BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat agar tercapai derajat kesehatan yang optimal.salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan adalah meningkatnya umur harapan hidup. Meningkatnya umur harapan hidup artinya persentase penduduk lanjut usia (lansia) semakin meningkat (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah penduduk lansia di dunia saat ini diperkirakan sejumlah 500 juta jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009). Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah lanjut usia terbanyak di dunia. Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah lanjut usia di Indonesia yaitu 18,1 juta jiwa (7,6% dari total penduduk). Pada tahun 2015, jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia menjadi 18,781 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan mancapai 36 juta jiwa sedangkan jumlah penduduk lanjut usia di Jawa Tengah pada tahun 2015 sebanyak 11,79 juta jiwa hingga tahun 2025 diperkirakan akan mencapai 16,37 juta jiwa. Selain itu diperkirakan pada tahun 2035, Jawa Tengah termasuk 1
2 dalam lima provinsi dengan presentasi penduduk lanjut usia yang paling besar yaitu 14,9 % (Badan Pusat Statistik, 2013) Jumlah lansia yang semakin meningkat, dapat dipandang sebagai aset nasional, namun di sisi lain dapat dipandang sebagai problematika sosial yang memerlukan perhatian khusus yang disebabkan karena adanya siklus kehidupan manusia yang terus menerus mengalami proses penuaan secara biologis. Kondisi tersebut menimbulkan berbagai masalah, yaitu menurunnya kemampuan fisik dan mental, keterbatasan interaksi sosial, menurunnya produktifitas kerja, masalah kesehatan yang signifikan, meningkatnya jumlah lansia yang terlantar, bahkan yang lebih memprihatinkan adanya kasus lansia yang menjadi korban tindak kekerasan (Depsos, 2007). Pada lanjut usia kondisi dan fungsi tubuh pun semakin menurun sehingga semakin banyak keluhan fisik yang terjadi. Beberapa masalah yang sering muncul pada lanjut usia yaitu immobility (imobilisasi), instability (instabilitas dan jatuh),incontinence (inkontinensia), intellectual impairment (gangguan intelektual), infection (infeksi), impairment of vision and hearing (gangguan penglihatan dan pendengaran), isolation (depresi), inanition (malnutrisi), insomnia (gangguan tidur), hingga immune deficiency (menurunnya kekebalan tubuh) (Siburian, 2007).
3 Kozier (2011), menjelaskan bahwa proses degeneratif pada lansia meyebabkan terjadinya penurunan kondisi fisik, psikologis dan sosial. Salah satu dampak dari perubahan fisik yang sering dialami lansia adalah terjadinya gangguan tidur (insomnia). Insomnia merupakan ketidakmampuan dalam mencapai kualitas dan kuantitas tidur yang efektif, gangguan tidur dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius seperti penyakit jantung, serangan jantung, gagal jantung, hipertensi, stroke dan diabetes. Menurunnya kualitas tidur pada lansia disebabkan oleh meningkatnya latensi tidur, berkurangnya efisiensi tidur, terbangun lebih awal dan kesulitan untuk kembali tidur. Hal ini berhubungan dengan proses degeneratif sistem dan fungsi dari organ tubuh pada lansia. Penurunan fungsi neurontransmiter menyebabkan menurunnya produksi hormon melatonin yang berpengaruh terhadap perubahan irama sirkadian, sehingga lansia akan mengalami penurunan tahap 3 dan 4 dari waktu tidur NREM (NON- RAPID EYE MOVEMENT), bahkan hampir tidak memiliki fase 4 atau tidur dalam (Stanley,2006). Selanjutnya, Nugroho (2008) juga menegaskan bahwa peningkatan jumlah lansia akibat peningkatan usia harapan hidup menimbulkan masalah kesehatan yaitu gangguan tidur, yang mengakibatkan kuantitas tidur lansia akan semakin berkurang sehingga tidak tercapai kualitas tidur yang adekuat.
4 Menurunnya kualitas tidur lansia akan berdampak buruk terhadap kesehatan, karena dapat menyebabkan kerentanan terhadap penyakit, stres, konfusi, disorientasi, gangguan mood, kurang fresh, menurunnya kemampuan berkonsentrasi, ketidakmampuan membuat keputusan (Perry & Potter, 2009). Dampak lebih lanjut dari penurunan kualitas ini menyebabkan menurunnya kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas seharihari, sistem kekebalan tubuh melemah (penurunan sisten imun) yang nantinya akan berujung pada penurunan kualitas hidup pada lansia (Lo & Lee, 2012). Penatalaksanaan yang bertujuan meningkatkan kualitas tidur pada lansia pada umumnya terbagi atas terapi farmakologis dan non farmakologis. Terapi farmakologis memiliki efek yang cepat.namun penggunaan obat-obatan ini menimbulkan dampak jangka panjang yang berbahaya bagi kesehatan lansia. Dengan demikian diperlukan terapi non farmakologis yang efektif dan aman untuk meningkatkan kualitas tidur lansia. Penyembuhan secara nonfarmakologis terhadap gangguan tidur pada lansia sangat diperlukan untuk meminimalkan efek terapi farmakologis (Stanley & Beare, 2007). Prinsip penatalaksanaan non farmakologis untuk mengatasi gangguan tidur adalah peningkatan kenyamanan dan penurunan kecemasan.salah satu terapi non farmakologi yang berpotensi
5 mengurangi gangguan tidur adalah melakukan yoga. Yoga merupakan terapi non farmokologi yang efektif dibandingkan dengan terapi non farmakologi lainnya untuk mengatasi gangguan tidur. Gerakan yoga dapat membantu penderita insomnia untuk dapat tidur dengan nyenyak karena memberikan pengaruh positif pada pusat saraf otak yang akan melepaskan rasa kaku pada otot di tubuh dan memberikan ketenangan pikiran dan pada akhirnya membantu untuk tidur (Sindhu, 2013). Hal ini sejalan dengan jurnal hasil penelitian yang dilakukan oleh Indah (2014) yaitu tentang pengaruh yoga terhadap tingkat insomnia pada lansia membuktikan bahwa latihan yoga dapat menurunkan tingkat insomnia. Latihan yoga yang diberikan kepada lansia sesuai dengan kondisi fisik lansia, latihan yoga dengan gerakan yang pelan-pelan yang dikombinasikan dengan latihan pernapasan yang terkontrol dan rangkaian kontraksi peregangan otot serta relaksasi kelompok otot.latihan yoga dapat menstimulasi respon relaksasi baik fisik maupun psikologi.respon tersebut dikarenakan terangsangnya aktivitas sistem saraf otonom parasimpatis nuclei rafe yang terletak diseparuh bagian bawah pons dan di medula sehingga mengakibatkan penurunan metabolisme tubuh, denyut nadi, tekanan darah, dan frekuensi pernapasan serta peningkatan serotonin (Lebang, 2013). Yoga dapat pula disebut sebagai sebuah alat terapi. Banyak penyakit dan gangguan tubuh yang dapat
6 dilepaskan melalui berbagai posisi tubuh tertentu dan latihan pernafasan. Setiap orang dapat melakukan yoga tanpa memandang usia, ukuran, kelenturan, ataupun kesehatan (Cynthia, 2007). Yoga pranayama (relaksasi) memiliki efek menenangkan sistem saraf simpatik (yang membuat tubuh dalam kondisi tegang atau terstimulasi secara impulsif) ke sistem saraf parasimpatik (pengontrol kerja organ voluntary otomatis tubuh dan identik dengan rasa tenang dan nyaman)sehingga orang sulit tidur menjadi lebih tenang, tidur jadi lebih mudah, hal ini yang membuat penderita gangguan tidur memasuki alam tidur dengan lebih mudah (Lebang, 2013). Selain itu Widyantoro (2010) juga menjelaskan bahwa berlatih yoga seiring dengan kesadaran yang meningkat, pikiran yang bergejolak akan diredam. Yoga adalah suatu metode untuk menenangkan pikiran yang resah untuk kemudian diarahkan pada saluran yang konstruktif. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Panti Wredha Mandiri, dari hasil wawancara pada Ny. V selaku pengasuh lansia dipanti tersebut mengatakan bahwa jumlah lansia seluruhnya ada 13 orang (9 laki-laki dan 4 perempuan) dan sebagian besarmengalami gangguan tidur. Beliau mengatakan hal ini disebabkan karena kondisi fisik yang semakin menurun, adanya proses degeneratif seiring dengan bertambahnya usia kaum lansia
7 menyebabkan kebanyakan lansia mengalami gangguan tidur. Selain itu juga, melalui hasil wawancara kepada lansia di Panti Wredha Mandiri mengatakan bahwa sering kali mengalami gangguan tidur baik pada malam hari (susah untuk memulai tidur, sering terbangun, dan bangun lebih cepat) maupun pada siang hari (tetap terjaga walaupun sudah tidak lagi melakukan aktivitas). Dari hasil wawancara, mereka memiliki jam tidur rata-rata 4-5 jam dan sering terbangun pada malam hari sedangkan pada siang hari mereka bahkan tidak bisa tidur. Informasi yang juga peneliti dapatkan terkait terapi yang dilaksanakan untuk mengurangi gangguan tidur pun belum ada dan lansia dipanti juga belum mengetahui akan fungsi atau manfaat dari yoga pranayama. Selanjutnya Ny. V selaku pengasuh di Panti tersebut mengatakan belum ada kegiatan/olahraga seperti terapi yoga yang diterapkan untuk meningkatkan kualitas tidur lansia. Melalui hal di atas menjadi menarik untuk diteliti, dengan terapi yoga yang diiringi dengan musik klasik khususnya musik slowdengan latar suara alam sehingga akan menenangkan pikiran, rileks, mengistrahatkan tubuh yang relatif lebih murah, aman, dan nyaman untuk dilakukan oleh kaum lansia serta ada kemungkinan dapat mengatasi permasalahan gangguan tidur lansia.yoga memiliki manfaat yang sangat banyak bagi kesehatan secara keseluruhan, oleh sebab itu pemilihan musik juga sebaiknya dapat
8 mendukung dalam mencapai tujuan ini.bertolak dari hal tersebut, maka peneliti lebih jauh ingin mengatasi pengaruh positif yang diberikan oleh yoga dalam hal meningkatkan kualitas tidur pada lansia. Berdasarkan latar belakang diatas, maka menjadi inspirasi bagi peniliti untuk memberikan solusi yang tepat dalam mengatasi gangguan tidur pada lansia yang dapat berdampak buruk terhadap penurunan kondisi fisik pada lansia. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui terapi yoga. Atas pertimbangan ini, peneliti tertarik untuk melakukan penilitian tentang Pengaruh Terapi YogaTerhadap Peningkatan Kualitas Tidur Pada Lansia di Panti Wredha Mandiri Salatiga 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka ada beberapa permasalahan yang dapat ditemukan. Permasalah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut, yaitu : adanya peningkatan jumlah lansia di Indonesia dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah lansia menjadi problematika sosial yang sangat membutuhkan perhatian khusus dikarenakan pada lanjut usia kondisi dan fungsi tubuh semakin menurun sehingga semakin banyak keluhan yang terjadi. Dengan adanya peningkatan jumlah lansia akibat peningkatan usia harapan hidup tentunya akan menimbulkan beberapa masalah di bidang kesehatan, salah satunya adalah gangguan tidur. Gangguan
9 tidur menjadi salah satu masalah yang sering dialami oleh kaum lansia.menurunnya kualitas tidur lansia akan berdampak buruk terhadap kesehatan, karena dapat menyebabkan kerentanan terhadap penyakit, stres, konfusi, disorientasi, gangguan mood, kurang fresh, penurunan imunitas tubuh, menurunnya kemampuan berkonsentrasi dan kemampuan membuat keputusan. Kurangnya pengetahuan lansia akan fungsi/terapi yoga.penurunan kualitas tidur juga menyebabkan menurunnya kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang nantinya akan berujung pada penurunan kualitas hidup pada lansia. 1.3 Batasan Masalah Karena keterbatasan suatu penelitian sehingga dilakukan pembatasan masalah. Batasan masalah pada penelitian ini berfokus:1).terapi yoga memberikan kesempatan bagi tubuh dan pikiran untuk mengalami relaksasi yang sempurna. Dalam kondisi relaksasi (istirahat) yang sempurna itu, seluruh sel dalam tubuh akan mengalami reproduksi, menyeimbangkan produksi hormon tubuh dan pikiran mengalami penyegaran; 2). Kualitas tidur pada lansia sering mengalami gangguan dikarenakan proses penuaan yang dialami oleh lansia sehingga menyebabkan perubahan fisiologis yangberhubungan dengan proses degeneratif sistem dan fungsi dari organ tubuh pada lansia; 3).Populasi dalam penelitian ini
10 adalah lansia di Panti Wredha Mandiri Salatiga; 4). Penelitian ini dilaksanakan di Panti Wredha Mandiri Salatiga. 1.4 Rumusan Masalah Apakah terapi yoga dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas tidur pada lansia di Panti Wredha Mandiri Salatiga? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari terapi yoga terhadap peningkatan kaulitas tidur pada lansia di Panti Wredha Mandiri Salatiga 1.6 Manfaat Penelitian 1. 6. 1 Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi pengetahuan dalam bidang keperawatan sebagai sumber belajar mata kuliah khususnya keperawatan geriatri.serta diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan baik bagi peneliti maupun pembaca tentang pengaruh yoga terhadap peningkatan kualitas tidur lansia. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi panduan bagi kaum lanjut usia maupun keluarga dalam upaya meningkatkan kualitas tidur lansia.
11 1. 6. 2 Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat membantu lansia dalam memperbaiki kualitas tidurnya, sehingga menjadi motivasi kepada kaum lansia untuk rutin melakukan terapi yoga baik secara mandiri guna untuk memberikan rasa nyaman khususnya untuk memberikan tidur yang cukup sehingga kaum lansia dapat menikmati kehidupan di masa tuanya dengan tubuh dan pikiran yang sehat.selain itu, penelitian ini sebagai bahan masukan dan menjadi terapi alternatif yang dijadikan acuan sebagai kegiatan rutin dalam meningkatkan, memperbaiki kualitas tidur lansia, sekaligus sebagai upaya untuk mengatasi masalah gangguan tidur lansia di Panti Wredha Mandiri Salatiga.