MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 13 / HUK / 2011 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN NASKAH HUKUM DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 / HUK / 2011 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN NASKAH HUKUM DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG

A. Perjanjian Kinerja Tingkat Kementerian Sosial 1. Pernyataan Perjanjian Kinerja Tingkat Kementerian Sosial. (Lambang Kementerian Sosial)

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

FORMAT FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN. A. Format Rencana Kinerja Tahunan Tingkat Kementerian Perhubungan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

2017, No tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 199); 3. Keputusan Presiden

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 88 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

a. bahwa pelaksanaan penyusunan penetapan kinerja dan pelaporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah perlu dilakukan penyempurnaan;

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 21 SERI E

2016, No Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga P

a. bahwa pelaksanaan penyusunan penetapan kinerjadan pelaporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah perlu dilakukan penyempurnaan;

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Yth.: 1. Pimpinan Tinggi Madya; dan 2. Pimpinan Tinggi Pratama.

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

BERITA NEGARA. KEMEN-ATR/BPN. Produk Hukum. Pembentukan dan Evaluasi. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

FORMULIR RENCANA STRATEGIS TAHUN s.d Uraian Uraian Indikator Kebijakan Program

BERITA NEGARA. No.2082, 2015 KEMENRISTEK-DIKTI. Tata Naskah Dinas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

2017, No sehingga perlu diganti dengan Peraturan Menteri yang baru; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huru

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, tambahan Lembaran Negara R

2 Rancangan Peraturan Menteri di Kementerian Ketenagakerjaan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Ne

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 t

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

284 Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 16/2006 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) sebagaimana telah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Perumahan Rakyat tentang Pembentukan Dan Evaluasi Produk Hukum Di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomo

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia T

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/7/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 104/PMK.02/2010 TENTANG

2017, No Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 N

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan (Lembaran Negara

2017, No Eselon I, dan Keputusan Pimpinan Unit OrganisasiEselon I di Lingkungan Kementerian Pemuda dan Olahraga sudah tidak sesuai dengan tata

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. Penyusunan Rancangan. Peraturan. Pencabutan.

PERATURAN MENTERIPENDIDIKANNASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN2006 TENTANG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015, No Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5)

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

RANCANGAN BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 199); 3. Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 tentang Badan Ekonomi Kreat

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 19 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERIPERHUBUNGAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PEDOMAN PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA 01 L1NGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PERATURAN NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLONGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 01/PRT/M/2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

-2-3. Undang-Undang adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden. 4. Badan Legis

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 15 TAHUN 2010

Transkripsi:

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 13 / HUK / 2011 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN NASKAH HUKUM DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi serta harmonisasi dalam penyusunan setiap naskah hukum di lingkungan Kementerian Sosial, diperlukan adanya pedoman mengenai prosedur penyusunan naskah hukum; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Prosedur Penyusunan Naskah Hukum di Lingkungan Kementerian Sosial; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 2. Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyusunan dan Pengelolaan Program Legislasi Nasional; 3. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2005 tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Peraturan Presiden; 4. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan; 5. Keputusan Presiden Nomor 84/M Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II; 6. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

7. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara; 8. Keputusan Menteri Sosial Nomor 38/HUK/2003 tentang Pedoman Penyusunan Prosedur Kerja di Lingkungan Departemen Sosial; 9. Keputusan Menteri Sosial Nomor 69/HUK/2003 tentang Prosedur Kerja di Lingkungan Sekretariat Jenderal; 10. Keputusan Menteri Sosial Nomor 66A/HUK/2006 tentang Pedoman Tata Naskah Dinas di Lingkungan Departemen Sosial; 11. Peraturan Menteri Sosial Nomor 86/HUK/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial; MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI SOSIAL TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN NASKAH HUKUM DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Naskah Hukum adalah produk hukum baik yang berupa peraturan perundang-undangan maupun bukan peraturan perundang-undangan yang menjadi pedoman dan/atau dasar hukum dalam melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial. 2. Naskah hukum yang berupa Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum. 3. Naskah hukum yang bukan peraturan perundang-undangan adalah naskah hukum selain peraturan perundang-undangan yang penetapannya dan/atau penandatanganannya dilakukan oleh Menteri atau pejabat yang berwenang dilingkungan Kementerian Sosial sesuai dengan tugas dan fungsinya. 2

4. Undang-Undang adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden. 5. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa. 6. Peraturan Pemerintah adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya. 7. Peraturan Presiden adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibuat oleh Presiden. 8. Program Legislasi Nasional, yang selanjutnya disingkat Prolegnas, adalah instrumen perencanaan program pembentukan Undang-Undang yang disusun secara berencana, terpadu, dan sistematis. 9. Naskah Akademik adalah naskah yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai konsepsi yang berisi latar belakang, tujuan penyusunan, sasaran yang ingin diwujudkan dan lingkup, jangkauan, objek, atau arah pengaturan suatu Rancangan Undang-Undang. 10.Peraturan Menteri Sosial adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Menteri Sosial untuk menjalankan peraturan perundang-undangan diatasnya dan/atau melaksanakan kebijakan umum Kementerian Sosial sesuai dengan kewenangannya. 11. Keputusan adalah kebijakan yang bersifat penetapan yang mengikat subyek/obyek tertentu yang dituangkan secara tertulis dan yang ditetapkan oleh Menteri dan para pejabat eselon I dan Eselon II. 12. Instruksi adalah perintah atau arahan yang dituangkan secara tertulis dari pimpinan kepada jajaran dibawahannya untuk melakukan suatu pekerjaan atau melaksanakan suatu tugas. 13. Perjanjian Kerjasama adalah persetujuan bersama yang dituangkan secara tertulis yg dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing bersepakat akan mentaati apa yg ditetapkan dalam perjanjian itu. 14. Kesepakatan Bersama/Nota Kesepahaman adalah persetujuan/permufakatan bersama yang dituangkan secara tertulis atas suatu program/kegiatan. 15. Surat Edaran adalah naskah hukum yang memuat pemberitahuan tentang hal tertentu bisa berupa perintah, petunjuk, atau penjelasan yang dianggap penting dan mendesak. 16. Pemrakarsa adalah pejabat yang mempunyai wewenang sebagai pengusul atas suatu naskah atau rancangan hukum sesuai dengan kewenangannya untuk disusun menjadi naskah hukum. 17. Unit Kerja yang menangani bidang hukum adalah Bagian Organisasi, Hukum, dan Humas untuk lingkungan Direktorat Jenderal dan Badiklit Kesejahteraan Sosial, Bagian Umum untuk lingkungan Inspektorat Jenderal, dan Pusat Kajian Hukum untuk lingkungan Sekretariat Jenderal. 3

Pasal 2 Ruang lingkup prosedur penyusunan naskah hukum meliputi jenis, bentuk, materi muatan, wewenang, tanggung jawab, dan prosedur penyusunan setiap produk hukum yang berupa naskah atau rancangan hukum, sampai dengan proses pengesahan/penetapan, penomoran dan penyebarluasannya. Pasal 3 Prosedur penyusunan naskah hukum bertujuan mewujudkan kelancaran dan ketertiban dalam proses penyusunan naskah hukum untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi Kementerian Sosial. BAB II JENIS, BENTUK, DAN MUATAN MATERI Bagian Kesatu Jenis Pasal 4 Jenis Naskah Hukum meliputi naskah atau rancangan yang berupa : a. peraturan perundang-undangan; dan b. bukan peraturan perundang-undangan. Pasal 5 Jenis naskah hukum yang berupa peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a meliputi : a. Undang-Undang; b. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; c. Peraturan Pemerintah; d. Peraturan Presiden; dan e. Peraturan Menteri. Pasal 6 (1) Naskah Hukum yang berupa bukan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b, meliputi : a. Keputusan/Instruksi Presiden; b. Keputusan/Instruksi/ Surat Edaran Menteri Sosial; c. Keputusan/Instruksi/Surat Edaran Pejabat Eselon I dan Eselon II; 4

d. Kesepakatan Bersama/Nota Kesepahaman; dan e. Perjanjian Kerja Sama. (2) Prosedur penyusunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana diatur dalam ketentuan Peraturan Menteri ini sesuai dengan tugas dan fungsi organisasi dan tata kerja Kementerian Sosial. Bagian Kedua Bentuk Pasal 7 (1) Bentuk Naskah Hukum yang berupa peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d berdasarkan pada ketentuan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. (2) Bentuk Naskah Hukum yang berupa bukan peraturan perundang-undangan yang berupa Keputusan Presiden dan Keputusan Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a dan huruf b, berdasarkan pada Pasal 54 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004. (3) Bentuk naskah hukum yang bukan peraturan perundang-undangan berupa Keputusan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) selain berdasarkan pada Pasal 54 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004, juga mengacu pada Pedoman Tata Naskah Dinas di Lingkungan Kementerian Sosial. (4) Bentuk naskah hukum yang bukan peraturan perundang-undangan selain ayat (2) dan ayat (3) mengacu pada Pedoman Tata Naskah Dinas di Lingkungan Kementerian Sosial. Bagian Ketiga Materi Muatan Pasal 8 Materi muatan naskah hukum yang berupa peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, sebagai berikut : a. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang, berisikan materi yang merupakan pengaturan lebih lanjut dari Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau diperintahkan oleh suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-Undang; b. Peraturan Pemerintah, berisikan materi untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya; c. Peraturan Presiden berisikan materi yang diperintahkan oleh Undang-Undang atau materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah; d. Peraturan Menteri Sosial berisikan materi yang merupakan pelaksanaan dari peraturan perundangundangan yang lebih tinggi dan/atau untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesejahteraan sosial yang bersifat teknis. 5

Pasal 9 Materi muatan Naskah Hukum yang bukan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), sebagai berikut : a. Keputusan Menteri Sosial berisikan penetapan kebijakan Menteri untuk melaksanakan perintah dari ketentuan peraturan perundang-undangan, dan kebijakan Menteri lainnya yang diperlukan dalam rangka melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial; b. Instruksi Menteri Sosial berisikan penetapan yang memuat perintah atau arahan tentang pelaksanaan kebijakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; c. Keputusan Pejabat Eselon I dan Eselon II berisikan penetapan kebijakan Pejabat Eselon I dan Pejabat Eselon II untuk melaksanakan perintah dari ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan dan/atau Keputusan Menteri Sosial, dan penetapan kebijakan lainnya untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sesuai dengan lingkup kewenangannya; d. Kesepakatan Bersama/Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerja Sama berisikan materi kegiatan yang akan dilaksanakan bersama antara Kementerian Sosial c.q. Unit Pelaksana Teknis atau Unit Penunjang dengan pihak lain yang mengatur tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak; e. Surat Edaran Menteri Sosial berisikan pemberitahuan tentang hal tertentu, dapat berupa perintah, petunjuk, atau penjelasan yang dianggap penting dan mendesak. BAB III WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB Pasal 10 (1) Menteri mempunyai wewenang dan tanggung jawab: a. memprakarsai penyusunan naskah hukum yang berupa peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a sampai dengan huruf d; b. menetapkan naskah hukum yang bukan peraturan perundang-undangan sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b, huruf d, dan huruf e. (2) Kewenangan Menteri selain menetapkan naskah hukum yang bukan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, Menteri memiliki kewenangan untuk menetapkan Peraturan Menteri. Pasal 11 (1) Menteri Sosial dapat melimpahkan wewenang penandatanganan untuk menetapkan naskah hukum yang berupa peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf b, kepada para pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Sosial sepanjang mengatur kebijaksanaan teknik operasional sesuai tugas dan fungsinya. 6

(2) Penandatanganan naskah hukum berupa peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pejabat Eselon I yang bersangkutan atas nama Menteri Sosial. Pasal 12 Sekretaris Jenderal c.q. Kepala Pusat Kajian Hukum, mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan perumusan setiap rancangan naskah hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) yang diprakarsai oleh masing-masing unit kerja di lingkungan Kementerian Sosial sebelum ditetapkan oleh Menteri Sosial. Pasal 13 (1) Pejabat Eselon I dan Eselon II di lingkungan Kementerian Sosial berwenang menetapkan naskah hukum yang bukan peraturan perundang-undangan dalam bentuk: a. Surat Keputusan; b. Instruksi; c. Surat Edaran; d. Kesepakatan Bersama/Nota Kesepahaman; dan e. Perjanjian Kerja Sama. (2) Penetapan naskah hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan tugas dan fungsinya dan/atau merupakan pendelegasian dari Menteri. (3) Pembentukan naskah hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diproses oleh unit kerja yang menangani bidang hukum di lingkungan unit pemrakarsanya masing-masing, dengan melakukan konsultasi dan koordinasi dengan Sekretaris Jerderal c.q. Kepala Pusat Kajian Hukum. Pasal 14 Pejabat Eselon I dan Eselon II di lingkungan kementerian sosial dapat mengajukan rancangan peraturan perundang-undangan sesuai tugas dan fungsinya untuk dilakukan proses penyusunannya. Pasal 15 Penyusunan rancangan naskah hukum yang berupa peraturan perundang-undangan dan bukan peraturan perundang-undangan dilaksanakan sesuai prosedur penyusunan sebagaimana diatur dalam peraturan ini. 7

BAB IV PROSEDUR PENYUSUNAN Bagian Kesatu Rancangan Peraturan Perundang-Undangan Pasal 16 (1) Penyusunan naskah hukum yang berupa rancangan peraturan perundang-undangan, prakarsa penyusunannya dapat diajukan oleh unit pemrakarsa dan/atau dari Pusat Kajian Hukum (2) Prosedur penyusunan naskah hukum yang berupa rancangan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, selain Peraturan Menteri, dilakukan dengan tata cara: a. Unit Pemrakarsa mempersiapkan materi rancangan peraturan perundang-undangan; b. Unit Pemrakarsa menyampaikan materi rancangan dimaksud kepada Sekretaris Jenderal c.q Kepala Pusat Kajian Hukum untuk dilakukan pengkajian, penelaahan, dan diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dengan melibatkan unit pemrakarsa. c. Sekretaris Jenderal c.q Kepala Pusat Kajian Hukum melakukan proses penyusunan perundangundangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Prosedur penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan Unit Pemrakarsa kepada Sekretaris Jenderal c.q. Kepala Pusat Kajian Hukum. (4) Pengajuan rancangan oleh Unit Pemrakarsa kepada Sekretaris Jenderal c.q. Kepala Pusat Kajian Hukum harus melalui Sekretaris Unit Eselon I cq Kepala Unit Kerja yang menangani bidang hukum dilingkungan kewenangannya masing-masing. Pasal 17 (1) Rancangan peraturan perundang-undangan bidang kesejahteraan sosial yang berupa undangundang, penyusunannya dapat berupa inisiatif dari Dewan Perwakilan Rakyat atau Kementerian Sosial. (2) Penyusunan rancangan undang-undang yang merupakan inisiatif Kementerian Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh unit pemrakarsa dan/atau dari Pusat Kajian Hukum. Pasal 18 Penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan berupa Peraturan Pemerintah pengganti undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Menteri, prakarsa penyusunannya dapat di ajukan oleh unit pemrakarsa dan/atau dari Pusat Kajian Hukum. 8

Pasal 19 Prosedur penyusunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 selain berlaku untuk rancangan peraturan perundang-undangan juga berlaku untuk Keputusan Presiden atau Instruksi Presiden. Bagian Kedua Rancangan Peraturan, Keputusan, Instruksi, dan Surat Edaran Menteri Sosial Pasal 20 (1) Prosedur penyusunan naskah hukum yang berupa Rancangan Peraturan Menteri Sosial, Keputusan Menteri Sosial, Instruksi Menteri Sosial, dan Surat Edaran Menteri Sosial dilakukan dengan tata cara: a. Unit Pemrakarsa mempersiapkan materi rancangan; b. Unit Pemrakarsa menyampaikan materi rancangan dimaksud kepada Sekretaris Jenderal c.q. Kepala Pusat Kajian Hukum untuk dilakukan pengkajian dan penelaahan; c. Sekretaris Jenderal c.q. Kepala Pusat Kajian Hukum mengadakan konsultasi dengan semua unit di lingkungan Kementerian Sosial yang terkait dengan penyusunan rancangan dimaksud; d. Sekretaris Jenderal c.q. Kepala Pusat Kajian Hukum dapat membentuk Tim dengan keanggotaan dari instansi dan/atau unit terkait untuk melakukan pengkajian dan pembahasan atas materi rancangan; e. Rancangan yang telah selesai disusun, dimintakan persetujuan kepada pimpinan unit pemrakarsa dan unit terkait, dengan menyusun konsep verbal yang ditandatangani oleh Kepala Pusat Kajian Hukum, Pejabat Eselon II dan Eselon I sebagai Pemrakarsa, Sekretaris Jenderal, dan kemudian disampaikan kepada Menteri Sosial; f. Pusat Kajian Hukum membuat draft Net terhadap rancangan Verbal yang telah ditandatangani dan kemudian diajukan penetapannya kepada Menteri Sosial melalui Sekretaris Jenderal. (2) Prosedur penyusunan Rancangan Peraturan, Keputusan, Instruksi, dan Surat Edaran Menteri Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Unit Pemrakarsa melalui Sekretaris pada Unit Eselon I c.q. Unit Kerja yang menangani bidang hukum di lingkungan kewenangannya masingmasing. (3) Unit Eselon I c.q. Unit Kerja yang menangani bidang hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (3) melakukan telahan secara draft hukumnya atas rancangan dimaksud sebelum diajukan kepada Sekretaris Jenderal c.q. Kepala Pusat Kajian Hukum. Pasal 21 Keputusan, Instruksi Menteri Sosial, dan Surat Edaran di lingkungan Kementerian Sosial sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang tidak terpisahkan dengan peraturan ini. 9

Bagian Ketiga Rancangan Peraturan, Keputusan, Instruksi, dan Surat Edaran Pejabat Eselon I dan Eselon II Pasal 22 (1) Prosedur penyusunan naskah hukum berupa Rancangan Keputusan, Instruksi, dan Surat Edaran Pejabat Eselon I atau Eselon II, dilakukan dengan tata cara: a. unit pemrakarsa mempersiapkan materi Rancangan Keputusan, Instruksi, dan Surat Edaran Pejabat Eselon I atau Eselon II yang akan disusun; b. unit pemrakarsa menyampaikan materi rancangan dimaksud kepada sekretaris unit kerja eselon I c.q. unit kerja yang menangani bidang hukum untuk dilakukan pengkajian dan penelaahan; c. unit kerja yang menangani bidang hukum mengadakan konsultasi dengan unit di lingkungan Kementerian Sosial yang terkait dengan penyusunan rancangan dimaksud; d. rancangan yang telah selesai disusun, dimintakan persetujuan kepada pimpinan unit pemrakarsa dan unit terkait; e. permohonan persetujuan dapat dilakukan dengan cara menyusun konsep verbal yang ditandatangani oleh pejabat berwenang sesuai dengan sturuktur jabatan yang terkait; f. dengan disetujuinya rancangan dimaksud, kemudian diajukan kepada Pejabat Eselon I atau Eselon II pada unit pemrakarsa untuk diperoleh penetapannya. (2) Prosedur penyusunan Rancangan Keputusan, Instruksi, dan Surat Edaran Pejabat Eselon I atau Eselon II sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh Unit Pemrakarsa melalui Sekretaris pada Unit Eselon I c.q. Unit Kerja yang menangani bidang hukum di lingkungan kewenangannya masing-masing. (3) Unit Eselon I c.q. Unit Kerja yang menangani bidang hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (3) melakukan telahan secara draft hukumnya atas rancangan dimaksud sebelum diajukan kepada Sekretaris Jenderal c.q. Kepala Pusat Kajian Hukum Bagian Keempat Kesepakatan Bersama/Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerja Sama Pasal 23 (1) Prosedur penyusunan naskah hukum berupa Kesepakatan Bersama/Nota Kesepahaman, dan Perjanjian Kerja Sama, dilakukan dengan cara: a. unit pemrakarsa mempersiapkan materi rancangan Kesepakatan Bersama/Nota Kesepahaman, dan Perjanjian Kerja Sama sesuai dengan tugas dan fungsi di lingkungan unitnya masingmasing; 10

b. penyusunan materi rancangan Kesepakatan Bersama/Nota Kesepahaman, dan Perjanjian Kerja Sama oleh unit pemrakarsa Eselon II berkoordinasi dengan Sekretaris Unit Kerja Eselon I yang bersangkutan; c. naskah Rancangan Kesepakatan Bersama/Nota Kesepahaman, dan Perjanjian Kerja Sama yang ditandatangani oleh Menteri Sosial atau Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Sosial yang materi muatannya berkaitan dengan tugas dan fungsi Kementerian Sosial; d. naskah Rancangan Kesepakatan Bersama/Nota Kesepahaman, dan Perjanjian Kerja Sama yang materi muatannya sesuai dengan tugas dan fungsinya serta sesuai kewenangannya atau berdasarkan pendelegasian wewenang, ditandatangani oleh Pejabat Eselon I dan/atau Eselon II di lingkungan Kementerian Sosial; e. penyusunan naskah Rancangan Kesepakatan Bersama/Nota Kesepahaman, dan Perjanjian Kerja Sama harus disusun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Prosedur penyusunan Rancangan Kesepakatan Bersama/Nota Kesepahaman, dan Perjanjian Kerja Sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diajukan oleh unit pemrakarsa kepada Sekretaris Jenderal c.q. Kepala Pusat Kajian Hukum. (3) Pengajuan rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus melalui Unit Eselon I c.q. Unit Kerja yang menangani bidang hukum di lingkungan kewenangannya masing-masing. (4) Unit Eselon I c.q. Unit Kerja yang menangani bidang hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (3) melakukan telahan secara draft hukumnya atas rancangan dimaksud sebelum diajukan kepada Sekretaris Jenderal c.q. Kepala Pusat Kajian Hukum. BAB V NOMOR, KODE,DAN TAHUN PENETAPAN Pasal 24 Pemberian nomor, kode, dan tahun penetapan peraturan perundang-undangan selain Peraturan Menteri Sosial dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 25 (1) Pemberian, nomor, kode, dan tahun penetapan Peraturan dan Keputusan Menteri Sosial yang ditandatangani oleh Menteri Sosial atau Pejabat Eselon I atas nama Menteri Sosial dilaksanakan oleh Pusat Kajian Hukum yang pencatatannya dimulai sejak tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember tahun yang bersangkutan. 11

(2) Pemberian nomor, kode, dan tahun penetapan Keputusan Pejabat Eselon I dan Eselon II dilaksanakan oleh Sekretariat yang bersangkutan dan pencatatannya dimulai sejak tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember tahun yang bersangkutan. (3) Pemberian nomor, kode, dan tahun pada Nota Kesepahaman, Kesepakatan Bersama, dan Perjanjian Kerjasama yang ditandatangani oleh Menteri Sosial atau Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Sosial dilaksanakan oleh Pusat Kajian Hukum, sedangkan yang ditandatangani oleh Pejabat Eselon I atau Eselon II dilaksanakan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal/Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial/Inspektorat Jenderal yang bersangkutan dan pencatatannya dimulai sejak tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember tahun yang bersangkutan. (4) Bentuk pemberian kode, nomor dan tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan Keputusan Menteri yang menetapkan tentang Pedoman Tata Naskah Dinas di Lingkungan Kementerian Sosial. BAB VI PENDOKUMENTASIAN, PENYEBARLUASAN, DAN SOSIALISASI Pasal 26 (1) Pendokumentasian naskah hukum dilingkungan Sekretariat Jenderal dan dokumentasi yang terkait dengan tugas dan fungsi Kementerian Sosial dilaksanakan di Pusat Kajian Hukum. (2) Pendokumentasian naskah hukum dilingkungan Direktorat Jenderal dan Badiklit Kesejahteraan Sosial dilaksanakan di Bagian Organisasi, Hukum, dan Humas. (3) Pendokumentasian naskah hukum dilingkungan Inspektorat Jenderal dilaksanakan di Bagian Umum. Pasal 27 (1) Sosialisasi peraturan perundang-undangan diselenggarakan oleh Pusat Kajian Hukum. (2) Pusat Kajian Hukum selain menyelenggarakan sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga melaksanakan pengundangan Peraturan Menteri Sosial dengan penempatannya dalam Berita Negara. (3) Sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), selain diselenggarakan oleh Pusat Kajian Hukum juga dapat dilakukan oleh unit kerja di bidang hukum di lingkungan unit masing-masing. (4) Sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pelaksanaannya harus berkoordinasi dengan Pusat Kajian Hukum. 12

Pasal 28 (1) Penggandaan dan penyebarluasan hasil naskah hukum yang bukan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan, dilakukan oleh unit kerja di bidang hukum di lingkungan unit masing-masing. (2) Setiap naskah hukum yang bukan peraturan perundang-undangan yang diproses oleh unit pemrakarsa, wajib dikirimkan salinannya kepada Kepala Pusat Kajian Hukum c.q. Bidang Bantuan Hukum dan Dokumentasi, untuk dipergunakan sebagai dokumentasi hukum. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 29 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri Sosial ini diundangkan dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 14 Pebruari 2011 MENTERI SOSIAL, ttd. SALIM SEGAF AL JUFRI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 22 Pebruari 2011 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA ttd. PATRIALIS AKBAR BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR 89 13

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA Nomor : 13 / HUK / 2011 Tanggal : 14 PEBRUARI 2011 PROSEDUR PENYUSUNAN NASKAH HUKUM DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL NO URAIAN KEGIATAN UNIT PEMRAKARSA OHH/ BAGIAN UMUM PUSKUM TIM INTERNAL PUSKUM SEKRETARIS JENDERAL MENTERI 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Penelaahan dan pengkajian materi 2 Penyusunan Naskah Materi Rancangan 3 Penyusunan Rancangan Awal 4 Pengkajian dan pembahasan 5 Penyusunan Verbal (proses persetujuan pejabat terkait) 6 Penyusunan Net Rancangan dan Penetapan 7 Pemberian Kode, Nomor, dan Tahun Penetapan 8 Penyebarluasan/pendokumentasian/sosialisasi Keterangan : = alur prosedur = Rekomendasi teknis = Persetujuan = Rancangan Peraturan/Keputusan = Penetapan = Net/Surat Keputusan/Peraturan = Koordinasi Jakarta, 14 Pebruari 2011 MENTERI SOSIAL, ttd. SALIM SEGAF AL JUFRI

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 13 TAHUN 2013 TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2013 TENTANG : PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN, PENETAPAN KINERJA, RENCANA AKSI, DAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL. FORMAT FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN A. Format Rencana Kinerja Tahunan Tingkat Kementerian Sosial Kementerian : (a) Tahun : (b) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) Petunjuk Pengisian: 1. Header (a) diisi Nama Kementerian. 2. Header (b) diisi dengan Tahun Anggaran. 3. Kolom (1) diisi dengan sasaran strategis Kementerian sesuai dengan Dokumen Perencanaan Jangka Menengah. 4. Kolom (2) diisi dengan indikator kinerja atas sasaran strategis dari kementerian dalam kolom (1). 5. Kolom (3) diisi dengan angka target dari masing-masing indikator kinerja sasaran strategis. 10

B. Format Rencana Kinerja Tahunan Tingkat Unit Kerja Eselon I Unit Kerja Eselon I : (a) Tahun : (b) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) Petunjuk pengisian : 1. Header (a) diisi nama Unit Organisasi Eselon I Kementerian Sosial. 2. Header (b) diisi dengan Tahun Anggaran. 3. Kolom (1) diisi dengan sasaran strategis Unit organisasi Eselon I sesuai dengan Dokumen Perencanaan jangka menengah. 4. Kolom (2) diisi dengan Indikator kinerja atas sasaran strategis dari Unit organisasi Eselon I dalam kolom (1). 5. Kolom (3) diisi dengan angka target dari masing-masing indikator kinerja sasaran strategis. C. Format Rencana Kinerja Tahunan Tingkat Satuan Kerja Eselon II Satuan Kerja Eselon II Tahun : (a) : (b) Sasaran strategis Indikator kinerja Target (1) (2) (3) Petunjuk pengisian : 1. Header (a) diisi nama Satuan Organisai Eselon II Kementerian Sosial. 2. Header (b) diisi dengan Tahunan Anggaran. 3. Kolom (1) diisi dengan sasaran strategis Satuan Organisai Eselon II sesuai dengan dokumen perencanaan jangka menengah. 4. Kolom (2) diisi dengan indikator kinerja atas sasaran strategis dari Satuan Organisasi Eselon II dalam kolom (1). 5. Kolom (3) diisi dengan angka target dari masing-masing indikator kinerja sasaran strategis. 11

D. Format Rencana Kinerja Tahunan Tingkat Satuan Kerja Mandiri Satuan Kerja Mandiri Tahun : (a) : (b) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) Petunjuk pengisian : 1. Header (a) diisi nama Satuan Kerja Mandiri Kementerian Sosial. 2. Header (b) diisi dengan Tahunan Anggaran. 3. Kolom (1) diisi dengan sasaran strategis Satuan Kerja Mandiri sesuai dengan dokumen perencanaan jangka menegah. 4. Kolom (2) diisi dengan indikator kinerja atas sasaran strategis dari Satuan Kerja Mandiri Dalam kolom (1). 5. Kolom (3) diisi dengan angka target dari masing-masing indikator kinerja sasaran strategis. MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, ttd SALIM SEGAF AL JUFRI 12

LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 13 TAHUN 2013 TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2013 TENTANG : PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN, PENETAPAN KINERJA, RENCANA AKSI, DAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL. A. FORMAT PERNYATAAN PENETAPAN KINERJA 1. Format Pernyataan Penetapan Kinerja Tingkat Kementerian Sosial (Lambang Kementerian Sosial) KEMENTERIAN SOSIAL RI PENETAPAN KINERJA TAHUN. Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Jabatan : Pada Tahun. ini, berjanji akan mewujudkan target kinerja tahunan sesuai dengan Lampiran Perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah ditetapkan dalam Dokumen Perencanaan. Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja tesebut manjadi tanggung jawab kami. Jakarta, tgl-bln-thn Menteri Sosial (nama Jelas) 13

2. Format Pernyataan Penetapan Kinerja Tingkat Unit Kerja Eselon I (Lambang Kementerian Sosial) KEMENTERIAN SOSIAL PENETAPAN KINERJA TAHUN. (NAMA UNIT KERJA ESELON I) Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Jabatan : Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA Nama : Jabatan : Selaku Atasan Langsung PIHAK PERTAMA Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA pada tahun.. ini, berjanji akan mewujudkan target kinerja tahunan sesuai dengan Lampiran Perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah ditetapkan dalam Dokumen Perencanaan. Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja tersebut manjadi tanggung jawab PIHAK PERTAMA. PIHAK KEDUA akan memberikan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan evaluasi akuntabilitas kinerja terhadap pencapaian kinerja dari perjanjian ini, dan mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka Pemberian Penghargaan dan Sanksi. tgl-bln-thn PIHAK KEDUA, Nama Jabatan (Atasan Langsung) PIHAK PERTAMA, Nama Jabatan (Nama Jelas) (Nama Jelas) 14

3. Format Pernyataan Penetapan Kinerja Tingkat Satuan Kerja Eselon II (Lambang Kementerian Sosial) KEMENTERIAN SOSIAL PENETAPAN KINERJA TAHUN. (SATUAN KERJA ESELON II) Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Jabatan : Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA Nama : Jabatan : Selaku Atasan Langsung PIHAK PERTAMA Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA pada tahun.. ini, berjanji akan mewujudkan target kinerja tahunan sesuai dengan Lampiran Perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah ditetapkan dalam Dokumen Perencanaan. Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja tersebut manjadi tanggung jawab PIHAK PERTAMA. PIHAK KEDUA akan memberikan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan evaluasi akuntabilitas kinerja terhadap pencapaian kinerja dari perjanjian ini, dan mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka Pemberian Penghargaan dan Sanksi. tgl-bln-thn PIHAK KEDUA, Nama Jabatan (Atasan Langsung) PIHAK PERTAMA, Nama Jabatan (Nama Jelas) (Nama Jelas) 15

4. Format Pernyataan Penetapan Kinerja Tingkat Satuan Kerja Mandiri (Lambang Kementerian Sosial) KEMENTERIAN SOSIAL PENETAPAN KINERJA TAHUN. (SATUAN KERJA MANDIRI) Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Jabatan : Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA Nama : Jabatan : Selaku Atasan Langsung PIHAK PERTAMA Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA pada tahun.. ini, berjanji akan mewujudkan target kinerja tahunan sesuai dengan Lampiran Perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah ditetapkan dalam Dokumen Perencanaan. Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja tersebut manjadi tanggung jawab PIHAK PERTAMA. PIHAK KEDUA akan memberikan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan evaluasi akuntabilitas kinerja terhadap pencapaian kinerja dari perjanjian ini, dan mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka Pemberian Penghargaan dan Sanksi. tgl-bln-thn PIHAK KEDUA, Nama Jabatan (Atasan Langsung) PIHAK PERTAMA, Nama Jabatan (Nama Jelas) (Nama Jelas) 16

B. FORMAT LAMPIRAN FORMULIR PENETAPAN KINERJA 1. Format Lampiran Formulir Penetapan Kinerja Tingkat Kementerian Sosial Kementerian Tahun anggaran : (a) : (b) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Program Anggaran (1) (2) (3) (4) (5) Jumlah anggaran tahun : Rp.(c) Jakarta, tgl-bln-thn Menteri Sosial (Nama jelas) Petunjuk pengisian : 1. Header (a) diisi dengan nama Kementerian Sosial. 2. Header (b) diisi dengan Tahun Anggaran yang akan di perjanjikan. 3. Kolom (1) diisi dengan sasaran straregis kementerian sesuai dengan rencana strategis kementerian sosial. 4. Kolom (2) diisi dengan indikator kinerja yang relevan untuk mengukur sasaran strategis K/L sesuai dengan rencana strategis kementerian sosial ataupun berdasarkan penetapan IKU. 5. Kolom (3) diisi dengan angka target yang diperjanjikan, akan dicapai dari setiap indikator kinerja. 6. Kolom (4) diisi dengan nama program yang digunakan untuk pencapaian kinerja organisasi kementerian sosial. 7. Kolom (5) diisi jumlah atau nilai pagu anggaran pada program sesuai dengan kolom (5). 8. Footer (c) diisi dengan total jumlah atau nilai pagu anggaran yang di rencanakan akan digunakan untuk mencapai sasaran strategis. 17

2. Format Lampiran Formulir Dokumen Penetapan Kinerja Tingkat Unit Kerja Eselon I Unit Kerja eselon I : (a) Tahun anggran : (b) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) Jumlah Anggaran: Program : Rp.(c) Jakarta, tgl-bln-thn Menyetujui, Menteri Sosial Kepala Nama Unit Kerja Es I. (Nama Jelas) (Nama Jelas) Petunjuk Pengisian: 1. Header (a) diisi dengan Nama Unit Organisasi Eselon I. 2. Header (b) diisi dengan Tahun Anggaran yang akan diperjanjikan. 3. Kolom (1) diisi dengan sasaran strategis Eselon I/ Sasaran kegiatan utama sesuai dengan dokumen perencanaan kinerja jangka menengah. 4. Kolom (2) diisi dengan Indikator kinerja sasaran strategis dari unit Organisasi Eselon I sesuai dengan dokumen perencanaan jangka menengah ataupun berdasarkan penetapan IKU. 5. Kolom (3) diisi dengan angka target yang diperjanjikan dari setiap Indikator kinerja. 6. Footer (c) diisi dengan total jumlah/ nilai pagu anggaran yang direncanakan akan digunakan untuk mencapai sasaran strategis. 18

3. Format Lampiran Formulir Dokumen Penetapan Kinerja Tingkat Satuan Kerja Eselon II Satuan Kerja Tahun anggran : (a) : (b) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) Jumlah Anggaran: Kegiatan : Rp.(c) Jakarta, tgl-bln-thn Menyetujui, Kepala Unit Kerja Es I Kepala Nama Satuan Kerja. (Nama Jelas) (Nama Jelas) Petunjuk Pengisian: 1. Header (a) diisi dengan Nama Unit Organisasi Eselon II. 2. Header (b) diisi dengan Tahun Anggaran yang akan diperjanjikan. 3. Kolom (1) diisi dengan sasaran strategis Eselon II/ Sasaran kegiatan utama sesuai dengan dokumen perencanaan kinerja jangka menengah. 4. Kolom (2) diisi dengan indikator kinerja sasaran strategis dari unit Organisasi Eselon I sesuai dengan dokumen perencanaan jangka menengah ataupun berdasarkan penetapan IKU. 5. Kolom (3) diisi dengan angka target yang diperjanjikan dari setiap Indikator kinerja. 6. Footer (c) diisi dengan total jumlah/ nilai pagu anggaran yang direncanakan akan digunakan untuk mencapai sasaran strategis. 19

4. Format Lampiran Formulir Dokumen Penetapan Kinerja Tingkat Satuan Kerja Mandiri/Satker Satuan Kerja Tahun anggran : (a) : (b) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) Jumlah Anggaran: Kegiatan : Rp.(c) Jakarta, tgl-bln-thn Menyetujui, Kepala Unit Kerja Es I Kepala Nama Satuan Kerja. (Nama Jelas) (Nama Jelas) Petunjuk Pengisian: 1. Header (a) diisi dengan Nama Unit Organisasi Eselon I. 2. Header (b) diisi dengan Tahun Anggaran yang akan diperjanjikan. 3. Kolom (1) diisi dengan sasaran strategis Eselon I/ Sasaran kegiatan utama sesuai dengan dokumen perencanaan kinerja jangka menengah. 4. Kolom (2) diisi dengan Indikator kinerja sasaran strategis dari unit Organisasi Eselon I sesuai dengan dokumen perencanaan jangka menengah ataupun berdasarkan penetapan IKU. 5. Kolom (3) diisi dengan angka target yang diperjanjikan dari setiap Indikator kinerja. 6. Footer (c) diisi dengan total jumlah/ nilai pagu anggaran yang direncanakan akan digunakan untuk mencapai sasaran strategis. MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, ttd SALIM SEGAF AL JUFRI 20

LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 13 TAHUN 2013 TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2013 TENTANG : PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN, PENETAPAN KINERJA, RENCANA AKSI, DAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL. FORMAT FORMULIR PENGUKURAN KINERJA A. Format Pengukuran Kinerja Tingkat Kementerian Sosial Kementerian : (a) Tahun Anggaran : (b) Sasaran Indikator Anggaran Target Realisasi % Program Strategis Kinerja Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Jumlah Anggaran Tahun Rp.(c) Realisasi Pagu Anggaran Tahun.Rp..(d) Petunjuk Pengisian: 1. Header (a) diisi dengan kode dan nama kementerian Negara/lembaga; 2. Header (b) diisi dengan tahun anggaran; 3. Kolom (1) diisi dengan sasaran strategis Kementerian sesuai dengan dokumen Penetapan Kinerja; 4. Kolom (2) diisi dengan Indikator kinerja sasaran strategis dari kementerian sesuai dengan dokumen penetapan kinerja 5. Kolom (3) diisi dengan angka target yang akan dicapai untuk setiap Indikator sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 6. Kolom (4) diisi dengan realisasi dari masing-masing Indikator kinerja; 7. Kolom (5) diisi dengan persentase pencapaian target dari masingmasing Indikator kinerja; 8. Kolom (6) diisi dengan nama program yang digunakan untuk pencapaian sasaran strategis organisasi sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 9. Kolom (7) diisi dengan pagu anggaran program; 10. Kolom (8) diisi dengan realisasi anggaran; 11. Kolom (9) diisi dengan persentase realisasi anggaran (realisasi/pagu x 100% ); 21

12. Footer (c) diisi total jumlah/nilai pagu anggaran yang direncanakan untuk mencapai sasaran strategis; 13. Footer (d) diisi total jumlah/nilai realisasi anggaran yang digunakan untuk mencapai sasaran strategis. B. Format Pengukuran Kinerja Unit Kerja Eselon I Unit Kerja Eselon I : (a) Tahun Anggaran : (b) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) Jumlah Anggaran Program Tahun.Rp.(c) Jumlah Realisasi Anggaran Program.Rp.(d) Petunjuk Pengisian: 1. Header (a) diisi dengan kode dan nama unit organisasi eselon I; 2. Header (b) diisi dengan tahun anggaran; 3. Kolom (1) diisi dengan sasaran strategis unit kerja eselon I sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 4. Kolom (2) diisi dengan Indikator kinerja sasaran strategis dari unit organisasi eselon I sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 5. Kolom (3) diisi dengan angka target yang akan dicapai untuk setiap Indikator kinerja sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 6. Kolom (4) diisi dengan realisasi dari masing-masing Indikator kinerja; 7. Kolom (5) diisi dengan angka persentase pencapaian target dari masingmasing Indikator kinerja (realisasi/target x 100% ); 8. Footer (c) diisi total jumlah/nilai pagu anggaran program yang direncanakan untuk mencapai sasaran strategis; 9. Footer (d) diisi total jumlah/nilai realisasi anggaran program yang digunakan untuk mencapai sasaran strategis. 22

C. Format Pengukuran Kinerja Satuan Kerja Eselon II. Satuan Kerja Eselon II Tahun Anggaran : (a) : (b) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) Jumlah Anggaran Kegiatan Tahun.Rp.(c) Jumlah Realisasi Anggaran Kegiatan.Rp.(d) Petunjuk Pengisian: 1. Header (a) diisi dengan kode dan nama unit organisasi eselon II; 2. Header (b) diisi dengan tahun anggaran; 3. Kolom (1) diisi dengan sasaran strategis satuan kerja eselon II sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 4. Kolom (2) diisi dengan Indikator kinerja sasaran strategis dari unit organisasi eselon II sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 5. Kolom (3) diisi dengan angka target yang akan dicapai untuk setiap Indikator kinerja sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 6. Kolom (4) diisi dengan realisasi dari masing-masing Indikator kinerja; 7. Kolom (5) diisi dengan angka persentase pencapaian target dari masingmasing Indikator kinerja (realisasi/target x 100% ); 8. Footer (c) diisi total jumlah/nilai pagu anggaran program yang direncanakan untuk mencapai sasaran strategis; 9. Footer (d) diisi total jumlah/nilai realisasi anggaran program yang digunakan untuk mencapai sasaran strategis. D. Format Pengukuran Kinerja Satuan Kerja Mandiri. Satuan Kerja mandiri Tahun Anggaran : (a) : (b) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) Jumlah Anggaran Kegiatan Tahun.Rp.(c) Jumlah Realisasi Anggaran Kegiatan.Rp.(d) 23

Petunjuk Pengisian: 1. Header (a) diisi dengan kode dan nama satker mandiri; 2. Header (b) diisi dengan tahun anggaran; 3. Kolom (1) diisi dengan sasaran satker mandiri sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 4. Kolom (2) diisi dengan Indikator kinerja sasaran strategis dari satker mandiri sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 5. Kolom (3) diisi dengan angka target yang akan dicapai untuk setiap Indikator kinerja sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 6. Kolom (4) diisi dengan realisasi dari masing-masing Indikator kinerja; 7. Kolom (5) diisi dengan angka persentase pencapaian target dari masingmasing Indikator kinerja (realisasi/target x 100% ); 8. Footer (c) diisi total jumlah/nilai pagu anggaran program yang direncanakan untuk mencapai sasaran strategis; 9. Footer (d) diisi total jumlah/nilai realisasi anggaran program yang digunakan untuk mencapai sasaran strategis. MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, ttd SALIM SEGAF AL JUFRI 24

LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 13 TAHUN 2013 TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2013 TENTANG : PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN, PENETAPAN KINERJA, RENCANA AKSI, DAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL. A. Format Rencana Aksi Pencapaian Target Indikator Kinerja Utama pada dokumen Penetapan Kinerja Kementerian. Kementerian : (a) Tahun Anggaran : (b) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kegiatan Target (Tahun) Penanggung jawab Pelaksana Waktu Pelaksanaan Lokasi Ket. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Jakarta, Januari.. Petunjuk pengisian : 1. Header (a) diisi dengan nama Kementerian; 2. Header (b) diisi dengan tahun anggaran; 3. Kolom (1) diisi dengan sasaran strategis Kementerian sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 4. Kolom (2) diisi dengan Indikator kinerja Kementerian sesuai dengan dokumen penetapan kinerja Kemeterian; 5. Kolom (3) diisi dengan Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai setiap Indikator Kinerja Kementerian; 6. Kolom (4) diisi dengan angka target yang akan dicapai untuk setiap Indikator kinerja sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 7. Kolom (5) diisi dengan nama jabatan pimpinan Unit Kerja Eselon I sebagai penanggung jawab kegiatan dalam mencapai target Indikator Kinerja; 25

8. Kolom (6) diisi dengan nama pejabat pimpinan satuan kerja eselon II sebagai pelaksana kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya; 9. Kolom (7) diisi dengan tanggal, bulan dimulainya kegiatan sampai dengan tanggal, bulan diselesaikannya kegiatan; 10. Kolom (8) diisi dengan nama tempat (Desa/Kecamatan/Kabupaten/Kota/Provinsi) pelaksanaan kegiatan; 11. Kolom (9) diisi dengan penjelasan upaya pengendalian yang dilakukan secara berkala dalam pencapaian target Indikator kinerja. B. Format Rencana Aksi Pencapaian Target Indikator Kinerja Utama Pada dokumen Penetapan Kinerja Unit Kerja Eselon I Unit Kerja Eselon I : (a) Tahun Anggaran : (b) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kegiatan Target (Tahun) Penanggung jawab Pelaksana Waktu Pelaksanaan Lokasi Ket. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Jakarta, Januari.. Petunjuk pengisian : 1. Header (a) diisi dengan nama Unit Kerja Eselon I; 2. Header (b) diisi dengan tahun anggaran; 3. Kolom (1) diisi dengan sasaran strategis Unit Kerja Eselon I sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 4. Kolom (2) diisi dengan Indikator kinerja Unit Kerja Eselon I sesuai dengan dokumen penetapan kinerja Unit Kerja Eselon I; 5. Kolom (3) diisi dengan Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai setiap Indikator Kinerja Unit Kerja Eselon I; 6. Kolom (4) diisi dengan angka target yang akan dicapai untuk setiap Indikator kinerja sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 26

7. Kolom (5) diisi dengan nama jabatan pimpinan Unit Kerja Eselon II sebagai penanggung jawab kegiatan dalam mencapai target Indikator Kinerja; 8. Kolom (6) diisi dengan nama pejabat pimpinan satuan kerja eselon III sebagai pelaksana kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya; 9. Kolom (7) diisi dengan tanggal, bulan dimulainya kegiatan sampai dengan tanggal, bulan diselesaikannya kegiatan; 10. Kolom (8) diisi dengan nama tempat (Desa/Kecamatan/Kabupaten/Kota/Provinsi) pelaksanaan kegiatan; 11. Kolom (9) diisi dengan penjelasan upaya pengendalian yang dilakukan secara berkala dalam pencapaian target Indikator kinerja. C. Format Rencana Aksi Pencapaian Target Indikator Kinerja Utama Pada dokumen Penetapan Kinerja Satuan Kerja Eselon II Satuan Kerja Eselon II : (a) Tahun Anggaran : (b) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kegiatan Target (Tahun) Penanggung jawab Pelaksana Waktu Pelaksanaan Lokasi Ket. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Jakarta, Januari.. 27 Petunjuk pengisian : 1. Header (a) diisi dengan nama Satuan Kerja Eselon II; 2. Header (b) diisi dengan tahun anggaran; 3. Kolom (1) diisi dengan sasaran strategis Satuan Kerja Eselon II sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 4. Kolom (2) diisi dengan Indikator kinerja Satuan Kerja Eselon II sesuai dengan dokumen penetapan kinerja Satuan Kerja Eselon II; 5. Kolom (3) diisi dengan Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai setiap Indikator Kinerja Satuan Kerja Eselon II; 6. Kolom (4) diisi dengan angka target yang akan dicapai untuk setiap Indikator kinerja sesuai dengan dokumen penetapan kinerja;

7. Kolom (5) diisi dengan nama jabatan pimpinan Satuan Kerja Eselon III sebagai penanggung jawab kegiatan dalam mencapai target Indikator Kinerja; 8. Kolom (6) diisi dengan nama pejabat pimpinan satuan kerja eselon IV sebagai pelaksana kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya; 9. Kolom (7) diisi dengan tanggal, bulan dimulainya kegiatan sampai dengan tanggal, bulan diselesaikannya kegiatan; 10. Kolom (8) diisi dengan nama tempat (Desa/Kecamatan/Kabupaten/Kota/Provinsi) pelaksanaan kegiatan; 11. Kolom (9) diisi dengan penjelasan upaya pengendalian yang dilakukan secara berkala dalam pencapaian target Indikator kinerja. D. Format Rencana Aksi Pencapaian Target Indikator Kinerja Utama Pada dokumen Penetapan Kinerja Satuan Kerja Mandiri Satuan Kerja Mandiri : (a) Tahun Anggaran : (b) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kegiatan Target (Tahun) Penanggung jawab Pelaksana Waktu Pelaksanaan Lokasi Ket. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Jakarta, Januari.. Petunjuk pengisian : 1. Header (a) diisi dengan nama Satuan Kerja Mandiri; 2. Header (b) diisi dengan tahun anggaran; 3. Kolom (1) diisi dengan sasaran strategis Satuan Kerja Mandiri sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 4. Kolom (2) diisi dengan Indikator kinerja Satuan Kerja Mandiri sesuai dengan dokumen penetapan kinerja Satuan Kerja Mandiri; 5. Kolom (3) diisi dengan Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai setiap Indikator Kinerja Satuan Kerja Mandiri; 6. Kolom (4) diisi dengan angka target yang akan dicapai untuk setiap Indikator kinerja sesuai dengan dokumen penetapan kinerja; 28

7. Kolom (5) diisi dengan nama jabatan yang bertanggung jawab kegiatan dalam mencapai target Indikator Kinerja; 8. Kolom (6) diisi dengan nama pejabat yang melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya; 9. Kolom (7) diisi dengan tanggal, bulan dimulainya kegiatan sampai dengan tanggal, bulan diselesaikannya kegiatan; 10. Kolom (8) diisi dengan nama tempat (Desa/Kecamatan/Kabupaten/Kota/Provinsi) pelaksanaan kegiatan; 11. Kolom (9) diisi dengan penjelasan upaya pengendalian yang dilakukan secara berkala dalam pencapaian target Indikator kinerja. MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, ttd SALIM SEGAF AL JUFRI 29

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA LAMPIRAN V PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 13 TAHUN 2013 TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2013 TENTANG : PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN, PENETAPAN KINERJA, RENCANA AKSI, DAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL. A. KATA PENGANTAR Memuat gambaran singkat sebagai Pengantar berkaitan dengan Laporan Akuntabilitas Kinerja. B. IKHTISAR EKSEKUTIF (EXECUTIVE SUMMARY) Memuat ringkasan berupa pokok-pokok isi dari seluruh Laporan Akuntabilitas Kinerja. C. BAB I PENDAHULUAN Memuat gambaran singkat mengenai Unit Kerja yang melaporkan dan sekilas Pengantar lainnya (misalnya kedudukan, tugas dan fungsi, dan halhal lain yang berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi pada tahun yang bersangkutan). D. BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN XXXX Dalam Bab II ini diikhtisarkan beberapa hal penting dalam Perencanaan dan Perjanjian Kinerja (Dokumen Penetapan Kinerja) terkait: 1. Visi dan Misi Kementerian sebagaimana dicantumkan dalam Dokumen Rencana Strategis. 2. Tujuan dan sasaran yang terkait dengan tugas dan fungsi Unit Kerja yang memuat uraian dari tujuan dan sasaran pada tahun yang bersangkutan, dan faktor-faktor lainnya dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (sesuai dengan periode Rencana Strategis). Cara Pencapaian Tujuan dan Sasaran yang menjelaskan mengenai cara yang diterapkan untuk mencapai tujuan dan sasaran, dalam bentuk program dan kegiatan beserta Indikator Kinerja Utama yang digunakan. E. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Dalam Bab III ini diuraikan pencapaian sasaran-sasaran Unit Organisasi, dengan pengungkapan dan penyajian dari hasil pengukuran kinerja. Evaluasi Kinerja dimulai dengan pengukuran Kinerja yang mencakup Penetapan Kinerja dan Pencapaian Kinerja. 30