BUPATI BATANG. PERATURAN BUPATI BATANG Nomor Tahun 2012 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 8 TAHUN 2012 T E N T A N G

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

SALINAN NOMOR 5/E, 2010

WALIKOTA PROBOLINGGO

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2010

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2012

KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI KUDUS,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan

PERATURAN BUPATI BENGKAYANG NOMOR 1<? TAHUN 2013 KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINANAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2014

BERITA DAERAH KOTA BOGOR

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR,

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2011

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 12 TAHUN 2012 T E N T A N G KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI DI KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA,

BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 02 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 4 TAHUN 2016

PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 42/Permentan/OT.140/09/2008 TENTANG

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR 7 TAHUN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR WALIKOTA BLITAR,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 138 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 11 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2008

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 SERI E.4 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 114 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR 2 TAHUN 2016

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 505/Kpts/SR.130/12/2005 TENTANG

WALIKOTA TASIKMALAYA

Transkripsi:

BUPAT BATANG PERATURAN BUPAT BATANG Nomor 2.. 2 Tahun 2012 TENTANG ALOKAS DAN HARGA ECERAN TERTNGG (HET) PUPUK BERSUBSD UNTUK SEKTOR PERTANAN D KABUPATEN BATANG TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat a. bahwa dalam rangka penyediaan pupuk dengan harga yang wajar sampai pada tingkat petani, perlu memberikan subsidi pupuk untuk sektor pertanian; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 87/Permentan/SR.130/12/20 11 tentang Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2012, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang alokasi dan Harga Eceran tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian di Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2012; 1. Undang - Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat 11 Batang (Lembaran Negara Republik ndonesia Tahun 1965 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik ndonesia Nomor 2757); 2. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik ndonesia Tahun 1992 nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik ndonesia nomor 3478);

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik ndonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik ndonesia Nomor 3821); 4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik ndonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik ndonesia Nomor 4411); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik ndonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik ndonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik ndonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik ndonesia Nomor 4844); 6. Undang - Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik ndonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik ndonesia Nomor 4438); 7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik ndonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik ndonesia Nomor 5015); 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik ndonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik ndonesia Nomor 5059); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1988 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat " Pekalongan, Kabupaten Daerah Tingkat " Pekalongan dan Kabupaten Daerah Tingkat " Batang (Lembaran Negara Republik ndonesia Tahun 1988 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik ndonesia Nomor 3381); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman (Lembaran Negara Republik ndonesia Tahun 1995 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik ndonesia Nomor 3381); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2001 tentang Pupuk Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik ndonesia Tahun 2001 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik ndonesia Nomor 4079); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik ndonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik ndonesia Nomor 4737);

13. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2005 tentang Penetapan Pupuk Bersubsidi sebagai Barang dalam Pengawasan; 14. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40/Permentan/OT. 140/4/2007 tentang Rekomendasi Pemupukan N, P dan K pada Padi Sawah Spesifik Lokasi; 15. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 12/M- DAG/PER/6/2008 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 07/M- DAG/PER/2/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 12/M-DAG/PER/6/2008 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian; 16. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 17 1 M-DAG 1 PER 16 1 2011 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian; 17. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 431 Permentan 110 12011 tentang Syarat dan Tatacara Pendaftaran Pupuk An-Organik; 18. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70 1 Permentan 1 SR.140 1 10 1 2011 tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah; 19. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 87 1 Permentan 1 SR.130 1 12 1 2011 tentang Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2012; 20. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 634/MPP/Kep/9/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengawasan Barang dan atau Jasa yang Beredar di Pasar; 21. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 237/Kpts/0T.210/4/2003 tentang Pedoman Pengawasan Pengadaan, Peredaran dan Penggunaan Pupuk An-Organik; 22. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 239/Kpts/0T.210/4/2003 Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengawasan Formula Pupuk An-Organik; 23. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 90 Tahun 2011 tentang Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian di Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2012; 24. Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Batang (Lembaran Daerah Kabupaten Batang Tahun 2008 Nomor 1 Seri E Nomor 1);

MEMUTUSKAN: Menetapkan PERATURAN BUPAT TENTANG ALOKAS OAN HARGA ECERAN TERTNGG (HET) PUPUK BERSUBSO UNTUK SEKTOR PERTANAN 01 KABUPATEN BATANG TAHUN ANGGARAN 2012. BAB. KETENTUAN UMUM Pasal1 Dalam Peraturan Bupati yang di maksud dengan : 1. Provinsi adalah Provinsi Jawa Tengah. 2. Gubernur adalah Gubernur Jawa Tengah 3. Kabupaten adalah Kabupaten Batang. 4. Bupati adalah Bupati Batang. 5. Kecamatan adalah Kecamatan di Wilayah Kabupaten Batang. 6. Desa adalah Oesa di Wilayah Kabupaten Batang. 7. Pupuk adalah bahan kimia atau organisme yang berperan dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman secara langsung atau tidak langsung. 8. Pupuk an-organik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisika dan atau biologi, dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk. 9. Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. 10.Pemupukan berimbang adalah pemberian bagi tanaman sesuai dengan status hara tanah dan kebutuhan tanaman untuk mencapai produktivitas yang optimal dan berkelanjutan sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 401 Permentan 1 OT.140 14/2007. 11.Pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya ditataniagakan dengan Harga Eceran Tertinggi yang ditetapkan di penyalur resmi Lini V. Jenis pupuk bersubsidi terdiri dari Urea berwarna pink (merah muda), SP - 36, ZA, NPK dan Pupuk Organik Granul. 12.Harga Eceran Tertinggi yang selanjutnya disingkat HET adalah harga pupuk bersubsidi di Lini V (di kios penyalur pupuk ditingkat desa/kecamatan) yang dibeli oleh petani 1 kelompok tani yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian. 13.Harga Pokok Penjualan yang selanjutnya disingkat HPP adalah struktur biaya pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi oleh PT. Pupuk Sriwijaya (Persero) dengan komponen biaya sebagaimana ditetapkan oleh Menteri Pertanian. 14.Subsidi pupuk adalah selisih antara HPP dikurangi HET dikalikan volume penjualan pupuk. 15.Sektor Pertanian adalah sektor yang berkaitan dengan budidaya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, hijauan pakan ternak dan budidaya ikan atau udang. 16.Petani adalah perorangan warga negara indonesia yang mengusahakan lahan milik sendiri atau bukan, untuk budidaya tanaman pangan atau hortikultura. 17.Pekebun adalah perorangan warga negara indonesia yang mengusahakan budidaya tanaman perkebunan dengan luasan tertentu. 18.Peternak adalah perorangan warga negara indonesia yang mengusahakan budidaya tanaman hijauan pakan ternak dengan luasan tertentu.

19. Pembudidaya ikan atau udang adalah perorangan warga negara indonesia yang mengusahakan lahan milik sendiri atau bukan, untuk budidaya ikan atau udang yang tidak memiliki ijin usaha. 20. Produsen adalah Produsen pupuk dalam hal ini adalah PT. Pupuk Sriwijaya Palembang, PT. Petrokimia Gresik, PT. Pupuk Kalimantan Timur, PT. Pupuk Kujang, PT. Pupuk skandar Muda. 21. Penyalur di Lini adalah Distributor sesuai ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk sektor Pertanian yang berlaku. 22. Penyalur di Lini V adalah Pengecer Resmi sesuai ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk sektor pertanian yang masih berlaku. SAS. 11 PERUNTUKAN PUPUK BERSUBSD Pasal2 (1) Pupuk bersubsidi diperuntukan bagi petani, pekebun, peternak, pembudidaya ikan atau udang yang mengusahakan lahan paling luas 2 (dua) hektar setiap musim tanam perkeluarga petani kecuali pembudidaya ikan atau udang paling luas 1 hektar. (2) Pupuk bersubsidi tidak di peruntukan bagi perusahaan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan atau perusahaan perikanan budidaya. SAS. ALOKAS PUPUK BERSUBSD Pasal3 (1) Alokasi pupuk bersubsidi dihitung sesuai dengan anjuran pemupukan berimbang spesifik lokasi dengan mempertimbangkan usulan kebutuhan yang diajukan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota serta Alokasi Pupuk Bersubsidi Tahun Anggaran 2012. (2) Alokasi pupuk bersubsidi sebagaimana di maksud pada ayat (1) dirinci untuk sektor pertanian, sub sektor pertanian tanaman pangan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor perikanan sebagaimana tercantum dalam Lampiran, Lampiran 11, Lampiran ll, Lampiran V, dan Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. (3) Pengalokasian pupuk bersubsidi perbulan per Kabupaten untuk masing- masing subsektor diatur lebih lanjut dengan keputusan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Batang sesuai dengan subsektornya. (4) Pengalokasian pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dirinci lebih lanjut menurut kecamatan, jenis, jumlah dan sebaran bulanan, yang disahkan dengan keputusan Bupati. (5) Alokasi pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) agar memperhatikan usulan yang diajukan oleh petani, pekebun, peternak, pembudidaya ikan atau udang berdasarkan RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) yang disetujui oleh Penyuluh Pertanian dan Kepala Desa serta Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan setempat. (6) Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BAPPELUH) Kabupaten Batang wajib melakukan pembinaan kepada kelompok tani untuk menyusun RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) sesuai luas areal usaha tani di tingkat petani diwilayahnya.

Pasal4 (1) Kekurangan alokasi kebutuhan pupuk bersubsidi disuatu wilayah tertentu akan dipenuhi melalui relokasi antar wilayah. (2) Relokasi antar Kecamatan dalam wilayah kabupaten ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati. (3) Realokasi pupuk bersubsidi perbulan di wilayah Kecamatan dalam wilayah Kabupaten di tetapkan lebih lanjut oleh Kepala Dinas. (4) Realokasi antar kabupaten dalam wilayah propinsi ditetapkan lebih lanjut oleh Gubernur. Pasal 5 Apabila alokasi pupuk bersubsidi di wilayah Kabupaten/Kota pada bulan berjalan tidak mencukupi, maka atas rekomendasi Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KP3) Propinsi Jawa Tengah, produsen dapat menyalurkan alokasi pupuk di wilayah yang bersangkutan dari alokasi bulan berikutnya atau sisa alokasi bulan sebelumnya sepanjang tidak melebihi alokasi dalam 1 (satu) tahun. SAS. V PENYALURAN DAN HARGA ECERAN TERTNGG (HET) Pasal6 Pupuk bersubsidi sebagaimana diatur dalam pasal 2 ayat (1) terdiri atas Pupuk Urea, Pupuk la, Pupuk SP-36, Pupuk NPK dan Pupuk Organik yang diadakan oleh Produsen. Pasal7 (1) Pelaksanaan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi sampai ke Lini V dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian yang berlaku. (2) Penyaluran pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian di penyalur Lini V ke Petani atau Kelompok Tani diatur sebagai berikut : a. Penyaluran pupuk bersubsidi di tingkat penyalur Lini V berdasarkan RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) sesuai dengan wilayah tanggung jawabnya; b. Penyaluran pupuk sebagaimana dimaksud pada huruf a memperhatikan kebutuhan kelompok tani dan alokasi di masing-masing wilayah. (3) Untuk kelancaran penyaluran pupuk bersubsidi di Lini V ke petani atau kelompok tani sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan pendataan RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) di wilayahnya, sebagai dasar pertimbangan dalam pengalokasian pupuk bersubsidi sesuai alokasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (3) dan ayat (5). (4) Optimalisasi pemanfaatan pupuk bersubsidi ditingkat petani atau kelompok tani di lakukan melalui pendampingan penerapan pemupukan berimbang spesifikasi lokasi oleh penyuluh.

(5) Pengawasan penyuluhan pupuk bersubsidi di penyalur Lini V ke petani atau kelompok tani dilakukan oleh petugas KP3 (Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida) Kabupaten. Pasal8 Kemasan pupuk bersubsidi sebagimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) Harus diberi label tambahan berwarna merah, mudah dibaca dan tidak mudah hilang/terhapus, yang bertuliskan : " Pupuk Bersubsidi Pemerintah " Barang Dalam Pengawasan Pasal9 (1) HET Pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut: a. Pupuk Urea = Rp. 1.800,- per kg; b. Pupuk SP-36 = Rp. 2.000,- per kg; c. Pupuk ZA = Rp. 1.400,- per kg; d. Pupuk NPK = Rp. 2.300,- per kg; e. Pupuk Organik = Rp. 500,- per kg; (2) HET Pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku untuk pembelian oleh petani, pekebun, peternak, pembudidaya ikan atau udang kios pengecer resmi secara tunai dalam kemasan sebagai berikut : a. Pupuk Urea 50 kg; atau 25 kg; b. Pupuk SP-36 = 50 kg; c. Pupuk ZA = 50 kg; d. Pupuk NPK = 50 kg atau 20 kg; e. Pupuk Organik = 50 kg atau 20 kg; Pasal 10 (1) Produsen sebagaimana dimaksud dalam pasal 6, distributor dan pengecer resmi wajib menjamin ketersediaan pupuk bersubsidi saat dibutuhkan petani, pekebun, peternak, pembudidaya ikan atau udang sesuai dengan yang telah ditetapkan. (2) Untuk menjamin ketersediaan pupuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) perlu dilakukan fleksibilitas penyaluran yang dilakukan melalui koordinasi dengan KP3 setempat, bagi Kabupaten/Kota yang penyerapan pupuknya telah melebihi alokasinya, maka dapat dilakukan realokasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 4.

Pasal11 Pelaksanaan pengadaan, penyaluran dan peredaran pupuk bersubsidi dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsudi untuk Sektor Pertanian. BAB.V PENGAWASAN DAN PELAPORAN Pasal 12 Produsen berkewajiban melakukan pemantauan dan pengawasan pupuk bersubsidi dari Lini sampai Lini V terhadap penyediaan, penyaluran, dan harga pupuk bersubsidi di wilayah tanggungjawabnya sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian. Pasal 13 (1) Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida di propinsi dan Kabupaten melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap penyaluran, penggunaan dan harga pupuk bersubsidi di wilayahnya. (2) Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida di Kabupaten dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan, Pengamat Hama dan Penyakit (POPT- PHP) dan Tenaga Harian Lepas (THL). (3) Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida di Kabupaten wajib menyampaikan laporan pemantauan dan pengawasan pupuk bersubsidi di wilayah kerjanya kepada Bupati. (4) Bupati menyampaikan laporan hasil pemantauan dan pengawasan pupuk bersubsidi kepada gubernur. BAB.V KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Bupati ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaan diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Batang, Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Batang, dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Batang sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 15 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Batang. Ditetapkan di pada tanggal 3 4 Sekda Asisten 11 Kabag Hukum BAMBANG BNTORO OSTANAK Ditetapkan di pada tanggal 18J Januari 2012..fJ 'Z : 1& &>1~'uAJL/2 ATANG, PARAF KOORONAS 1 2 : Batang : Batang : 1~;j~~ 'J..OCZ 18 Januari 2012 Pt. SEKRETARS DAERAH KABUPATEN BATANG KEPALA BAPPEDA, SUHARYANTO TO BERTA DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2012 NOMOR 2 KABUPATEN BATANG TAHUN 2012 NOMOR Disalin sesuai dengan aslinya, KEPALA BAGAN HUKUM SETDA KABUPATEN BATANG BAMBANG SUPRYANTO, SH.,M.Hum Pembina Tingkat N P. 19641214 198603 1 009.2.

Lampiran : Peraturan Bupati Batang Nomor : 2. Tahun 2012 Tanggal: 2 Tahun 2012 18 g'(j~'zoz Januari 2012 ALOKAS PUPUK BERSUBSD UNTUK SEKTOR PERTANAN KABUPATEN BATANG TAHUN 2012 SATUAN'TON No Kecamatan UREA ZA SP36 NPK ORGANK 1 Wonotunggal 1.537 183 281 561 142 2 Bandar 2.272 228 397 753 186 3 Blado 1.209 86 205 394 102 4 Reban 1.486 117 165 484 95 5 Bawang 1.690 127 160 548 111 6 Tersono 1.901 177 237 614 153 7 Gringsing 1.884 520 165 614 125 8 Limpung 1.869 215 409 902 158 9 Banyuputih 795 130 153 250 44 10 Subah 1.270 155 208 404 78 11 Pecalungan 984 96 180 364 95 12 Tulis 1.341 290 190 450 88 13 Kandeman 1.226 165 344 645 103 14 Batang 1.431 150 290 601 121 15 Warunaasem 1.046 95 293 541 102 D JUMLAH 21.941 2.734 3.677 8.125 1.703 PARAF KOORDNAS 1 Sekda r 2 Asisten 11 'K', 3 Kabag Hukum ~' 4 DSTANAK BAMBANG BNTORO

Lampiran 11 : Peraturan Bupati Batang Nomor : 22-Tahun Tahun 2012 2012 Tanggal: ~J~4J.~~ 'ZOP... 18 Januari " 2012 ALOKAS PUPUK BERSUBSD UNTUK SUB SEKTOR PERTANAN TANAMAN PANGAN DAN HORTKULTURA KABUPATEN BATANG TAHUN 2012 SATUAN'TON No Kecamatan UREA ZA SP36 NPK ORGANK 1 Wonotunggal 1.442 85 175 277 101 2 Bandar 2.147 107 223 401 131 3 Blado 1.152 75 134 166 76 4 Reban 1.414 68 132 226 62 5 Bawang 1.607 67 117 267 72 6 Tersono 1.806 82 149 317 109 7 Gringsing 1.755 69 119 312 81 8 Limpung 1.775 111 227 307 114 9 Banyuputih 761 68 113 91 28 10 Subah 1.210 69 136 174 50 11 Pecalungan 934 71 125 148 71 12 Tulis 1.267 72 130 304 57 13 Kandeman 1.139 99 192 250 67 14 Batang 1.360 89 177 220 88 D JUMLAH 1 2007581 1.220 1 2.328 1 3.625 1 1.183 1 15 Warungasem 989 88 179 165 76 PARAF KOORDNAS 1 Sekda 1\ 2 Asisten 11 k 3 Kabag Hukum /- 4 DSTANAK 11 BAMBANG BNTORO

Lampiran : Peraturan Bupati Batang Nomor : 2-Tahun Tahun 2012 2012 Tanggal :/~~2C)Z 18 Januari 2012 ALOKAS PUPUK BERSUBSD UNTUK SUB SEKTOR PERKEBUNAN KABUPATEN BATANG TAHUN 2012 SATUAN'TON No Kecamatan UREA ZA SP36 NPK ORGANK 1 Wonotunggal 90 97 105 284 39 2 Bandar 118 120 172 352 53 3 Blado 55 10 69 228 25 4 Reban 69 48 45 258 32 5 Bawang 79 59 42 281 38 6 Tersono 90 94 87 297 42 7 Gringsing 122 450 45 302 42 8 Limpung 89 103 180 595 42 9 Banyuputih 33 61 39 159 15 10 Subah 57 85 71 230 27 11 Pecalungan 48 24 54 216 23 12 Tulis 70 217 59 146 30 13 Kandeman 83 65 150 395 35 14 Batang 68 61 112 381 32 15 Warungasem 54 6 112 376 25 JUMLAH 1.125 1.500 1.342 4.500 500 PARAF KOORONAS 1 Sekda h. 2 Asisten 11 'k 3 Kabaa Hukum # 4 OSTANAK 8 BAMBANG BNTORO N<.:J..-D1" ORO

Lampiran V : Peraturan Bupati Batang 2 Tahun 2012 Nomor : Z Tahun 2012 Tanggal : ~~ 18 Januari 2012 -'t()ff. ALOKAS PUPUK BERSUBSD UNTUK SUB SEKTOR PETERNAKAN KABUPATEN BATANG TAHUN 2012 SATUAN'TON No Kecamatan UREA ZA SP36 NPK ORGANK 1 Wonotunggal 5 1,1 0,6-2 2 Bandar 7 1,4 0,7-2 3 Blado 2 0,6 0,3-1 4 Reban 3 0,8 0,4-1 5 Bawang 4 0,9 0,4-1 6 Tersono 5 1,2 0,6-2 7 Gringsing 7 1,6 0,8-2 8 Limpung 5 1,1 0,6-2 9 Banyuputih 1 0,5 0,3-1 10 Subah 3 0,8 0,4-1 11 Pecalungan 2 0,6 0,3-1 12 Tulis 4 0,9 0,4-1 13 Kandeman 4 0,9 0,4-1 14 Batang 3 0,8 0,4-1 15 WarunQasem 3 0,8 0,4-1 D JUMLAH 58 14 7-20 PARAF KOORONAS 1 Sekda 'r>: 2 Asisten 11 ~ 3 Kabag Hukum.~ 1 4 OSTANAK J BAMBANG BNTORO

Lampiran V : Peraturan Bupati Batang 2 Tahun 2012 Nomor : Z- Tahun 2012 Tanggal : 18, Januari S~ 2012-2() 1'2 ALOKAS PUPUK BERSUBSD UNTUK SUB SEKTOR PERKANAN BUDDAYA KABUPATEN BATANG TAHUN 2012 SATUAN"TON No Kecamatan UREA ZA SP36 NPK ORGANK 1 Wonotunggal - - - - - 2 Bandar - - - - - 3 Blado - - - - - 4 Reban - - - - - 5 Bawang - - - - - 6 Tersono - - - - - 7 Gringsing - - - - - 8 Limpung - - - - - 9 Banyuputih - - - - - 10 Subah - - - - - 11 Pecalungan - - - - - 12 Tulis - - - - - 13 Kandeman - - - - - 14 Batang - - - - - 15 Warungasem - - - - - D JUMLAH - - - - - PARAF KOORDNAS 1 Sekda '" 2 Asisten 11 k 3 Kabag Hukum ~ 4 DSTANAK ~ BAMBANG BNTORO