BAB I PENDAHULUAN. lengkap ada apabila diinginkan agar pendidikan di sekolah dapat berjalan optimal. 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensial-potensial seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan unsur dan berbagai bidang dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. ini. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan pendidikan. Akan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

BAB I PENDAHULUAN. seyogyanya dilakukan oleh setiap tenaga pendidikan yang bertugas di

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

I. PENDAHULUAN. Konseling (BK) di sekolah. Menurut Prayitno dan Amti (2004), bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan ajaran yang mengandung aturan-aturan tentang jalan

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar membantu siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah.

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah. Sekaligus memegang tugas-tugas dan fungsi ganda,

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya manusia. Pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya, sebab pendidikan merupakan salah satu sarana untuk membuat. daya perasaan (emosional), menuju ke arah tabiat manusia.

wujud nyata penyelanggaraan layanan bimbingan dan konseling. Kegiatan bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar,

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. berlakunya kurikulum 1975 yang menyatakan bawa bimbingan dan penyuluhan

PEMBAHASAN. A. Pengertian Bimbingan dan Konseling

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal sekarang sudah merupakan bagian yang integral dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini menuntut suatu bangsa mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, jika

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia merupakan perguruan tinggi yang

Oleh: Juni Prasetiyono. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah siswa, personel yang terlibat, harga bangunan, dan fasilitas yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

BAB I PENDAHULUAN. segala sisi. Hal tersebut tidak terlepas dari peran masing-masing lembaga. mudah dalam mencapai perkembangan yang optimal.

BAB I PENDAHULUAN. mereka mengubah dirinya sendiri (QS. Ar Ra du/13: 11).

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kerangka dan tujuan organisasi.masalah kompetensi itu menjadi penting,

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada dalam rangka upaya

FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, dan lewat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

KISI KISI UKG 2015 GURU BK/KONSELOR

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman belajar dan merupakan tujuan pertumbuhan. Dengan demikian, tujuan

SULUH Jurnal Bimbingan Konseling, April 2017, Volume 3 Nomor 1 (42-46)

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Konseling memiliki peranan yang sangat menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah perkembangan kepribadian manusia. Telah dirumuskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan dalam menyerap ilmu dalam jumlah yang banyak.

BAB II BIMBINGAN KONSELING DAN KEDISIPLINAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

A. KUALIFIKASI PEMBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap peserta didik yang menempuh pendidikan di jenjang SMA sudah

ARAH PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM : Program Pendidikan Sarjana (S-1) BK Program Pendidikan Profesi Konselor (PPK)

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Pendukung utama bagi tercapainya negara yang berkualias adalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya mampu menciptakan individu yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih,

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan berhubungan dengan manusia. 1 Sebagai makhluk pribadi, ia

BIMBINGAN DAN KONSELING DAN PENELUSURAN MINAT DI SMP DALAM KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dengan bimbingan yang benar akan berjalan baik dan terarah. Begitu juga

perkembangan yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mengarahkan perkembangan manusia menuju kearah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Kajian Bimbingan dan Konseling di SD. Khairul Fahmi Hadi Dosen Pengampu mata kuliah Bimbingan dan Konseling : Arie Rakhmat Riyadi M.

UPAYA GURU PEMBIMBING UNTUK MENCEGAH PERILAKU SISWA MENYIMPANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR

BAB I PENDAHULUAN. telah dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan adalah layanan konseling individual. Hal ini berbeda jauh saat pelaksanaannya. Terkadang, pada saat

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

KORELASI ANTARA KEPRIBADIAN KONSELOR DENGAN PEMANFAATAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING PADA SMP NEGERI 1 PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan. Untuk itu

PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DI SMP NEGERI 1 KUALA KAPUAS. Oleh : Karyanti *

BAB I PENDAHULUAN. terhadap laju pendidikan di sekolah-sekolah, terutama di tingkat SMP dan

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undangundang. Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3:

KOMPETENSI KONSELOR. Kompetensi Konselor Sub Kompetensi Konselor A. Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang lebih tinggi. Oleh karena itu dalam mengenyam pendidikan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk pengembangan pribadi dan profesional. 1

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik/konseli untuk mencapai kemandirian dalam kehidupannya. Pada Pasal

2014 PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH D AN PENGARUHNYA TERHAD AP KINERJA MENGAJAR GURU D I SMK SMIP YPPT BAND UNG

DEVELOPPING OF TEACHERS HP

BAB I PENDAHULUAN. potensi kreatif dan tanggung jawab kehidupan, termasuk tujuan pribadinya. 1

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENDIDIKAN AGAMA PADA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan

PENGEMBANGAN PROFESI GURU SD/MI. Udin S. Sa ud, Ph.D

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai pengaruh yang dinamis dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bimbingan dan konseling yang lebih dikenal dengan nama BK adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Jika dilihat

Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Kerangka Ilmu Pendidikan. Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan. mengembangkan potensi dan kemampuan anak didik sesuai dengan nilai-nilai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses pendidikan, khususnya di sekolah, Mortensen dan Schmuller mengemukakan adanya tiga komponen tugas yang saling terkait, hendaknya secara lengkap ada apabila diinginkan agar pendidikan di sekolah dapat berjalan optimal. 1 Skema hubungan tiga komponen yang diadopsi dari Prayitno dan Erman Amti dalam buku Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling: Bidang: Administrasi & Supervisi Bidang: Pengajaran Bidang: Bimbingan Adm. & Supervisi Pengajaran Bim. Dan Kons. Tujuan: Perkembangan optimal setiap siswa sesuai dengan bakat, kemampuan, minat, dan nilai. Bimbingan dan konseling dalam salah satu komponen di atas adalah pelayanan bantuan untuk siswa, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku. Memfasilitasi individu mencapai tingkat 2008), h. 240 1 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 1

2 perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya. Semua perubahan perilaku tersebut merupakan proses perkembangan individu, yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat dan produktif. BK memegang tugas dan tanggung jawab yang penting untuk mengembangkan lingkungan, membangun interaksi dinamis antara individu dengan lingkungan, membelajarkan individu untuk mengembangkan, merubah dan memperbaiki perilaku. 2 Program bimbingan dan konseling merupakan keharusan yang tidak dapat dipisahkan dari program pendidikan pada umumnya. Apalagi dalam situasi sekarang ini, di mana fungsi sekolah atau lembaga pendidikan formal ini tidak hanya membekali para siswa dengan setumpuk ilmu pengetahuan saja, tetapi juga mempersiapkan untuk memenuhi tuntunan perubahan serta kemajuan yang tejadi di lingkungan masyarakat. Perubahan dan kemajuan ini akan menimbulkan masalah, khususnya bagi siswa itu sendiri, dan umumnya bagi pihak-pihak yang telibat dalam dunia pendidikan. Siswa akan menghadapi masalah pemilihan jurusan, pemilihan program, masalah belajar, penyesuaian diri, pribadi, sosial dan lain sebagainya yang membutuhkan bantuan, yang merupakan bagian integral dari keseluruhan sistem pendidikan formal. 3 Bimbingan dan konseling merupakan bagian yang integral dalam pendidikan, artinya program pendidikan yang baik adalah yang memiliki program bimbingan dan 2 Eukaristia Victorique, Rasional Pentingnya Bimbingan dan Konseling, http://animenekoi.blogspot.com/2011/06/rasional-pentingnya-bimbingan-dan.html 3 Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h. 37

3 konseling berdasarkan pada kebutuhan-kebutuhan siswa di sekolah, bukan karena kebutuhan guru atau atasan pusat. Akan tetapi, tampaknya guru-guru dan kepala sekolah masih kaku sikapnya terhadap BK, karena banyak di antara mereka yang beranggapan bahwa BK adalah mengurus para siswa yang melanggar peraturan. Guru pembimbing atau konselor dianggap sebagai polisi sekolah. Guru-guru dan kepala sekolah kurang memberikan dorongan dan apresiasi terhadap lembaga BK, sehingga BK kurang efektif dalam menanggulangi masalah-masalah siswa, dan dianggap sepi perannya di sekolah. Menurut Rochman Natawijaya dikutip oleh Sofyan S. Willis dalam buku Konseling Individual Teori dan Praktek sering terjadi salah pengertian terhadap BK, baik di kalangan para guru ataupun masyarakat umum, kesalahan-kesalahan tersebut diungkapkan sebagai berikut: 1. Bimbingan identik dengan pendidikan. 2. Bimbingan dan konseling adalah cara untuk membantu siswa yang maladjustment. 3. Bimbingan dan konseling berarti pekerjaan. 4. Bimbingan dan konseling adalah usaha memberikan nasehat. 5. Bimbingan menghendaki kepatuhan dalam perilaku. 6. Bimbingan adalah tugas para ahli. 4 Jika ada pengertian yang salah seperti di atas maka akan terjadi penyelewengan terhadap tujuan bimbingan dan konseling dan mengakibatkan hal-hal yang negatif, seperti jika pendidikan dijalankan dengan baik, maka tidak perlu lagi ada BK atau mengecilnya peranan BK di sekolah karena kurangnya minat kepala sekolah dan para guru untuk melaksanakan program. Untuk menghindarkan salah pengertian, sebaiknya para pendidik memahami pengertian BK yang sesungguhnya. 4 Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 7-8

4 Agar program bimbingan dan konseling terlaksana dengan baik maka peran konselorlah yang lebih dioptimalkan, memberikan pemahaman kepada kepala sekolah dan para guru tentang pentingnya BK di sekolah. Akan tetapi melihat fakta yang terjadi sekarang konselor malah ikut-ikutan tidak perduli terhadap program BK yang tidak terlaksana. Kurang mampu menjelaskan tentang BK, terkesan pasif dan tidak memiliki program nyata untuk mengembangkan para siswa, kurang profesional sehingga tidak meyakinkan pihak lain, dan bisa keluar dari jalur BK dengan mengajar mata pelajaran yang tidak sesuai dengan pendidikan akademik. Seorang konselor selayaknya adalah lulusan Sarjana (S-1) Bimbingan dan Konseling, hal itu merupakan program pendidikan akademik dan dasar bagi pendidikan profesional konseling selanjutnya. Untuk program pendidikan akademik jenjang lebih tinggi, sarjana konseling yang memenuhi persyaratan dapat menempuh pendidikan Pascasarjana (S-2 dan S-3), pada program ini membina akademisi yang lebih menekankan kemampuan analisis keilmuan dalam bidang konseling. Pada jalur profesi, Sarjana Konseling yang memenuhi persyaratan dapat menempuh program Pendidikan Profesi Konselor (PPK), untuk mendapatkan gelar profesi konselor (disingkat Kons.). Program pendidikan profesi tingkat pertama ini merupakan program Spesialis I (Sp.-1) yang menghasilkan Konselor Umum. Kelanjutan dari program Sp.-1 adalah program Pendidikan Profesi Konselor Spesialis yang merupakan Spesialis II (Sp.-2) untuk memperoleh gelar spesialisasi pada bidang tertentu (gelar itu adalah Konselor Spesialis, disingkat Kons. Sp.). 5 5 Bagian Proyek Peningkatan Tenaga Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Dasar Standarisasi Profesi Konseling, 2004, h. 10-11

5 Kode etik merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku profesional yang harus dijunjung tinggi, diamalkan, dan diamankan oleh setiap anggota profesi. Kode etik adalah seperangkat standar, peraturan, pedoman, dan nilai yang mengatur dan mengarahkan perbuatan atau tindakan dalam suatu profesi. Dasar kode etik profesi konselor di Indonesia adalah pancasila dan tuntutan profesi. Mengingat bahwa profesi konseling merupakan usaha pelayanan terhadap sesama manusia dalam rangka ikut membina warga negara yang bertanggung jawab, dan mengacu kapada keperluan dan kebahagiaan konseli sesuai dengan norma-norma yang berlaku. 6 Konselor dituntut untuk memiliki berbagai keterampilan melaksanakan layanan konseling. Serta mampu mengetahui dan memahami secara mendalam sifatsifat seseorang, daya kekuatan pada diri seseorang, merasakan kekuatan jiwa apakah yang mendorong seseorang berbuat dan mendiagnosis berbagai persoalan siswa, selanjutnya mengembangkan potensi individu secara positif. Konselor tidak dilahirkan bukan karena pendidikan dan latihan profesionalnya semata-mata, akan tetapi berkembang melalui proses yang panjang, dimulai dengan mempelajari berbagai teori dan latihan serta berusaha belajar dari pengalaman praktik konselingnya. Dalam proses tersebut peran keinginan atau cita-cita tidak dapat diabaikan, sebab penentuan pilihan bidang ilmu yang digeluti didasari oleh tujuan atau alasan pemilihan tersebut. 7 6 Ibid., h. 77 7 Mamat Supriatna, Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompotensi: Orientasi Pengembangan Profesi Konselor, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 18

6 Konselor harus memiliki kemampuan pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi siswa dan berakhlak mulia, karena sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan kepribadian siswa. Dengan kata lain konselor tidak hanya dituntut untuk menguasai dalam proses konseling tapi juga membantu meningkatkan kualitas pribadi siswa. 8 Menjadi konselor yang baik, yaitu konselor yang efektif, perlu mengenal diri sendiri, mengenal konseli (klien), memahami maksud dan tujuan BK. Membangun hubungan dalam proses konseling merupakan hal penting dan menentukan dalam melakukannya, karena seorang konselor tidak dapat membangun hubungan jika tidak mengenal diri maupun konseli, tidak memahami maksud dan tujuan BK serta tidak meguasai dalam proses konseling. Konselor atau guru pembimbing dalam bimbingan dan konseling tentu merupakan orang yang memiliki keahlian di bidang tersebut. Keahlian merupakan syarat mutlak, sebab apabila yang bersangkutan tidak menguasai bidangnya, maka bimbingan dan konseling tidak akan mencapai sasarannya atau tidak akan berhasil. Sejalan dengan hadis Nabi sebagai berikut: 9 ل س س وىلف ذ أ لنت س ظ سىل لس ا ا س ذ أ لا ذ أ ل و ىل س ىل ذ أ ل سىلىل ذ أ لىل عة ذىل(راهىل لبخاري) إ ذ و Sekolah saat ini memerlukan tenaga-tenaga spesialis. Spesialis untuk membantu siswa membaca, memainkan alat musik, dan membantu perkembangan 8 Daeng Arifin dan Pipin Arifin, Keprofesionalan Seorang Guru, (Bandung: Pustaka Al- Kasyaf, 2010), h. 34 9 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press Yogyakarta, 2001), h. 46

7 fisik. Konselor dapat dipandang sebagai spesialis dalam pertumbuhan dan perkembangan siswa, dalam mempelajari dan memahami dunia dalam diri siswa. Melalui layanan konseling konselor dapat membantu permasalahan yang dialami oleh siswa. Kebutuhan akan layanan konseling di sekolah muncul dari karakteristik dan masalah-masalah siswa. Layanan konseling diperlukan oleh seluruh siswa, termasuk di dalamnya yang memiliki kesulitan. Seluruh siswa ingin memperoleh pemahaman diri, meningkatkan tanggung jawab terhadap kontrol diri, memiliki kematangan dan memahami lingkungan, dan belajar membuat keputusan. Setiap siswa memerlukan bantuan dalam mempelajari cara pemecahan masalah, dan memiliki kematangan dalam memahami nilai-nilai. Mereka memerlukan rasa dicintai dan dihargai, memiliki kebutuhan untuk meningkatkan kemampuannya, dan memiliki kebutuhan untuk memahami kekutatan pada dirinya. 10 Layanan konseling merupakan salah satu layanan yang penting dalam Bimbingan dan Konseling, layanan tersebut bisa diberikan secara individu atau kelompok dalam rangka membantu siswa dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Maksimal atau tidaknya pemberian layanan konseling selain dari kreativitas konselor atau guru BK itu juga tidak terlepas dari tanggapan (persepsi) siswa. Dan persepsi siswa inilah yang nantinya akan ikut memacu pelaksanaan layanan konseling agar lebih maksimal. Berdasarkan penjajakan awal di SMA Negeri 2 Karau Kuala desa Babai, yang terletak di kecamatan Karau Kuala (Bangkuang), kabupaten Barito Selatan (Buntok), 10 Mamat Supriatna, op.cit, h. 31-32

8 provinsi Kalimantan Tengah (Palangkaraya), layanan konseling di sana dilaksanakan melalui dua cara yaitu konseling individual dan konseling kelompok. Konseling kelompok lebih sering dilaksanakan, sedangkan konseling individual jarang dilaksanakan karena guru BK tidak punya waktu yang banyak, dan beliau bukan guru tetap di sekolah tersebut. Pelaksanaan konseling disebabkan oleh banyaknya siswa yang melanggar peraturan sekolah, seperti bolos, tidak masuk sekolah dengan wajah tidak bersalah saat bertemu guru, datang terlambat ke sekolah, membawa handphone, dan ribut di kelas, serta masalah-masalah pribadi yang dialami oleh siswa. Beberapa siswa menyatakan layanan konseling di sana cukup karena melihat dari cara guru BK memberikan layanan, ruang konseling yang nyaman, dan manfaat dari pelaksanan layanan seperti mendapatkan bantuan dalam mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Berangkat dari kenyataan di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengangkat judul PERSEPSI SISWA TERHADAP LAYANAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 KARAU KUALA DESA BABAI KABUPATEN BARITO SELATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana persepsi siswa terhadap layanan konseling di SMA Negeri 2 Karau Kuala Desa Babai Kabupaten Barito Selatan Provinsi Kalimantan Tengah?

9 C. Definisi Operasional Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap judul di atas maka perlu adanya pembatasan istilah dan penegasan judul. 1. Persepsi Persepsi adalah kemampuan seseorang memahami suatu objek tertentu yang menimbulkan rangsangan apabila alat inderanya berfungsi, jika alat inderanya kurang berfungsi dengan baik akan menjadi penyebab kesalahan persepsi. 2. Layanan Konseling Upaya bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli secara tatap muka agar konseli dapat mencegah dan mengentaskan masalah, memperbaiki tingkah laku baik sekarang maupun yang akan datang, serta dilaksanakan dengan keahlian dan sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Dengan demikian maksud dari judul di atas adalah suatu penelitian yang menggambarkan tentang bagaimana tanggapan siswa terhadap layanan konseling, baik secara individual maupun kelompok dapat dilihat dari cara guru BK memebrikan layanan, materi, manfaat layanan bagi siswa, dan ruang layanan konseling di SMA Negeri 2 Karau Kuala Desa Babai Kabupaten Barito Selatan Provinsi Kalimantan Tengah. D. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui persepsi siswa terhadap layanan konseling di SMA Negeri 2 Karau Kuala Desa Babai Kabupaten Barito Selatan Provinsi Kalimantan Tengah.

10 E. Kegunaan Penelitian 1. Bahan pertimbangan dan dasar bagi peneliti berikutnya yang tertarik dengan masalah persepsi siswa terhadap layanan konseling. 2. Persepsi siswa merupakan salah satu penunjang terhadap pelaksanaan layanan konseling di sekolah agar lebih baik. 3. Untuk menghindari kesalahan persepsi, guru BK harus bisa mengaktualisasi diri dan memunculkan pribadi yang berprofesi sebagai pembimbing yang bertugas membimbing siswa dalam proses pertumbuhannya melalui program layanan konseling yang diberikan. F. Sistematika Penulisan Dalam sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab yang dapat diuraikan sebagai berikut: Bab I pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, definisi operasional, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II landasan teori yang terdiri dari persepsi (pengertian persepsi, hal-hal yang mempengaruhi persepsi), dan konseling (pengertian konseling, tujuan konseling, layanan konseling: konseling individual (pengertian konseling individual, manfaat konseling individual, materi layanan konseling individual, tahapan konseling individual) dan konseling kelompok (pengertian konseling kelompok, manfaat konseling kelompok, materi layanan konseling kelompok, tahapan konseling kelompok).

11 Bab III metode penelitian yang terdiri dari jenis dan pendekatan penelitian, subjek, penelitian, objek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data. Bab IV pembahasan yang terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian, penyajian data dan analisis data. Bab V penutup yang terdiri dari simpulan dan saran-saran.