produksi nira dan tingkat rendemennya tidak menentu sehingga jumlah produksi dan mutu gula tidak berkualitas. Rata-rata penerimaan yang diperoleh oleh responden gula kelapa yaitu sebanyak Rp89.521.000,00 Kg/tahun. Hal ini menunjukkan rata-rata penerimaan yang diperoleh petani gula kelapa ternyata telah mampu menutup biaya total yang dikeluarkan dalam usaha gula kelapa. 41

5. Keuntungan dan B/C Ratio Sunaryo (2001), keuntungan merupakan selisih dari penerimaan dan total biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi. Keuntungan merupakan tujuan dari setiap usaha, sehingga semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka semakin layak usaha tersebut dijalankan. Keuntungan atau pendapatan bersih usaha gula kelapa di Kampung Kumbe adalah selisih antara nilai produksi yang diperoleh dari penjualan gula kelapa dengan total biaya yang dikeluarkan selama berproduksi. B/C Ratio adalah perbandingan antara total penerimaan dengan biaya total. B/C ratio menunjukkan pendapatan kotor (penerimaan) yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk produksi (Hernanto, 1993). Harmono dan Andoko (dalam Marissa, 2010), rasio penerimaan atas biaya (B/C ratio) menunjukkan berapa besar penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam produksi usaha, sehingga dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif kegiatan usaha. Dari angka rasio penerimaan atas biaya tersebut dapat diketahui apakah usaha tersebut layak atau tidak. Data rata-rata keuntungan dan B/C Rasio usaha gula kelapa di Kampung Kumbe untuk per tahunnya dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5 Rata-Rata Keuntungan dan B/C Rasio per Tahun Usaha Gula Kelapa Responden di Kampung Kumbe Distrik Malind (Tahun 2015). Penerimaan Total Biaya Keuntungan R/C 89.521.000.00 40.950.473,21 48.570.526,79 2,19 Sumber: Data primer setelah diolah, 2016 Tabel 4.5 menunjukkan bahwa untuk mengetahui besarnya keuntungan yaitu penerimaan yang diterima dikurangi dengan total biaya. Dengan rata-rata penerimaan usaha gula kelapa sebesar Rp89.521.000 dkurangi dengan rata-rata biaya total usaha gula kelapa sebesar Rp40.950.473,21. Maka diperoleh hasil perhitungan keuntungan per tahun sebesar Rp48.570.526,79. Berdasarkan penerimaan dan biaya yang dikeluarkan, nilai B/C rasio atas biaya total yang diperoleh adalah sebesar 2,19. Dengan B/C rasio sebesar 2,19 berarti untuk setiap Rp100.000,00 biaya yang dikeluarkan, maka usaha gula kelapa memberikan penerimaan sebesar Rp219.000. Hal ini menunjukkan bahwa setiap nilai yang dikeluarkan dalam produksi memberikan manfaat sejumlah nilai penerimaan yang diperoleh. Dari hasil perhitungan B/C rasio yang didapat sebesar 2.19 42

menunjukkan bahwa B/C rasio > 1. Maka usaha gula kelapa di Kampung Kumbe layak untuk di kembangkan. PENUTUP Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata keuntungan usaha gula kelapa di Kampung Kumbe Distrik Malind pada tahun 2015 adalah sebesar Rp48,570,526.79/tahun. Usaha gula kelapa ini menguntungkan, dengan nilai B/C rasio sebesar 2.19, maka usaha gula kelapa layak untuk dikembangkan lebih lanjut. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Proses. Rineka Cipta. Jakarta. [Dinas Kehutanan dan Perkebunan].2014. Produksi dan Luas Lahan Pohon Kelapa di Kabupaten Merauke Tahun 2013. Kabupaten Merauke. (tidak dipublikasikan). Hernanto, F. 1993. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. [Data Monografi Kampung Kumbe]. 2016. Profil Kampung Kumbe 2015.Kabupaten Merauke. (tidak dipublikasikan). Marissa. 2010. Analisis Pendapatan Usahatani Tebu di PT. PG Rajawali II Unit PG Tersana Baru, Babakan, Cirebon, Jawa Barat. [Skripsi]. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta Rahardi, F.& Hartanto, R. 2003. Agribisnis Peternakan. Penebar Swadaya. Jakarta Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Alfabeta. Bandung Suhada, B. 1998. Analisis Efisiensi Ekonomi dan Prospek Pengembangan Pengusahaan Gula Merah di Kabupaten Lampung Selatan. [Tesis].Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soekartawi. 2006. Agribisnis Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers. 43