BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENLITIAN, PENDUDUK DAN INFORMAN. dan sudah termasuk daerah ibu kota Propinsi Jawa Barat.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN TUAH KARYA KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. yang ada di kota Pekanbaru, yang pada mulanya merupakan wilayah dari

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA

BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA. A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Geografis dan Demografis Desa Balam Sempurna

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI KELURAHAN SAIL KECAMATAN TENAYAN RAYA PEKANBARU sampai dengan berakhir periode masa jabatannya yaitu pada tanggal 02

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. jarak dengan ibukota provinsi (pekanbaru)sekitar 200 km. 1) Sebelah utara berbatasan dengan desa sepotong

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pekanbaru, terdiri atas 65 RW dan 318 RT. Luas wilayah Kecamatan Tampan

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara etimologis, Hajimena sebenarnya berasal dari kata Aji, yang berarti ini dan Mena

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA CIPETE KEC. PINANG KOTA TANGERANG BANTEN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. wilayah dari Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar yaitu:

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Geografis dan DemogrfisKecamatan Tampan. 1. Keadaan Geografis Kecamatan Tampan

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas wilayah 1060 Ha. Dahulu desa ini bernama desa Prambanan, dan kemudian

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah satu desa dari 13

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Lebuh Dalem merupakan Desa yang terdapat di Kecamatan Menggala

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. KecamatanTampankotaPekanbaruadalahsalahsatudari 12 Kecamatan

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Kelurahan Simpang Baru merupakan salah satu kelurahan yang terletak di

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pada tanggal 24 juli tahun Kecamatan Tasik Putri Puyu berasal dari

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. RT dengan jumlah penduduk jiwa yang terdiri dari kepala

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB II GAMBARAN KELURAHAN TERKUL KECAMATAN RUPAT KABUPATEN BENGKALIS

BAB II METODE PENELITIAN. metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terletak dipinggir sungai Kundur. Sekitar tahun 70-an bupati Alamsyah

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. batas antara Kota Pekanbaru dengan Kabupaten Kampar pada tanggal 14 Mei

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Lampung Tengah adalah 3,802 ha² yang terdiri dari pemukiman

BAB II KONDISI MASYARAKAT DESA BALONGDOWO

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampung Totokaton merupakan salah satu kampung (dari sembilan kampung)

BAB IV GAMBARAN UMUM DUSUN NONGKO DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN NGARINGAN KABUPATEN GROBOGAN

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

BAB 2 GAMBARAN UMUM Keadaan Geografis Kelurahan Titi Rante Kecamatan Medan Baru

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Tualang terdiri dari empat Kadus (Kepala Dusun), 8 RW, dan 79 RT,

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. ada di kecamatan Kampar Utara yang luas wilayahnya , 75 Ha. Adapun batas-batas wilayah desa sawah:

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan sejarahnya Desa Karta Kecamatan Tulang Bawang Udik Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lintongnihuta. Mengenai nama desa Dolok Margu, menurut hasil wawancara

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Riau. Kecamatan ini meliputi beberapa Kelurahan atau Desa dengan luas wilayah

BAB II GAMBARAN UMUM DESA RANAH SUNGKAI. yang terbagi karena pembuatan Listrik Tenaga Air (PLTA ) Koto Panjang.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. ini terletak di sebelah Desa Panaragan, berjarak ±15 km dari ibu kota kecamatan,

BAB II KONDISI OBYEKTIF LOKASI DESA BITUNG JAYA KEC. CIKUPA KAB. TANGERANG

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. klasifikasi data rendah. Dusun Mojosantren merupakan dusun yang strategis

BAB II GAMBARAN LOKASI DESA BANGUN. km, sedangkan jarak Desa ke Ibukota kabupaten sekitar 15 km. Jarak dengan

BAB II PROFIL WILAYAH. acuan untuk menentukan program kerja yang akan dilaksanakan selama KKN

I. PENDAHULUAN. mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup

IV KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

BAB III GAMBARAN UMUM DESA MULYA AGUNG. Desa Mulya Agung secara geografis terletak di Kecamatan Lalan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki

BAB III PRAKTIK TRADISI PENGEMBALIAN HUTANG BERAS DI KELURAHAN SIMOLAWANG KECAMATAN SIMOKERTO SURABAYA

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kelurahan Parit Rantang Payakumbuh

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah Dusun 003 Desa Sidorejo, Kecamatan Sidomulyo,

BAB II SEJARAH DAN KONDISI UMUM DESA PAMIRITAN

BAB I PENDAHULUAN. keturunan, seperti penarikan garis keturunan secara patrilineal artinya hubungan

Transkripsi:

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENLITIAN, PENDUDUK DAN INFORMAN 2.1. Letak Lokasi dan Keadaan Geografis Bintara merupakan salah satu daerah yang terletak di wilayah Bekasi Barat dan sudah termasuk daerah ibu kota Propinsi Jawa Barat. Bintara merupakan daerah yang terletak tidak jauh dari Kecamatan Bekasi Barat yaitu kira-kira berjarak 8 km dari Kelurahan Bintara berjarak sekitar 1 km dari lokasi penelitian. Jarak Bintara ke ibu Kotamadya Bekasi kira-kira 15 km, sedangkan jarak Bintara ke ibu kota Propinsi Jawa Barat 160 km. Bintara juga merupakan daerah perbatasan wilayah Cakung, Jakarta Timur. Oleh karena itu, Bintara merupakan daerah maju dan daerah yang mudah dijangkau dengan transportasi. Di tahun 1990-an daerah Bintara masih merupakan areal persawahaan dan perkebunan. Adapun rumah penduduk di wilayah Bintara ini masih terbilang sedikit dan rata-rata penduduknya adalah orang etnis Betawi. Dengan berkembangnya jaman dan semakin pesatnya pembangunan maka daerah Bintara berubah menjadi daerah perumahan dan pertokoan. Data yang diperoleh dari kantor Kelurahan Bekasi Barat luas wilayah daerah Bintara sekitar 328,02 Ha. Wilayah Bintara ini dimanfaatkan sebagai Ruko (rumah toko), tempat perbelanjaan atau pasar, tempat ibadah, puskesmas, sekolah, dan selebihnya pemukiman penduduk. Hal di atas menyebabkan masyarakat asli yang ada di Bintara dalam hal ini masyarakat Betawi menjadi sedikit tersingkir

dari pendatang baru karena telah banyak terjadi perkembangan yang disebabkan oleh banyaknya pemabangunan yang ada. Wilayah Bintara yang luasnya sekitar 328,02 Ha dibagi menjadi delapan (8) bagian yang disebut dengan Bintara I (satu) hingga Bintara VIII (delapan). Disetiap wilayah yang ada di Bintara mempunyai 15 (lima belas) Rukun Warga (Rw) dan 142 (seratus empat puluh dua) Rukun Tetangga (RT). Masing-masing wilayah yang ada di Kelurahan Bintara dipimpin oleh kepala RW dibantu dengan kepala RT yang berfungsi mempercepat proses administrasi di daerah Kelurahan Bintara. Secara administratif Bintara berbatasan dengan wilayah lain yakni: - Sebelah Utara berbatasan dengan Kel. Kota Baru - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kel. Pondok Kopi (DKI Jakarta) - Sebelah Timur berbatasan dengan Kel. Bintara Jaya - Sebelah Barat berbatasan dengan Kel Kranji Bintara merupakan daerah yang cukup startegis, karena daerahnya yang terletak di tengah-tengah wilayah Jawa Barat dan Jakarta, dan daerah ini dibuat menjadi daerah perbatasan. Selain itu, masyarakatnya yang dulu masih hidup dari penghasilan dengan berkebun, sekarang mereka juga menghidupi dirinya sebagai pedagang dan pegawai negeri maupun swasta. Hal ini dikarenakan sudah banyak pendatang yang berdomisili di Bintara tersebut, sehingga sosialisasi masyarakat ke arah pengetahuan menjadi tambah lebih maju.

2.2. Keadaan Penduduk Masyarakat di daerah Bintara memiliki jumlah penduduk sebanyak 48.745 jiwa, dan 11.695 Kepala Keluarga. Berikut adalah tabel jumlah Kelurahan Bintara berdasarkan umur. Tabel. 1. Rekapitulasi Penduduk Bintara Berdasarkan Kelompok Umur NO. UMUR JUMLAH 1. 0-4 5969 2. 5-9 4873 3. 10-14 4331 4. 15-19 3736 5. 20-24 3747 6. 25-29 3694 7. 30-34 3672 8. 35-39 3388 9. 40-44 3169 10. 45-49 2964 11. 50-54 2651 12. 55-59 2617 13. 60-64 2334 14. 65 keatas 1600 JUMLAH 48.745 jiwa Sumber : Data Kelurahan Bintara Tahun 2008 Dari data di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan masyarakat yang ada di Bintara sangat pesat terlihat dari masih banyaknya anak-anak umur usia 0-4 tahun mencapai 5969 jiwa dan 5-9 tahun mencapai 4873 jiwa. Hal ini berarti menunjukan tingkat reproduksi masyarakatnya yang sangat pesat. Selain itu, masyarakat di Bintara tersebut terlihat lebih banyak masyarakatnya yang dapat dikatakan melihat dari golongan umurnya yang masih Produktif sekitar 81% dibandingkan dengan umur yang tidak produktif lagi sekitar 19%. Oleh sebab itu,

dapat dikatakan masyarakat yang berada di Bintara ini seharusnya kehidupan ekonominya harus lebih baik, karena masih lebih banyak masyarakat yang produktif dibandingkan masyarakat yang tidak produktif lagi. Namun, hal tersebut lain faktanya yang terjadi bahwa masyarakat yang ada di Bintara terutama etnis Betawinya kehidupan ekonomi tidak seluruhnya baik. Hal tersebut karena, masyarakat yang masih produktif tidak semuanya mempunyai pekerjaan yang layak karena, rata-rata karyawan yang bekerja di daerah sekitar Bintara tersebut adalah masyarakat yang bukan setempat akan tetapi masyarakat yang dari daerah lain. Untuk itu mereka menghidupi dirinya sehari-hari dengan hanya berjualan kelontong atau warung dan sebagai tukang ojek (pengendara motor), sehingga untuk mencukupi kebutuhannya pun kurang. Untuk itu produktifitas masyarakat di Bintara tidak begitu baik. Masyarakat yang berada di Bintara terdiri dari beberapa suku seperti Betawi, Batak, Jawa, Sunda dan suku lainnya. Setiap suku yang ada di Bintara juga memiliki bahasa sendiri. Namun, dalam pergaulan hidup sehari-hari masyarakat yang ada yang ada di Bintara menggunakan bahasa Indonesia meskipun ada beberapa masyarakat yang menggunakan bahasa daerahnya apabila bertemu dengan orang yang sesuku dengannya. Mayoritas masyarakat Bintara pada umumnya adalah masyarakat Betawi. Betawi sendiri terbagi lagi menjadi 2 (dua) yaitu Betawi Kota dan Betawi Ora. Betawi Kota adalah masyarakat Betawi yang telah banyak menerima pengaruh dari etnis lain, sehingga cara hidup mereka dan budaya mereka pun sudah bercampur dengan tradisi di luar Betawi. Sedangkan, Betawi Ora adalah

masyarakat asli Kota Jakarta dan mereka secara ketat dan konsisten menyandang tradisi Betawi dan tidak banyak menerima pengaruh dari budaya di luar Betawi. Selain menurut pengertiannya Betawi juga dibedakan menurut lokasi persebarannya yaitu Betawi Tengah, Betawi Udik dan Betawi Pinggiran 3. Masyarakat Betawi yang ada di Bintara adalah masyarakat Betawi yang disebut Betawi Udik. Hal ini karena, selain masyarakatnya yang di pengaruhi oleh kebudayaan sunda dan juga karena umumnya ekonomi mereka yang rendah yang hanya bertumpu pada sektor pertanian. Selebihnya masyarakat yang tinggal di Bintara adalah etnis lain. Dengan semakin berkembangnnya daerah tersebut menyebabkan masyarakat asli (Betawi) secara otomatis interaksi antara etnis yang satu dengan etnis lain pun terjadi sehingga masyarakat Betawi sendiri mulai tergeser dari daerah mereka. Walaupun demikian sosialisasi dan interaksi mereka dengan etnis lain terjalin cukup baik hingga sekarang. Berikut adalah tabel jumlah penduduk berdasarkan kelompok etnik. 3. Betawi Tengah merupakan penduduk asli Betawi dan terletak di bagian tengah kota Jakarta yang dulu merupakan keresidenan Batavia dan sekarang termasuk Jakarta Pusat. Akan tetapi, tingkat perkawinan campur mereka cukup tinggi dibandingkan dengan orang Betawi yang lain. Berdasarkan tingkat ekonomi dan pendidikannya pun mereka termasuk yang paling tinggi karena, tidak hanya dalam negeri saja mereka bersekolah bahkan banyak juga anak mereka yang bersekolah di luar negeri. Betawi Udik merupakan penduduk asli Betawi dan ada dua (2) tipe Betawi udik, yaitu mereka yang tinggal di daerah utara dan barat bagian Jakarta maupun tangerang dan mereka sangat dipengaruhi oleh kebudayaan cina dan lainnya adalah mereka yang tinggal di sebelah timur maupun selatan Jakarta. Secara ekonomi pada umumnya Betawi Udik berasal dari ekonomi bawah dibandingkan dengan Betawi Tengah dan Pinggir, dimana sebagian besar mereka bertumpu pada bidang pertanian. Dari segi tingkat pendidikan Betawi Udik masih tergolong rendah dibandingkan dengan taraf pendidikan Betawi Tengah dan Pinggir. Walaupun demikian mereka sangat menjunjung pendidikan agamanya. Betawi pinggir merupakan penduduk Betawi yang dalam beberapa aspek seperti aspek ekonomi tergolong ekonomi menengah. Namun dalam hal keagamaan, Betawi Pinggir jauh lebih mendalami bidang keagamaan dibandingkan dengan Betawi lainnya. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat dari Betawi Pinggir yang menyekolahkan anaknya ke Pesantren..

Tabel. 2. Rekapitulasi Penduduk Berdasarkan Kelompok Etnik NO. KELOMPOK ETNIK JUMLAH JIWA 1. Betawi 15183 2. Jawa 10329 3. Batak 6852 4. Sunda 7912 5. Dll 8469 JUMLAH ETNIS 48745 Jiwa Sumber : Data Kelurahan Bintara Tahun 2008 2.2.1. Tingkat Pendidikan Secara Umum Tingkat pendidikan di Bintara ini sudah dapat dikatakan baik. Hal ini dikarenakan sudah banyak kemajuan teknologi yang terjadi di daerah Bintara tersebut. Dari data yang di dapat dari Kelurahan Bintara bahwa tingkat pendidikan di daerah ini rata-rata mengenyam pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar hingga Perguruan Tinggi sudah lebih banyak hingga mencapai 98 % di bandingkan dengan yang belum mengenyam pendidikan yaitu sekitar 2 %. Hal ini disebabkan karena tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan sudah semakin meningkat. Selain itu juga untuk mendapatkan penghidupan yang layak dan juga status sosial yang lebih baik di masyarakat. Tabel. 3

Rekapitulasi Keluarga Menurut Status Pendidikan RUKUN JUMLAH KELUARGA MENURUT STATUS PENDIDIKAN NO WARGA Belum Tamat SD- Tamat Tamat Jumlah (RW) Sekolah SLTP SLTA AK/PT 1. 01 46 244 420 53 763 2. 02 88 468 805 102 1463 3. 03 69 367 631 80 1147 4. 04 45 240 413 53 751 5. 05 36 189 326 41 592 6. 06 49 259 446 57 810 7. 07 40 214 369 47 670 8. 08 40 216 371 47 674 9. 09 36 190 327 42 595 10. 10 46 247 425 54 772 11. 11 50 267 458 58 833 12. 12 34 183 315 40 572 13. 13 58 309 531 68 966 14. 14 34 183 315 40 572 15. 15 31 165 283 36 515 JUMLAH 702 3742 6432 819 11695 Sumber: Data Kelurahan Bintara Tahun 2008 Secara Khusus. Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan mengenai tingkat pendidikan para informan khusus dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan dikalangan informan masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari jumlah keseluruhan dari informan yang mengenyam pendidikan sampai tingkat SLTP hanya mencapai sekitar 30 % dari keseluruhan informan. Dengan demikian persentase tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan bukanlah menjadi sesuatu yang sangat penting di kalangan informan. Adapun yang menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor ekonomi, karena kurangnnya dana untuk membiayai anak sekolah yang disebabkan mata pencaharian yang

sangat minim yang hanya bekerja sebagai buruh atau pun pedagang yang menjual sayur-sayuran ataupun buah-buahan. Selain itu faktor gender juga sangat memberi pengaruh yang cukup kuat, dimana sebagian dari para informan berpikir bahwa seorang wanita tidak perlu sekolah tinggi karena setelah lulus mereka tetap akan menjadi seorang ibu rumah tangga yang bekerja hanya di rumah saja. Oleh karena itu pendidikan yang sangat minim dikalangan informan sangat mempengaruhi pengetahuan mereka juga. 2.2.2. Mata Pencaharian dan Pendapatan Secara Umum Adapun mata pencaharian masyarakat di kelurahan Bintara pada umumnya adalah pegawai baik negeri maupun swasta, buruh lepas, wiraswasta serta pedagang. Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan tentang keadaan mata pencaharian penduduk di Kelurahan Bintara. Pada tabel di bawah menunjukkan bahwa produktifitas masyarakat yang bekerja di daerah Bintara sangat banyak sekitar 95 % di bandingkan dengan masyarakat yang tidak bekerja sekitar 5 % dari total seluruh masyarakat yang ada di Bintara. Hal ini disebabkan karena pembangunan daerah atau pun lapangan pekerjaan yang ada di daerah tersebut sangat berkembang pesat, sehingga dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di Bintara. Tabel. 4

Rekapitulasi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian NO JENIS MATA PENCAHARIAN JUMLAH JIWA 1. Buruh 9970 2. Pegawai negeri 6595 3. Pegawai swasta 9941 4. Wiraswasta 6745 5. Pedagang 9725 JUMLAH 42.976 Jiwa Sumber: Data Kelurahan Bintara Tahun 2008 Secara Khusus Secara khusus mata pencaharian para informan khusus yang ada di Bintara adalah didominasi oleh buruh dan pedagang. Namun disamping itu ada sebagian kecil dari mereka yang bekerja sebagai pegawai baik negeri maupun swasta. Hal yang menyebabkan pekerjaan mereka yang paling mendimonasi adalah berdagang atau buruh karena pengetahuan mereka tentang teknologi yang mereka tahu masih minim. Adapun informan khusus yang menjadi perhatian penulis adalah masyarakat pribumi dalam hal ini masyarakat Betawi yang ada di Bintara. 2.2.3. Pola Pemukiman Pola pemukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan melakukan kegiatan atau pun aktivitas sehari-harinya. Permukiman dapat diartikan sebagai suatu tempat (ruang) atau suatu daerah dimana penduduk terkonsentrasi dan hidup bersama menggunakan lingkungan

setempat, untuk mempertahankan, melangsungkan, dan mengembangkan hidupnya. Pola pemukiman merupakan sifat persebaran, dan lebih banyak berkaitan dengan akibat faktor-faktor ekonomi, sejarah dan faktor budaya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola pemukiman penduduk adalah bentuk persebaran tempat tinggal penduduk berdasarkan kondisi alam dan aktivitas penduduknya. Selain berdasarkan kondisi alam dan aktivitas penduduknya pola pemukiman yang ada di Bintara sudah menjadi ciri khas masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. Secara umum masyarakat yang berada di Bintara mempunyai pola pemukiman yang berkelompok dimana pada masyarakat dahulu lebih cenderung rumah mereka berdekatan dengan keluarga mereka sendiri, dan selebihnya lahan kosong di daerah lainnya dan 10 meter hingga lebih adalah lahan kosong, sehingga hal ini masih membuat pola pemukiman mereka berkelompok. Seiring berkembangnya jaman di daerah pemukiman mereka pun semakin banyak berubah. Hal ini disebabkan karena telah banyak terjadi pembangunan seperti ruko (rumah toko), perumahan elite, jalan-jalan alternatif atau jalan tol, tempat perbelanjaan (supermarket dan mall). Oleh karena itu, pola pemukiman yang berada di Bintara berubah menjadi pola pemukiman yang menyebar dan pola pemukimannya pun mengikuti jalan raya, rel kereta api, dan lainnya. Namun semenjak semakin sulitnya dan meningkatnya taraf kehidupan di kota besar sepeti di Bintara menyebabkan banyaknya rumah-rumah liar dibangun

di atas tanah pemerintah yang seharus bukan untuk dibangun menjadi tempat tinggal. Dapat dilihat di bawah jembatan jalan tol (jalan alternative) yang berada di Bintara banyak sekali terdapat rumah-rumah kumuh yang dibangun dan warung-warung nasi atau warung kelontong. Dengan demikian, pola pemukiman yang ada di Bintara menjadi berubah tidak tertata rapi yang diakibatkan karena total Gambar 1. Pola Pemukiman di Bintara dulunya Berkelompok Pola pemukiman berkelompok biasanya terdapat di dataran rendah dah biasanya terdapat di daerah-daerah pedesaan. Kondisi ini berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah dan kondisi alam daerah tersebut. Selain itu kondisi ini akan berpengaruh pada pola pemukiman penduduk di daerah itu, sperti di daerah panas pemukiman penduduknya cenderung lebih terbuka dan agak terpencar.

Gambar 2. Pola Pemukiman Saat Ini Mengikuti Jalan dan Rel Kereta Api 2.2.4. Sistem Religi Masyarakat Betawi umumnya mayoritas beragama Islam. Pengaruh Islam yang kuat ini disebabkan oleh sejarah kota Jakarta yang dulunya merupakan pelabuhan yang banyak didatangi oleh pedagang dari Arab dan Gujarat yang membawa agama Islam. Hal ini juga terlihat pada masyarakat Betawi di Bintara umumnya mayoritas beragama Islam sebagian kecil lainnya beragama Kristen. Adapun suku Betawi yang beragama Kristen dan katholik mereka menyatakan bahwa mereka adalah keturunan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis. Di wilayah Bintara terdapat bangunan tempat ibadah yaitu mesjid sebanyak 18 buah dan mushola sebanyak 48 buah. Gereja terdapat 1 buah saja, sedangkan tempat ibadah umat Budha yaitu vihara tidak ada sama sekali. Berikut ini tabel penduduk Bintara menurut agama yang dianutnya.

Tabel 5 Rekapitulasi Penduduk Berdasarkan Agama NO. AGAMA JUMLAH 1. ISLAM 29438 2. KRISTEN PROTESTAN 8942 3. KATHOLIK 6706 4. BUDHA 2422 5. HINDU 1237 JUMLAH 48745 Jiwa Sumber: Data Kelurahan Bintara Tahun 2008 Masyarakat Bintara ini hidup rukun beragama dengan toleransi yang cukup tinggi, mereka tidak mengindahkan perbedaan agama. Masyarakat lebih cenderung pada hubungan saling membantu dan akrab satu sama lain mereka pun saling tolong menolong jika ada diantara umat beragama tersebut mengadakan sebuah acara keagamaan atau hari-hari besar agama. Mereka juga menjaga keamanan dan kenyamanan bersama dan saling bertenggang rasa jika ada salah satu agama sedang beribadah. Di samping itu, pada hari-hari besar seperti hari Raya Idul Fitri, umat Islam memberikan kue kepada tetangganya yang beragama lain dan begitu juga sebaliknya. Terdapat juga organisasi pemuda-pemudi dari berbagai agama yang ada di daerah tersebut seperti Karang Taruna. Selain itu juga, pada acara-acara seperti pernikahan, kematian, sunatan, ulang tahun dan lain sebagainya masyarakat di Bintara juga saling membantu dan saling mengundang tanpa ada membedakan agama. Organisasi yang dijalankan oleh pemuda-pemudi dari berbagai agama yaitu Karang Taruna yang terdapat di Bintara setiap setahun sekali pada saat acara

17 Agustus mereka beramai-ramai bekerja sama untuk membuat acara ataupun menghiasi wilayah yang ada di Bintara seperti membuat bendera di sepanjang jalanan umum atau pun bergotong royong membersihkan lingkungannya masingmasing. Tidak hanya dalam acara hari-hari kenegaraan atau pun acara hari-hari besar keagamaan saja, tetapi mereka juga bergerak dalam bidang kemanusiaan seperti jika terjadi banjir atau pun ada salah satu masyarakat yang mengadakan hajatan atau dirundung kesedihan (kematian). Organisasi yang di gerakkan oleh pemuda/pemudi karang taruna ini sangat bermanfaat untuk melatih generasi baru dalam melatih kreatifitas mereka sendiri. Dapat terlihat pada masyarakat di wilayah Bintara di RW 06 mereka menamai karang taruna mereka dengan nama Rhumba. Mereka membuat tempat untuk pencuci mobil dan motor yang terbuka untuk umum, dan dana yang mereka dapatkan nanti digunakan untuk kegiatan mereka seperti membuat parade musik atau pun kegiatan lainnya. 2.3. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial. Kesatuan kekerabatan yang terkenal pada masyarakat Betawi adalah keluarga batih 4, yang terdiri dari suami dan isteri, serta anak-anak yang di dapat dari perkawinan atau adopsi. Dalam keluarga ini sering juga terdapat anggota keluarga lain seperti ibu mertua atau keponakan pihak laki-laki atau pun perempuan. Keluarga batih ini terbentuk melalui perkawinan, dimana setiap pengantin yang baru menikah biasanya sementara waktu menetap di kediaman si 4 Keluarga batih merupakan nama lain dari keluarga inti, yang terdiri dari bapak, ibu dan anak-anaknya tanpa keluarga yang lainnya

suami atau sering disebut dengan virilokal 5. Selanjutnya, mereka pindah dan menetap di tempat tinggal yang baru atau disebut dengan neolokal 6, tidak ke pihak laki-laki maupun pihak perempuan. Lain hal dengan masyarakat Betawi yang berada di Bintara kebanyakan dari meraka menetap atau bertempat tinggal dengan keluarga laki-laki meskipun kehidupan ekonomi mereka berkecukupan. Hal ini dikarenakan menurut mereka kebersamaan dengan keluarga lebih baik dan mereka dapat saling tolong menolong satu sama lain dan dapat lebih erat lagi hubungan persaudaraan mereka. Selain itu, disebabkan karena tanah yang mereka tempati masih tanah warisan nenek moyang mereka atau pun orang tua mereka. Hal ini seperti yang dikatakan oleh salah satu informan masyarakat asli Betawi yang dijumpai di Bintara yakni ; Saya tinggal bersebelahan dengan orang tua saya biar bisa bantu-bantu orang tua dan saudara saya karena orang tua saya sudah tua dan juga lebih enak dekat dengan orang yang sudah lama kita kenal. Selain itu juga, karena wilayah yang kami tempati juga masih tanah warisan nenek moyang kami (Wawancara tanggal 10 Januari 2009). Masyarakat Betawi juga merupakan salah satu dari sekian banyak suku bangsa di Indonesia yang manganut sistem kekerabatan bilineal. Asas bilateral menunjukan bahwa hubungan kekerabatan disusun berdasarkan garis keturunan dihitung dari dua belah pihak ayah dan ibu atau dihitung melalui orang tua lakilaki maupun wanita. Namun adat Betawi tidak membedakan antara anak laki-laki dan anak perempuan. 5 Virilokal yang dipraktikkan berulang-ulang generasi demi generasi menciptakan kelompok kerabat patrilineal lokal yang berpusat pada laki. Untuk itu peneliti menganalisa bahwa hal ini juga salah satu faktor adanya garis keturunan yang diambil dari laki-laki. 6 Neolokal merupakan tempat tinggal baru pada pasangan baru yang dimana dia tidak lagi dalam lingkungan keluarganya.

Dalam sistem kekerabatan masyarakat Betawi tidak ada klen/marga (seperti pada masyarakat Batak Toba). Sistem kekerabatan orang Betawi dipengaruhi oleh adat dan agama Islam. Perkawinan pada masyarakat Betawi umumnya dilakukan secara adat dan agama Islam, tampak sekali ketika upacara akad nikah atau ijab kabul dilakukan. Namun ada juga yang melakukan upacara perkawinan secara agama Kristen karena ada juga sebagian kecil dari masyarakat Betawi yang beragama Kristen. Masyarakat Betawi yang beragama Kristen tersebut adalah merupakan campuran dari penduduk lokal dan keturunan Portugis. Bagan di bawah ini menujukkan bahwa masyarakat Betawi garis keturunannya berdasarkan dari dua garis keturunan dari ayah dan ibu dan garis keturunan mereka ini sama dengan garis keturunan etnis Jawa. Di bawah ini adalah bagan garis keturunan bilateral menurut masyarakat Betawi.

Bagan 1 Bagan Garis Keturunan Bilateral = Laki-laki = Perempuan = Garis Keturunan = Ego Sumber : Buku Pengantar Antropologi Koentjaraningrat. Dalam mencari jodoh, baik pemuda maupun pemudi bebas memilih teman hidup mereka sendiri. Kesempatan untuk bertemu dengan calon kawan hidup itu tidak terbatas dalam desanya, maka banyak perkawinan pemuda pemudi desa tersebut dengan orang dari lain desa. Namun demikian, persetujuan orang tua kedua belah pihak sangat penting, karena orang tualah yang akan membantu terlaksananya perkawinan tersebut. Adat masyarakat Betawi pun tidak ada perkawinan yang dilarang (tabu) atau incest taboo, karena dalam masyarakat Betawi mereka tidak mengenal klen atau marga dalam sistem kekerabatan mereka sehingga dalam pencarian jodoh pun bebas kecuali perkawinan sedarah, adik dengan kakak kandung dengan satu orang tua yang sama.

Dalam masyarakat Betawi sendiri yang berada di Bintara maupun di wilayah lain memiliki satu sistem organisasi yang dinamakan dengan Forum Betawi Rempug (FBR) yang didirikan pada tanggal 29 Juli 2001. Organisasi ini merupakan sebuah perkumpulan bukan hanya untuk para pemuda-pemudi Betawi tetapi juga seluruh masyarakat yang asli orang Betawi. Organisasi ini dibangun untuk mempererat kekerabatan dan terjalinnya silahturahmi satu sama lain antara masyarakat Betawi sendiri. Selain itu, tujuan didirikannya FBR tersebut adalah untuk memajukan masyarakat Betawi sendiri agar mereka tidak tersingkir dari pesatnya pembangunan di ibu kota. Organisasi ini memiliki asas yang berlandaskan pada hukum Islam sehingga mereka kadang kala membuat suatu acara akbar seperti pengajian yang dibuat di tempat terbuka atau pun di tempat yang telah ditentukan. Selain itu juga tujuan dari dibuatnya lembaga FBR tersebut adalah untuk menggambarkan secara lengkap gambaran dari etnis Betawi tersebut. 2.4. Nilai-Nilai Budaya di Masyarakat Betawi Pada masyarakat Betawi nilai-nilai budaya sangat mereka jaga dan dihargai terutama pluralisme, saling toleransi antar masyarakat dan melestarikan kebudayaan yang mereka miliki. Sebagai contoh apabila di etnis Betawi mengadakan suatu acara seperti perkawinan, khitanan dan lain sebagainya, sangat terlihat rasa toleransi dan kerjasama yang kuat antara sesama masyarakat Betawi. mereka juga sangat menjunjung tinggi nilai-nilai hukum-hukum keagamaan yang mereka anut.

Sejalan dengan berkembangnya jaman dan terjadinya banyak interaksi dengan masyarakat dari suku yang berbeda maka nilai-nilai yang terkandung dalam adat istiadat kebudayaan masyarakat Betawi lambat laun mengalami banyak perubahan. Hal-hal yang berubah dapat kita lihat seperti dalam bidang kesenian maupun dalam upacara perkawinan. Namun dalam menyikapi hal tersebut masyarakat Betawi juga menyadari bahwa, lambat laun seiring dengan berkembangnya jaman maka tidak menutup kemungkinan nilai-nilai budaya Betawi semakin lama semakin pudar. Untuk itu, masyarakat Betawi membuat suatu komunitas dengan nama FBR (Forum Betawi Rempug) yang diharapkan dapat menjadi suatu wadah guna pelestarian budaya Betawi. Hal ini juga dilakukan untuk menunjukkan kepada masyarakat umum bahwa asumsi-asumsi yang timbul tentang etnis Betawi yang negatif dapat dirubah.