BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah proses transformasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. diri siswa supaya dapat meningkatkan prestasi belajarnya. 1. dan menyukainya. Dengan kreatifitas guru dalam mengajar itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. rangka membangun masa depan. Karena itu, pendidikan berperan. mensosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Demikian juga piranti pendidikan yang semakin canggih, oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja sendiri. 1 Artinya bahwa proses

BAB I PENDAHULUAN. 1995, hlm Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. (Semarang: Aneka Ilmu, 1992), hlm

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, 2008), hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. awalan men, menjadi mendidik, yaitu kata kerja yang artinya memelihara

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB V PEMBAHASAN. A. Motivasi Belajar Membaca Al-Qur an pada Siswa di Madrasah. karena itu peran seorang guru bukan hanya semata-mata mentransfer ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu sektor penentu keberhasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan menurut sistem Pendidikan Nasional Pancasila dengan

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2007), hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 173.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan 9 tahun. Anak-anak yang bersekolah di tingkat Sekolah Dasar (dan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA METODE PEMBELAJARAN. SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MTs NURUL HUDA BANYUPUTIH BATANG

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ali Muhdi Amnur (ed.), Konfigurasi Politik Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. 2009), hlm tentang Guru dan Dosen, UU Guru dan Dosen, (Bandung : Nuansa Indah, 2006), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan memiliki peranan sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB II KAJIAN TEORI. Lebih lanjut strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

PENGARUH PENGGUNAAN METODE DISKUSI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATAPELAJARAN PRODUKTIF 1 DI SMK NEGERI 1 GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi Pustaka, 2007), hlm Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik, (Jakarta:

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran, tidak terkecuali

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di

BAB I PENDAHULUAN. Agoes Dariyo, Dasar-Dasar Pedagogi Modern, Indeks, Jakarta, hlm. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. 1 Salah satu masalah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. karena maju dan mundurnya bangsa di tentukan oleh keadaan pendidikan yang di

BAB I PENDAHULUAN. Nasional, (Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi,2003), hlm Pasal 3 Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang

Penerapan Pendekatan Problem Solving untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Subtema Perkembangan Teknologi Kelas III SD Negeri 25 Banda Aceh

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Hampir semua orang dikenai pendidikan dan melaksanakan pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN., karena dengan bekal pendidikan khususnya pendidikan formal diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. banyak berhubungan dengan para siswa jika dibandingkan dengan personal

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. didik di perlukan proses belajar-mengajar. Belajar merupakan tindakan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. melaksanakan pendidikan. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan

BAB I PENDAHULUAN. (Depok: Intuisi Press,1998) Cet 2, hlm. 2-3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan metode. Dalam perumusan tujuan guru perlu merumuskan dengan

BAB 11 KAJIAN TEORI. pengetahuan. Kemampuan pemahaman (comprehention) adalah. situasi serta fakta yang diketahuinya. 1 Dapat pula Pemahaman diartikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hlm.5

BAB I PENDAHULUAN. b. Aspek Aqidah: Menjelaskan pengertian Malaikat, Menyebutkan namanama Malaikat, Menyebutkan tugas-tugas malaikat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim dan Yunan Danim, Administrasi Sekolah dan Manajemen Kelas, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), hlm. 6.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pembeda dengan makhluk lainnya. Oleh karena itulah manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan. 2

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. serta prinsip-prinsip, sehingga membantu memiliki makna bagi subjek didik.

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108.

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar pertama tersebut anak akan diberikan pengenalan tentang huruf.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Menurut

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah proses transformasi pengetahuan menuju ke arah perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan semua potensi manusia. Oleh karena itu, pendidikan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu; ia tidak dibatasi oleh tebalnya tembok sekolah juga sempitnya waktu belajar di kelas. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat dan bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja manusia mau dan mampu melakukan proses pendidika. 1 Dinyatakan dalam Undang-Undang Republik IndonesianNo. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 pasal 1 dinyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, mengendalikan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Kreativitas adalah sebuah karya yang harmonis dalam pembelajaran yang berdasarkan tiga aspek cipta, rasa dan karsa yang akan menghasilkan sesuatu yang baru agar dapat membangkitkan dan menanamkan kepercayaan cet. ke-1, h. v 1 Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: PT. LKiS Printing Cemerlang, 2009),

2 diri siswa supaya dapat meningkatkan prestasi belajarnya. 2 Dalam proses belajar mengajar di kelas seorang guru pasti berinteraksi dengan muridnya guna menyampaikan materi, guru membantu siswa agar memahami materi dan menyukainya. Dengan kreatifitas guru dalam mengajar itulah yang membuat siswa tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, guru dituntut kreatif, profesional dan menciptakan suasana yang menyenangkan pada saat proses belajar mengajar sedang berlangsung. Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran, dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreativitas tersebut, kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu. 3 Menjadi guru kreatif, professional, dan menyenangkan dituntut untuk memiliki metode pembelajaran yang efektif. Hal ini penting terutama untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. 4 Dalam lembaga pendidikan formal madrasah dan sekolah, guru merupakan komponen yang penting, ia sebagai pelaku proses pendidikan dan pengajaran, hal ini sesuai dengan pendapat Ismail yang mengatakan bahwa: Sebagai seorang pendidik, guru senantiasa dituntut untuk mampu menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif serta dapat memotivasi siswa dalam belajar mengajar yang akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi hasil belajar 2 Abdurrahman Mas ud, Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h. 165 3 E.Mulyasa, Menjadi Guru Profesional menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan. (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya,2013), h. 51 4 Ibid., hal.95

3 secara optimal. Guru harus dapat menggunakan strategi tertentu dalam pemakaian metodenya sehingga dia dapat mengajar dengan tepat, efektif, dan efisien untuk membantu meningkatkan kegiatan belajar serta memotivasi siswa untuk belajar dengan baik. 5 Dalam penggunaan metode terkadang guru harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas. Jumlah anak mempengaruhi penggunaan metode. Guru juga sering menggunakan satu metode, karena mereka menyadari bahwa semua metode ada kebaikan dan kelemahannya. Penggunaan satu metode lebih cenderung menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang membosankan bagi anak didik. Jalan pengajaran pun tampak kaku. Kejenuhan dan kemalasan menyelimuti kegiatan belajar anak didik. 6. Penggunaan media pembelajaran pada orientasi pengajarannya akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan menyampaikan pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. 7 Seorang guru mata pelajaran PAI harus bisa menciptakan suasana belajar yang nyaman dengan menggunakan metode dan media pembelajaran yang bervariatif agar peserta didik tidak merasakan bosan dan akan lebih termotivasi untuk mempelajari materi-materi yang disampaikan sehingga hasil 5 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam berbasis PAIKEM: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. ( semarang: Rasail Media Group, 2008), h. 25 6 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2010), H. 73 7 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran. (Jakarta,PT Raja Grafindo Persada: 2004) h. 15-16

4 yang diperoleh dari proses pembelajaran tersebut maksimal dan nantinya bisa di terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran yang efektif memerlukan perencanaan yang baik. Media yang akan di gunakan dalam proses pengajaran itu juga memerlukan perencanaan yang baik. Meskipun demikian, kenyataan di lapangan menujukkan bahwa seorang guru memilih salah satu media dalam kegiatannya di kelas atas dasar pertimbangan antara lain: (a) ia merasa sudah akrab dengan media itu: papan tulis atau proyektor transparansi, (b) ia merasa bahwa media yang dipilihnya dapat menggambarkan dengan lebih baik dari pada dirinya sendiri misalnya diagram pada flip chart, atau (c) media yang dipilihnya dapat menarik minat dan perhatian siswa, serta menuntunnya pada penyajian yang lebih terstruktur dan terorganisasi. Pertimbangan ini diharapkan oleh guru dapat memenuhi kebutuhannya dalam mencapai tujuan yang telah ia tetapkan. 8 Melihat realita yang terjadi sekarang ini masih ada guru mungkin termasuk guru mata pelajaran PAI dalam proses pembelajarannya masih kurang kreatif, semisal masih menggunakan metode-metode yang monoton dan cenderung kurang memanfaatkan fasilitas yang seharusnya di gunakan sebagai media pembelajaran. Peranan seorang guru sangat dibutuhkan keberadaannya dalam proses belajar mengajar termasuk di sini kreativitas mereka dalam pembelajaran sehingga dapat berpengaruh dalam menumbuhkan semangat belajar yang kemudian mencapai hasil yang maksimal khususnya pada mata pelajaran PAI. Seorang guru kreatif dalam mengajar mampu menumbuhkan dampak positif bagi siswa, sebab siswa tidak merasa jenuh dan dapat menerima pelajaran yang diberikan. Dengan demikian 8 Ibid., h. 67

5 pengelolaan proses belajar mengajar yang baik didukung oleh kreativitas guru akan dapat mencapai tujuan yang diinginkan yaitu hasil belajar yang maksimal. Guru yang berpengalaman dan kreatif akan mendorong siswa untuk mempelajari sesuatu diluar kemampuannya dan tidak akan memberi pengetahuan yang tidak sesuai dengan perkembangan jiwa anak. Dalam hal ini seorang guru harus mempunyai keratuvitas dengan menggunakan stratei pembelajaran yang sesuai taraf perkembangan siswa. Berdasarkan pra survey pada kreatifitas guru dalam pembelajaran PAI masih belum berkembang, pembelajaran masih bersifat monoton, penggunaan metode pembelajaran yang bersifat konvensional, penggunaan bahan ajar yang hanya mengandalkan buku paket, media pembelajaran yang tidak pernah di pergunakan. 9 Guru PAI dalam merencanakan pembelajaran diharapkan mampu berkreasi dalam hal merumuskan tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional dengan baik dalam proses belajar mengajar, perumusan tujuan pembelajaran merupakan unsur terpenting, sehingga perlu dituntut kreativitas guru dalam menentukan tujuan-tujuan yang dipandang memiliki tingkatan yang lebih tinggi. 10 Jika kreativitas guru mata pelajaran PAI di hubungkan dengan hasil belajar siswa dapat menjadi relative menarik untuk diteliti lebih lanjut karena seharusnya dua hal itu memiliki hubungan yang sangat kuat maksudnya 9 Observasi, tentang Kreativitas Guru PAI di SDN 49 Karang Anyar Pesawara, Tanggal 21 Juli 2016 10 Munandar, Kreatif dalam Diri, (E-book Ilmu Pendidikan Islam, 2010), dalam Http://moru.blogspot.com, diunduh Tanggal 14 Juli 2016

6 adalah semakin tinggi kreativitas guru mata pelajaran PAI dalam mengemas materi maka semakin tinggi pula hasil belajar yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran tersebut. Sebab hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seorang siswa menguasai bahan yang sudah diajarkan oleh guru. Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian informasi kepada peserta didik. Sesuai kemajuan dan tuntutan zaman guru harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar. Dalam hal itu, guru dituntut memahami berbagai model pembelajaran yang agar dapat membimbing peserta didik secara optimal. 11 Suatu proses pembelajaran yang dilakukan dalam suatu pendidikan formal secara khusus dan non formal secara umum mengalami suatu tahap akhir yang akan dicapai dalam suatu proses belajar mengajar. Tahapan terakhir dalam suatu proses pembelajaran sangat menentukan keberhasilan siswa dalam menempuh pendidikan secara formal, tahapan tersebut adalah tes ujian akhir. Akan tetapi, sebenarnya proses evaluasi yang dilakukan tidak hanya terdapat pada akhir proses melainkan dapat juga ditengah atau diselasela proses belajar di kelas. Hasil belajar ini berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Dengan demikian, tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah merancang instrumen yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan 11 E.Mulyasa, Op.cit., h. 21

7 siswa mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan data tersebut guru dapat mengembangkan dan memperbaiki program pembelajaran. Dalam menentukan hasil belajar selain menentukan instrument juga perlu merancang cara menggunakan instrument beserta criteria keberhasilannya. Hal ini perlu dilakukan, sebab dengan kriteria yang jelas dapat ditentukan apa yang harus dilakukan siswa dalam mempelajari isi atau bahan pelajaran. 12 Pendidikan diharapkan memberikan pengetahuan yang memungkinkan orang dapat mengatasi masalah-masalah kehidupan dalam tugas-tugas profesional dan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki kemampuan dasar dalam melakukan tugasnya. Salah satu kemampuan tersebut adalah kemampuan pribadi guru itu sendiri yakni guru harus yang kreatif, selalu mencari bagaimana caranya agar proses belajar mengajar dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Oleh sebab itu, merupakan sebuah tuntutan bagi para pengajar untuk memiliki dan mengembangkan kreativitas dalam proses pembelajaran, khususnya pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) guna menciptakan kondisi belajar yang sesuai dengan kondisi siswa dan dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa, sehingga proses pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) berlangsung dengan baik. Dalam proses pembelajaran pasti terdapat interaksi belajar-mengajar. Interaksi belajar-mengajar mengandung suatu arti adanya kegiatan interaksi dari tenaga pengajar yang melaksanakan tugas mengajar dari satu pihak, 12 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 13

8 dengan warga belajar (siswa, anak didik/subjek belajar) yang sedang melaksanakan kegiatan belajar di pihak lain. Interaksi antara pengajar dengan warga belajar diharapkan merupakan proses motivasi. Maksudnya, bagaimana dalam proses interaksi itu pihak pengajar mampu memberikan dan mengembangkan motivasi serta reinforcement kepada pihak warga belajar/siswa/subjek didik, agar dapat melakuakan kegiatan belajar secara optimal. 13 Berdasarkan hasil pengamatan motivasi belajar peserta didik di SDN 49 Karang Anyar, terlihat masih rendah, ketika pembelajaran dimulai masih ada peserta didik yang sibuk mengobrol dengan temannya, tidak memiliki semangat berkompetisi dalam belajar, tidak mengerjakan tugas yangdiberikan oleh guru. 14 Sehubungan dengan hal tersebut, perlu ditegaskan bahwa prinsip mengajar adalah mempermudah dan memberikan motivasi kegiatan belajar. Sehingga guru sebagai pengajar memiliki tugas memberikan fasilitas atau kemudahan bagi suatu kegiatan belajar subjek belajar/siswa. Dengan ini maka guru sebagai pembina dan pembimbing harus mau dan dapat menempatkan siswa sebagai anak didiknya di atas kepentingan yang lain. Ibarat seorang dokter, keselamatan pasien (keberhasilan siswa) harus diutamakan. Guru harus dapat mengembangkan motivasi dalam setiap kegiatan interaksi dengan siswanya. Dengan ini guru perlu menyadari dirinya sebagai pemikul tanggung 13 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 2 14 Observasi, tentang Motivasi Belajar Peserta didik di SDN 49 Karang Anyar Pesawara, Tanggal 21 Juli 2016

9 jawab untuk membawa anak didik kepada tingkat keberhasilannya. 15 Sebab tanpa motivasi kegiatan belajar mengajar sulit untuk berhasil. Oleh karena itu, melalui adanya kreativitas guru, proses belajar mengajar PAI akan menjadi lebih berkesan dan menarik, serta dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Serta dengan adanya kreativitas yang diimplementasikan dalam system pembelajaran, peserta didik nantinya diharapkan dapat menemukan ide-ide yang berbeda dalam memecahkan masalah yang dihadapi, sehingga ide-ide kaya yang progresif pada nantinya dapat bersaing dalam kompetisi global yang selalu berubah. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam terhadap permasalahan tersebut dan dituangkan dalam bentuk penelitian dengan judul Kreativitas Guru PAI dalam Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Peserta Didik di SDN 49 Karang Anyar Gedong Tataan. B. Identifikasi dan Batasan Penelitian 1. Identifikasi Penelitian Dari latar belakang masalah tersebut di atas timbullah beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi, antara lain: a. Kurang tercapainya tujuan pembelajaran PAI b. Kurangnya perhatian siswa dalam pelajaran PAI c. Orientasi pembelajaran PAI di sekolah yang masih menekankan kepada hafalan ayat dan sekedar mencatat dari pada penanaman isi. d. Kurangnya sumber pelajaran yang digunakan oleh guru 15 Ibid., h. 4

10 2. Batasan Penelitian Untuk memudahkan pemahaman terhadap pembahasan penulisan penelitian ini, agar tidak meluas dan dapat jelas, maka perlu membatasi ruang lingkup pembahasannya yang terfokus pada: a. Kreativitas guru agama dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). b. Motivasi belajar siswa. c. Mengetahui kreativitas guru agama dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) terhadap motivasi belajar siswa. C. Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu: Bagaimana Kreativitas Guru PAI dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Peserta Didik di SDN 49 Karang Anyar Gedong Tataan Tahun Pelajaran 2016/2017? D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan identifikasi masalah dan rumusan masalah penelitian yang diajukan, maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kreativitas guru PAI dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik di SDN 49 Karang Anyar Gedong Tataan Tahun Pelajaran 2016/2017.

11 2. Kegunaan Penelitian Sesuai dengan latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai: a. Masukan bagi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk lebih meningkatkan kreativitasnya dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan dapat menunjang upaya pencapaian tujuan pendidikan agama yang optimal. b. Bahan masukan bagi pihak sekolah sebagai sumbangan pemikiran dalam mengupayakan terciptanya sekolah berprestasi. c. Sebagai tambahan wawasan atau pengetahuan bagi praktisi pendidikan dalam pembelajaran. d. Sebagai sumber pemikiran dan bahan masukan dalam rangka pembelajaran. E. Kerangka Pikir Penelitian 1. Kerangka Pikir Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua, kreativitaas diartikan sebagai kemampuan untuk mencipta atau daya cipta atau perihal berkreasi. 16 Apabila arti dari kata kreativitas ini diartikan secara global dapat menyangkut dengan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan setiap manusia. Kreativitas juga berkaitan dengan potensi yang ada di dalam diri manusia yang dapat di manfaatkan untuk mengubah kehidupan. Dalam kreativitas berhubungan 16 Hernowo. Menjadi Guru yang Mau dan Mampu Belajar secara Kreatif. (Bandung: Mizan Learning Center. 2002). h. 25

12 juga dengan sesuatu yang berperan menciptakan hal-hal baru yang belum ada sebelumnya. Menurut Kuibe bahwa dalam penelitiannya orang-orang yang kreatif selalu menyenangkan, mempunyai kecerdikan akal dalam kehidupan sehari-hari. Orang kreatif selalu berhubungan dengan orang-orang disekitarnya secara terbuka dan setia. Orang kreatif tidak akan stress ketika menghadapi masalah. 17 Dalam masyarakat luas, kreativitas dapat diartikan kesanggupan untuk menemukan sesuatu yang baru dengan jalan mempergunakan daya khayal fantasi dan imajinasi. Oleh karena itu kreativitas adalah merupakan potensial asal manusia, sehingga merupakan tugas utama bagi seorang pendidik atau guru untuk selalu mengembangkan potensial asal yang sudah ada pada dirinya. Hal ini seperti yang tertera dalam Q.S Al An am ayat 135 sebagai berikut: Artinya Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, Sesungguhnya akupun berbuat (pula). kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan. 18 Menurut Horace kreativitas bagi seorang guru khususnya guru agama adalah betul-betul dibutuhkan guna menemukan cara-cara baru bagi pemecahan problema problema, baik yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, seni sastra 17 Samples, Bob. Revolusi Belajar untuk Anak (Panduan Belajar untuk Anak). (Bandung: Mizan Pustaka, 1999). h. 67 18 Depag RI. Al-Qur an dan Terjemah, (Bandung: DIponegoro, 2012), h. 241

13 atau seni-seni lainnya, yang mengandung suatu hasil atau pendekatan yang sama sekali baru bagi yang bersangkutan, meskipun bagi orang lain merupakan hal yang tidak begitu asing lagi. 19 Dari pengertian di atas maka penulis dapat membatasi dan menyimpulkan pengertian kreativitas, meskipun kesemuanya dalam perumusan yang berlainan, yakni: a. Kreativitas itu merupakan suatu proses daripada perubahan. b. Perubahan lebih menyangkut perorangan daripada kelompok. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya pengaruh yang ada di diri siswa yang dapat menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan itu demi mencapai suatu tujuan. 20 Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan prilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar peserta didik yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional. 21 Peserta didik yang melakukan kegiatan belajar, akan selalu ingin tahu hasil dari kegiatannya itu. Hasil dari suatu kegiatan belajar dikatakan sebagai hasil belajar. Hasil belajar diperoleh melalui evaluasi hasil belajar. Davies mengemukakan bahwa evaluasi merupakan proses sederhana 2008), h. 14 19 Balnadi Sutadipura. Aneka Problem Keguruan. (Bandung: Angkasa, 1982) h. 102 20 Winkel, Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Grasindo, 1991), h. 92 21 Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajarannya, (Yogyakarta: Multi Pressindo,

14 memberikan/menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, objek, dan masih banyak yang lain. 22 Howard Kingsley sebagaimana dikutip oleh Nana Sudjana, membagi 3 macam hasil belajar yaitu; keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. 23 Setelah melalui proses belajar maka peserta didik diharapkan dapat mencapai tujuan belajar yang disebut juga sebagai hasil belajar yaitu kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menjalani proses belajar. Sujana berpendapat, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa peserta didik telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik. 24 Sudjana menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar merupakan hal yang penting yang akan dijadikan sebagai tolak ukur sejauh mana keberhasilan seorang peserta didik dalam belajar. Dari hasil belajar, guru dapat menilai apakah sistem pembelajaran yang diberikan berhasil atau tidak, untuk selanjutnya bisa diterapkan atau tidak dalam proses pembelajaran. 25 Sedangkan Gagne sebagaimana dikutip oleh Asep Jihad, membagi lima kategori hasil belajar, yakni informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi 22 Davies K. Ivor. Instructional Technique, (Indiana: McGraww-Hill, Inc, 1981), h. 3 23 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 17 24 Ibid, h. 15 25 Ibid, h. 3

15 kognitif, sikap, dan keterampilan motoris. 26 Menurut Davies sebagai kegiatan yang berupaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, maka evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan. Ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar peserta didik dklasifikasikan menjadi tiga yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. 27 Yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar dari aspek kognitif dan psikomotorik berupa hasil nilai setelah diadakan tes, serta hasil belajar aspek afektif berupa sikap dan respon peserta didik terhadap proses pembelajaran. Kreativitas Guru PAI Menemukan dan menciptakan hal-hal baru dalam mengajar meliputi: 1. Metode 2. Media 3. Evaluasi Motivasi Belajar 1. Memberi angka 2. Hadiah 3. Saingan / Kompetisi 4. Memberi Ulangan 5. Mengetahui hasil 6. Pujian Hasil Belajar 1. Aspek Kognitif 2. Aspek Afektif 3. Aspek Psikomotor 4. Nilai Skema Kerangka Pikir Penelitian 26 Asep Jihad dan Abdul Haris, Op., cit, h. 22 27 Davies, Op.cit., h. 97