BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia)

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan kesempatan untuk melewati masa ini. tahun 2014, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Insomnia merupakan gangguan tidur yang terjadi pada jutaan orang di

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB I PENDAHULUAN. yang memompa dengan kuat dan arteriol yang sempit sehinggga darah mengalir

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. cenderung lebih cepat. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan

Topik : Infark Miokard Akut Penyuluh : Rizki Taufikur R Kelompok Sasaran : Lansia Tanggal/Bln/Th : 25/04/2016 W a k t u : A.

BAB I. Pendahuluan. melakukan pekerjaan tanpa memperdulikan kesehatan. Pekerjaan. hari dan berulang ulang akan mengakibatkan insomnia yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. dibuahi dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak tahun 2000, angka kejadian penyakit tidak menular semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.

I. PENDAHULUAN. satu sasaran dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat di negara maju maupun negara berkembang telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Lanjut usia adalah seseorang yang usianya lanjut, mengalami perubahan. serta dalam berperan aktif dalam pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Koroner dan penyakit Valvular ( Smeltzer, et., al. 2010). Gangguan

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tidur didefenisikan sebagai perubahan status kesadaran dimana persepsi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi jaringan tubuh. Salah satu teori penuaan menyebutkan bahwa sel sel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Di era globalisasi sekarang ini penyakit yang berhubungan dengan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan dua fase yaitu gerakan bola mata cepat atau Rapid Eye

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan proses fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan

BAB I PENDAHULUAN. pada wanita paruh baya. Kadar FSH dan LH yang sangat tinggi dan kadar

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. Niken Andalasari

HUBUNGAN TERAPI MANDI AIR HANGAT SEBELUM TIDUR DENGAN PENURUNAN KEJADIAN INSOMNIA PADA USIA LANJUT DI DESA TANJUNGAN WEDI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stres tidak dapat dipisahkan dari setiap aspek kehidupan. Stres dapat

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. mencapai di atas 7% dari keseluruhan penduduk Indonesia. 3

GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. adalah hipertensi. Dampak ini juga diperjelas oleh pernyataan World Health

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istirahat bagi tubuh dan jiwa, atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

PENGARUH YOGA TERHADAP TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL WENING WARDOYO UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah tahun, lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Data dari World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global,

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak yang berkualitas agar dapat melanjutkan cita-cita bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

Strategi pemulihan gangguan jiwa berdasar stress vulnerability model

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. akan lebih sulit memulai tidur, sering terbangun saat tidur hingga terbangun lebih

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh dan biasanya menyerang sel CD4 ( Cluster of

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan dapat menyebabkan sulit tidur (Potter dan Perry, 2005).

MASYARAKAT KINI. Penuh dengan individu yg merasa letih Senantiasa berjuang utk perlombaan hidup

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat agar tercapai derajat kesehatan yang optimal.salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan adalah meningkatnya umur harapan hidup. Meningkatnya umur harapan hidup artinya persentase penduduk lanjut usia (lansia) semakin meningkat (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah penduduk lansia di dunia saat ini diperkirakan sejumlah 500 juta jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009). Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah lanjut usia terbanyak di dunia. Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah lanjut usia di Indonesia yaitu 18,1 juta jiwa (7,6% dari total penduduk). Pada tahun 2015, jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia menjadi 18,781 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan mancapai 36 juta jiwa sedangkan jumlah penduduk lanjut usia di Jawa Tengah pada tahun 2015 sebanyak 11,79 juta jiwa hingga tahun 2025 diperkirakan akan mencapai 16,37 juta jiwa. Selain itu diperkirakan pada tahun 2035, Jawa Tengah termasuk 1

2 dalam lima provinsi dengan presentasi penduduk lanjut usia yang paling besar yaitu 14,9 % (Badan Pusat Statistik, 2013) Jumlah lansia yang semakin meningkat, dapat dipandang sebagai aset nasional, namun di sisi lain dapat dipandang sebagai problematika sosial yang memerlukan perhatian khusus yang disebabkan karena adanya siklus kehidupan manusia yang terus menerus mengalami proses penuaan secara biologis. Kondisi tersebut menimbulkan berbagai masalah, yaitu menurunnya kemampuan fisik dan mental, keterbatasan interaksi sosial, menurunnya produktifitas kerja, masalah kesehatan yang signifikan, meningkatnya jumlah lansia yang terlantar, bahkan yang lebih memprihatinkan adanya kasus lansia yang menjadi korban tindak kekerasan (Depsos, 2007). Pada lanjut usia kondisi dan fungsi tubuh pun semakin menurun sehingga semakin banyak keluhan fisik yang terjadi. Beberapa masalah yang sering muncul pada lanjut usia yaitu immobility (imobilisasi), instability (instabilitas dan jatuh),incontinence (inkontinensia), intellectual impairment (gangguan intelektual), infection (infeksi), impairment of vision and hearing (gangguan penglihatan dan pendengaran), isolation (depresi), inanition (malnutrisi), insomnia (gangguan tidur), hingga immune deficiency (menurunnya kekebalan tubuh) (Siburian, 2007).

3 Kozier (2011), menjelaskan bahwa proses degeneratif pada lansia meyebabkan terjadinya penurunan kondisi fisik, psikologis dan sosial. Salah satu dampak dari perubahan fisik yang sering dialami lansia adalah terjadinya gangguan tidur (insomnia). Insomnia merupakan ketidakmampuan dalam mencapai kualitas dan kuantitas tidur yang efektif, gangguan tidur dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius seperti penyakit jantung, serangan jantung, gagal jantung, hipertensi, stroke dan diabetes. Menurunnya kualitas tidur pada lansia disebabkan oleh meningkatnya latensi tidur, berkurangnya efisiensi tidur, terbangun lebih awal dan kesulitan untuk kembali tidur. Hal ini berhubungan dengan proses degeneratif sistem dan fungsi dari organ tubuh pada lansia. Penurunan fungsi neurontransmiter menyebabkan menurunnya produksi hormon melatonin yang berpengaruh terhadap perubahan irama sirkadian, sehingga lansia akan mengalami penurunan tahap 3 dan 4 dari waktu tidur NREM (NON- RAPID EYE MOVEMENT), bahkan hampir tidak memiliki fase 4 atau tidur dalam (Stanley,2006). Selanjutnya, Nugroho (2008) juga menegaskan bahwa peningkatan jumlah lansia akibat peningkatan usia harapan hidup menimbulkan masalah kesehatan yaitu gangguan tidur, yang mengakibatkan kuantitas tidur lansia akan semakin berkurang sehingga tidak tercapai kualitas tidur yang adekuat.

4 Menurunnya kualitas tidur lansia akan berdampak buruk terhadap kesehatan, karena dapat menyebabkan kerentanan terhadap penyakit, stres, konfusi, disorientasi, gangguan mood, kurang fresh, menurunnya kemampuan berkonsentrasi, ketidakmampuan membuat keputusan (Perry & Potter, 2009). Dampak lebih lanjut dari penurunan kualitas ini menyebabkan menurunnya kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas seharihari, sistem kekebalan tubuh melemah (penurunan sisten imun) yang nantinya akan berujung pada penurunan kualitas hidup pada lansia (Lo & Lee, 2012). Penatalaksanaan yang bertujuan meningkatkan kualitas tidur pada lansia pada umumnya terbagi atas terapi farmakologis dan non farmakologis. Terapi farmakologis memiliki efek yang cepat.namun penggunaan obat-obatan ini menimbulkan dampak jangka panjang yang berbahaya bagi kesehatan lansia. Dengan demikian diperlukan terapi non farmakologis yang efektif dan aman untuk meningkatkan kualitas tidur lansia. Penyembuhan secara nonfarmakologis terhadap gangguan tidur pada lansia sangat diperlukan untuk meminimalkan efek terapi farmakologis (Stanley & Beare, 2007). Prinsip penatalaksanaan non farmakologis untuk mengatasi gangguan tidur adalah peningkatan kenyamanan dan penurunan kecemasan.salah satu terapi non farmakologi yang berpotensi

5 mengurangi gangguan tidur adalah melakukan yoga. Yoga merupakan terapi non farmokologi yang efektif dibandingkan dengan terapi non farmakologi lainnya untuk mengatasi gangguan tidur. Gerakan yoga dapat membantu penderita insomnia untuk dapat tidur dengan nyenyak karena memberikan pengaruh positif pada pusat saraf otak yang akan melepaskan rasa kaku pada otot di tubuh dan memberikan ketenangan pikiran dan pada akhirnya membantu untuk tidur (Sindhu, 2013). Hal ini sejalan dengan jurnal hasil penelitian yang dilakukan oleh Indah (2014) yaitu tentang pengaruh yoga terhadap tingkat insomnia pada lansia membuktikan bahwa latihan yoga dapat menurunkan tingkat insomnia. Latihan yoga yang diberikan kepada lansia sesuai dengan kondisi fisik lansia, latihan yoga dengan gerakan yang pelan-pelan yang dikombinasikan dengan latihan pernapasan yang terkontrol dan rangkaian kontraksi peregangan otot serta relaksasi kelompok otot.latihan yoga dapat menstimulasi respon relaksasi baik fisik maupun psikologi.respon tersebut dikarenakan terangsangnya aktivitas sistem saraf otonom parasimpatis nuclei rafe yang terletak diseparuh bagian bawah pons dan di medula sehingga mengakibatkan penurunan metabolisme tubuh, denyut nadi, tekanan darah, dan frekuensi pernapasan serta peningkatan serotonin (Lebang, 2013). Yoga dapat pula disebut sebagai sebuah alat terapi. Banyak penyakit dan gangguan tubuh yang dapat

6 dilepaskan melalui berbagai posisi tubuh tertentu dan latihan pernafasan. Setiap orang dapat melakukan yoga tanpa memandang usia, ukuran, kelenturan, ataupun kesehatan (Cynthia, 2007). Yoga pranayama (relaksasi) memiliki efek menenangkan sistem saraf simpatik (yang membuat tubuh dalam kondisi tegang atau terstimulasi secara impulsif) ke sistem saraf parasimpatik (pengontrol kerja organ voluntary otomatis tubuh dan identik dengan rasa tenang dan nyaman)sehingga orang sulit tidur menjadi lebih tenang, tidur jadi lebih mudah, hal ini yang membuat penderita gangguan tidur memasuki alam tidur dengan lebih mudah (Lebang, 2013). Selain itu Widyantoro (2010) juga menjelaskan bahwa berlatih yoga seiring dengan kesadaran yang meningkat, pikiran yang bergejolak akan diredam. Yoga adalah suatu metode untuk menenangkan pikiran yang resah untuk kemudian diarahkan pada saluran yang konstruktif. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Panti Wredha Mandiri, dari hasil wawancara pada Ny. V selaku pengasuh lansia dipanti tersebut mengatakan bahwa jumlah lansia seluruhnya ada 13 orang (9 laki-laki dan 4 perempuan) dan sebagian besarmengalami gangguan tidur. Beliau mengatakan hal ini disebabkan karena kondisi fisik yang semakin menurun, adanya proses degeneratif seiring dengan bertambahnya usia kaum lansia

7 menyebabkan kebanyakan lansia mengalami gangguan tidur. Selain itu juga, melalui hasil wawancara kepada lansia di Panti Wredha Mandiri mengatakan bahwa sering kali mengalami gangguan tidur baik pada malam hari (susah untuk memulai tidur, sering terbangun, dan bangun lebih cepat) maupun pada siang hari (tetap terjaga walaupun sudah tidak lagi melakukan aktivitas). Dari hasil wawancara, mereka memiliki jam tidur rata-rata 4-5 jam dan sering terbangun pada malam hari sedangkan pada siang hari mereka bahkan tidak bisa tidur. Informasi yang juga peneliti dapatkan terkait terapi yang dilaksanakan untuk mengurangi gangguan tidur pun belum ada dan lansia dipanti juga belum mengetahui akan fungsi atau manfaat dari yoga pranayama. Selanjutnya Ny. V selaku pengasuh di Panti tersebut mengatakan belum ada kegiatan/olahraga seperti terapi yoga yang diterapkan untuk meningkatkan kualitas tidur lansia. Melalui hal di atas menjadi menarik untuk diteliti, dengan terapi yoga yang diiringi dengan musik klasik khususnya musik slowdengan latar suara alam sehingga akan menenangkan pikiran, rileks, mengistrahatkan tubuh yang relatif lebih murah, aman, dan nyaman untuk dilakukan oleh kaum lansia serta ada kemungkinan dapat mengatasi permasalahan gangguan tidur lansia.yoga memiliki manfaat yang sangat banyak bagi kesehatan secara keseluruhan, oleh sebab itu pemilihan musik juga sebaiknya dapat

8 mendukung dalam mencapai tujuan ini.bertolak dari hal tersebut, maka peneliti lebih jauh ingin mengatasi pengaruh positif yang diberikan oleh yoga dalam hal meningkatkan kualitas tidur pada lansia. Berdasarkan latar belakang diatas, maka menjadi inspirasi bagi peniliti untuk memberikan solusi yang tepat dalam mengatasi gangguan tidur pada lansia yang dapat berdampak buruk terhadap penurunan kondisi fisik pada lansia. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui terapi yoga. Atas pertimbangan ini, peneliti tertarik untuk melakukan penilitian tentang Pengaruh Terapi YogaTerhadap Peningkatan Kualitas Tidur Pada Lansia di Panti Wredha Mandiri Salatiga 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka ada beberapa permasalahan yang dapat ditemukan. Permasalah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut, yaitu : adanya peningkatan jumlah lansia di Indonesia dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah lansia menjadi problematika sosial yang sangat membutuhkan perhatian khusus dikarenakan pada lanjut usia kondisi dan fungsi tubuh semakin menurun sehingga semakin banyak keluhan yang terjadi. Dengan adanya peningkatan jumlah lansia akibat peningkatan usia harapan hidup tentunya akan menimbulkan beberapa masalah di bidang kesehatan, salah satunya adalah gangguan tidur. Gangguan

9 tidur menjadi salah satu masalah yang sering dialami oleh kaum lansia.menurunnya kualitas tidur lansia akan berdampak buruk terhadap kesehatan, karena dapat menyebabkan kerentanan terhadap penyakit, stres, konfusi, disorientasi, gangguan mood, kurang fresh, penurunan imunitas tubuh, menurunnya kemampuan berkonsentrasi dan kemampuan membuat keputusan. Kurangnya pengetahuan lansia akan fungsi/terapi yoga.penurunan kualitas tidur juga menyebabkan menurunnya kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang nantinya akan berujung pada penurunan kualitas hidup pada lansia. 1.3 Batasan Masalah Karena keterbatasan suatu penelitian sehingga dilakukan pembatasan masalah. Batasan masalah pada penelitian ini berfokus:1).terapi yoga memberikan kesempatan bagi tubuh dan pikiran untuk mengalami relaksasi yang sempurna. Dalam kondisi relaksasi (istirahat) yang sempurna itu, seluruh sel dalam tubuh akan mengalami reproduksi, menyeimbangkan produksi hormon tubuh dan pikiran mengalami penyegaran; 2). Kualitas tidur pada lansia sering mengalami gangguan dikarenakan proses penuaan yang dialami oleh lansia sehingga menyebabkan perubahan fisiologis yangberhubungan dengan proses degeneratif sistem dan fungsi dari organ tubuh pada lansia; 3).Populasi dalam penelitian ini

10 adalah lansia di Panti Wredha Mandiri Salatiga; 4). Penelitian ini dilaksanakan di Panti Wredha Mandiri Salatiga. 1.4 Rumusan Masalah Apakah terapi yoga dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas tidur pada lansia di Panti Wredha Mandiri Salatiga? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari terapi yoga terhadap peningkatan kaulitas tidur pada lansia di Panti Wredha Mandiri Salatiga 1.6 Manfaat Penelitian 1. 6. 1 Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi pengetahuan dalam bidang keperawatan sebagai sumber belajar mata kuliah khususnya keperawatan geriatri.serta diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan baik bagi peneliti maupun pembaca tentang pengaruh yoga terhadap peningkatan kualitas tidur lansia. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi panduan bagi kaum lanjut usia maupun keluarga dalam upaya meningkatkan kualitas tidur lansia.

11 1. 6. 2 Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat membantu lansia dalam memperbaiki kualitas tidurnya, sehingga menjadi motivasi kepada kaum lansia untuk rutin melakukan terapi yoga baik secara mandiri guna untuk memberikan rasa nyaman khususnya untuk memberikan tidur yang cukup sehingga kaum lansia dapat menikmati kehidupan di masa tuanya dengan tubuh dan pikiran yang sehat.selain itu, penelitian ini sebagai bahan masukan dan menjadi terapi alternatif yang dijadikan acuan sebagai kegiatan rutin dalam meningkatkan, memperbaiki kualitas tidur lansia, sekaligus sebagai upaya untuk mengatasi masalah gangguan tidur lansia di Panti Wredha Mandiri Salatiga.