INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum sp) PADA VARIETAS/GALUR DAN HASIL SORGUM

dokumen-dokumen yang mirip
KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS/GALUR SORGUM TERHADAP PENYAKIT ANTRAKNOSA. Soenartiningsih dan Rahmawati Balai Penelitian Tanaman Serealia

IDENTIFIKASI BEBERAPA PENYAKIT UTAMA PADA TANAMAN SORGUM DAN JAGUNG DI SULAWESI TENGAH

PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

REAKSI AKSESI PLASMA NUTFAH JAGUNG TERHADAP PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora philippinensis)

SIKLUS PENYAKIT DAN PENGHITUNGAN INTENSITAS PENYAKIT TANAMAN. Compilled by N.Istifadah

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 2 Tahun

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

SUMBER INOKULUM PENYAKIT BULAI Peronosclerospora philippinensis PADA TANAMAN JAGUNG

Respon Beberapa Galur Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) pada Fase Pertumbuhan Vegetatif Terhadap Cendawan Rhizoctonia solani (Kuhn)

Teknologi Produksi Ubi Jalar

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

UJI PATOGENISITAS Fusarium moniliforme SHELDON PADA JAGUNG ABSTRAK

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN INTISARI

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia komoditas tanaman pangan yang menjadi unggulan adalah padi,

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TATA CARA PENELITIAN

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

PENDAHULUAN. Tanaman jagung yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L.,

PENGANTAR. Latar Belakang. Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia.

PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN

UJI GALUR/VARIETAS JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

STATUS SORGUM SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL. A. Haris Talanca Balai Penelitian Tanaman Serealia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sungai Niger di Afrika. Di Indonesia sorgum telah lama dikenal oleh petani

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) Produksi Benih Jagung Hibrida

III. BAHAN DAN METODE

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT HAWAR DAUN (Exserohilum turcicum Pass. Leonard et Sugss.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

SI KARAT TEBU DI MUSIM HUJAN

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA. disusun oleh: Vishora Satyani A Listika Minarti A

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Juli 2017 di Laboratorium Bioteknologi dan Greenhouse Fakultas

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UJI EFEKTIVITAS FUNGISIDA SAROMIL 35SD (b.a. Metalaksil) TERHADAP PENYAKIT BULAI (Peronsclerospora philippinensis) PADA TANAMAN JAGUNG

I. PENDAHULUAN. keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian C3 B1 C1 D2 A2 E2 B3 C2 E3 B2 D3 A1. Keterangan:

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora maydis)

Tinggi tongkol : cm : Menutup tongkol cukup baik

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dimulai dari bulan Juni sampai

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan energi dunia yang dinamis dan semakin terbatasnya cadangan energi

III. BAHAN DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

Gambar 1. Varietas TAKAR-1 (GH 4) Edisi 5-11 Juni 2013 No.3510 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Perbanyakan Inokulum BCMV Persiapan Lahan dan Tanaman Uji

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di jalan Depag, Komplek Perumahan. Wengga 1 Blok B Nomor 54 Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat Rancangan Percobaan Yijk ijk

LAMPIRAN. Lampiran 1. Lay Out Penelitian Rancangan Acak Lengkap

Anonim

BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta.

PENGUJIAN GALUR-GALUR HARAPAN JAGUNG TOLERAN KEKERINGAN DI PAPUA. Fadjry Djufry dan Arifuddin Kasim Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

KEPARAHAN PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA CABAI (Capsicum annuum L) DAN BERBAGAI JENIS GULMA

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

Daya Hasil 15 Galur Cabai IPB dan Ketahanannya terhadap Penyakit Antraknosa yang Disebabkan oleh Colletotrichum acutatum

KONTAMINASI FUNGI Aspergillus sp. PADA BIJI JAGUNG DITEMPAT PENYIMPANAN DENGAN KADAR AIR YANG BERBEDA

III. BAHAN DAN METODE. Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung. Penelitian ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

Peluang Usaha Budidaya Cabe Merah

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

I. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PENYAKIT KARAT DAUN (Puccinia polysora Underw.) DI DATARAN RENDAH ABSTRACT

I. METODE PENELITIAN. Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Juni 2011 sampai Januari 2012.

UJI HAYATI MIKORIZA Glomus fasciculatum TERHADAP PATOGEN Sclerotium rolfsii PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L. var.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA LIMBAH PLTU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT DAN INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM

SKRIPSI IDENTIFIKASI DAN PERKEMBANGAN PENYAKIT JAMUR PADA SORGUM MANIS DI LAHAN MARGINAL DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cabai (Capsicum annuum L.) adalah salah satu komoditas hortikultura

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dinamakan akar adventif (Duljapar, 2000). Batang beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang dan pada bagian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

Transkripsi:

INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum sp) PADA VIETAS/GALUR DAN HASIL SORGUM Soenartiningsih dan A. Haris Talanca Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros ABSTRAK Penyakit antraknosa yang disebabkan oleh cendawan Colletotrichum sp merupakan salah satu penyakit utama pada sorgum dan dapat menurunkan produksi hingga mencapai 5%. Penyakit ini mempunyai tanaman inang cukup banyak sehingga agak sulit untuk dikendalikan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui ketahanan dan penurunan hasil apabila tanaman sorgum terserang penyakit antraknosa, penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas serangan yang tertinggi adalah pada Varietas Watar Hammu putih dengan intensitas serangan 8,8%, sedangkan galur 4-183 A, dan 5-193C mempunyai intensitas serangan masing-masing mencapai 45,7% dan 47,2%. Selanjutnya pada galur 15131 B, 152A, dan galur 1521 A mempunyai intensitas serangan masing-masing 45,6%, 5,75%, dan 4,2%. Penurunan hasil akibat penyakit antraknosa pada varietas Watar Hammu putih, galur 4-183A, galur 5-193 B, galur 15131 B, dan galur 152 A, serta galur 1521 A, masing-masing 62,78%, 36,92%, 42,73%, 43,9%, dan 41,89%, serta 48,24%. Serangan penyakit antraknosa pada tanaman sorgum dapat menurunkan hasil panen sekitar 36,92% 62,78%. Kata kunci: Sorgum, Antraknosa, Colletotrichum sp, dan Galur PENDAHULUAN Sorgum (Sorghum bicolor L) merupakan tanaman serealia yang cukup baik untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai adaptasi lingkungan yang cukup luas, khususnya pada lahan marginal. Sorgum merupakan komoditas alternatif untuk pangan, pakan dan industri. Produksi sorgum di Indonesia masih sangat rendah dengan rata-rata produksi,72 ton/ha, tetapi untuk daerah di Jawa timur, Nusa tenggara barat dan Nusa tenggara timur produksi sorgum bisa mencapai 1,5 ton/ha (Sirappa, 23). Salah satu penyebab rendahnya produksi sorgum karena adanya serangan hama dan penyakit. Penyakit yang banyak menyerang tanaman sorgum adalah penyakit Antraknosa disebabkan oleh cendawan Colletotrichum sp. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit utama pada sorgum. dan pertama kali ditemukan di Italia pada tahun 1852 pada pertanaman jagung, sedang di Amerika Serikat pada tahun 1855, dan di texas pada tahun 1912 (Frederiksen, 1986). Penyakit antraknosa juga menyebabkan benih mengalami damping off, dan di awal infeksi pada tanaman dapat menimbulkan luka kecil yang berbentuk bulat panjang tetapi tidak menimbulkan jelaga, dapat mengurangi pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut, dalam kasus yang parah tanaman mati sebelum mereka mencapai kedewasaan. Menurut Casela et al., (21) pada minggu ke 6, hifa cendawan ini ditemukan menyelubungi permukaan akar dan menyerang epidermis, korteks, dan jaringan pembuluh. Setelah 6 minggu terjadi Infeksi cendawan Collectrotichum sp. dapat menyebabkan terjadi pengkerdilan tanaman, nekrosis akar lebih cepat contohnya pada kematian tanaman stroberi dapat mencapai 1% (Wharton dan Uribeondo, 24) 134

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 27 Mei 21 Penyakit ini berkembang baik pada tempat-tempat yang mempunyai kondisi panas dan lembab. Cendawan ini memiliki beberapa inang alternatif selain sorghum yaitu jagung, gandum, tebu, dan sekelompok jenis rumput-rumputan tertentu. Kehilangan hasil bisa mencapai 5% tetapi hal ini tergantung pada varietas dan waktu tanaman sorgum. Penyakit Antraknosa selain menyebabkan kerugian serius pada sorgum juga menyebabkan kerugian yang besar pada gandum. Menurut Chala, et al., 29 bahwa tinggi rendahnya intensitas serangan penyakit antraknosa dipengaruhi oleh temperatur, kelembaban sekitar pertanaman, dan curah hujan. BAHAN DAN METODE Daun sorgum yang terinfeksi cendawan Colletotrichum sp. dipotong kecil-kecil (,25 cm 2 ) lalu diisolasi pada media PDA sampai didapatkan biakan murni, kemudian diinkubasi selama 14 hari di dalam inkubator, hasil pemurnian tersebut kemudian diperbanyak di media PDA. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dengan perlakuan enam varietas/galur sorgum, yaitu 1. Watar Hammu Putih, 2. A-4-183, 3. C-5-193, 4. B-15131, 5. A-52, 6. A-5921, dan tiga ulangan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap. Penanaman 4 biji sorgum dilakukan pada setiap polybag yang berisikan tanah 5 kg, pupuk kompos, Urea, Ponskha, SP36, dan KCl. Setelah tumbuh diperjarang dengan menyisakan 2 tanaman pada setiap polybag. Inokulasi dilakukan pada tanaman sorgum umur 3 hst dengan menyemprotkan suspensi inokulum cendawan Colletotrichum, sp. Pengamatan intensitas serangan penyakit antraknosa dilakukan pada 2, 4 dan 6 minggu setelah inokulasi, dan pengamatan hasil dilakukan setelah panen. Intensitas serangan penyakit antraknosa dihitung dengan menggunakan rumus menurut Mayee dan Datar (1986) : (n x V) I = ------------- x 1% ZN Keterangan : I = Intensitas serangan N = Jumlah pelepah yang terserang pada setiap kategori untuk setiap tanaman V = Nilai skor pada setiap pelepah yang terserang Z = Nilai skor yang tertinggi N = Jumlah pelepah yang diamati pada setiap serangan HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala umum penyakit antraknosa pada tanaman gandum menurut Corrales and Frederiksen, (1978) adalah pada awal infeksi terjadi bintik-bintik kecil dan mengalami pelukaan sampai 5 mm. Bintikbintik kecil ini makin lama membesar dan menyatu sehingga daun menjadi layu. Infeksi pertama terjadi di bawah lalu menyebar diatas daun maupun batangnya. Bercak daun berbentuk bulat panjang dengan warna ungu sampai kemerah-merahan. Jika terjadi infeksi lebih awal maka tanaman akan mengalami kematian lebih cepat dan tidak mengalami kedewasaan. Pada Varietas yang peka penyakit ini dapat menyebabkan tanaman kerdil dan juga bisa mengalami damping off (Gambar 1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas serangan penyakit antraknosa pada setiap varietas/galur sorgum bervariasi, dan terus berkembang dengan meningkatnya umur tanaman. (Tabel 1). Pada Tabel 1. terlihat bahwa pada pengamatan pertama yaitu 4 minggu setelah inokulasi, intensitas serangan berkisar 6,95 15,5%. Selanjutnya pada 6 minggu setelah tanam terjadi peningkatan 135

intensitas serangan penyakit, dimana varietas Watar hammu Putih mencapai 42,8%, sementara galur 1521-A persentase serangan hanya 19,4%. Pada pengamatan 8 minggu setelah inokulasi masih terjadi peningkatan intensitas serangan pada semua perlakuan dibandingkan dengan intesitas serangan pada pengamatan sebelumnya, yaitu Watar hammu putih, 4-183 A, 5-193 C, 15131 B, 152 A, dan 1521 A masing-masing 8,8, 45,7, 47,2, 45,6, 5,75, dan 4,2%. Berdasarkan pada kriteria tingkat ketahanan, maka varietas Watar hammu putih mempunyai kategori Rentan, dan yang lainnya adalah Agak Rentan. Gambar 1. Gejala penyakit antraknosa (Colletotrichum, sp) pada tanaman sorgum Tabel 1. Rata-rata intensitas penyakit antraknosa pada 6 varietas/galur sorgum Varietas/galur Diinokulasi antraknosa 1. Watar Hammu Putih 2. 4-183 A 3. 5-193 C 4. 15131 B 5. 152 A 6. 1521 A Kontrol (Tanpa diinokulasi) 7. Watar Hammu Putih 8. 4-183 A 9. 5-193 C 1. 15131 B 11. 152 A 12. 1521 A Intensitas serangan (%) 4MSI 6MSI 8MSI 15,5 1,5 6,95 7,2 8,4 7,7 42,8 23,8 25,5 2,6 23,2 19,4 8,8 45,7 47,2 45,6 5,75 4,2 Kriteria Ketahanan R Pengamatan hasil panen sorgum pada setiap perlakuan menunjukkan bahwa perlakuan kontrol (tanpa inokulasi cendawan Colletotrichum, sp.) hasilnya lebih tinggi dibanding dengan perlakuan yang diinokulasi (Tabel 2). Berdasarkan data pada Tabel 2 bahwa semua varietas/galur yaitu Varietas Watar Hammu putih, dan galur 4-183A, 5-193 C, 15131 B, 152 A, serta 1521 A penurunan hasilnya masing-masing 136

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 27 Mei 21 mencapai 62,78%, dan 36,92%, 42,73%, 43,9%, 41,89%, serta 48,24%. Adanya penurunan hasil disebabkan oleh terganggunya system fotosintesis pada daun, karena gejala nekrosis. Untuk melihat lebih jelas hasil panen sorgum pada perlakuan tanpa inokulasi dan yang diinokulasi cendawan Colletotrichum, sp. pada setiap varietas/galur dapat dilihat pada (Gambar 2). Tabel 2. Rata-rata produksi dari 6 varietas/galur sorgum Varietas/galur sorgum Diinokulasi antraknosa 1. Watar Hammu Putih 2. 4-183 A 3. 5-193 C 4. 15131 B 5. 152 A 6. 1521 A Kontrol (Tanpa diinokulasi) 7. Watar Hammu Putih 8. 4-183 A 9. 5-193 C 1. 15131 B 11. 152 A 12. 1521 A Rata-rata hasil panen Varietas/galur sorgum (gram) 1,85 13,75 15,26 17,45 13,25 15,5 29,15 21,8 26,65 3,75 22,8 29,95 35 Rata rata hasil panen Varietas/galur sorgum (g) 3 25 2 15 1 Kontrol Terinfeksi antraknosa 5 Watar Hammu Putih 4 183 A 5 193 C 15131 B 152 A 1521 A Gambar 1. Rata-rata hasil panen pada tanaman sorgum dengan perlakuan tanpa inokulasi dan diinokulasi cendawan Colletotrichum sp. Pada Gambar 2 terlihat varietas Watar Hammu Putih, 15131-B, dan 1521A merupakan hasil lebih tinggi dibanding lainnya masing-masing 29,15; 3,75; dan 29,95 g, adanya perbedaan hasil panen sorgum yang disebabkan karena adanya gangguan penyakit antraknosa, sehingga dalam pengembangan sorgum hendaknya memperhatikan penyakit ini sebagai masalah dalam upaya peningkatan hasil panen. 137

KESIMPULAN Beberapa varietas/galur sorgum yang diuji terhadap penyakit antraknosa, tidak satu pun yang memperlihatkan tingkat ketahanan yang tinggi. Varietas Watar hammu putih mempunyai tingkat ketahanan dengan kategori rentan dan galur-galur lainnya dengan kategori agak rentan. Intensitas serangan penyakit antraknosa berpengaruh terhadap penurunan hasil tanaman sorgum. Makin tinggi intensitas serangan penyakit antraknosa pada tanaman sorgum, maka penurunan hasil juga tinggi. DAFT PUSTAKA Casela, C.R., F.G. Santos and A.S. Ferreira, 21. Reaction of sorghum genotypes to the anthracnose fungus Colletotrichum graminicola. Fitopathologia Bra., 26: 197-2. Chala, A., T. Alemu, L.K. Prom and A.M. Tronsmo, 29. Effect of host genotypes and Weather variables on the severity and temporal dynamics of sorghum anthracnose in Ethiopia. Plant Pathol.J.,9:39-46. Corrales, M.A., and Frederiksen, R.A.1978. Sorghum anthcnose. Proceedings of the Internstionsl Workshop on sorghum Disease. Hyderabad, India. Frederiksen, R. A. 1986. Compendium of Sorghum disease. Published by The American Phytopathological Society. St. Paul, Minnesota. USA. 82 p. Sirappa, M. P. 23. Prospek Pengembangan Sorgum di Indonesia Sebagai Komoditas Alternatif untuk Pangan, Pakan dan Industri. Jurnal Litbang Pertanian. 22 (4). Wharton, P.S. and J.D. Uribeondo. 24. Biology Colletotrichum acutatum. An. Jard. Bot. Madr. 61:3-22. Mayee, C.F. and V.V. Datar. 1986. Phytopathometry. Departement of Plant Pathology. Maratwada Agricultural Univ. India. 146 pp. 138