BAB I PENDAHULUAN. terhadap perekonomian dalam masyarakat di suatu Negara, bank sebagai lembaga

dokumen-dokumen yang mirip
Pembiayaan dan Perusahaan Pembiayaan (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008), h.21.

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan semakin bertambahnya kebutuhan hidup, terutama kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pasca krisis moneter tahun 1997, Perbankan syariah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menjalankan bisnis dengan izin operasional sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang universal dan komprehensif. Universal berarti

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia dewasa ini berjalan dengan

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tidak menawarkan sesuatu yang merugikan hanya demi sebuah keuntungan sepihak.

BAB I PENDAHULUAN. dari sistem perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai moraldan prinsip-prinsip syari ah Islam.

BAB I PENDAHULUAN. konvensional. Namun, orang awam dan orang-orang mengenal bank syari ah dari

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. note. Sedangkan menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. Muamalat Indonesia pada 1 November 1991 (Antonio, 2011:25). Pada mulanya,

BAB I PENDAHULUAN. Akad memfasilitasi setiap orang dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingannya

BAB I PENDAHULUAN. prinsip syariah sebagai dasar hukumnya berupa fatwa yang dikeluarkan oleh

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Oleh karena itu peranan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan sudah dimulai dari zaman dahulu,

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, semakin meningkat pula

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB I. Bandung, 2003, hal. xi 2 Undang-undang No. 10 Tahun 1998, Tentang Perbankan, hal. 5. Penerapan prinsip..., Indah Fajarwati, FH UI, 2011

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perekonomian dalam masyarakat di suatu Negara. Bank sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dana dan menyalurkan kredit secara efisien dan efektif kepada pengusaha. memperoleh soliditas dan kepercayaan.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perbankan di Indonesia didominasi oleh sistem bunga. Hampir semua

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dan neraca pembayaran yang biasanya ditangani oleh kementrian keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. penghubung antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. bertambah pula kebutuhan akan perumahan. Menurut teori Maslow yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Adapun salah satu ukuran keberhasilan suatu bank adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

BAB I PENDAHULUAN. kauangan, baik perorangan maupun lembaga, baik sosial atau perusahaan.

BAB IV ANALISIS PENETAPAN MARGIN PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BSM LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MUI

BAB I PENDAHULUAN. Kendala yang sering dipermasalahkan dan merupakan kendala utama adalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat untuk berkomunikasinya antar anggota keluarga dan juga. sebagai tempat berkumpulnya sebuah keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 31.

BAB I PENDAHULUAN. periode 5 tahun terakhir ini telah muncul bank-bank yang menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

BAB I PENDAHULUAN. melalui jasa kredit yang sangat dibutuhkan masyarakat dalam menjalankan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyimpanan dana tunai nya. Hal tersebut betolak belakang karena masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk adanya sebuah lembaga keuangan. Salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan pemerintah. dalam bentuk kredit maupun bentuk lainnya (Kasmir, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, bank

BAB I PENDAHULUAN. untuk investasi, modal kerja, maupun konsumsi. Salah satu sumber

I. PENDAHULUAN. Rumah merupakan suatu kebutuhan primer dan hak dasar manusia untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. properti dapat pula dijadikan sebagai pentujuk mulai membaiknya atau. ekonomi secara umum yang sedang berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN. melayani kebutuhan masyarakat melalui jasa-jasanya. 1 Perbankan syariah. Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perbankan Indonesia, Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, hlm.93.

BAB 1 PENDAHULUAN. sirkulasi perekonomian akan melahirkan tingkat inflasi yang begitu

AKAD MURABAHAH DAN APLIKASINYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah merupakan bagian dari sistem perbankan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional. Kegiatan utama dari perbankan syariah adalah

BAB I PENDAHULUAN. nasional memposisikan bank sebagai lembaga intermediasi dan penunjang

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Obyek Studi Gambaran Umum Bank BNI dan Unit Usaha Syariah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang membutuhkan dana disebut dengan debitur. satu, yang sering disebut dengan pooling of fund yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. syariah dapat berperan sebagai intermediasi antara unit-unit ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah ini salah satunya dicirikan dengan sistem bagi hasil (non bunga)

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

BAB I PENDAHULUAN. Index Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat diketahui perusahaan-perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yaitu. menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian di Indonesia yang semakin maju,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Salah satu lembaga moneter ini adalah Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. umat agama lain. Islam adalah rahmatan lil alamin rahmat bagi alam semesta.

BAB I PENDAHULUAN. Kata bank dapat diartikan sebagai tempat penyimpanan barang-barang

BAB IV PEMBAHASAN. ( Data Jumlah Pembiayaan kantor cabang Gunungpati II tahun )

BAB I PENDAHULUAN. sebagai roda kehidupan bagi perekonomian di seluruh negara-negara dunia. Sangat

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. peranan kredit dalan operasi bank sangat besar dan penting. Sebagian besar bank

BAB I PENDAHULUAN. bank mungkin giat dalam mempromosikan penawaran dan mengumpulkan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN. kajiannya. Lebaga ini berdiri berdasarkan SK Rektor No.Un.3/Kp.07.6/104/2007 tanggal

BAB I PENDAHULUAN. keberlanjutan entitas bisnis dan untuk mengukur kemampuan bersaing dalam

BAB I PENDAHULUAN. bidang perbankan merupakan salah satu bidang yang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai berpindah dan mempercayai Perbankan Syariah. Sesuai dengan

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. syariah prinsipnya berdasarkan kaidah al-mudharabah. Berdasarkan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Sistem ekonomi islam dengan konsep profit dan loss sharing yang. bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Fenomena menarik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah pada dasarnya merupakan pengembangan dari konsep

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang berpengaruh besar terhadap perekonomian dalam masyarakat di suatu Negara, bank sebagai lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi berbagai pihak, baik perusahaan swasta maupun perorangan dan badan badan pemerintah untuk menyimpan dananya. Melalui kegiatan pinjaman, pembiayaan, perkreditan, dan berbagai jasa yang ditawarkan oleh bank, sehingga seiring dengan berjalannya waktu, bank telah menjadi sebuah kebutuhan hidup bagi masyarakat di suatu negara. 1 1 M.Sulhan dan Ely Siswanto, Manajemen Bank Konvensional dan Syariah (Malang: UIN Malang Press, 2008), h.3. 1

2 Lembaga perbankan merupakan inti dari sitem keuangan dari setiap Negara. Keberadaan system keuangan ini diharapkan dapat melaksanakan fungsinya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediation) dan lembaga transmisi yang mampu menjembatani mereka yang berlebihan dana, dan kekurangan dana serta memperlancar transaksi ekonomi. 2 Menurut pengertiannya Bank adalah salah satu lembaga yang mendapat izin untuk mengerahkan dana masyaraat berupa simpanan dan penyaluran dalam bentuk pinjaman sehingga berfungsi sebagai lembaga perantara (intermediary institution) antara unit deficit dan unit surplus. 3 Saat ini perkembangan pasar keuangan syariah (financial market syariah) sedang marak di dunia, khususnya di Negara Negara yang mayoritas berpenduduk Muslim. Hal ini ditandai dengan berdirinya Islamic Financial Marketing di Kuala lumpur yang dipelopori oleh Negara Negara Islam. 4 Bank syariah berbeda dengan bank konvensional secara konsepsional, konsep dasarnya adalah adanya keseimbangan antara kehidupan dunia dan persiapan menuju kehidupan akhirat. Berbisnis atau melakukan tindak ekonomi juga harus mengikuti konsep tersebut, yaitu menjaga keseimbangan bukan sekedar memaksimalkan kekayaan. Bagi masyarakat yang memperoleh pinjaman atau 2 Thomas, Djuhaepah t.marala, Kelembagaan Perbankan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999), h.32. 3 Sutan Remy Syah Deni, Perbankan Syariah dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum di Indonesia (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1999), h.1. 4 Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2007), h.1.

3 kredit dari Bank konvensional diwajibkan untuk mengembalikan pinjaman tersebut beserta beserta bunga yang telah ditetapkan sesuai perjanjian antara bank dengan nasabah, sedangkan di bank syariah pengembalian pinjaman disertai dengan system bagi hasil yang sesuai dengan hukum islam. 5 Sebagai perantara keuangan, bank konvensional akan memperoleh keuntungan dari selisih bunga yang diberikan kepada penyimpan (bunga simpanan) dengan bunga yang diberikan kepada penyimpan (bunga simpanan) dengan bunga yang diterima dari peminjam (bunga kredit). Sedangkan bagi bank syariah tidak dikenal istilah bunga, karena bank syariah mengharamkan bunga. Pada bank syariah keuntungan yang diperoleh dikenal dengan istilah bagi hasil. Perbedaan prinsip operasional dalam lembaga keuangan dan perbankan syariah berdasarkan system bagi hasil, sedang pada lembaga keuangan dan perbankan non syariah (konvensional) berdasarkan system bunga. Dengan kata lain, kedudukan bank syariah dalam hubungannya dengan nasabah adalah sebagai mitra investor dan pedagang atau pengusaha, sedangkan pada lembaga keuangan dan non bank syariah sebagai kreditor dan debitor. 6 Dalam hal ini Indonesia sebagai negara yang mayoritas berpenduduk islam telah lama menunggu kehadiran lembaga keuangan yang sesuai dengan aturan yang berlaku dalam agama islam dalam hal ini terhindar dari bunga. Sistem bank 5 Sawr in kartika setiati, Tuntunan Praktis Menggunakan Jasa Perbankan Syariah (Jakarta: pikespublishing, 2008), h. 47. 6 Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2008), h. 142.

4 bebas bunga atau disebut pula bank Islam atau bank syariah tentu tidak dikhususkan bagi sekelompok orang saja melainkan didirikan guna melayani masyarakat banyak tanpa membedakan keyakinan yang dianut. Sama halnya seperti bank konvensional, bank syariah juga menawarkan berbagai produk perbankan terhadap nasabah, salah satunya yaitu produk pembiayaan, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak untuk mendukung investasi yang telah direncanakan. 7 Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Produk pembiayaan dalam bank syariah diantaranya adalah pembiayaan jualbeli istishnâ yaitu transaksi jualbeli pesanan dimana pihak pembeli memesan suatu barang kepada pihak penjual untuk dibuatkan mengenai pembayarannya dan cicilannya sesuai dengan perjanjian. Pembiayaan atas dasar pesanan ini seperti pembiayaan kontruksi atau manufaktur yang menggunakan pembiayaan bank syariah yang dipergunakan untuk objek barang yang diperjual belikan belum ada, seperti gedung atau pembangunan rumah. 8 7 Abdul Ghofur Anshori, Penerapan Prinsip Syariah Dalam Lembaga Keuangan Lembaga Pembiayaan dan Perusahaan Pembiayaan (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008), h.21. 8 Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2008), h. 25.

5 Pada pembiayaan istishnâ, nasabah selaku pembeli memesan terlebih dahulu kepada bank selaku penjual atas pengadaan atau manufaktur obyek tertentu. Setelah pesanan selesai, bank akan menjual kapada pemesan senilai harga awal ditambah dengan margin keuntungan bank. Dalam statistic pembiayaan perbankan syariah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, pembiayaan istishnâ merupakan pembiayaan yang prosentasenya lebih sedikit dibandingkan dengan pembiayaan yang lain seperti murabahah yang prosentasenya sebagai berikut: Tabel komposisi pembiayaan yang diberikan Bank umum syariah dan unit Usaha syariah 9 9 Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah, www.bi.go.id/2013/12, diakses tanggal 5 November 2014

6 Tabel 1. Komposisi Pembiayaan yang Diberikan Bank Akad 2011 2012 2013 2014 November Desember Mei Juni contract Akad Mudharabah Akad Musyarakah Akad Murabahah 10.229 12.023 13.878 13.625 13.802 13.802 Mudhar abah 18.960 27.667 38.680 39.874 42.830 42.830 Mushar akah 56.365 88.004 108.128 110.565 112.288 112.288 Muraba hah Akad Salam 0 0 0 0 0 0 Salam Akad Istishna 326 376 551 582 588 588 Istishna Akad Ijarah 3.839 7.345 10.462 10.481 10.319 10.319 Ijarah Akad Qard 12.937 12.090 9.133 8.995 8.057 8.057 Qard Total 102.655 147.505 180.833 184.398 187.885 187.885 Total

7 Dari penjelasan tentang pembiayaan istishnâ diatas, seharusnya istishnâ merupakan pembiayaan yang prosentasenya banyak di pakai oleh nasabah dikarenakan akad istishnâ juga diperuntukan untuk produk dalam perbankan syariah, akan tetapi dari data statistik perbankan syariah 2013-2014 pembiayaan istishnâ tidak lebih banyak dari akad lainnya. Dari penjabaran dan problematika diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih jauh permasalahan tersebut dalam skripsi ini dengan judul : Implementasi Akad Istishnâ dalam Produk Pembiayaan di PT. BTN Syariah Kantor Cabang Malang Menurut Fatwa DSN-MUI B. RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah dari penulisan ini adalah: 1. Bagaimana implementasi akad istishnâ dalam produk pembiayaan di PT BTN Syariah Kantor Cabang Malang? 2. Bagaimana implementasi fatwa DSN MUI tentang istishnâ pada produk pembiayaan istishnâ di BTN Kantor Cabang Syariah Malang? C. TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mengetahui implementasi akad istishnâ dalam produk pembiayaan di BTN Syariah Kantor Cabang Malang. 2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi Fatwa DSN MUI tentang istisnhâ pada produk pembiayaan istishnâ di BTN Kantor Cabang Syariah Malang. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Diharapkan dalam penulisan ini berpotensi memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu Hukum Bisnis Syariah yang berkaitan dengan fatwa DSN tentang pengaturan akad

8 Istishnâ pada BTN Kantor Cabang Syariah Malang, yang selanjutnya di implementasikan pada KPR serta dala penulisan ini diharapkan untuk selanjutnya menjadi sebah rujukan untuk penulisan selanjutnya. 2. Manfaat Praktis Khususnya untuk penulis diharapkan dalam penulisan mengenai fatwa DSN tentang pengaturan akad istishnâ sekaligus implementasinya terhadap BTN Syariah ini dapat menambah dan memperdalam ilmu teori teori yang pernah diterima penulis selama dalam bangku kuliah, selain itu merupakan syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum Islam (S. Hi) pada Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. E. DEFINISI OPERASIONAL 1. Implementasi: pelaksanaan implement. 10 Proses, cara. 2. Istishnâ : Istishnâ adalah akad yang mengandung tuntutan atau permintaan agar shani (produsen) membuatkan suatu barang (pesanan) dari mustshni (pemesan) dengan ciriciri dan harga tertentu yang penyerahan dan pembayarannya di lakukan di akhir. 3. DSN MUI: ialah dewan yang dibentuk oleh MUI dan mempunyai tugas dan kewenangan antara lain mengeluarkan fatwa atas jenis jenis kegiatan keuangan produk jasa keuangan. 11 F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN Di dalam sistematika penulisan, penulis akan menguraikan tentang gambaran pokok penulisan skripsi yang akan disusun dalam sebuah laporan yang sistematis, sehingga pada laporan penulis tersebut terdiri dari 5 (lima) bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut: 10 M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arloka, 1994), h. 247. 11 Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2008), h.200.

9 BAB I: PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan berisi mengenai alasan atau latar belakang diadakannya penelitian ini, yaitu tentang implementasi istishnâ dalam lembaga keuangan syariah terhadap peningkatan operasional bank syariah, serta dalam bab ini memuat tentang perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika pembahasan. BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini berisi tentang penelitian terdahulu dan kajian teori. Teori dasar yang mendasari analisis dari implementasi akad istishna pada produk pembiayaan di PT. BTN Syariah kantor cabang malang menurut fatwa DSN MUI. Terdapat kutian dari buku buku, website, maupun sumber literature lainnya yang mendukung penyusunan skripsi ini. BAB III, METODE PENELITIAN Metodologi penelitian yang merupakan instrument dari penulisan yang dimaksudkan untuk memperoleh dan menghasilkan penulisan yang bersifat sistematik dalam metode penulisan yang di dalamnya meliputi: jenis penelitian, pendekatan, lokasi penelitian, sumber data baik sumber data yang bersifat primer, sekunder dan tersier yang selanjutnya juga dijelaskan teknik pengumpulan data yang hal ini diperoleh dengan cara wawancara, selanjutnya dijelaskan juga mengenai teknik pengujian keabsahan data serta teknik pengolahan dan analisis data, yang mana metode analisis data yang digunakan sebagai penulis dalam menganalisis semua data yang diperoleh oleh peneulis yang hal tersebut akan dijelaskan pada bab III, sehingga pada bab III ini memiliki tujuan sebagai langkah langkah bagi peneliti di dalam penulisan yang dilakukan tersebut, sehingga dari sini apat dikethui metode apa yang digunakan oleh penulis di dalam penulisannya. BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

10 Pada bab ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan yang didalamnya memuat tentang kondisi umum objek penelitian, data hasil penelitian, dan analisa data atau pembahasan, dan dalam bab IV ini bertujuan untuk membahas serta mengupas segala apa yang diperoleh dari lapangan yang nantinya akan dianalisis dengan teori teori yang ada sehingga jadilah satu pembahasan yang sempurna. BAB V: PENUTUP Untuk yang terakhir disini merupakan bab V yang di dalamnya berisi penutup, yang berisi antara lain kesimpulan dan saran, yang di dalam kesipulan tersebut di paparkan mengeni point point yang merupakan hasil inti pokok dari data yang telah dikumpulkan dan kesimpulan merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah dipaparkan terlebih dahulu, dan saran memuat tentang berbagai hal hal yang belum atau tidak dilakukan dalam penulisan kali ini yang mana dari saran tersebut dapat dilakukan oleh penulis selanjutnya. Adapun dalam bab V ini memiliki tujuan sebagai penyimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat terjun ke lapangan.