BAB I PENDAHULUAN. kekal yang di jalankan berdasarkan tuntutan agama. 1. berbeda. Pernikahan juga menuntut adanya penyesuaian antara dua keluarga.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. kelamin yang berlainan seorang laki laki dan seorang perempuan ada daya saling

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. (ekonomis) hingga ratusan juta rupiah menjadi semakin marak. Undian-undian

BAB II KERANGKA TEORITIK. isteri tidak akan dapat hidup rukun lagi sebagai suami isteri

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Perceraian (Putusan. Banyuwangi) perspektif UU No.

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. bahagia dan kekal yang dijalankan berdasarkan tuntutan agama. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana diketahui bahwa setiap perkawinan masing-masing pihak dari suami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB III PUTUSNYA PERKAWINAN KARENA MURTAD MENURUT HUKUM POSITIF. A. Putusnya Perkawinan karena Murtad dalam Hukum Positif di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. agar hubungan laki-laki dan perempuan mampu menyuburkan ketentraman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial tidak

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila mereka melangsungkan perkawinan maka timbullah hak dan

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebutkan bahwa perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN. dengan melangsungkan Perkawinan manusia dapat mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. tidak memungkinkan lagi untuk mewujudkan perdamaian, maka hukum Islam

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak mampu. Walaupun telah jelas janji-janji Allah swt bagi mereka yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kamus bahasa arab, diistilahkan dalam Qadha yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

BAB I. Pendahuluan. melaksanakan tugas dan kewajibannya masing-masing dalam membangun keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk-nya, baik pada manusia, Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-nya untuk berkembang, dan

KUISIONER HASIL SURVEI TESIS

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT. menciptakan manusia berpasang-pasangan. Dalam Al Qur an, Allah SWT. berfirman :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP ALASAN-ALASAN MENGAJUKAN IZIN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR PEMERINTAHAN KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. (hidup berkelompok) yang biasa kita kenal dengan istilah zoon politicon. 1

AKIBAT PERCERAIAN DISEBABKAN TINDAK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Studi Kasus Putusan Nomor : 1098/Pdt.G/2008/PA.Dmk Di Pengadilan Agama Demak

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memahami informasi tentang dunia atau lingkungan melalui penglihatan, penghayatan

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perkawinan yang dimulai dengan adanya rasa saling cinta dan kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. seorang diri. Manusia yang merupakan mahluk sosial diciptakan oleh Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

SALINAN P U T U S A N Nomor 144/Pdt.G/2011/PAJP BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor: 174/Pdt.G/2012/PA.Pkc.

P U T U S A N. Nomor 330/Pdt.G/2010/PAJP BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 0198/Pdt.G/2010/PA.Spn.

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

b. Salah satu pihak menjadi pemabok, pemadat, atau penjudi yang sukar disembuhkan,

PUTUSAN Nomor: 221/Pdt.G/2010/PA.Pkc.

BAB I PENDAHULUAN. Hak dan kewajiban tersebut harus dipenuhi oleh pasangan suami istri yang terikat

BAB IV KOMPARASI ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP STATUS PERKAWINAN KARENA MURTAD

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam. Sinar Baru al Gesindo, Jakarta. Cet. Ke XXVII. Hal. 374.

PUTUSAN Nomor : 31/Pdt.G/2010/PA.Rks. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor 1278/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB5 PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG PERKAWINAN NOMOR 1 TAHUN 1974.

BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari

PUTUSAN. Nomor 1087/Pdt.G/2014/PA.Plg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor: 0072/Pdt.G/2010/PA.Spn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. untuk akad nikah.nikah menurut syarak ialah akad yang membolehkan seorang

P U T U S A N. Nomor 0318/Pdt.G/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M E L A W A N :

P U T U S A N. Nomor: 0043/Pdt.G/2011/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN

P U T U S A N. Nomor : 0814/Pdt.G/2011/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

PUTUSAN Nomor 0718/Pdt.G/2015/PA. Pas

BAB I PENDAHULUAN. perceraian, tetapi bukan berarti Agama Islam menyukai terjadinya perceraian dari

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

PUTUSAN Nomor 0036/Pdt.G/2015/PA. Pas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki hak dan kewajiban didalam

P U T U S A N Nomor: 0108/Pdt.G/2010/PA.Spn.

PENETAPAN Nomor : 046/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat

Cerai Talak. P U T U S A N Nomor XX55/Pdt.G/2011/PA.Slw. BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV PEMBAHASAN. A. Tinjauan Hukum Islam terhadap Cerai Gugat Suami Masuk Penjara

BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TENTANG CERAI GUGAT DENGAN ALASAN IMPOTEN. A. Prosedur Cerai Gugat Dengan Alasan Impoten

P U T U S A N 46/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGGUGAT ; MELAWAN TERGUGAT ;

BAB II PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita

BAB I PENDAHULUAN. bidang perkawinan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dengan adanya unifikasi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT, manusia di bekali dengan keinginan untuk melakukan pernikahan, karena pernikahan itu adalah salah satu faktor untuk menjaga keberlangsungan kehidupan umat manusia di muka bumi.pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal yang di jalankan berdasarkan tuntutan agama. 1 Pada dasarnya pernikahan adalah proses penyatuan antara dua individu yang berasal dari latar belakang yang berbeda dan memiliki kepribadian yang berbeda. Pernikahan juga menuntut adanya penyesuaian antara dua keluarga. Proses penyatuan tersebut membutuhkan persiapan dan kesiapan dari kedua pasangan suami isteri beserta keluarga mereka. Pengertian menurut UU Perkawinan terdapat Pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang berbunyi : Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) 2 yang bahagiadan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sedangkan pengertian perkawinan menurut Kompilasi Hukum Islam terdapat dalam Pasal 2 yang berbunyi : Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat mitsaqan ghalizan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. 1 Asrorun Ni am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, (Jakarta: Elsas, 2008), hlm. 3 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Pasal 1. 1

Adapun yang menjadi tujuan dari perkawinan adalah: 1. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan. 2. Memenuhi hajat manusia untuk menyalurkan syahwatnya dan menumpahkankasih sayangnya. 3. Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan kerusakan. 4. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima hak serta kewajiban, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta kekayaan yang halal. 5. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tentram atas dasar cinta dan kasih sayang. 3 Prinsip-prinsip yang dianut oleh UU perkawinan adalah sebagaimana yang terdapat pada penjelasan Umum UU perkawinan itu sendiri yaitu sebagai berikut: 1. Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Untuk itu suami isteri perlu saling membantu dan melengkapi, agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan materiil. 2. Dalam Undang-undang ini dinyatakan, bahwa suatu perkawinan adalah sah bilamana dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya dan disamping itu tiap-tiap perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Undang-undang ini menganut prinsip, bahwa calon suami isteri itu telah harus masak jiwa raganya untuk dapat melangsungkan perkawinan, agar 3 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Bogor: Kencana, 2003), hlm. 10 2

supaya dapat diwujudkan tujuan perkawinan secara baik tanpa berakhir pada perceraian dan mendapatkan keturunan yang baik dan sehat. 4. Karena tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang bahagia, kekal dan sejahtera, maka undang-undang ini menganut prinsip untuk mempersukar terjadinya perceraian. Untuk memungkinkan perceraian harus ada alasan-alasan tertentu serta harus dilakukan di depan sidang pengadilan. 5. Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kewajiban suami baik dalam kehidupan rumah tangga maupun dalam pergaulan masyarakat, sehingga dengan demikian segala sesuatu dalam keluarga dapat dirundingkan dan diputuskan bersama oleh suami isteri. 4 Terkadang dalam menjalankan bahtera rumah tangga itu tidak selalu mulus, pasti ada kesalahfahaman, kekhilafan, dan pertentangan.percekcokan dalam menangani permasalahan keluarga ini ada pasangan yang dapat mengatasinya ada juga yang tidak dapat mengatasinya dan mengakibatkan keretakan dalam hubungan suami isteri.perceraian dipilih saat pasangan suami isteri merasa sudah tidak dapat lagi mempertahankan pernikahan mereka. Sebelum membahas lebih jauh, perlu diketahui bahwa dalam mengajukan gugatan perceraian, alasan memilih bercerai menjadi pertimbangan penting bagi pengadilan untuk menindaklanjuti gugatan cerai tersebut, karena itu penggugat harus memiliki alasan bercerai juga menjadi pertimbangan atau tolak ukur bagi pengadilan dalam memutuskan sejumlah persoalan lain yang terkait erat dengan proses perceraian itu sendiri. Misalnya perebutan hak asuh anak, kebutuhan 4 Mardani, Hukum Perkawinan Islam Di Dunia Islam Modern, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm. 7 3

perkembangan mental anak, tuntutan permohonan nafkah serta persengketaan harta gono-gini, oleh karena itulah diperlukan suatu kemampuan untuk menjembatani permasalahan-permasalahan tersebut agar dapat selesai dengan sebagaimana mestinya.adapun alasan-alasan tersebut menurut Pasal 19 PP No. 9 Tahun 1975, perceraian dapat terjadi karena alasan-alasan antara lain sebagai berikut: 5 1. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat, penjudi, dan sebagainya yang sukar untuk disembuhkan. 2. Salah satu pihak meninggalkan yang lain selama dua tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah, atau karena hal lain di luar kemampuannya. 3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara lima tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung. 4. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak yang lain. 5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau isteri. 6. Antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga. Dalam pasal 38 Undang-Undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan menentukan bahwa pada perjalanannya perkawinan dapat saja berakhir, yaitu jika disebabkan oleh kematian, perceraian dan atas keputusan pengadilan. Perceraian 5 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Pasal 19 4

hanya dapat dilakukan di depan pengadilan, baik itu karena suami yang telah menjatuhkan cerai (talak), ataupun karena isteri yang menggugat cerai atau memohonkan hak talak sebab sighat taklik talak. 6 Sebenarnya dalam agama Islam ketika suami mengucapkan talak maka saat itu jugalah terjadi perceraian antara suami dengan isterinya tetapi karena masyarakat tersebut hidup dalam suatu negara maka, perceraian pun dilakukan dengan ikut campurnya negara untuk mengawasi dan melihat serta mengatur tata cara perceraian sesuai dengan yang telah diatur dalam hukum positif yang berlaku dalam suatu negara. Tujuan dari negara ikut serta dalam perceraian tersebut adalah sebagai pelindung dari segala hal yang timbul baik hak maupun kewajiban sebagai akibat hukum dari perceraian yang dialami oleh suami maupun isteri, begitu juga anak yang telah ada selama perkawinan dan harta yang dikumpulkan selama terikat dalam suatu perkawinan dan bagaimana tentang perjanjian pranikah. Dasar melakukan perceraian terdapat dalam Pasal 39 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan yang berbunyi : Perceraian hanya dapat dilakukan di depan Sidang Pengadilan setelah pengadilan bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Dengan Pasal 39 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974 ini juga sebagai dasar dilakukannya perdamaian terlebih dahulu atau disebut mediasi. Pada sidang ke -1 ketika para pihak yang berperkara sudah dipanggil dan berada didalam ruang sidang maka hakim pemeriksa perkara wajib memberikan kesempatan pada para pihak untuk menyelesaikan sengketa diluar persidangan (mediasi). Mediasi 6 Budi Susilo, Prosedur Gugatan Cerai, (Jakarta: Pustaka Yustisia, 2007), hlm. 17. 5

adalahsuatu proses penyelesaian sengketa antara dua pihak atau lebih melalui perundingan atau cara mufakat dengan bantuan pihak netral yang tidak memiliki kewenangan memutus. 7 Dalam pasal 39 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974 yang menyebutkan setelah pengadilan sudah berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak maka dengan itu Pengadilan wajib melakukan mediasi atau mendamaikan kedua belah yang hendak bercerai terlebih dahulu. Dalam proses mediasi para pihak akan dipimpin oleh seorang mediator (mediator adalah orang yang dipilih oleh para pihak untuk menjadi penengah dalam proses mediasi) untuk menjembatani kepentingan-kepentingan para pihak, dalam pemilihan mediator para pihak berhak memilih mediator diantara; hakim bukan pemeriksa perkara pada pengadilan yang bersangkutan atau seseorang yang memiliki sertifikat sebagai mendiator. Dalam salah satu fungsi mediator wajib memanggil kedua belah pihak baik secara pribadi (in person) atau melalui kuasanya, untuk duduk bersama mendengarkan dan berkompromi menyelesaikan masalah dengan baik dan menuangkan pendapat masing-masing dalam kesepakatan. 8 Agar tercapainya suatu kesepakatan maka dalam proses mediasi memakai asas iktikad baik dalam perjalanannya sesuai dengan Pasal 7 ayat 1 Perma No. 1 tahun 2016 Para pihak dan/atau kuasa hukumnya wajib menempuh Mediasi dengan iktikad baik. Mediasi perceraian sebagai salah satu penyelesaian sengketa yang hadir untuk meminimalisir efek dari masalah yang hadir dalam sengketa perceraian.tujuan dari mediasi ini pun sudah jelas yaitu menghasilkan suatu 7 Takdir Rahmadi, Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010), hlm. 12 8 M. Yahya Harahap, Beberapa tinjauan mengenai sistem peradilan dan penyelesaian sengketa, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2007), hlm. 243. 6

putusan perdamaian agar tidak ada lagi upaya hukum yang dilakukan para pihak dalam perkara perceraian.mediator yang di pilih para pihak mempunyai peran penting agar tercapainya perdamaian antara kedua belah pihak. Oleh karena pemikiran pemikiran tersebut diatas, judul skripsi ini menyangkut tentang hal-hal yang berkaitan dengan peran mediator hakim dalam suatu perkara perceraian di pengadilan yang sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Adapun judul skripsi ini adalah Peran Mediator Hakim Dalam Proses Mediasi Pada Perkara Perceraian B. Permasalahan Adapun permasalahan yang akan di angkat dalam skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Proses Mediasi dalam Perkara Perceraian di Pengadilan Agama? 2. Apakah Peran Mediator Hakim dalam Proses Mediasi Pada Perkara Perceraian? 3. Apa sajakah Faktor-Faktor Penghambat Keberhasilan Mediasi dalam Perkara Perceraian? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian dari penulisan skripsi ini, sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui proses mediasi dalam perkara perceraian di Pengadilan Agama. 7

2. Untuk mengetahui peran mediator hakim dalam proses mediasi pada perkara perceraian. 3. Untuk mengetahui faktor penghambat keberhasilan mediasi dalam perkara perceraian. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian dari penulisan skripsi ini yaitu, sebagai berikut: 1. Manfaat secara teori Penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan masukan sekaligus sebagai acuan dalam perkembangan ilmu hukum di Indonesia.Hal-hal yang tertuang dalam penulisan skripsi ini diharapkan menambah pengetahuan para mahasiswa hukum dan juga masyarakat khususnya berkaitan dengan mediasi perceraian serta peran mediator. Skripsi ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang nyata kepada masyarakat tentang bagaimana peran mediator dalam proses perkara perceraian di pengadilan agama. 2. Manfaat secara praktis Secara praktis penulisan skripsi ini dapat memberikan pengetahuan tentang pengertian perceraian, tata cara perceraian, akibat hukum perceraian, serta ruang lingkup mediasi, tujuan dan manfaat mediasi, prinsip-prinsip mediasi, kewenangan dan tugas mediator secara umum dan juga dapat memberikan pengetahuan tentang peran mediator dalam menyelesaiakan suatu sengketa dalam memediasi para pihak yang bersengketa dalam kasus perceraian, maka skripsi ini diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa dan praktisi hukum khususnya advokat dan para hakim, pemerintah, mediator, maupun masyarakat khususnya para pihak 8

yang terlibat dalam suatu perkara perceraian sehingga penulisan skripsi ini dapat dijadikan acuan dalam penyelesaian perkara perceraian melalui proses mediasi. E. Metode Penelitian Dalam melakukan suatu penelitian kita tidak terlepas dengan penggunaan metode. Setiap penelitian haruslah menggunakan metode guna menganalisa permasalahan yang akan dibahas dalam suatu penelitian. Adapun metode yang dipakai penulis adalah : 1. Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah yuridis normatif. Yuridis normatif adalah penelitian dengan cara pengambilan bahan maupun data dari kepustakaan dimana penelitian ini mengacu kepada peraturan perundang-undangan dan norma-norma hukum dalam masyarakat. Metode penelitian normatif disebut juga sebagai penelitian doktrinal (doctrinal research) yaitu suatu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis didalam buku (law as it is written in the book), maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan (law is decided by the judge through judicial process). 9 2. Sifat Penelitian Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif yang dimana penelitian ini berusaha memberikan gambaran tentang bagaimana ataupun keseluruhan objek yang akan diteliti. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk 9 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Grafitti Press, 2006), hlm. 118. 9

menentukan ada tidaknya hubungan antara satu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Penelitian ini, kadang-kadang berawal dari hipotesis tetapi dapat juga tidak bertolak dari hipotesis, dapat membentuk teori-teori baru atau memperkuat teori yang sudah ada dan dapat menggunakan data kualitatif atau kuantitatif. 3. Sumber Data Data yang digunakan dalam skripsi ini adalah data sekunder.data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan meliputi buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian, peraturan perundang-undangan, artikel hukum, pendapat para sarjana dan bahan lainnya.data sekunder ini juga didukung dengan wawancara kepada Mediator Hakim yang melaksanakan mediasi di Pengadilan Agama Tanjungbalai.Data sekunder dapat dibagi menjadi : a. Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu PERMA No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Kompilasi Hukum Islam, dan UU No. 7 Tahun 1989 tentang Pengadilan Agama. b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan tentang hukum primer antara lain berupa buku-buku ataupun tulisan ilmiah hukum yang berkaitan dengan judul penelitian. c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer dan sekunder antara lain berupa kamus, ensiklopedia, maupun artikel hukum dari internet. 4. Teknik Pengumpulan Data a. Studi Kepustakaan (Data Sekunder) 10

Dilakukan dengan mempelajari berbagai sumber bacaan yang berkaitan dengan masalah yang diangkat dalam skripsi ini.seperti : buku-buku hukum, makalah hukum, artikel hukum, pendapat para sarjana dan bahan-bahan lainnya. b. Studi Lapangan (Data Primer) Penelitian langsung ke lapangan yang dilakukan dengan wawancara antara penulis dengan mediator hakim yang melaksanakan mediasi di Pengadilan Agama Tanjungbalai. Wawancara yang dilakukan penulis mengenai peran mediator hakim dalam proses mediasi pada perkara perceraian di Pengadilan Agama Tanjungbalai. 5. Analisis Data Analisis data dalam penulisan ini digunakan data kualitatif, metode kualitatif ini digunakan agar penulis dapat mengerti dan memahami gejala yang di telitinya. 10 Penulisan skripsi dengan metode analisis kualitatif dilakukan dengan menelaah bahan-bahan hukum baik dari buku-buku, internet, serta peraturan perundang-undangan dan juga melakukan analisis hukum tentang peristiwaperistiwa hukum yang terjadi dalam masyarakat pada saat sekarang ini.peneliti mencari tahu dan menggali sumber yang berkaitan dengan peristiwa hukum yang dituangkan dalam penelitian ini. F. Keaslian Penulisan Skripsi ini berjudul PERAN MEDIATOR HAKIM DALAM PROSES MEDIASI PADA PERKARA PERCERAIAN (STUDI DI PENGADILAN AGAMA TANJUNGBALAI). Langkah awal yang dilakukan penulis 10 Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2007), hlm. 21. 11

sebelumnya adalah melakukan penelusuran terhadap judul skripsi yang ada pada Fakultas Hukum.Penulis menemukan beberapa skripsi yang memiliki sedikit kesamaan dengan judul skripsi ini, yaitu : 1. Peran Mediator Dalam Penyelesaian Sengketa Permbagian Harta Bersama Setelah Perceraian (Studi di Pengadilan Agama Medan) oleh Riscia Gusti Bella dengan permasalahan : a. Bagaimana Proses Mediasi Dalam Penyelesaian Sengketa? b. Bagaimana Peran Mediator Dalam Menyelesaikan Sengketa Pembagian Harta Bersama? c. Apa Hambatan Yang Dihadapi Oleh Mediator Dalam Penyelesaian Sengketa Pembagian Harta Bersama? 2. Kedudukan Mediator dalam Penyelesaian Sengketa di Pengadilan Negeri Medan (Studi Terhadap Efektifitas Perma No. 1 Tahun 2016) oleh Husna Iffa Afrida dengan permasalahan : a. Bagaimana Kedudukan Mediator dalam Penyelesaian Sengketa di Pengadilan Negeri Medan? b. Bagaimana efektifitas Perma No. 1 Tahun 2016 di Pengadilan Negeri Medan? c. Kendala-Kendala apa saja yang dialami Mediator dalam Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Negeri Medan? 3. Peran Mediator Hakim Dalam Penyelesaian Perkara Perdata Menurut PERMA NO. 1 Tahun 2008 oleh Selly Herwina dengan Permasalahan : a. Bagaimana Mediasi Pada Umumnya baik di dalam Pengadilan maupun di dalam PERMA No. 1 Tahun 2008? 12

b. Bagaimana kedudukan Hakim Mediator dalam menyelesaikan perkara menurut PERMA No. 1 Tahun 2008? c. Bagaimana Pelaksanaan Putusan Perdamaian Dalam Proses Mediasi? G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini akan mempermudah penulis dan penjabaran penulisan skripsi dengan memberikan gambaran yang lebih jelas. Penelitian ini dibagi menjadi 5 (lima) bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang latar belakang, yaitu apa alasan yang mendorong penulis untuk mengangkat judul ini dalam suatu penelitian hukum. Permasalahan, yaitu hal-hal yang menjadi permasalahan dari penulisan skripsi ini yang nantinya akan dicari solusi dari permasalahan tersebut. Tujuan penelitian yaitu maksud dari penulis melakukan penulisan skripsi ini. Manfaat penelitian yaitu apa manfaat yang akan ditimbulkan dengan adanya skripsi ini baik bagi penulis maupun setiap pembaca. Metode penelitian yaitu metode yang dipakai penulis dalam mengkaji setiap permasalahan. Keaslian Penulisan yaitu penegasan bahwa skripsi ini dapat dijamin keasliaannya dan buka merupakan plagiat dari penulisan lain. Sistematika Penulisan yaitu uraian ringkas dari skripsi ini. BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI 13

Bab ini menguraikan tentang pengertian umum tentang mediasi, ruang lingkup mediasi, tujuan dan manfaat mediasi, prinsip-prinsip mediasi serta kewenangan dan tugas mediator. BAB II I : TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN Bab ini membahas tentang pengertian perceraian, dasar hukum perceraian, tata cara perceraian dan akibat hukum percerian menurut undang-undang maupun menurut hukum Islam. BAB IV : PERAN MEDIATOR HAKIM DALAM PROSES MEDIASI PADA PERKARA PERCERAIAN (STUDI DI PENGADILAN AGAMA TANJUNGBALAI) Bab ini menjelaskan tentang proses mediasi dalam perkara perceraian di pengadilan agama, peran mediator hakim dalam proses mediasi pada perkara perceraian dan faktorfaktor penghambat keberhasilan mediasi dalam parkara perceraian. BAB V : PENUTUP Bab ini merupakan bagian akhir dari penulisan skripsi ini yang berisikan kesimpulan dan saran dari bab-bab yang telah dibahas sebelumnya. 14