4 KERUSAKAN EKOSISTEM

dokumen-dokumen yang mirip
6 STRATEGI MITIGASI TSUNAMI

No Tanggal Posisi Keterangan Pantai Iboih, daerah wisata, tipologi pantai berpasir, slope 2 derajat. Batu pasir

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5 GENANGAN AKIBAT TSUNAMI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang. berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini

VI. SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam 3 zona berdasarkan perbedaan rona lingkungannya. Zona 1 merupakan

LAMPIRAN. Lampiran 1. Analisis vegetasi hutan mangrove mulai dari pohon, pancang dan semai berdasarkan

Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat. Selain keunikannya, terdapat beragam fungsi yang dapat dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan salah satu peran penting mangrove dalam pembentukan lahan baru. Akar mangrove mampu mengikat dan menstabilkan substrat

SUMBERDAYA ALAM WILAYAH PESISIR

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai

BAB I PENDAHULUAN. batas pasang surut air disebut tumbuhan mangrove.

1. Pengantar A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur Dan Komposisi Vegetasi Mangrove Di Pulau Mantehage

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang

ZONASI TUMBUHAN UTAMA PENYUSUN MANGROVE BERDASARKAN TINGKAT SALINITAS AIR LAUT DI DESA TELING KECAMATAN TOMBARIRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KONDISI EKOSISTEM MANGROVE PASCA TSUNAMI DI PESISIR TELUK LOH PRIA LAOT

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan pantai, penyerap polutan, habitat burung (Bismark, 1986). Kemampuan mangrove untuk mengembangkan wilayahnya ke arah laut

TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove berasal dari bahasa Melayu manggi-manggi, yaitu nama

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia perkiraan luas mangrove sangat beragam, dengan luas

TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove diduga berasal dari bahasa Melayu manggi-manggi, yaitu

Struktur Vegetasi Mangrove di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara

PEMANFAATAN PERSEMAIAN BERTINGKAT UNTUK PRODUKSI BIBIT DALAM KERANGKA REHABILITASI HUTAN MANGROVE SPESIFIK LOKASI. Bau Toknok 1 Wardah 1 1

BAB I PENDAHULUAN. wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini

ANALISIS VEGETASI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE KPH BANYUMAS BARAT

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Padang Cermin merupakan bagian dari Kabupaten Pesawaran, Secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove dilaporkan berasal dari kata mangal yang menunjukkan

KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Dudepo merupakan salah satu pulau kecil berpenduduk yang berada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LEMBAR PERSETUJUAN JURNAL KERAPATAN, FREKUENSI DAN TINGKAT TUTUPAN JENIS MANGROVE DI DESA LIMBATIHU KECAMATAN PAGUYAMAN PANTAI KABUPATEN BOALEMO.

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai

Latar Belakang (1) Ekosistem mangrove Produktivitas tinggi. Habitat berbagai organisme makrobentik. Polychaeta

METODE PENELITIAN. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai

Keanekaragaman Jenis dan Indeks Nilai Penting Mangrove di Desa Tabulo Selatan Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

ANALISIS VEGETASI KAWASAN HUTAN MANGROVE DI TELUK PANGEMPANG KECAMATAN MUARA BADAK KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Teknik Restorasi Mangrove

PROFIL HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG Oleh:

PROPOSAL PENELITIAN PENYIAPAN PENYUSUNAN BAKU KERUSAKAN MANGROVE KEPULAUAN KARIMUNJAWA

Bibit yang berkualitas merupakan salah satu faktor utama yang mampu menunjang keberhasilan

PENDAHULUAN Latar Belakang

Teknik Merehabilitasi Hutan Bakau

KAJIAN BIOFISIK LAHAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN ACEH TIMUR ISWAHYUDI

ANALISIS STRUKTUR DAN STATUS EKOSISTIM MANGROVE DI PERAIRAN TIMUR KABUPATEN BIAK NUMFOR

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

Struktur dan Komposisi Mangrove di Pulau Hoga Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara Jamili

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

Bab III Karakteristik Desa Dabung

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dan luasan yang terbatas, 2) Peranan ekologis dari ekosistem hutan

PENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir

Rehabilitasi dan Restorasi Hutan Mangrove di Kalimantan Selatan. Wawan Halwany Eko Priyanto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Potensi wilayah pesisir dan laut Indonesia dipandang dari segi. pembangunan adalah sebagai berikut ; pertama, sumberdaya yang dapat

IDENTIFIKASI TINGKAT KERAWANAN DEGRADASI KAWASAN HUTAN MANGROVE DESA MUARA, TANGERANG, BANTEN

STRUKTUR KOMUNITAS VEGETASI MANGROVE BERDASARKAN KARAKTERISTIK SUBSTRAT DI MUARA HARMIN DESA CANGKRING KECAMATAN CANTIGI KABUPATEN INDRAMAYU

TINJAUAN PUSTAKA. A. Perencanaan Lanskap. berasal dari kata land dan scape yang artinya pada suatu lanskap terdapat

Community Structure of Mangrove in Sungai Alam Village Bengkalis Sub Regency, Bengkalis Regency, Riau Province

Avicenia sp. ( Api-Api ) Rhizophora sp( Bakau ) Nypa sp. ( Nipah ) Bruguiera sp. ( Lacang ) Sonneratia sp. ( Pedada )

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

ANALISIS VEGETASI MANGROVE DAN PEMANFAATANNYA OLEH MASYARAKAT KAMPUNG ISENEBUAI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA SKRIPSI YAN FRET AGUS AURI

II. TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Peta lokasi

Perkembangan Hutan Mangrove di Muara Kali Porong Tahun

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan

Analisis Vegetasi Mangrove di Pulau Liki, Distrik Sarmi Kota Kabupaten Sarmi

ANALISIS VEGETASI DAN STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI TELUK BENOA-BALI. Dwi Budi Wiyanto 1 dan Elok Faiqoh 2.

KAJIAN ZONASI VEGETASI MANGROVE DI AREA TANAH TIMBUL SEGARA ANAKAN CILACAP

TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera Utara 7300 ha. Di daerah-daerah ini dan juga daerah lainnya, mangrove

PENDAMPINGAN DESA ALO ALO MELALUI KEGIATAN REHABILITASI MANGROVE DAN PENYUSUNAN PERATURAN DESA

Analisis Vegetasi Mangrove di Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

ABSTRACT

MPIRAN 1. Hasil Pengamatan Mangrove di Pantai Kecamatan Panggungrejo Kota Pasuruan

MUCRONATA LAMK UNTUK MENGATASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove diduga berasal dari bahasa Melayu manggi - manggi,

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI HUTAN MANGROVE KELURAHAN BELAWAN SICANANG KECAMATAN MEDAN BELAWAN PROVINSI SUMATERA UTARA

IDENTIFIKASI VEGETASI MANGROVE DI SEGORO ANAK SELATAN, TAMAN NASIONAL ALAS PURWO, BANYUWANGI, JAWA TIMUR

LEMBAR INFORMASI. Analisis dan Rekomendasi Teknis Program Rehabilitasi Mangrove. Pendahuluan. Desa Taat. Edisi 5: Maret 2017

METODE PENELITIAN di pesisir Desa Jaring Halus Kabupaten Langkat Sumatera Utara. penelitian dalam dilihat pada Gambar 3.

BAB I PENDAHULUAN. pantai sekitar Km, memiliki sumberdaya pesisir yang sangat potensial.

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3. No. 1, Maret 2012: ISSN :

TINJAUAN PUSTAKA. Mangrove tumbuh terutama pada tanah lumpur, namun berbagai jenis. mangrove juga dapat tumbuh di tanah berpasir atau berkoral yaitu

Transkripsi:

4 KERUSAKAN EKOSISTEM 4.1 Hasil Pengamatan Lapangan Ekosistem Mangrove Pulau Weh secara genetik merupakan pulau komposit yang terbentuk karena proses pengangkatan dan vulkanik. Proses pengangkatan ditandai dengan tersingkapnya fosil Globorotalia di tebing pantai sisi Timur Laut Pulau Weh, yang menunjukkan bahwa di lingkungan tersebut merupakan laut/marin kemudian mengalami proses tektonik sehingga terjadi pengangkatan. Proses vulkanik ditandai dengan deretan berbukitan dibagian tengah dari Pulau Weh. Sisi timur Pulau Weh merupakan wilayah wisata bahari yang memiliki panorama bawah laut yang sangat indah terutama di lokasi perairan Pantai Iboih, sedangkan di pesisir terkenal dengan pasir putih yang digunakan untuk wisata pantai. Di beberapa lokasi terdapat ekosistem mangrove seperti di : 1. Pantai TWA Alur Panen, 2. Teluk Boih, 3. Lhok Weng 2/ Teupin Layeu 1, 4. Lhok Weng 2 b/teupin Layeu 1b, 5. Lhok Weng 3/Teupin Layeu 2, 6. Pantai Lhut dan 7. Lhok Weng 1/Lam Nibong. Ekosistem mangrove di lokasi tersebut rusak akibat tsunami terjadi 26 Desember 2004, jenis kerusakan yang terjadi antara lain batang pohon patah, akar tercabut dan pohon mangrove hilang karena tersapu gelombang. Jenis kerusakan tersebut, diamati di wilayah penelitian sehingga dilakukan pengamatan tingkat kerusakan di setiap ekosistem mangrove menggunakan transek kuadrat. Hasil dari pengamatan dapat diketahui komposisi jenis berdasarkan kerapatan mangrove, frekuensi relatif jenis dan nilai penting jenis di setiap ekosistem mangrove. Pengukuran dibagi dalam dua kelompok ekosistem mangrove. Kelompok pertama di lokasi Pantai Taman Wisata Alur Paneh dan Pantai Lhut (Perhitungan kerapatan jenis ekosistem mangrove di Pantai Lhut 1, Pantai Lhut 2 dan TWA Alur Paneh terdapat di Lampiran 6). Kelompok ke dua di Lhok Weng 1/Lam Nibong, Lhok Weng 2/Teupin Layeu 1 dan Lhok Weng 3/Teupin Layeu 2 (Perhitungan kerapatan jenis ekosistem mangrove di Lhok Weng 1/Lam Nibong, Lhok Weng 2/Teupin Layeu 1 dan Lhok Weng 3/Teupin Layeu 2 terdapat di Lampiran 7). Ulangan pengamatan disetiap ekosistem mangrove dilakukan 3 kali ulangan untuk disemua lokasi ekosistem mangrove. Selain pengukuran terhadap ekosistem mangrove juga dilakukan pengambilan contoh tanah di setiap lokasi

74 ekosistem mangrove dengan ulangan 3 kali yaitu di sisi luar yang berada dekat dengan perairan, berada di sekitar habitat mangrove dan yang berada di batas akhir ekosistem mangrove. 4.2 Analisis Ekosistem Mangrove di Pantai Lhut 1, Pantai Lhut 2 dan Pantai Taman Wisata Alam Alur Paneh Ekosistem Mangrove di Pantai Lhut 1 hanya memiliki kategori semai dengan 2 jenis spesies yaitu Rhizophora apiculata dan Xylocarpus granatum. Rhizophora apiculata nilai komposisi 99 % dan Xylocarpus granatum nilai komposisi 1 % (Gambar 24). Hal ini disebabkan di lokasi tersebut terkena tsunami yang dahysat mengakibatkan pancang dan pohon tumbang, tercabut dari akarnya dan patah (Gambar 25). Ekosistem Pantai Lhut 1 didominasi kategori semai jenis Rhizophora apiculata dimungkinkan tumbuhnya tunas baru pasca tsunami. Rhizophora apiculata memiliki akar tunjang dan akar gantung berada pada daerah pasang surut dengan tipe pasang surut harian berada di zonasi pinggir pantai dan umumnya memiliki salinitas 10-30 ppt (Kusmana 2005). U Gambar 24. Komposisi jenis berdasarkan kerapatan mangrove kategori semai di Pantai Lhut 1.

75 a b Gambar 25.Kondisi ekosistem mangrove akibat tsunami di Pantai Lhut 1. a. mangrove patah, tersapu tsunami, tampak yang tumbuh kategori semai spesies Rhizophora apiculata b. Kondisi rehabilitasi ekosistem mangrove kategori semai spesies Rhizophora apiculata Selanjutnya ke arah Tenggara dari Pantai Lhut 1 yaitu Pantai Lhut 2 terdiri atas komposisi jenis berdasarkan kerapatan mangrove kategori semai, pancang dan pohon (Gambar 26). Kategori semai didominasi oleh Rhizophora stylosa dengan nilai komposisi jenis kerapatan mangrove 100 %. Sifat karakteristik Rhizophora stylosa memiliki akar tunjang dan akar gantung dapat hidup pada daerah pasang surut dengan tipe pasang surut harian di lingkungan pesisir atau berada pada zonasi pinggir pantai dengan substrat dasar pasir berlempung dan lempung berpasir dengan salinitas 10-30 ppt (Kusmana 2005). Kategori Pancang terdapat 2 spesies yaitu Rhizophora stylosa dan Xylcarpus granatum. Spesies Rhizophora stylosa nilai komposisi jenis kerapatan mangrove 98 % dan Xylocarpus granatum dengan nilai komposisi jenis kerapatan mangrove 2 %. Karakteristik Xylocarpus granatum tumbuh di sepanjang pinggiran sungai pasang surut, pinggir daratan dari mangrove dan lingkungan payau yang tidak terlalu asin dengan salinitas 10-30 ppt, sering tumbuh berkelompok, jenis akarnya adalah akar papan. Kategori pancang berada pada zonasi pinggir pantai dan tengah. Zonasi pinggir ditandai dengan Rhizophora stylosa sedangkan zonasi tengah dicirikan dengan Xylocarpus granatum. Kategori pohon terdiri dari 2 spesies yaitu Rhizophora stylosa, Rhizophora mucronata dan Xylocarpus granatum. Spesies Rhizophora stylosa dengan nilai komposisi jenis kerapatan mangrove 94 %, Rhizophora mucronata nilai komposisi jenis kerapatan mangrove 3 % dan spesies Xylocarpus granatum nilai

76 komposisi jenis kerapatan mangrove 3%. Karakteristik Rhizophora mucronata toleran terhadap substrat yang lebih keras seperti pasir, jarang tumbuh pada daerah yang jauh dari air pasang surut. Pertumbuhan optimal pada daerah yang tergenang dan pada tanah yang kaya akan humus, jenis akar tunjang dan akar gantung, berada pada zonasi tengah. Karakteristik Xylocarpus granatum berada pada zonasi tengah dengan lingkungan payau yang tidak terlalu asin, seringkali tumbuh mengelompok. Kondisi mangrove pasca tsunami di Pantai Lhut 2 tertera pada (Gambar 27). U Gambar 26. Komposisi jenis berdasarkan kerapatan mangrove kategori semai, pancang dan pohon di Pantai Lhut 2. Secara garis besar ekosistem Pantai Lhut 2 sebagian besar berada pada zonasi pinggir pantai dan minor berada pada zonasi tengah. Berdasarkan hasil Nilai Penting Jenis untuk kategori pohon terdapat 2 specsies yaitu Rhizophora stylosa 231 individu/ha, Rhizophora mucrona 32 individu/ha dan Xylocarpus granatum 37 individu/ha. Nilai Penting Jenis didominasi oleh Rhizophora stylosa. Hasil pengukuran tingkat kelangsungan hidup (survival rate/sr) dari pancang ke pohon menunjukkan bahwa Rhizophora stylosa 9,1935 % dan Xylocarpus granatum 15,8333 % (Tabel 18) (Lampiran 8).

77 a b Gambar 27. Ekosistem mangrove lokasi Pantai Lhut 2. a. Kategori semai spesies Rhizophora stylosa b. Kategori pancang dan pohon didominasi oleh spesies Rhizophora stylosa Nilai penting jenis Rhizophora stylosa lebih tinggi dari Xylocarpus granatum, namun tingkat kelangsungan hidup (survival rate/sr) lebih rendah dari Xylocarpus granatum. Dari hasil nilai kelangsungan hidup maka untuk rehabilitasi mangrove di lokasi tersebut menggunakan 2 spesies yaitu Rhizophora stylosa untuk zona pinggir pantai dan Xylocarpus granatum pada zonasi tengah. Tabel 18. Hasil pengukuran NPJ kategori pohon dari ekosistem Pantai Lhut 2 dan SR No Jenis NPJ SR (%) 1 Rhizophora stylosa 231 9,1935 2 Xylocarpus granatum 37 15,8333 3 Rhizophora mucronata 32 - Lokasi berkutnya ekosistem di Pantai TWA Alur Paneh yang berada di Timur Laut Pulau Weh dijumpai kategori semai, pancang dan pohon (Gambar 28). Kategori semai didominasi oleh Rhizophora apiculata dan Rhizophora stylosa. Komposisi jenis kerapatan mangrove dari masing-masing spesies sebagai berikut Rhizophora stylosa 83 % dan Rhizophora apiculata 17 %. Karakteristik Rhizophora apiculata tumbuh pada tanah berlumpur halus dan tergenang pada saat pasang normal. Tidak menyukai substrat yang lebih keras yang bercampur dengan pasir. Menyukai perairan pasang surut yang memiliki pengaruh masukan air tawar yang kuat secara permanen, memiliki salinitas 10-30 ppt.

78 U Gambar 28. Komposisi jenis berdasarkan kerapatan mangrove kategori semai, pancang dan pohon di Pantai TWA Alur Paneh. Kategori pancang terdapat 3 jenis spesies yaitu spesies Rhizophora stylosa, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Bruguiera gymnorhiza dan Xylocarpus granatum. Komposisi jenis kerapatan mangrove dari setiap spesies untuk Rhizophora stylosa adalah 37 %, Rhizophora mucronata adalah 6 %, Rhizophora apiculata adalah 19 %, Bruguiera gymnorrhiza adalah 19 % dan Xylocarpus granatum adalah 19 %. Karakteristik Bruguiera gymnorrhiza merupakan jenis mangrove sebagai ciri dari perkembangan tahap akhir dari vegetasi pantai, serta tahap awal dalam transisi menjadi vegetasi daratan. Tumbuh di daerah dengan salinitas rendah dan kering, jenis ini toleran terhadap daerah terlindung maupun sinar matahari langsung, dan memiliki jenis akar lutut. Dari hasil pengamatan lapangan kategori pancang berada pada zonasi pinggir pantai ditandai dengan adanya Rhizophora stylosa dan Rhizophora apiculata, dan juga berada di zonasi tengah ditandai oleh Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza dan Xylocarpus granatum, yang memiliki tipe pasang surut harian, ketiga spesies berada pada substrat dasar pasir berlempung. Kategori pohon memiliki spesies yang sama dengan kategori pancang yaitu terdiri dari 3 spesies yaitu Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, Rhizophora

79 mucronata, Bruguiera gymnorrhiza, dan Xylocarpus granatum. Komposisi jenis kerapatan mangrove dari Rhizophora stylosa 32 %, Rhizophora apiculata 27 %, Rhizophora mucronata 2 %, Xylocarpus granatum 21 % dan Bruguiera gymnorrhiza 18 %. Kategori pohon mempunyai komposisi jenis yang sama dengan kategori pancang, menunjukkan bahwa kategori pohon merupakan hasil perkembangan alami dari kategori pancang. Kategori pohon berada pada zonasi pinggir dan juga zonasi tengah, untuk zonasi pinggir diindikasikan dengan terdapatnya Rhizophora stylosa, Rhizophora apiculata, sedangkan pada zonasi tengah terdapat Rhizophora mucronata, Bruguierra gymnorrhiza dan Xylocarpus granatum, ketiga spesies tumbuh pada substrat dasar pasir berlempung. Kondisi mangrove pasca tsunami di Pantai TWA Alur Paneh tertera pada Gambar 29 a b Gambar 29. Kondisi ekosistem mangrove di Pantai TWA Alur Paneh. a. kategori pancang dominan spesies Rhizophora stylosa b. kategori pohon dominan spesies Rhizophora stylosa jenis akar tunjang Hasil analisis Nilai Penting Jenis kategori pohon di ekosistem Pantai TWA Alur Paneh terdapat 2 spesies yaitu Rhizophora stylosa 77,1693 individu/ha dan Rhizophora apiculata 38,3982 individu/ha yang tumbuh di zonasi pinggir pantai. Zonasi tengah didominasi oleh Xylocarpus granatum dengan Nilai Penting Jenis 88,7539 individu/ha dan Bruguiera gymnorrhiza 80,7598 individu/ha. Hasil pengukuran tingkat kelangsungan (survival rate/sr) pancang ke pohon untuk spesies Xylocarpus granatum 75 %, Rhizophora stylosa 58,3333 %, Rhizophora mucronata 25 %, Bruguiera gymnorrhiza 66,67 % dan Rhizophora apiculata 100 % (Tabel 19) (Lampiran 9). Hasil analisis menunjukkan nilai Tingkat Kelangsungan (survival rate/sr) yang tertinggi adalah Rhizophora

80 apiculata dan Xylocarpus granatum. Dengan demikian untuk rehabilitasi di Pantai TWA Alur Paneh yang sesuai untuk lokasi tersebut adalah menggunakan 2 spesies yaitu Rhizophora apiculata untuk zona pinggir pantai dan Xylocarpus granatum pada zonasi tengah. Lokasi berikutnya Pantai Teluk Boih yang berada di selatan Pantai TWA Alur Paneh. Hasil pengukuran tingkat kelangsungan (survival rate/sr) pancang ke pohon untuk spesies Xylocarpus granatum 75 %, Rhizophora stylosa 58,3333 %, Rhizophora mucronata 25 %, Bruguiera gymnorrhiza 66,67 % dan Rhizophora apiculata 100 %. Hasil analisis menunjukkan nilai Tingkat Kelangsungan (survival rate/sr) yang tertinggi adalah Rhizophora apiculata dan Xylocarpus granatum. Rehabilitasi di Pantai Teluk Boih menggunakan 2 spesies yaitu Rhizophora apiculata untuk zona pinggir pantai dan Xylocarpus granatum pada zonasi tengah (Lampiran 10). Tabel 19. Hasil pengukuran NPJ kategori pohon dari ekosistem Pantai TWA Alur Paneh dan SR No Jenis NPJ SR (%) 1 Xylocarpus granatum 88,7539 75 2 Rhizophora stylosa 77,1693 58,3333 3 Bruguiera gymnorrhiza 80,7598 66,6667 4 Rhizophora mucronata 14,9188 25 5 Rhizophoraapiculata 38,3982 100 Jenis tekstur substrat dasar di Pantai Lhut 2 dan Pantai TWA Alur Paneh adalah pasir berlempung dan lempung berpasir (Tabel 20) hasil analisis menggunakan segitiga Milar (Lampiran 1). Substrat dasar tersebut sesuai untuk spesies Rhizophora stylosa, Xylocarpus granatum, Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza dan Rhizophora apiculata. 4.3 Analisis Ekosistem Mangrove di Pantai Lhok Weng 1/Lam Nibong, Lhok Weng 2/ Teupin Layeu 1 dan Lhok Weng 3/Teupin Layeu 2 Ekosistem mangrove di Pantai Lhok Weng 1/Lam Nibong berada di bagian timur dari Pantai Lhut 2 dengan variasi kategori yaitu semai, pancang dan pohon (Gambar 32). Pada kategori semai memiliki 2 spesies yaitu Bruguiera gymnorrhiza dan Rhizophora apiculata. Bruguiera gymnorrhiza dan Rhizophora apiculata tumbuh pada substrat dasar pasir berlempung.

81 Tabel 20. Penamaan jenis tekstur tanah di Pantai Lhut 2 dan TWA Alur Pane Tekstur (%) No Lokasi Contoh Pasir Debu Liat Substrat dasar Pasir 1 Pantai Lhut 2 Dalam 77,94 21,18 0,88 Berlempung 2 Pantai Lhut 2 Hinter Land 56,32 30,53 13,15 Lempung Berpasir 3 Pantai Lhut 2 Sisi Kanan/Luar 70,94 19,61 9,45 Lempung Berpasir 4 TWA Arus Paneh Dalam 73,78 24,03 2,19 Pasir Berlempung 5 TWA Arus Paneh Hinter Land 85,54 13,29 1,17 Pasir Berlempung 6 TWA Arus Panen Luar 85,32 13,42 1,26 Pasir Berlempung Kategori semai didominasi oleh Bruguiera gymnorrhiza dengan komposisi jenis sebesar 83 % yang memiliki akar lutut sedangkan Rhizophora apiculata komposisi jenis 17 % dengan akar tunjang dan akar gantung. Karakteristik dari Bruguiera gymnorrhiza merupakan jenis yang dominan pada vegetasi mangrove berada elevasi yang tinggi, dan merupakan ciri dari perkembangan tahap akhir dari vegetasi pantai, serta tahap awal dalam transisi menjadi tipe vegetasi darat. Bruguiera gymnorrhiza tumbuh di daerah dengan salinitas rendah dan kering, jenis ini toleran terhadap daerah terlindung maupun sinar matahari langsung. Bruguiera gymnorrhiza umunya terdapat di pantai yang mengalami erosi. Sedangkan Rhizophora apiculata berada pada zonasi pasang surut yang memiliki pengaruh masukan air tawar yang kuat secara permanen. Dengan demikian kategori semai berada pada zona pinggir pantai hingga tengah. Kategori pancang terdapat 3 spesies yaitu 1. Bruguiera gymnorhiza, 2. Rhizophora apiculata dan 3. Sonneratia alba. Komposisi jenis masing-masing spesies adalah Bruguiera gymnorhiza 31%, Rhizophora apiculata 39 % dan Sonneratia alba 30 %. Kategori pancang hidup pada substrat dasar pasir berlempung. Karakteristik dari Sonneratia alba pada umumnya ditemukan di lokasi pesisir yang terlindung dari hempasan gelombang dengan jenis akar berbentuk kabel di bawah permukaan dan muncul ke permukaan sebagai akar nafas yang berbentuk kerucut tumpul dan tingginya mencapai 25 cm.

82 U Gambar 30. Komposisi jenis berdasarkan kerapatan mangrove kategori semai, pancang dan pohon di pantai Lhok Weng 1/Lam Nimbong Akar Sonneratia alba berbentuk cakar ayam berpneumatofora untuk pernafasan. Kategori pancang berada pada zonasi pesisir atau pinggir pantai hingga tengah. Kategori pohon terdiri dari 3 spesies yaitu Rhizophora apiculata komposisi jenis sebesar 65%, Rhizophora mucronata komposisi jenis 3%, spesies Sonneratia alba komposisi jenis 30% dan spesies Bruguiera gymnorrhiza komposisi jenis 2%, tumbuh pada substrat dasar pasir berlempung. Kategori pohon berada pada zona pesisir ditandai dengan Sonneratia alba yang memiliki akar berbentuk kabel di bawah tanah dan muncul ke permukaan sebagai akar nafas memiliki bentuk akar cakar ayam yang berpneumatofora untuk pernafasan. Rhizophora apiculata tumbuh di pinggir pantai dengan akar tunjang dan akar gantung, kemudian pertumbuhan kearah zonasi tengah dengan dijumpai Rhizophora mucronata yang memiliki akar tunjang dan akar gantung, dan juga terdapat Bruguiera gymnorrhiza sebagai indikator batas akhir tahap akhir dari vegetasi pantai serta tahap awal dalam transisi menjadi vegetasi daratan. Kondisi vegetasi mangrove pasca tsunami (Gambar 31). Hasil dari nilai penting jenis kategori pohon di lokasi Lhok Weng 1/Lam Nibong yang sangat dominan adalah Sonneratia alba dengan Nilai Penting Jenis 134,8036 individu/ha, spesies lain Rhizophora apiculata 128,0791 individu/ha,

83 Bruguiera gymnorrhiza 20,02872 individu/ha, Rhizophora mucronata 17,0885 individu/ha. Sedangkan Nilai tingkat kelangsungan hidup (survival rate/sr) Rhizophora apiculata 72,2222 %, Sonneratia alba 42,8571 % dan Bruguiera gymnorrhiza 3,5714 % (Tabel 21) (Lampiran 11). Dari data tersebut maka untuk rehabilitasi menggunakan 2 spesies yaitu Rhizophora apiculata dan Sonneratia alba kedua spesies tersebut tumbuh di zonasi pinggir pantai sehingga dapat untuk melindungi pesisir dari tsunami. a b c Gambar 31. Kondisi mangrove pasca tsunami di Pantai Lhok Weng1/Lam Nibong a. Rehabilitasi mangrove kategori semai spesies Rhizophora apiculata b dan c Kategori pancang dan pohon spesies Rhizophora apiculata Tabel 21. Hasil pengukuran NPJ kategori pohon dari ekosistem Pantai Lhok Weng 1/Lam Nibong dan SR No Jenis NPJ SR (%) 1 Rhizophora apiculata 128,0791 72,2222 2 Bruguiera gymnorrhiza 20,02872 3,5714 3 Rhizophora mucronata 17,0885-4 Sonneratia alba 134,8036 42,8571

84 Ekosistem mangrove berikutnya adalah Lhok Weng 2 atau Teupin Layeu 1 yang terdiri dari kategori semai, pancang dan pohon (Gambar 32). Kategori semai memiliki jenis Rhizophora mucronata yang tumbuh pada substrat dasar lempung berpasir dan pasir berlempung. Karakteristik Rhizophora mucronata lebih toleran terhadap substrat yang lebih keras seperti pasir. Tumbuh dalam kelompok dekat atau pada pematang sungai pasang surut dan di muara sungai. Jarang tumbuh yang jauh dari air pasang surut, pertumbuhan optimal pada daerah yang tergenang, sedikit kandungan pasirnya, serta pada tanah yang kaya akan humus (Kusmana 2005). Rhizophora mucronata mendominasi kategori semai secara keseluruhan dengan jumlah komposisi jenis 100%. Zonasi Rhizophora mucronata berada pada zonasi tengah, kadar salinitas 10-30 ppt dan memiliki akar tunjang dan akar gantung. Kategori pancang didominasi oleh Rhizophora apiculata yang memiliki jenis akar tunjang dan akar gantung dengan komposisi jenis 100 % tumbuh pada substrat dasar lempung berpasir. Karakteristik dari Rhizophora apiculata berada pada kondisi tergenang saat pasang normal, dan menyukai masukan air tawar yang kuat secara permanen dan berada pada zonasi tengah (Kusmana 2005). Kategori pancang berada pada zonasi pinggir pantai. Kategori pohon terdapat 1 spesies yaitu Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata dengan masing-masing komposisi jenis sebesar 60 % dan 40 %. Mengindikasikan bahwa terjadi pertumbuhan alami dari Rhizophora mucronata dan Rhizophora apiculata. Kategori pohon berada pada zonasi pinggir dan tengah. Pertumbuhan ekosistem mangrove Lhok Weng 2/Teupin Layeu 1 berada pada zonasi pinggir hingga tengah dengan jenis lempung berpasir hingga pasir berlempung. Kondisi vegetasi mangrove pasca tsunami (Gambar 33, 34).

85 U Gambar 32. Komposisi jenis berdasarkan kerapatan mangrove kategori semai, pancang dan pohon di pantai Lhok Weng 2/Teupin Layeu 1 Gambar 33. Kondisi mangrove pasca tsunami lokasi Lhok Weng 2/Teupin Layeu1 spesies Rhizophora mucronata kategori semai a b Gambar 34. Kondisi mangrove di Pantai Lhok Weng2/Teupin Layeu 1 a dan b Kategori pancang dan pohon spesies Rhizophora apiculata

86 Pengukuran nilai penting jenis di lokasi Lhok Weng 2/Teupin Layeu 1 pada kategori pohon spesies Rhizophora apiculata adalah 156,8011 individu/ha dan Rhizophora mucronata 143,1989 individu/ha. Nilai tingkat kelangsungan hidup (survival rate/sr) didominasi oleh Rhizophora apiculata 100 % (Tabel 22) (Lampiran 12). Oleh karena itu rehabilitasi mangrove pasca tsunami di lokasi Lhok Weng 2/Teupin Layeu 1 menggunakan spesies Rhizophora apiculata. Tabel 22. Perhitungan NPJ dari ekosistem mangrove Pantai Lhok Weng 2/Teupin Layeu 1 kategori pohon dan SR No Jenis NPJ SR (%) Rhizophora 156,8011 100 1 apiculata 2 Rhizophora mucronata 143,1989 - Ekosistem yang berada di sebelah barat dari pantai Lhok Weng 2/Teupin Layeu 1 yaitu Pantai Lhok Weng 2b/Teupin Layeu 1b memiliki Nilai tingkat kelangsungan hidup (survival rate/sr) didominasi oleh Rhizophora apiculata 100 % (Lampiran 13) Ekosistem selanjutnya adalah Lhok Weng 3/Teupin Layeu 2 yang terdiri dari kategori semai, pancang dan pohon (Gambar 35). Kategori semai terdiri dari 1 spesies yaitu Rhizophora apiculata yang hidup pada substrat dasar lempung berpasir dengan komposisi jenis 100 %. Spesies ini berada zonasi pinggir pantai memiliki akar tunjang dan gantung, tumbuh pada perairan pasang surut yang memiliki pengaruh masukan air tawar yang permanen berada pada salinitas 10-30 ppt. Kategori pancang juga terdiri dari 1 spesies yaitu Rhizophora apiculata komposisi jenis 86 % dan Rhizophora mucronata komposisi jenis 14 % tumbuh pada jenis lempung berpasir dan pasir lempungan. Kategori pancang berada pada zonasi pinggir pantai ditandai dengan Rhizoporoa apiculata dan zonasi tengah ditandai dengan hadirnya Rhizophora mucronata.

87

88 a b Gambar 37. Kondisi habitat mangrove kategori pohon lokasi Pantai Lhok Weng 3/Teupin Layeu 2 a. spesies Rhizophora apiculata dan b. spesies Rhizophora mucronata Perhitungan nilai penting jenis di lokasi Lhok Weng 3/Teupin Layeu 2 pada kategori pohon memperlihatkan spesies Rhizophora apiculata 199,7998 individu/ha dan Rhizophora mucronata 72,4084 individu/ha. Tingkat kelangsungan hidup (survival rate/sr) Rhizophora apiculata sebesar 91,6667 % dan Rhizophora mucronata 75 %, tingkat kelangsungan hidup (survival rate/sr) Rhizophor aapiculata lebih tinggi dari Rhizophora mucronata. Nilai tersebut menunjukkan di lokasi tersebut sesuai untuk pertumbuhan spesies Rhizophora apiculata, sehingga jika terjadi rehabilitasi pasca tsunami menggunakan Rhizophora apiculata (Tabel 23) (Lampiran 14). Tabel 23. Hasil pengukuran Nilai Penting Jenis (NPJ) ekosistem mangrove Pantai Lhok Weng 3/Teupin Layeu 2 kategori pohon dan SR No Jenis NPJ SR(%) 1 Rhizophora apiculata 199,7998 91,6667 2 Rhizophora mucronata 72,4084 75 3 Bruguiera sexangula 27,7919 - Jenis tekstur substrat dasar di Pantai Lhok Weng 1/Lam Nibong. Lhok Weng 2/Teupin Layeu 1 dan Lhok Weng 3/Teupin Layeu 2 adalah pasir berlempung dan lempung berpasir (Tabel 24) hasil analisis menggunakan segitiga Milar (Lampiran 1). Substrat dasar tersebut sesuai untuk spesies Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera sexangula dan Sonneratia alba.

89 Tabel 24. Penamaan jenis tekstur tanah di Lam Nibong/Lhok Weng 1, Teupin Layeu1/Lhok Weng 2 dan Teupin Layeu 2/Lhok Weng 3 Tekstur (%) No Lokasi Contoh Pasir Debu Liat Substrat dasar Lam Nibong/Lhok Weng 1 Pasir 1 Dalam 83,18 16,46 0,36 Berlempung 2 Lam Nibong/Lhok Weng 1 Hinter Land 80,48 15,01 4,51 Pasir Berlempung 3 Lam Nibong/Lhok Weng 1 Luar 86,34 13,05 0,61 Pasir Berlempung 4 Teupin Layeue 1/Lhok Weng 2 Dalam 85,17 12,33 2,5 Pasir Berlempung 5 Teupin Layeue 1/Lhok Weng 2 Hinter Land 72,09 19,69 8,22 Lempung Berpasir 6 Teupin Layeue 1/Lhok Weng 2 Sisi Barat/Luar 74,6 20,46 4,94 Lempung Berpasir 7 Teupin Layeue 2/Lhok Weng 3 Dalam 85,75 10,58 3,67 Pasir Berlempung 8 Teupin Layeue 2/Lhok Weng 3 Hinter Land 75,26 18,73 6,01 Lempung Berpasir 4. 4 Rangkuman Kerusakan Ekosistem 1. Kerusakan ekosistem mangrove yang sangat parah di Pantai Lhut 1 jenis kategori semai tidak ada kategori pancang dan pohon, akibat dari gelombang datang (run up) 3 m dan karakteristik pantai yang landai dan tidak ada pelindung pantai. Ekosistem mangrove di lokasi Pantai Lhut 2, Lhok Weng 1/Lam Nibong, Lhok Weng 2/Teupin Layeu 1 dan Lhok Weng 3/Teupin Layeu 2 tingkat kerusakan tidak terlalu parah dengan dijumpai kategori semai, pancang dan pohon. Pantai-pantai tersebut mempunyai sempadan pantai sehingga pada saat gelombang datang (run up) vegetasi mangrove dapat terjaga. Ekosistem mangrove di TWA Alur Paneh relatif cukup terjaga, disebabkan tipologi pantai mempunyai gumuk pasir (sand dune). 2. Di bagian selatan dari lokasi penelitian yaitu Pantai Lhut 1, Pantai Lhut 2 dan Lhok Weng 1/Lam Nibong, ekosistem mangrove berada di zonasi pinggir pantai ditandai oleh Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa dan Sonneratia alba kemudian ke zonasi tengah terdapatnya Rhizophora mucronata, Xylocarpus granatum dan Bruguiera gymnorrhiza. 3. Hasil analisis komposisi jenis berdasarkan kerapatan mangrove kategori semai yang paling dominan di Pantai Lhut 1 jenis Rhizophora apiculata

90 berjumlah 100 %, Pantai Lhut 2 Rhizophora stylosa berjumlah 100 %, dan Lhok Weng 1/Lam Nibong Bruguiera gymnorrhiza berjumlah 83 %. Kategori pancang di Pantai Lhut 1 tidak ada karena terkena tsunami. Pantai Lhut 2 adalah Rhizophora stylosa berjumlah 98 % dan di Lhok Weng 1/Lam Nibong Rhizophora apiculata berjumlah 39 %. Kategori pohon di Pantai Lhut 2 Rhizophora stylosa berjumlah 94 % dan di Lhok Weng 1/Teupin Layeu 1 Rhizophora stylosa berjumlah 65 %. 4. Di bagian tengah dari penelitian yaitu Lhok Weng 2/Teupin Layeu 1 dan Lhok Weng 3/Teupin Layeu 2, ekosistem mangrove dari zonasi pinggir Rhizophora apiculata dan zona tengah Rhizophora mucronata. 5. Hasil analisis komposisi jenis berdasarkan kerapatan mangrove kategori semai yang paling dominan semai di Lhok Weng 2/Teupin Layeu 1 Rhizophora mucronata berjumlah 100% sedangkan untuk Lhok Weng 3/Teupin Layeu 2 Rhizophora apiculata juga berjumlah 100 %. Kategori pancang di Lhok Weng 2/Teupin Layeu 1 didominasi oleh Rhizophora apiculata berjumlah 100 % sedangkan di Lhok Weng 3/Teupin Layeu 2 adalah Rhizophora apiculata berjumlah 86%. Kategori pohon di Lhok Weng 2/Teupin Layeu 1 dan Lhok Weng 3/Teupin Layeu 2 adalah Rhizophora apiculata untuk Lhok Weng 2/ Teupin Layeu 1 berjumlah 60%, sedangkan di Lhok Weng 3/Teupin Layeu 2 berjumlah 86 %. 6. Di bagian utara daerah penelitian adalah ekosistem TWA Alur Paneh ekosistem mangrove berada pada zone pinggir pantai dicirikan oleh Rhizophora stylosa dan zona tengah Xylocarpus granatum dan Bruguiera gymnorrhiza. Hasil analisis komposisi jenis berdasarkan kerapatan mangrove kategori semai didominasi oleh Rhizophora stylosa berjumlah 83 %. Kategori pancang dan kategori pohon didominasi oleh Rhizophora stylosa untuk pancang berjumlah 37 % sedangkan untuk pohon berjumlah 32 %. 7. Nilai penting jenis (NPJ) ekosistem mangrove kategori pohon di Pantai Lhut 2 didominasi oleh spesies Rhizophora stylosa 231 individu/ha yang tumbuh di zonasi pinggir pantai dan tingkat kelangsungan hidup (survival

91 rate) 9.19 %. Rehabilitasi pasca tsunami dengan menanam Rhizophora stylosa. 8. Nilai penting jenis (NPJ) ekosistem mangrove kategori pohon di Lhok Weng 1/Lam Nibong adalah spesies Sonneratia alba 134,8036 individu/ha dengan tingkat kelangsungan (survival rate) 42,857 %, namun nilai tingkat kelangsungan hidup (survival rate) yang tertinggi Rhizophora apiculata 72,22 %. Usulan penanaman kembali menggunakan spesies Sonneratia alba dan Rhizophora apiculta yang tumbuh pada zonasi pinggir pantai. 9. Nilai penting jenis (NPJ) ekosistem mangrove kategori pohon di Lhok Weng 2/Teupin Layeu 1 adalah spesies Rhizophora apiculata 156,801 individu/ha tumbuh di zonasi pinggir pantai dengan tingkat kelangsungan hidup (survival rate). 100 %. Usulan penanaman kembali menggunakan spesies Rhizophora apiculata. 10. Nilai penting jenis (NPJ) ekosistem mangrove kategori pohon di Lhok Weng 3/Teupin Layeu 2 adalah spesies Rhizophora apiculata 199.8 individu/ha yang tumbuh di zonasi pinggir pantai dengan tingkat kelangsungan hidup (survival rate) 91,67 %. Rehabilitasi pasca tsunami menggunakan spesies Rhizophora apiculata. 11. Nilai penting jenis (NPJ) ekosistem mangrove kategori pohon di TWA Alur Paneh adalah Xylocarpus granatum 88,754 individu/ha yang tumbuh di zonasi tengah dengan tingkat kelangsungan hidup (survival rate) 75 %. Tingkat kelangsungan hidup (survival rate) yang tertinggi adalah Rhizophora apiculata berjumlah 100 % tumbuh di zonasi pinggir pantai. Rehabilitasi pasca tsunami menggunakan 2 (dua) spesies untuk lokasi pinggir pantai menggunakan Rhizophora apiculata, sedangkan untuk zonasi tengah Xylocarpus granatum.