MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan yaitu pada bulan November 2009 sampai dengan Maret 2010, bertempat di kandang A, kandang sapi perah Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (IPB). Materi Alat Kandang penelitian berupa kandang individu yang berukuran 2 x 1,5 m 2. Setiap kandang individu dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum. Peralatan yang digunakan adalah timbangan, termometer dan higrometer digital, stopwatch, sekop, kantong plastik, oven, dan pita ukur. Gambar 1. Kandang Penelitian Bahan Pakan yang diberikan terdiri dari susu segar, calf starter, dan isolat bakteri pencerna serat (probiotik) asal rumen kerbau. Bahan pakan penyusun ransum penelitiaan adalah jagung giling (45 %), bungkil kedelai (30 %), pollard (15 %), molases (10 %) dan CoCl 2. 6.H 2 O yang menyumbangkan Co (0,20 ppm). Ransum disusun dan dihitung berdasarkan kadar nutrien menurut hasil analisa di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Air minum yang diberikan berasal dari air kran yang ada di kandang. Kandungan nutrien calf starter dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan Nutrien Calf Starter (% BK) yang Digunakan dalam Penelitian Bahan BK (%) Abu (%) PK (%) LK (%) SK (%) Beta-N (%) Calf starter 84,03 10,31 23,93 3,84 5,81 56,11 Keterangan: Hasil Analisa di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan (2009)
Ternak Percobaan Ternak percobaan yang digunakan terdiri atas 9 ekor pedet peranakan Friesian Holstein (PFH) periode prasapih berumur 2 minggu dengan bobot badan 37,33 ± 5,34 kg. Empat pedet diberi inokulasi bakteri pencerna serat dan 5 pedet tanpa inokulasi (kontrol). Gambar 2. Pedet yang Digunakan dalam Penelitian Metode Perlakuan Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini adalah P1: kontrol (pedet tanpa inokulasi bakteri pencerna serat) dan P2: inokulasi. Semua pedet mengkonsumsi susu dan di tempat pakan disediakan calf starter. Pedet yang mendapat perlakuan, diinokulasi dengan isolat bakteri pencerna serat yang sebelumnya ditumbuhkan dalam susu steril. Jumlah inokulan yang diberikan sebanyak 20 ml/hari per pedet dengan konsentrasi bakteri 4,56 x 10 9 CFU/ml. Gambar 3. Pemberian Isolasi Bakteri Pencerna Serat pada Pedet dengan Cara Dicekok Pembuatan Ransum dan Pemeliharaan Ternak Calf starter dibuat dengan mencampurkan bahan ransum secara manual di atas lantai beralaskan terpal. Pencampuran masing-masing bahan pakan dilakukan
secara bertahap yaitu dengan cara mencampurkan satu persatu bahan pakan mulai dari bobot atau porsi yang terkecil hingga bobot yang terbesar. Gambar 4. Pembuatan Calf Starter Ternak dipelihara dalam kandang individu. Calf starter dan air minum disediakan ad libitum pada pukul 07.00 08.00 WIB dan pada pukul 15.00 16.00 WIB. Susu diberikan sesuai dengan bobot badan pedet. Isolat bakteri pencerna serat diberikan sekali sehari pada pagi hari segera setelah pemberian susu. Jumlah pakan yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan pedet mengkonsumsi pakan tersebut. Jumlah pakan yang diberikan pada pedet ditingkatkan sedikit demi sedikit setiap harinya. Jumlah pakan yang dikonsumsi dihitung dengan cara menghitung selisih pemberian dan sisa pakan yang tertinggal pada pagi hari. Sisa pakan setiap pedet ditimbang lalu dikumpulkan dan disimpan di dalam kantong plastik secara terpisah. Penyiapan Probiotik Tujuh macam isolat bakteri pencerna serat yang berasal dari rumen kerbau ditumbuhkan ke dalam susu segar selama 3 hari. Setelah itu tujuh macam isolat tersebut dipanen dan dicampur menjadi satu wadah. Isolat yang digunakan adalah hasil isolasi mikroba rumen pencerna serat (Gayatri, 2010; Astuti, 2010) dan merupakan koleksi Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah. Isolat telah mengalami pengujian produksi bahan kering (BK) sel isolat bakteri dan nilai CMC-ase. Isolat bakteri tersebut terbukti mempunyai aktifitas selulolitik.
Gambar 5. Isolat Bakteri yang Sudah Ditumbuhkan pada Susu Segar Steril Pengukuran Suhu dan Kelembaban Lingkungan Pengukuran suhu dan kelembaban lingkungan kandang dilakukan dua kali pada saat bersamaan dengan pemberian pakan dan minum yaitu pada pukul 07.00 08.00 WIB dan pada pukul 15.00 16.00 WIB. Pengukuran suhu dan kelembaban dilakukan menggunakan termometer dan higrometer digital. Pengambilan Sampel Darah Sampel darah dari masing-masing pedet diambil sebanyak 20 ml dalam 4 tabung vacutainer yang terdiri dari 3 tabung darah berheparin dan 1 tabung darah non-heparin. Tabung darah yang berheparin dimasukkan ke dalam termos yang berisi es, sedangkan tabung darah non-heparin tidak dimasukkan ke dalam termos tanpa es dan semua diletakkan dengan posisi miring. Darah yang berheparin masing-masing digunakan untuk analisis komponen darah lengkap dan analisis mineral dalam darah, serta untuk pengambilan plasma darah. Sedangkan darah yang tidak berheparin digunakan untuk pengambilan serum darah. Peubah yang Diamati Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah: (1) konsumsi susu dan calf starter, (2) konsumsi Co, (3) kandungan Co darah, (4) profil darah: butir darah merah (BDM), hemoglobin (Hb), hematokrit (packed cell volume/pcv), (5) denyut jantung, (6) laju respirasi, (7) suhu rektal, (8) pertambahan bobot badan (PBB), (9) ukuran tubuh: lingkar dada, lingkar perut, panjang badan, tinggi pundak, dalam dada, dan lebar dada.
Konsumsi Calf Starter Konsumsi harian calf starter dihitung dari selisih jumlah calf starter yang diberikan dengan sisa calf starter yang tidak dikonsumsi dalam 24 jam. Konsumsi calf starter (g) = pemberian (g) sisa (g) Analisa Kandungan Kobalt dalam Pakan dan Darah Proses analisa kandungan Co dalam pakan dan darah dilakukan dalam dua tahap yaitu pengabuan basah (wet ashing) dan pembacaan kadar mineral. Pengabuan basah sampel pakan dan darah dilakukan di Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah, Fakultas Peternakan IPB. Pembacaan kadar Co dalam sampel yang telah dipreparasi, dilakukan di Pusat Penelitian Tanah (Puslitan), menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) Hitachi Z5000. a. Pengabuan Basah (Wet Ashing) Pengukuran kadar mineral dilakukan setelah sampel dipreparasi dengan metode pengabuan basah atau wet ashing (Restz et al. 1960). Sampel ditimbang dan dimasukkan dalam erlenmeyer 100 ml. Ditambahkan HNO 3 pekat 5 ml dan dibiarkan selama 1 jam hingga sampel berwarna kekuningan. Berikutnya dipanaskan di atas hot plate selama 4 jam, lalu didinginkan. Larutan yang telah dingin ditambahkan 0.4 ml H 2 SO 4 pekat dan dipanaskan kembali. Saat terjadi perubahan warna, diteteskan larutan campuran HClO 4 + HNO 3 (2:1). Perubahan warna coklat menjadi kuning lalu bening. Dipanaskan kembali selama 15 menit. Sampel ditambahkan 2 ml aquadest dan 0.6 ml HCl pekat secara bersamaan. Panaskan kembali hingga larut dan didinginkan. Lalu sampel dilarutkan dengan aquadest menjadi 100 ml dalam labu takar dan disiapkan untuk dianalisis dengan Atomic Absorbtion Spectrophotometer (AAS). b. Pengukuran Mineral Sampel hasil wet ashing dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 2 ml dengan menggunakan pipet dan ditambahkan 0.05 ml larutan lantan klorida (LaCl 3.7H 2 O). Lalu disentrifuse dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Setelah itu, larutan standar Co dibuat dengan kadar 0; 0,5; 1, 2, 3, 4, dan 5 ppm di dalam tabung reaksi yang lain. Masing-masing larutan standar, dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet sebanyak 2 ml. Lalu standar dan sampel
diinjeksikan ke dalam AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Kemudian absorbansinya diukur dengan AAS pada panjang gelombang 240,7 nm sesuai dengan jenis mineral yang dibaca yaitu Co. Profil Darah Komponen darah yang dianalisis meliputi butir darah merah (BDM), hemoglobin (Hb), dan hematokrit (packed cell volume/pcv). Analisis dilakukan di Laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Denyut Jantung, Laju Respirasi, dan Suhu Rektal Denyut jantung, laju respirasi, dan suhu rektal diukur setiap minggu. Pengukuran denyut jantung dilakukan selama satu menit pada pagi dan sore hari dengan cara meletakkan tangan pada bagian dada sebelah kiri dekat jantung. Pengukuran laju respirasi dilakukan selama satu menit pada pagi dan sore hari dengan cara melihat bagian paru-paru atau melihat pergerakan kembang kempis perut pedet. Suhu rektal diukur pada pagi dan sore hari dengan cara memasukkan termometer rektal digital pada anus pedet. Pertambahan Bobot Badan Penimbangan pedet dilakukan setiap minggu. Pengukuran pertambahan bobot badan (PBB) dilakukan dengan penimbangan pedet pada awal dan akhir pemeliharaan. Penimbangan dilakukan pada pagi hari sebelum ternak diberi pakan. Pertambahan bobot badan selama penelitian dihitung berdasarkan bobot akhir pemeliharaan dikurangi dengan bobot awal, sedangkan pertambahan bobot badan harian (g/ekor/hari) diperoleh dari pertambahan bobot badan selama penelitian dibagi dengan lamanya pemeliharaan. PBB (g/ekor/hari) = Bobot sapih bobot awal perlakuan (g/ekor) Lama Pemeliharaan (hari) Suhu dan Kelembaban Lingkungan Pengukuran suhu dan kelembaban lingkungan dilakukan dengan menggantungkan termometer dan higrometer digital di dalam kandang selama penelitian. Pembacaan suhu dan kelembaban dilakukan setiap pagi dan sore hari.
Ukuran Tubuh Ukuran tubuh yang diamati meliputi: lingkar dada, lingkar perut, panjang badan, tinggi pundak, dalam dada, dan lebar dada. Pengukuran dilakukan setiap minggu. Lingkar dada diukur dengan cara melingkaran pita ukur (cm) di sekeliling rongga dada, di belakang sendi bahu (os scapula). Lingkar perut diukur dengan cara melingkarkan pita ukur di bagian perut. Panjang badan diukur dengan cara mengukur jarak dari tepi tulang humerus sampai tulang duduk (tuber ischii). Tinggi pundak diukur dengan cara mengukur jarak dari titik tertinggi pundak (Os vertebra thoracalis) secara tegak hingga ujung telapak kaki atau permukaan tanah. Dalam dada diukur dengan cara mengukur jarak dari titik tertinggi pundak (Os vertebra thoracalis) secara tegak hingga dada bagian dalam. Lebar dada diukur dengan cara mengukur jarak dari titik ujung dada sebelah kiri hingga titik ujung dada sebelah kanan. Analisis Data Perlakuan inokulasi dan kontrol dialokasikan pada pedet secara acak dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Pedet yang mendapatkan perlakuan kontrol berjumlah 5 ekor dan pedet dengan perlakuan inokulasi berjumlah 4 ekor. Setiap pedet merupakan ulangan dalam setiap perlakuan. Nilai rataan konsumsi nutrien, konsumsi Co, kandungan Co darah, profil darah: butir darah merah (BDM), hemoglobin (Hb), hematokrit (packed cell volume/pcv), denyut jantung, laju respirasi, suhu rektal, pertambahan bobot badan (PBB), ukuran tubuh: lingkar dada, lingkar perut, panjang badan, tinggi pundak, dalam dada, dan lebar dada dari pedet perlakuan inokulasi dibandingkan dengan nilai rataan dari pedet perlakuan kontrol menggunakan Uji-t pada α=0,05 (Steel & Torrie, 1991). Hipotesis penelitian ini yaitu: H 0 : Kontrol = Inokulasi; tidak ada perbedaan pengaruh inokulasi H 1 : Kontrol Inokulasi; terdapat perbedaan pengaruh inokulasi.