BAB I PENDAHULUAN. Islam mengajarkan berbagai macam hukum yang menjadikan aturanaturan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Islam telah mengatur setiap aspek kehidupan manusia baik yang. menyangkut segala sesuatu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. A. Biografi Kakek Ahmad Mubarak (Penyusun Kitab Is āful Rāgibin Fi Ilmil Farāid})

BAB I PENDAHULUAN. yang ditinggalkan atau berpindah dan menjadi hak milik ahli warisnya. Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, baik hubungan dengan Allah swt. maupun hubungan dengan

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGUASAAN TIRKAH AL-MAYYIT YANG BELUM DIBAGIKAN KEPADA AHLI WARIS

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. Dari penelitian yang dilakukan dilapangan, penulis menemukan kasus

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana sempurnanya Islam. Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna,

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt. maupun terhadap sesama umat manusia. Melalui ayat-ayat dan hadis

Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh

BAB II KAKEK DAN SAUDARA DALAM HUKUM WARIS. kakek sahih dan kakek ghairu sahih. Kakek sahih ialah setiap kakek (leluhur laki -

BAB I PENDAHULUAN. Kewarisan merupakan salah satu bentuk penyambung ruh keislaman antara

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENDAPAT PARA KIAI DI DESA SIDODADI KECAMATAN BANGILAN KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBAGIAN HARTA WARIS MELALUI WASIAT

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

Pengertian Mawaris. Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan.

BAB IV. A. Analisis terhadap Penentuan Bagian Waris Anak Perempuan. 1. Analisis terhadap Bagian Waris Anak Perempuan dan Cucu Perempuan

BAB 2 LANDASAN TEORI

Siapakah Mahrammu? Al-Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain

I l m u W a r i s Oleh : Abu Suhaib Salim Ali Ganim. Surabaya; 11/11/2013 M.

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Umum (Perum). Perusahaan tersebut milik pemerintah (BUMN), berada

BAB IV A. ANALIS HUKUM ISLAM TENTANG STATUS HAK WARIS. elemen masyarakat, bagaimana kedudukan dan hak-haknya dalam keluarga dan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGUASAAN HARTA WARIS OLEH IBU TIRI DI KELURAHAN PEGIRIAN KECAMATAN SEMAMPIR KOTA SURABAYA

Media Bantu Berbasis Android Untuk Perhitungan Harta Waris Secara Syariat Islam

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. dipatuhi tetapi juga tauhid, akhlak dan muamalah, misalnya ketika seseorang ingin

Kaidah Fiqh. Perbedaan agama memutus hubungan saling mewarisi juga waii pernikahan. Publication: 1434 H_2013 M KAIDAH FIQH: PERBEDAAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek

3BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bagi rakyatnya, sehingga mampu mandiri dan dapat membangun bangsa.

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENETAPAN HARGA PADA JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

Kaidah Fiqh. Seorang anak dinasabkan kepada bapaknya karena hubungan syar'i, sedangkan dinasabkan kepada ibunya karena sebab melahirkan

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Pada bab ini penulis menyajikan lima kasus tentang pembagian harta warisan

BAB IV LAPORAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dari wawancara yang sebelumnya direncanakan dilakukan kepada enam

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan hukum Islam di Indonesia, khususnya di

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI HIBAH BERSYARAT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa kelahiran akan menimbulkan akibat-akibat hukum, seperti timbulnya

KEWARISAN SAUDARA KANDUNG LAKI-LAKI/ SAUDARA SEBAPAK LAKI-LAKI BERSAMA ANAK PEREMPUAN TUNGGAL

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. teratur dan adil. Di dalamnya ditetapkan hak kepemilikan harta bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. penting. Oleh karena itulah dilakukan penyelenggaraan pendidikan, sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran terhadap adat akan berdampak pada ketidak seimbangan dan

SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI DESA KALONGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan bangsa. Pendidikan Agama Islam akan mengenalkan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diucapkan sebagai bentuk perjanjian suami atas isterinya, diucapkan

BAB II KEWARISAN MENURUT ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa

KAIDAH FIQH. Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

BAB I PENDAHULUAN. diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf

SIAPAKAH MAHRAMMU? 1

BAB IV SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS DI KAMPUNG ADAT PULO KABUPATEN GARUT DALAM PERSEPSI HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

Pluraliitas Hukum Waris

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN ULAMA AMUNTAI SEBAGAI KEWAJIBAN YANG HARUS DITUNAIKAN SEBELUM

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf merupakan salah satu ibadah yang dapat mencakup hablu min Allâh dan

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS KASUS. Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara kepada responden dan informan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga harus terjadi interaksi antarsesama manusia untuk memenuhi kebutuhan yang mereka

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menghayati kandungan isinya. Buta aksara membaca al-qur an ini

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

Hadits Palsu Tentang Keutamaan Mencium Kening Ibu

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP STATUS WARIS ANAK HASIL PEMERKOSAAN AYAH TERHADAP ANAK KANDUNG DI KELURAHAN WIYUNG KECAMATAN WIYUNG KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. merupakan perwujudan tanggung jawab orang tua dalam membina anak sebagai

KEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI DI TINJAU DARI KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN FIQH WARIS. Keywords: substite heir, compilation of Islamic law, zawil arham

BAB II AHLI WARIS MENURUT HUKUM ISLAM. ditinggalkan oleh orang yang meninggal 1. Sementara menurut definisi

BAB I PENDAHULUAN. Melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah merupakan tabi at. manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan kegiatan

BAB IV PEMERATAAN HARTA WARISAN DI DESA BALONGWONO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan menggunakan fitrah tersebut manusia belajar dari keluarga, lingkungan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan sesuai dengan ketentuan agama dan peraturan perundang-undangan yang

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sehingga, hidup mereka dapat berjalan sebagaimana mestinya, dan mesin

dan kepada kaum perempuan (sesama) mereka (QS an-nur [24]: 31).

BAB I PENDAHULUAN. yang mana dimulai dari kelahiran kemudian dilanjutkan dengan perkawinan dan

PANDUAN ISLAMI DALAM MENAFKAHI ISTRI

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang memiliki aturan-aturan untuk mengatur

BAB 1 PENDAHULUAN. globalisasi yang melanda dunia termasuk bangsa Indonesia. Lewat perubahan itu,

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam agama Islam adalah tentang hukum waris, yakni pemindahan

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

HUKUM KEWARISAN ISLAM HUKUM WARIS PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN FHUI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang yang menentukan keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang hidup dizaman sekarang, harus memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. 1 Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan sebagaimana hadist Rasulullah S.AW yang berbunyi: Artinya : Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ini. Salah satu jalan dalam mengarungi kehidupan adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan di berbagai negara. Dengan bantuan dari berbagai media, pengetahuan

ISLAM IS THE BEST CHOICE

BAB I PENDAHULUAN. Undang No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 sebagai berikut. Hal ini sejalan pula dengan Hadist Rasulullah SAW dari Abu Hurairah r.a.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam mengajarkan berbagai macam hukum yang menjadikan aturanaturan bagi muslim dan muslimah, salah satunnya adalah hukum kewarisan. Yang mana hukum kewarisan ini mengatur tentang perpindahan hak pemilikan harta peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing-masing. Dalam hukum kewarisan ini ada yang kita kenal dengan rukun dan syarat kewarisan. Rukun kewarisan inilah yang harus ada. Jika tidak ada, maka tidak akan ada suatu praktek waris. Rukun kewarisan tersebut yaitu : 1. Adanya pewaris (الموارث) yaitu orang yang mewariskan sudah meninggal. 2. Adanya ahli waris (الوارث) yaitu orang yang mewarisi atau orang yang menerima warisan. 3. Adanya harta (الموروث) yang ditinggalkan. 1 2006), h. 4. 1 Otje Salman dan Mustofa Haffas, Hukum Waris Islam (Bandung: Refika Aditama,

2 Dasar hukun kewarisan Islam yang utama terdapat dalam Q.S an-nisa/4: 7 yang berbunyi: Artinya: bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan. 2 Sedangkan dalam hadist yaitu: 3 ع ن اب ن ع ب اس ق ال : ق ال ر س و ل اهلل ص ل ى اهلل ع ل ي ه و س ل م ا ل ق و ا ال ف ر ائ ض ب أ ه ل ه ا ف م ا ب ق ي ف ه و ل و ى ر ل ك ر ر Artinya: Dari Ibnu Abbas r.a dari Rasulullah saw bersabda : berikan harta warisan kepada ahlinya (yang berhak sesuai dengan bagiannya) jika ada sisa 4 maka menjadi hak ahli waris laki-laki yang terdekat. Dari dalil-dalil di atas dapat dipahami bahwa Allah menyuruh agar memberikan suatu hak (harta) kepada orang yang berhak menerimanya yaitu para ahli waris yang mana telah ditetapkan dalam Al-Qur an surah An-Nisa ayat 11,12,13 dan 176. Adapun jumlah ahli waris secara keseluruhan 25, 15 diantaranya waris laki-laki dan 10 sisanya waris perempuan. Ahli waris laki-laki yaitu suami, anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, bapak, kakek (bapak dari bapak), 2 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya Jus 1-30 (Surabaya: Mekar Surabaya, 2004), h. 101. 56. 3 Imam Abi Husaen Muslim bin Al- Hajjaj, S}ahih Muslim Juz s\ani (Darul Fakir, 1993), h. 4 Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Muslim (Jakarta: Pustaka As- Sunnah, 2010), h. 649.

3 saudara laki-laki seibu sebapak, saudara laki-laki sebapak, saudara laki-laki seibu, anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu sebapak, anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak, paman kandung (saudara laki-laki bapak), paman sebapak, sepupu laki-laki kandung, sepupu laki-laki sebapak dan mu tiq. Sedangkan ahli waris perempuan yaitu istri, anak perempuan, cucu perempuan dari anak laki-laki, ibu, nenek dari jihat bapak, nenek dari jihat ibu, saudara perempuan seibu sebapak, saudara perempuan sebapak, saudara perempuan seibu dan mu tiqah. Dalam hukum kewarisam kita mengenal beberapa istilah yaitu ada yang disebut z\awil furud, dan as}abah. Apa itu z\awil furud?, dan apa itu as}abah? Zawil furud ialah ahli waris yang mendapat bagian tertentu sebagaimana yang ditentukan menurut syara yang tidak bertambah kecuali dengan radd dan tidak berkurang kecuali dengan aul. 5 As}abah ialah setiap orang yang mendapatkan seluruh harta jika ia sendirian (tidak ada z\awil furud) dan mendapat sisanya setelah z\awil furud mendapat bagian mereka yang telah ditentukan. Dengan kata lain as}abah ialah orang yang mendapatkan sisa. As}abah ada tiga macam yaitu : 1. As}abah binafsih ialah kerabat laki-laki yang dipertalikan dengan pewaris tanpa diselingi oleh orang perempuan. 6 5 Sa id bin Sa id bin Nabahan, Dalilul khaid} fi ilmil faraid}, (Surabaya), h. 11. 6 Otje Salman dan Mustofa Haffas, Hukum Waris Islam, h. 52.

4 2. As}abah bil gair ialah kerabat perempuan yang memerlukan orang lain untuk menjadi As}abah dan untuk bersama-sama menerima sisa warisan, yaitu: a. Anak perempuan yang mewaris bersama dengan anak laki-laki b. Cucu perempuan yang mewaris bersama cucu laki-laki c. Saudara perempuan seibu sebapak atau sebapak yang mewaris bersama dengan saudara laki-laki seibu sebapak atau sebapa. 3. As}abah ma al gair ialah kerabat perempuan yang memerlukan orang lain untuk menjadi As}abah, tetapi orang lain tersebut tidak berserikat dalam menerima bagian, yaitu saudara perempuan seibu sebapak dan saudara perempuan sebapak yang mewaris bersama anak perempuan atau cucu perempuan. 7 Dari pengertian tersebut penulis menemukan adanya kejanggalan pada pengertian As}abah bil gair. Yang mana penulis memahami selama ini bahwa tidak hanya anak perempuan dengan anak laki-laki atau cucu perempuan dari anak lakilaki dengan cucu laki-laki dari anak laki-laki saja yang bisa menjadi As}abah bil gair namun cucu perempuan dari anak lai-laki dengan buyut laki-laki dari cucu laki-laki dari anak laki-laki (ketika tidak ada cucu laki-laki dari anak laki-laki dan anak laki-laki) bisa menjadi As}abah bil gair pula dengan syarat ada dua orang anak perempuan, seandainya anak perempuan/cucu perempuan dari anak laki-laki saja ada tetapi tidak ada anak laki-laki/cucu laki-laki dari anak laki-laki/cicit lakilaki dari cucu laki-laki dari anak laki-laki, maka anak perempuan/cucu perempuan 7 Ibid, h. 53

5 dari anak laki-laki itu menjadi z\awil furud} yang bagiannya telah ditentutan. Ini berdasarkan dari kitab Is āful Rāgibin fi ilmil Farāid} yang disusun oleh Kakek Ahmad Mubarak. ada 4, yaitu: Dalam kitab tersebut menjelaskan bahwa yang waris jadi as}abah bil gair 1. Anak perempuan dengan anak laki-laki. 2. Cucu perempuan dengan cucu laki-laki atau dengan cicit laki-laki dari cucu laki-laki dari anak laki-laki bila ada 2 orang anak perempuan. 3. Saudara perempuan seibu sebapak dengan saudara laki-laki seibu sebapak. 4. Saudara perempuan sebapak dengan saudara laki-laki sebapak. Sedangkan pengertian as}abah bil gair nya adalah jadi as}abah dengan orang lain seperti anak perempuan dengan anak laki-laki, maka anak perempuan jadi as}abah bil gair dengan sebab adanya anak laki-laki dan membaginya, bagi anak perempuan sebagian dari anak laki-laki.

6 Contohnya : 8 Ahli waris 2 orang anak perempuan Cucu perempuan dari anak laki-laki Cicit laki-laki dari cucu laki-laki dari anak laki-laki Bagian 2/3 As}abah bil gair Berdasarkan uraian di atas dari pendapat Kakek Ahmad Mubarak dalam kitab beliau yang berjudul Is āful Rāgibin fi ilmil Farāid} penulis tidak menemukan makna atau pengertian yang jelas mengenai makna kesejajaran dari as}abah bil gair. Yang mana cucu perempuan dari anak laki-laki dengan cicit lakilaki dari cucu laki-laki dari anak laki-laki bisa menjadi as}abah bil gair, sedangkan dilihat dari derajatnya berbeda atau tidak sederajat yaitu derajat cucu dengan derajat cicit. Arti sederajat itu sendiri adalah jauh dekatnya hubungan waris dengan pewaris, yang bisa dihitung dengan jumlah tingkatan orang yang menghubungkannya dengan pewaris. Kalau dihubungkan dengan asas al-qirabah ini dapat dibuktikan bahwa cucu didahulukan mendapat bagian ketimbang cicit. Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam lagi mengenai bagaimana sebenarnya pelaksanaan as}abah bil gair tersebut, apakah harus sejajar berdasarkan derajatnya seperti anak perempuan dengan anak laki-laki (anak dengan anak) atau tidak seperti cucu perempuan dari anak laki-laki dengan buyut laki-laki dari cucu laki-laki dari anak laki-laki (cucu dengan cicit) atau cucu 8 Muhammad Syukri bin Unus Al-Banjari, Is aful Khaid} fi Ilmil Faraid} (Martapura: Barakah Ilmu), h. 3.

7 dengan cicit dianggap sejajar atau sederajat. Oleh karena itu penulis akan meminta pendapat Kakek Ahmad Mubarak untuk menemukan kejelasan mengenai masalah yang penulis teliti ini. Untuk itu penulis akan menuangkannya ke dalam karya ilmiah berbentuk skripsi yang berjudul Pendapat Kakek Ahmad Mubarak Tentang Makna Sejajar Dalam Kewarisan As}abah bil Gair. B. Rumusan Masalah Untuk lebih terarahnya penelitian ini, maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pendapat Kakek Ahmad Mubarak tentang makna sejajar dalam kewarisan as}abah bil gair? 2. Apa alasan dan dasar hukum cucu perempuan dengan cicit laki-laki bisa menjadi as}abah bil gair? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut, dapat ditetapkan tujuan penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui apa makna sejajar dalam kewarisan as}abah bil gair menurut Kakek Ahmad Mubarak. 2. Untuk mengetahui alasan dan dasar hukum cucu perempuan dengan cicit laki-laki bisa menjadi as}abah bil gair.

8 D. Signifikansi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk: 1. Kepentingan studi ilmiah atau sebagai terapan disiplin ilmu kesyari ahan. 2. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. 3. Manambah khazanah keperpustakaan IAIN Antasari Banjarmasin. 4. Informasi bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengadakan penelitian lebih jauh dari sisi lain. 5. Merubah pandapat masyarakat tentang as}abah pada umumnya dan tentang as}abah bil gair pada khususnya. E. Kajian Pustaka Dari penelusuran yang telah dilakukan, penulis menemukan sebagian tulisan yang dapat menjadi penunjang dalam penelitian skripsi ini, seperti skripsi Saiful Rahman yang berjudul Pandangan Masyarakat Terhadap Keberadaan Ashabah Dalam Kewarisan Di Kecamatan Tahta Kabupaten Tabalong. Adapun permasalahan yang diangkat oleh saudara Saiful Rahman adalah bagaimana pandangan masyarakat terhadap ashabah di Kecamatan Tahta, apa latar belakang alasan pemikiran mereka terhadap ashabah ini, dan bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap masyarakat tentang ashabah tersebut. Jenis penelitian ini adalah

9 penelitian lapangan (field research) yang bersifat studi Sampling. Teknik pengumpulan datanya adalah menggunakan teknik wawancara dan angket, kemudian teknik analisis datanya dengan langkah-langkah mengelompokkan jawaban responden sesuai dengan permasalahannya, memaparkan data yang telah dikelompokkan tersebut dalam bentuk laporan secara berurutan sesuai dengan urutan rumusan masalah dan tabulasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa semua pandangan masyarakat tentang pengertian ashabah di atas tidak tepat kecuali pada salah satu pandangan masyarakat saja. Skripsi M. Hasnan Muhaimin yang berjudul Penguasaan ashabah Terhadap Harta Di Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan (Studi Terhadap Lima Orang ashabah) dengan rumusan masalah bagaimana gambaran penguasaan ashabah terhadap harta warisan di kecamatan Loksado, faktor apa yang menjadi pertimbangan ashabah menguasai harta warisan tersebut, bagaimana dampak dari penguasaan ashabah terhadap harta warisan tersebut bagi ahli waris lainnya dan bagaimana tinjauan hukum Islam tentang penguasaan ashabah terhadap harta warisan tersebut. Jenis penelitianya adalah penelitian lapangan (field research) yang bersifat kasus. Teknik pengumpulan datanya berupa wawancara, sedangkan analisis datanya adalah berupa analisis kualitatif berdasarkan hukum Islam. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk penguasaan ashabah (anak laki-laki) terhadap harta warisan pada semua kasus yang diteliti adalah: pada kasus satu ialah ashabah tidak mengindahkan keinginan ahli waris agar harta warisan tersebut segera dibagikan. Pada kasus kedua ialah ashabah menyimpan semua surat atau sertifikat tanah dan rumah. Pada kasus

10 ketiga ialah ashabah mengklim harta tersebut miliknya sehingga ia tidak mau menjualnya dan membagikannya kepada ahli waris. Kasus keempat ialah ashabah tidal mau memberikan kepada adik-adiknya dan menahan surat atau sertifikat tanah dan rumah yang menjadi harta warisan. Pada kasus kelima ialah ashabah bukan menguasai tetapi sekedar mengelola sementara. F. Defenisi Operasional Untuk meluruskan pemahaman dan agar penelitian ini lebih terarah, maka diberikan beberapa definisi operasional sebagai berikut: 1. Kakek Ahmad Mubarak adalah penyusun kitab Is āful Rāgibin fi ilmil Farāid}. 2. As}abah adalah waris yang mendapatkan sisa harta setelah ahli waris yang lain jika ada mendapatkan bagiannya, jika tidak ada maka ahli waris as}abah mendapatkan seluruh harta warisan. 3. As}abah bil gair adalah menjadi as}abah dengan orang lain seperti anak laki-laki dengan anak perempuan (anak dengan anak), 9 saudara perempuan dengan saudara laki-laki (saudara dengan saudara). Bisa juga antara cucu perempuan dari anak laki-laki dengan cicit laki-laki dari cucu laki-laki dari anak laki-laki (cucu dengan cicit). 9 Muhammad Syukri bin Unus Al-Banjari, Is aful Khaid} fi Ilmil Faraid}, h. 3.

11 G. Sistematika Penulisan Penulisan ini terdiri dari enam bab dengan sistematika sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan memuat latar belakang masalah, yaitu permasalahan yang melatar belakangi penelitian ini. Permasalahan yang akan diteliti dirumuskan dalam rumusan masalah. Dalam rumusan masalah tersebut, ditetapkan tujuan penelitian. Selanjutnya manfaat dari hasil penelitian ini penulis buat dalam signifikansi penulisan. Kemudian kajian pustaka. Supaya penelitian ini tidak melenceng dari tujuan yang ingin dicapai, maka penulis membuat definisi operasionalnya, kemudian dibuat juga rencana penelitian dalam bentuk sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan umum tentang kewarisan as}abah, berisi uraian tentang gambaran secara umum mengenai definisi as}abah, dasar kewarisan as}abah, pembagian as}abah serta macam-macam as}abah menurut garis keturunan. Bab III : Metode penelitian yang terdiri dari jenis, sifat dan lokasi penelitian, subjek dan objek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisa data, dan tahapan penelitian. Bab IV : Laporan hasil penelitian, yang menguraikan dengan jelas data hasil penelitian di lapangan,terdiri dari : Identitas Kakek Ahmad Mubarak (penyusun kitab Is āful Rāgibin fi ilmil Farāid}), dan pendapat kakek Ahmad Mubarak tentang makna sejajar dalam kewarisan as}abah bil gair. Kemudian analisis, yang menyajikan secara mendalam berdasarkan ketentuan hukum Islam

12 mengenai pendapat Kakek Ahmad Mubarak tentang makna sejajar dalam kewarisan as}abah bil gair. Bab V : Penutup, yang berisikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi rangkuman dari permasalahan yang telah dibahas. Saran berisi beberapa masukan yang dapat penulis berikan untuk perbaikan-perbaikan.