BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III DESKRIPSI ASPEK PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. asasi perempuan dan anak diantaranya dengan meratifikasi Konferensi CEDAW (Convention

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dewasa ini dalam pembaharuan hukum, indonesia telah melahirkan

BAB I PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK TERHADAP PRAKTIK PERDAGANGAN ANAK (TRAFFICKING) DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain. untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Dalam Pasal 2 Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan manusia atau istilah Human Trafficking merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka

BAB I PENDAHULUAN. orang/manusia bukan kejahatan biasa (extra ordinary), terorganisir

Jalan Diponegoro No. 22 Telepon : (022) Faks. (022) Bandung

Institute for Criminal Justice Reform

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/KEP/MENKO/KESRA/IX/2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman di dalam masyarakat terhadap trafficking masih sangat. atau terendah di dalam merespon isu ini. 2

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk dunia meningkat sangat pesat, ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan orang (human trafficking) merupakan fenomena yang. berkembang secara global dan merupakan dampak negatif dari semakin

Perdagangan dan Eksploitasi Manusia di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. lama. Hanya saja masyarakat belum menyadari sepenuhnya akan kejahatan

GUBERNUR JAWA BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan orang merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk dari

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial, sejak dalam kandungan sampai dilahirkan anak. mempunyai hak atas hidup dan merdeka serta mendapat perlindungan baik

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. adalah perdagangan orang, terutama perempuan dan anak ( trafficking in persons especially

I. PENDAHULUAN. Pelanggaran dan kejahatan kemanusiaan terjadi dalam berbagai bentuk, salah satu

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA ASAL INDONESIA TERKAIT TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG BERDASARKAN HUKUM NASIONAL DAN HUKUM INTERNASIONAL *

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian integral dari penghormatan Hak Asasi Manusia (HAM) sesungguhnya sudah diamanatkan oleh Undang-Undang DasarNegara

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Hukum bukan

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK)

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. kaum perempuan yang dipelopori oleh RA Kartini. Dengan penekanan pada faktor

BERITA NEGARA. No.1048, 2012 KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Perdagangan Orang. Pencegahan. Penanganan. Panduan.

Lex et Societatis, Vol. II/No. 9/Desember/2014

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG

PELAKSANAAN GUGUS TUGAS

STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA

2016, No , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3277); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGATURAN-PENGATURAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA. Oleh: Nurul Hidayati, SH. 1.

UPAYA PENANGGULANGAN PERDAGANGAN TENAGA KERJA (TRAFFICKING IN PERSON FOR LABOR) DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERDAGANGAN PEREMPUAN DAN ANAK (TRAFFICKING) DI INDONESIA

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG. A. Pengaturan Tindak Pidana Perdagangan Orang Menurut KUHP

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini, sebab sebagai mahluk yang bermartabat tinggi, manusia bagaimana pun

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Evaluasi Pelaksanaan Penyusunan RUU Prioritas Tahun 2005

BAB I PENDAHULUAN. serangkaian tindakan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang. ditentukan dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2007.

LATAR BELAKANG. Click to edit Master subtitle style

BAB I PENDAHULUAN. sangat mengkhawatirkan. Pada era globalisasi sekarang ini, modern slavery marak

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (trafficking) merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBUK INDONESIA

BAB II GAMBARAN UMUM Mekanisme Pengiriman Tenaga Kerja ke Luar Negeri

BAB 1 PENDAHULUAN. perairan yang sangat luas. Kondisi wilayah ini dikenal dengan Archipelago State atau

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO. Jl. Lanto Dg Pasewang No. 34 Telp. (0411) Kode Pos PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO

SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG (HUMAN TRAFFICKING) DI INDONESIA

PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG LARANGAN PERDAGANGAN PEREMPUAN SERTA IMPLEMENTASINYA DI INDONESIA MOHAMMAD FADIL / D

Laporan Hasil Penelitian Kebijakan, Intervensi Hukum, Sistem, Rencana Strategi dan Struktur Penegak Hukum Dalam Penanganan Korban Perdagangan Anak

BAB III PEMBAHASAN. A. Fenomena Trafficking in persons di Kalimantan Barat. Trafficking in persons menjadi suatu fenomena yang banyak dibicarakan

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (human traficking) terutama terhadap perempuan dan anak

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA,

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA. Oleh: Maria Silvya E. Wangga'

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ini merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Di masa lalu,

Lex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017. Kata kunci: Tindak Pidana, Pendanaan, Terorisme.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lex Administratum, Vol. III/No.2/April/2015

SALINAN. c.bahwa... melaksanakan hubungan dan kerja sama internasional untuk mencegah dan memberantas tindak pidana

BAB II TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA. A Pengaturan perdagangan orang menurut KUHP

BAB I PENDAHULUAN. kabur meskipun secara yurisdiksi tetap tidak berubah. Namun para pelaku

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK)

I. PENDAHULUAN. orang itu sendiri merupakan fenomena kejahatan terorganisir Internasional yang memiliki daya

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Deskriptif Kualitatif merupakan metode menguraikan menurut kualitas. Teknik pengumpulan data dilakukan dari berbagai sumber:

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI KABUPATEN SUBANG PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. melekat dan menjadi predikat baru bagi Negara Indonesia. Dalam pandangan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Di masa lalu

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG. A. Pengertian Tindak Pidana Perdagangan Anak

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Menurut Sadjijono dalam bukunya mengatakan:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum pidana menempati posisi penting dalam seluruh sistem

BAB I PENDAHULUAN. rapi dan sangat rahasia keberadaannya. 2

BAB IV KEBIJAKAN SEKURITISASI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGANI PERMASALAHAN IMIGRAN ILEGAL

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dengan manusia yang lain. Pengertian anak menurut Anwar Riksono adalah :

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA PERATURAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG

-2- Selanjutnya, peran Pemerintah Daerah dalam memberikan pelindungan kepada Pekerja Migran Indonesia dilakukan mulai dari desa, kabupaten/kota, dan p

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hal

NOMOR : M.HH-11.HM th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

PANDUAN PENDAMPINGAN DAN WAWANCARA TERHADAP KORBAN PERDAGANGAN ANAK:

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. Nazala, RM, Transnational Actors Organized Crime,dalam ceramah kelas Tranasionalisme Dalam Politik Dunia, Pada 01 Oktober

Perdagangan anak yang dipahami disini adalah perdagangan orang. Undang-undang Republik Indonesia No.21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan globalisasi sekarang ini mengakibatkan kemajuan di segala bidang, bukan saja masalah kehidupan ekonomi, tetapi telah melanda dalam kehidupan politik, hankam, iptek, pendidikan, sosial budaya, dan hukum. Globalisasi di bidang politik tidak terlepas dari pergerakan HAM, transparasi dan demokratisasi. Adanya globalisasi dalam pergerakan HAM, maka Indonesia harus menggabungkan instrumen-instumen HAM internasional yang diakui negaranegara anggota PBB, kedalam hukum positif nasional sesuai dengan kebudayaan bangsa Indonesia dengan memperkuat lembaga masyarakat, lembaga studi dan masyarakat luas untuk memainkan peran dalam mempromosikan dan melindungi HAM terhadap kehidupan masyarakat bangsa Indonesia. Dalam perspektif HAM setiap orang berhak untuk berpindah tempat atau bermigrasi dari satu daerah ke daerah lainnya untuk mencoba pengalaman hidup yang baru atau untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Umumnya mereka yang bermigrasi menyatakan bahwa alasan ekonomi merupakan hal utama. Hal ini menyebabkan semakin tingginya tingkat hubungan/interaksi antara manusia dalam memenuhi kebutuhan guna mencapai tujuan. Pemenuhan kebutuhan tersebut tidak hanya dilakukan di dalam negara saja, tetapi juga di dunia internasional. Manusia selalu berusaha untuk mencari kehidupan yang lebih baik, salah satu wujudnya adalah dengan perpindahan penduduk (migrasi) dari satu tempat ke tempat lain yang disebut migrasi. Dunia internasional menyadari bahwa peningkatan arus lalu lintas orang baik yang keluar maupun masuk pada suatu negara selain akan menimbulkan dampak positif yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi dan modernisasi berbagai bidang, juga menimbulkan dampak negatif terhadap aspek-aspek kehidupan yang dapat berpengaruh terhadap ketahanan nasional suatu negara, misalnya kejahatan transnasional terorganisasi atau Transnational Organized Crime (TOC). Pemerintah Indonesia sendiri telah menandatangani Konvensi Menentang Kejahatan Transnasional Terorganisasi (Convention Against Transnational Organized Crime, Desember 2000) dan protokol tambahan (I dan II). Protokol I mengenai Penyelunduan Migran melalui darat, laut dan udara (protocol Against

2 the smuggling of migrants by land, sea and air, supplementing the UN convention against TOC). Protokol II mengenai pencegahan, pemberantasan dan penghukuman perdagangan orang, khususnya perempuan dan anak (protocol to prevent, suppress and punish trafficking in person especially women and children, supplementing the UN convention against TOC). Penandatanganan konvensi TOC tahun 2000 dan kedua protokol tambahannya oleh pemerintah indonesia menunjukkan bahwa pemerintah indonesia memandang perlu kerjasama internasional dalam mencegah dan menghukum pelaku-pelaku organisasi kejahatan. Indonesia saat ini menjadi negara sumber, transit dan tujuan perdagangan perempuan dan anak (trafficking in person) untuk dijadikan pekerja seks dan pekerja paksa. Para korban dari Indonesia dibawa ke Malaysia, Singapura, Taiwan, Hongkong, Brunei, negara-negara teluk parsi, dan Australia. Negaranegara tersebut juga menjadi salah satu tujuan bagi para korban yang diperdagangkan untuk di eksploitasi secara seksual maupun sebagai buruh (Ruth Rosenberg, 2003). Perdagangan pun terjadi secara luas di wilayah Indonesia untuk eksploitasi buruh dan seksual. Perdagangan perempuan dan anak pada umumnya bermula dari kegiatan migrasi, baik yang berdokumen maupun yang non dokumen, adalah proses di mana seseorang atas kesadaran sendiri memilih untuk meninggalkan satu tempat menuju tempat lainnya. Perdagangan perempuan sesungguhnya tidak lain adalah bentuk migrasi yang dalam prakteknya mereka itu direkrut melalui berbagai modus penipuan, termasuk melalui perkawinan untuk selanjutnya dibawa ke negara lain dengan tujuan diperdagangkan secara paksa dan biasanya di sertai ancaman kekerasan. Sebagian besar ahli migrasi berpendapat bahwa alasan ekonomi merupakan faktor utama seseorang melakukan migrasi,dan teori ini dipengaruhi oleh Todaro (1969) yang berpendapat bahwa pendapatan yang lebih besar merupakan tujuan migrasi secara rasional. Secara sederhana Ruth (2003) mengartikan perdagangan perempuan sebagai seluruh tindakan dalam rangka perekrutan dan/atau pengiriman seorang perempuan di dalam dan ke luar negeri untuk pekerjaan atau jasa, dengan menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan, penyalahgunaan kekuasaan

3 atau posisi dominan, penjeratan utang, penipuan atau bentuk-bentuk pemaksaan lain. Kerja paksa dan praktik-praktik serupa perbudakan : pemaksaan terhadap seorang perempuan untuk melakukan pekerjaan atau jasa atau pengambilan identitas hukum dan/atau tubuh perempuan itu tanpa seizin dirinya dengan menggunakan kekerasan, penyalahgunaan kekuasaaan atau posisi dominan, penjeratan utang, penipuan dan bentuk-bentuk pemaksaan lain.(ruth, 2003) Sedangkan definisi konkret dari perdagangan yang dapat diterima di tingkat internasional menurut Protokol Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Mencegah, Memberantas dan Menghukum Perdagangan Manusia, khususnya Perempuan dan Anak (2000): Perdagangan manusia adalah perekrutan, transportasi, pemindahan, penyembunyian, atau penerimaan seseorang, dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentukbentuk tekanan lain, penculikan, pemalsuan, penipuan atau pencurangan atau penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, atau pun penerimaan/pemberian bayaran atau manfaat sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang tersebut untuk dieksploitasi, minimalnya dieksploitasi untuk prostitusi atau bentuk-bentuk eksploitasi seksual lainnya, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktek-praktek yang menyerupai, adopsi ilegal atau pengambilan organ-organ tubuh; Perdagangan anak merupakan salah satu bentuk dari pelanggaran hak asasi manusia. Perdagangan anak jelas akan membahayakan keselamatan dan masa depan anak karena anak-anak rentan untuk dimanfaatkan, diperkerjakan, dan diekploitasi. Catatan Komnas Perlindungan Anak, hingga akhir tahun 2004 menyebutkan bahwa kasus-kasus traffiking dengan berbagai bentuk banyak terjadi di Indonesia. Sebanyak 6,5 juta anak usia 10 sampai 14 tahun terpaksa bekerja pada situasi buruk (hazardous work) di berbagai sektor seperti perindustrian, perkebunan, pertanian, perikanan, jalanan, pembuangan sampah, dan pertambangan. Jumlah itu termasuk 1,5 juta anak yang terpaksa bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Jumlah ini naik sangat signifikan dibandingkan tahuntahun sebelumnya. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia, khususnya untuk pekerja anak sebagai pembantu rumah tangga, jumlahnya terus mengalami kenaikan dari 310.378 anak pada tahun 1999 mencapai 600.000 anak pada tahun 2001.

4 Dalam perdagangan mausia khususnya anak perempuan terdapat beberapa elemen yang perlu dicermati, antara lain terdiri dari: 1) korban: yaitu para anak perempuan yang terjerumus dalam perdagangan manusia, 2) pelaku: yaitu para agen yang melakukan proses perekrutan hingga pemberangkatan, 3) penerima: yaitu pihak luar negeri yang menerima dan menggunakan para korban. Ketiga elemen tersebut saling berhubungan dimana ketiganya tidak dapat dipisahkan. Korban yang selalu lekat dengan alasan ekonomi sehingga mereka dapat dengan mudah terjerumus dalam perdagangan perempuan dimana agen sebagai mediator antara korban dan penerima (pihak luar negeri). Dalam hal ini, pendekatan yang harus digunakan dalam upaya pencegahan dan pemberantasan perdagangan perempuan dan anak adalah berbagai tindakan yang bersifat komprehensif dan sinergis mencakup elemen-elemen tersebut maupun dalam peraturan perundang-undangan serta dalam kegiatan operasional. Kedua pendekatan itu memiliki saling ketergantungan yang kuat (Romli, 2004). Pemerintah baru-baru ini telah menyelesaikan rancangan undang-undang tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang, sekaligus menyelesaikan rancangan pengesahan konvensi menentang kejahatan transnasional terorganisasir (2000). Undang-undang pengesahan konvensi itu tentu merupakan Undang-undang payung (umbrella act) bagi seluruh peraturan perundang-undangan yang terkait dengan upaya pencegahan dan pemberantasan perdagangan orang khususnya, serta pemberantasan korupsi, pencucian uang, penyelundupan migran, undangundang kepolisisan, undang-undang kejaksaan RI, undang-undang kepabeanan dan undang-undang keimigrasian (Romli, 2004). Kegiatan mengenai migrasi khususnya mengenai Keimigrasian di Indonesia tersebut telah diatur Undang-undang Nomor 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, yang memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai pelayan masyarakat, penegak hukum dan security negara serta fasilitator pembangunan ekonomi. Namun dalam implementasinya pelaksanaan tugas keimigrasian tersebut Berdasarkan Undangundang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian tersebut masih menemukan kendala-kendala dalam rangka mengatasi dan menanggulangi perdagangan perempuan.

5 Berangkat dari kenyataan dan pemikiran tersebut penulis bemaksud meneliti secara mendalam mengenai masalah: STRATEGI PENCEGAHAN PERDAGANGAN PEREMPUAN DIBAWAH UMUR. I.2. Pokok Permasalahan Fenomena migrasi internasional merupakan fenomena alami yang tidak dapat terhindarkan. Manusia bermigrasi dari satu daerah/negara ke negara lain untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Indoneisa juga tidak dapat terlepas dari fenomena ini, baik migrasi masuk maupun migrasi keluar. Terdapat dua golangan migran, migran terdidik dan migran tidak terdidik. Migran tidak terdidik inilah di Indonesia sering digunakan dalam kegiatan perdagangan perempuan sebagai kedok/latar belakang untuk mengirim korban keluar negeri (Ruth, 2003). Dalam melakukan migrasi, imigrasi merupakan pintu terakhir bagi setiap orang yang akan ke luar negeri dengan berbagai macam tujuan. Paspor yang dikeluarkan oleh imigrasi merupakan dokumen yang sah secara internasional yang digunakan oleh seseorang dalam melakukan perjalanan antar negara. Sehingga perdagangan perempuan dan imigrasi merupakan suatu hal yang sangat berhubungan, dimana perdagangan perempuan dengan segala macam modus operandi pasti membutuhkan dokumen perjalanan internasional berupa paspor dan harus melewati perbatasan yang juga dijaga oleh imigrasi. Maka peran imigasi sangat penting dalam terjadinya perdagangan perempuan di bawah umur, oleh karena itu diperlukannya strategi-strategi dalam pencegahan perdagangan perempuan secara konkret oleh imigrasi. I.3. Pertanyaan Penelitian Dari pokok permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka timbul beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Mengapa terjadi perdagangan perempuan di bawah umur : a. Apakah yang menjadi latar belakang para pelaku melakukan perdagangan perempuan di bawah umur? b. Apakah yang menjadi latar belakang para korban sehingga mereka terjerumus dalam perdagangan perempuan di bawah umur?

6 c. Bagaimana kondisi pasar tenaga kerja internasional yang menjadi muara dari perdagangan perempuan dibawah umur? 2. Bagaimana peran imigrasi dalam perdagangan perempuan di bawah umur? 3. Bagaimana strategi imigrasi dalam pencegahan perdagangan perempuan di bawah umur di Indonesia? I.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini selain dimaksud sebagai tugas akhir untuk memenuhi syarat kelulusan bagi pendidikan tingkat program srata dua juga mempunyai beberapa tujuan yang terdiri dari, yaitu: 1. Untuk mengetahui sebab terjadinya perdagangan perempuan di bawah umur antara lain: a. Untuk mengetahui latar belakang para pelaku dalam melakukan perdagangan perempuan dibawah umur; b. Untuk mengetahui latar belakang para korban yang terjerumus dalam perdagangan perempuan dibawah umur; c. Untuk mengetahui kondisi pasar tenaga kerja internasional yang menjadi muara dari perdagangan perempuan dibawah umur. 2. Untuk mengetahui peran imigrasi dalam perdagangan perempuan di bawah umur? 3. Untuk merumuskan strategi imigrasi dalam pencegahan perdagangan perempuan dibawah umur. I.5. Kegunaan Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat berguna baik dari segi teoritis maupun praktis, sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis: Secara teoritis penelitian ini diharapkan akan berguna untuk: a. Menambah pengetahuan dan penelitian mengenai upaya pelaksanaan perlindungan hak asasi perempuan dalam hal ini tenaga kerja perempuan dibawah umur di masyarakat internasional; b. Sebagai bahan kajian dan informasi, referensi, tambahan atau melengkapi bahan kepustakaan dalam mempelajari ilmu sosila,

7 khususnya mengenai kajian konsep perdagangan perempuan dibawah umur dalam prespektif keimigrasian. 2. Kegunaan Praktis: Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk: a. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai hak-hak asasi perempuan dan pelaksanaannya dalam perdagangan perempuan dibawah umur; b. Sebagai masukan bagi pemerintah khususnya bagi instansi-instansi yang terkait dalam membuat dan menyusun peraturan keimigrasian yang sekiranya tepat terhadap perdagangan perempuan terutama berkenaan dengan masalah perdagangan perempuan dibawah umur; c. Berusaha memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu sosial di Indonesia khususnya mengenai imlikasi perdagangan perempuan dibawah umur yang berkenaan dengan Keimigrasian. I.6. Pembatasan Fokus penelitian dalam tesis ini ditujukan untuk mencari hasil akhir yang berupa strategi dalam pencegahan perdagangan perempuan dibawah umur yang diawali dengan mengetahui motif para korban. Terkait dengan fokus tersebut maka penelitian akan dikonsentrasikan pada perdagangan perempuan dibawah umur sebagai tenaga kerja indonesia (TKI). Untuk mengetahui motivasi para korban maka dilakukan penelitian lapangan (wawancara mendalam) terhadap para calon tenaga kerja perempuan dibawah umur. Pada tahap akhir berdasarkan kajian literatur dan penelitian lapangan adalah merumuskan strategi pencegahan perdagangan perempuan dibawah umur pada instansi Direktorat Jenderal Imigrasi. I.7. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pembahasan serta memberikan gambaran yang singkat dan jelas mengenai isi skripsi yang berjudul Strategi Pencegahan Perdagangan Perempuan Dibawah Umur ini, maka penulis membagi karya tulis ini dalam lima bab, dengan sistematika sebagai berikut :

8 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan. Melalui bab ini penulis bermaksud dapat memberikan gambaran umum secara keseluruhan mengenai materi skripsi ini. BAB II GAMBARAN UMUM Bab ini memuat gambaran umum mengenai mekanisme pengiriman TKI ke luar negeri. BAB III ASPEK-ASPEK YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN PEREMPUAN DIBAWAH UMUR Bab ini memuat tentang definisi, pendapat serta teori tentang HAM, trafficking in persons, migrasi internasional, serta perdagangan perempuan dibawah umur dalam hukum internasional dan hukum nasional. BAB IV METODE PENELITIAN Bab ini memuat tentang metode penelitian yang digunakan dengan pendekatan kualitatif, pengumpulan data, informan, serta analisi data. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai penyebab terjadinya perdagangan perempuan dibawah umur di Indonesia, yang pada akhirnya dirumuskan suatu strategi pencegahan perdagangan perempuan dibawah umur. BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini penulis mengambil intisari dari permasalahan yang dibahas dengan membuat kesimpulan serta saran yang diharapkan dapat membantu dalam pencegahan perdagangan perempuan dibawah umur di Indonesia.