BAB IV DAKWAH ISLAM DI JEPARA KETIKA KEPEMIMPINAN KERAJAAN KALINYAMAT. peninggalannya berupa masjid di desa Mantingan kecamatan Tahunan kabupaten

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. tauhid, mengubah semua jenis kehidupan yang timpang kearah kehidupan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

BAB V PENUTUP. Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan

Pendidikan Agama Islam

ISLAMIC CENTRE DI KABUPATEN DEMAK

BAB II DESA SENDANGDUWUR. Sebelah Selatan Wilayah Kecamatan Paciran serta memiliki Luas Wilayah + 22,5

Cagar Budaya Candi Cangkuang

FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK DALAM PENINGKATAN BELAJAR UKIR KAYU (Studi Kasus: Pada Sanggar Ukir Di Jepara)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO

BAB I PENDAHULUAN. Adapun batas-batas wilayah administratif kabupaten Jepara adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bangunan masjid. Masjid merupakan bangunan yang penting dan tidak dapat

SENI KRIYA. Drs. Hery Santosa, M. Sn. DRS. TAPIP BAHTIAR, M.Ds. APRESIASI KARYA SENI KRIYA NUSANTARA. tbahtiarapresiasisenikriya'2008 1

Sambutan Presiden RI Pd Silaturahmi dg Peserta Musabaqah Hifzil Quran, tgl 14 Feb 2014, di Jkt Jumat, 14 Pebruari 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bentuk ekspresi seniman memiliki sifat-sifat kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN. serta mudah dipahami oleh orang awam lantaran pendekatan-pendekatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013

c. Preferensi Fiqih Dalam Beragama di Demak Dipengaruhi oleh Kondisi Lokal dan Keikutsertaan Pada Ormas Islam d. Budaya Ziarah Makam Wali yang

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM

ANALISA PERKEMBANGAN MOTIF UKIRAN DI JEPARA PADA ABAD KE-16 HINGGA ABAD KE-17

yang berhubungan dengan aturan agama Islam. Hal yang wajib dilakukan secara tertib adalah melaksanakan shalat. Shalat merupakan tiang agama Islam

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB V PENUTUP. masjid yang didirikan di Indonesia. Masjid telah menjadi salah satu bangunan. atau RW, instansi pendidikan, dan instansi pemerintahan.

Makalah. Di susun guna memenuhi tugas. Dosen Pengampu : Di susun oleh. 1. Yudha arta mukti 2. Wahyu lelana 3. Sekarwati 4. Laily qodryati 5.

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten

Matakuliah : W0122 SEJARAH SENI RUPA 2 Tahun : 2009/2010. SENI RUPA TIMUR SENI ISLAM Pertemuan 12

BAB I PENDAHULUAN. Hakikatnya dakwah adalah suatu yang telah melekat pada diri manusia bersamaan

BAB I PENDAHULUAN. tradisional, dengan karakter dan gaya seni masing-masing. kepentingan dan fungsi-fungsi dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Hijriyah atau pada abad ke tujuh Masehi. Ketika itu, berbagai agama dan

Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa dapat :

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Maamun Al-Rasyid Perkasa Alamsjah IX yang menjadi Sultan ketika itu. Menurut

MENGENAL ISLAM. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK H. U. ADIL, SS., SHI., MH. Modul ke: Fakultas ILMU KOMPUTER

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

BAB II SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI JEPARA. utara Pulau Jawa sudah ada sekelompok penduduk yang diyakini orang-orang itu

BAB V KESIMPULAN. Pada akhir abad XVII hampir seluruh Pulau Jawa secara. resmi beragama Islam, tetapi dengan intensitas yang berdeda.

BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. Grafindo Persada, 2012),hlm Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja

BAB I PENDAHULUAN. Tengah. Jepara adalah salah satu daerah terpenting di Jawa pada saat itu. Dalam

MASJID CHENG HOO SURABAYA

AKULTURASI BUDAYA PADA INTERIOR MASJID INDRAPURI DI ACEH BESAR

BAB I PENDAHULUAN. Secara biologis manusia diklasifikasikan sebagai homosapiens yaitu sejenis

BAB I PENDAHULUAN. permukaannya. Misalnya furniture sebagai tempat penyimpan biasanya

manusia, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Identitas manusia jejak langkah hidup manusia selalu membutuhkan komunikasi.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kewajiban umat Islam untuk melaksanakan shalat, rukun kedua dari agama

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM

PEMBUKAAN MUSABAQAH TILAWATIL QURAN TINGKAT NASIONAL XXII, 17 JUNI 2008, DI SERANG, PROPINSI BANTEN Selasa, 17 Juni 2008

PUSAT KEBUDAYAAN ISLAM DI YOGYAKARTA

JURNAL KAJIAN TENTANG SENI BANGUN MASJID BAITURROHMAN (MAKAM SUNAN KUNING) DI DESA MACANBANG KECAMATAN GONDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG

AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi

Tauhid Yang Pertama dan Utama

BAB I PENDAHULUAN. menyebarluaskan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat. Dalam mengajak umat

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

BAB IV ANALISIS PERANAN KEGIATAN WAQI AHAN DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK PESERTA DIDIK DI MADRSAH DINIYAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Judul WOOD CARVING PROMOTION AND INFORMATION CENTER DI DESA INDUSTRI KREATIF MULYOHARJO JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB IV TANGGAPAN MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP PEZIARAH DAN MOTIVASI PEZIARAH KE MAKAM KH. ALI MAS UD. A. Tanggapan Masyarakat dari Sisi Positif

SENI ORNAMEN DALAM KONTEKS BUDAYA MELAYU RIAU

BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR MAKAM KADILANGU (SUNAN KALIJAGA) DEMAK

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK DALAM KITAB AKHLAK LIL BANIN JUZ I DI PONDOK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Waktu itu baru fakultas agama dan kemasyarakatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Fungsi Seni kerajinan Ukir Batu Padas Sukawati II. Oleh Drs. I Wayan Suardana, M.Sn

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang seluas-luasnya. Sebagai bagian dari arsitektur, mesjid merupakan konfigurasi dari

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Dengan melaksanakan shalat,

BAB I PENDAHULUAN. orang, dengan agama manusia dapat membedakan dan memilih mana yang baik dan

2016 LIMBAH KAYU SEBAGAI BAHAN CINDERAMATA SITU LENGKONG PANJALU CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

ISLAMISASI NUSANTARA Materi Ke 2. HIKMATULLOH, M.PdI

BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA PENGAJIAN TAFSIR AL-QUR AN DAN UPAYA PEMECAHANNYA DI DESA JATIMULYA KEC. SURADADI KAB. TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

Pengaruh Islam dalam Kepemimpinan Indonesia

BAB IV ANALISIS. A. Faktor-faktor Penghambat

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

Transkripsi:

BAB IV DAKWAH ISLAM DI JEPARA KETIKA KEPEMIMPINAN KERAJAAN KALINYAMAT Pada masa kepemimpinan Ratu Kalinyamat, kerajaan Kalinyamat mempunyai peran yang sangat penting dalam penyebaran dan pengembangan agama Islam. Bukti peran Ratu Kalinyamat dalam bidang agama tampak dalam peninggalannya berupa masjid di desa Mantingan kecamatan Tahunan kabupaten Jepara. Salah satu cara Ratu Kalinyamat dalam mengembangkan Islam dengan menggunakan seni dan budaya. Kesenian dapat dimanfaatkan sebagai sarana dakwah dan penyebaran agama Islam. Masjid dan makamnya di Mantingan terdapat ukir-ukiran yang terbuat dari batu yang mengandung budaya bernuansa Hindu, juga mengandung budaya yang bernuansa Islam. Disana terdapat proses akulturasi budaya yang harmonis. Budaya Hindu yang terdapat di ukiran masjid Mantingan adalah ukiran itu sendiri, yang mana kita tahu ukiran itu begitu mirip dengan ukiran candi-candi Hindu, dan budaya Islam sendiri ialah dirubahnya bentuk binatang menjadi stilasi sulur-suluran yang tidak bertentangan dengan agama Islam. Di dalamnya memiliki muatan nilai-nilai tersendiri, ada misi dan pesan syiar Islam di balik visual estetik, tersamar menjadi stilasi sulur-suluran berbentuk ukir-ukiran indah, yang berfungsi sebagai hiasan dinding masijid. Di bidang seni hias, timbul masalah di kalangan seniman, yaitu larangan penggambaran makhuk hidup seperti tertuang dalam pedoman seni Hindus. Terhadap masalah itu, oleh perajin dengan mudah dapat mencari pemecahannya.

58 Hal yang bertentangan dengan agama Islam di hilangkan, dan yang tidak bertentangan dipertahankan dan dikembangkan untuk mengisi sisi-sisi kebutuhan hidup sesuai norma dan budaya Islam. Hiasan berbentuk binatang telah dirubah dan tersamar ke dalam sulur-suluran berbentuk tanaman yang unik, rumit, dan estetis sehingga layak digunakan sebagai hiasan dinding masjid. Perwujudan bentuk-bentuk binatang yang tersamar dalam sulur-suluran itu adalah suatu pemecahan terhadap larangan menggambarkan makluk hidup. Karena di dalam hukum Islam, dilarang untuk menggambar makluk hidup, oleh karena itu Ratu Kalinyamat menggantinya dengan stilasi sulur-suluran berbentuk ukiran indah. Dari bukti penjelasan diatas, tercermin ketaatan Ratu Kalinyamat dalam menjalankan syariat Islam. 1 Hal serupa dapat dilihat dalam kehidupan orangorang Jepara, suatu komunitas masyarakat yang tekun terhadap syariat dan norma agama hingga saat ini. Dengan demikian untuk mematuhi larangan seperti tertulis dalam hadits nabi agar tidak melukiskan makhluk hidup, maka dibuatlah stilasi dan gubahan. Apa yang telah dilakukan Ratu Kalinyamat berhasil melahirkan inovasi dan kreasi baru dalam bidang ornamen, yaitu hadirnya gaya seni Islam kaligrafi Arab dalam bentuk seni ukir. 2 Sampai saat ini kerajinan ukir di Jepara masih terus dilakukan oleh masyarakat Jepara, malahan hasil ukir dari Jepara ini bisa menembus kualitas ekspor, dan di ekspor ke beberapa Negara di eropa. 1 Gustami, Seni Kerajinan Mebel Ukir Jepara: Kerajinan Estetik Melalui Pendekatan Multidisiplin (Yogyakarta: Kanisius, 2000), 102. 2 Ibid,.102.

59 Selain melalui seni dan budaya, kerajaan Kalinyamat juga mempunyai beberapa strategi untuk menyebarkan dan mengembangkan Islam di Jepara seperti, melalui pendidikan Islam, mendirikan masjid untuk sarana dakwah dan pembelajaran, dan juga membentuk sebuah komunitas santri. Di bawah ini penjelasan dari beberapa strategi Ratu Kalinyamat untuk menyebarkan dan mengembangkan Islam pada masa kepemimpinannya. A. Menumbuhkan Kesadaran Masyarakat Terhadapat Pentingnya Pendidikan Agama Islam Pada masa kepemimpinan Ratu Kalinyamat, didirikan sebuah lembaga pendidikan untuk menunjang masyarakat belajar tentang agama Islam. Sehubungan dengan lembaga pendidikan yang dikembangkan Ratu Kalinyamat berkaitan erat dengan proses Islamisasi di Nusantara. Orang-orang yang baru masuk Islam mempelajari dan mendalami ajaran-ajaran Islam dan menjalankan shalat serta membaca Al-Qur an dengan benar. Pelajaran agama ini diberikan di masjid Mantingan oleh para wali dan Ratu Kalinyamat sebagai pembimbing bagi masyarakat Islam di Jepara. Di sinilah anak-anak, pemuda dan masyarakat belajar, belajar rukun iman dan pengetahuan Islam sebagai dasar keyakinan dan amalan Islam. 3 Di lembaga pendidikan masjid Mantingan, masyarakat mempelajari ajaran Islam dalam bentuknya yang sangat sederhana, yaitu belajar membaca Al-Qur an dari pengenalan huruf-huruf serta tanda-tandanya. Mempelajari Juz amma yang 3 Ibid,. 56.

60 ayatnya pendek-pendek agar mudah dihafal. Sebagai lanjutannya mereka mengaji seluruh Al-Qur an di sertai cara-cara beribadah yaitu, cara berwudhu, sholat, puasa, dan akhlak. Tentang sistem pelaksanan pendidikan dan pengajaran agama Islam di Jepara oleh Ratu Kalinyamat, yaitu dengan mendirikan masjid Mantingan pada tahun 1481 saka atau 1559 Masehi yang menjadi sentral diajarkannya pendidikan agama di bawah pimpinan seorang badal untuk menjadi seorang guru, yang menjadi pusat pendidikan dan pengajaran serta sumber agama Islam. 4 Proses pendidikan dalam Islam memang erat sekali hubungannya dengan masjid ketika itu. Masyarakat Jepara telah memanfaatkan masjid sebagai tempat beribadah sekaligus sebagai lembaga pendidikan keagamaan dan pengajaran Islam. Tidak heran jika pada waktu itu sebuah masjid sangat penting kedudukannya dalam sebuah kerajaan yang bernuansa islam. Pada umumnya wali suatu daerah akan di panggil dengan sebutan Sunan, ditambah dengan nama daerahnya. 5 Memang antara kerajaan Demak dengan para wali terjalin hubungan yang bersifat khusus, yang boleh dikatakan semacam hubungan timbal balik, dimana sangatlah besar peranan para wali di bidang dakwaah dan juga Raden Patah sendiri menjadi raja adalah atas keputusan para wali dan dalam hal ini para wali tersebut juga sebagai penasehat dan juga pembantu raja. Demikian pula wilayah Jepara yang berada di bawah kekuasaan kerajaan Demak yang di pimpin oleh Ratu Kalinyamat dengan suaminya yang 4 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia; Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), 35. 5 Ibid,. 35.

61 bergelar Pangeran Hadiri. Mempunyai hubungan yang sangat erat dengan para wali di tanah Jawa. Bahkan Pangeran Hadiri sendiri adalah murid dari Sunan Kudus. 6 Dengan kondisi seperti inilah, maka sasaran pendidikan dan dakwah Islam meliputi kalangan pemerintah dan masyarakat umum. Adanya kebijakan para wali menyiarkan agama yang mendapat dukungan dari pemerintah dengan memasukkan pendidikan dan pengajaran Islam dalam segala cabang ilmu dan kebudayaan yang sangat menggembirakan, sehingga agama Islam dapat tersebar di seluruh wilayah Jepara. B. Mendirikan Masjid Pada masa kepemimpinan Ratu Kalinyamat, di Jepara didirikan sebuah masjid sebagai salah satu sarana dakwah Islam dan juga sebagai sarana pembelajaran agama Islam seperti yang di tulis diatas. Masjid yang didirikan oleh Ratu Kalinyamat diberi nama masjid Mantingan. Ratu Kalinyamat mendirikan masjid Mantingan ini pada tahun 1481 saka atau 1559 Masehi berdasarkan pada petunjuk dari Candrasengkala yang terukir pada mihrab masjid yang berbunyi Rupa Brahmana Warna Sari 7 masjid ini juga diyakini sebagai masjid kedua yang didirikan umat Islam Jawa setelah masjid Agung Demak. Masjid Mantingan, selain untuk beribadah juga digunakan oleh Ratu Kalinyamat sebagai penyebaran agama Islam di Jepara dan dengan kesenian pula dapat dimanfaatkan sebagai sarana dakwah dan penyebaran agama Islam. Masjid 6 Serat Kandhaning Ringgit Purwa KBG no 7, H.246-247. 7 Oudheidkundig verslag: - Oudheidkundig verslag 1930 (Batavia: Terbitan KBG, 1931)

62 Mantingan, seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya, selain mengandung unsurunsur budaya bernuansa Islam juga mengandung unsur-unsur budaya tradisional (Hindu-Budha). Disana terdapat proses akulturasi yang terjalin harmonis. Di dalamnya memiliki muatan nilai-nilai tersendiri yaitu ada misi dan pesan syiar Islam di balik bentuk visual estetik, tersamar menjadi stilasi sulur-suluran berbentuk ukir-ukiran indah yang berfungis sebagai hiasan dinding masjid. Di samping pengaruh Hindu dan Islam, pada masjid Mantingan juga ditemukan unsur-unsur gaya seni Cina. Hal ini dibuktikan melalui hiasan medallion yang terdapat pada dinding masjid. 8 Menurut pendapat Uka Tjandrasasmita, faktor mengenai latar belakang gaya bangunan dan beberapa ukiran yang menunjukkan kelanjutan tradisi pra- Islam mungkin disebabkan para pembuatnya mempunyai maksud-maksud yang lebih dalam dari pada itu. Maksud tersebut antara lain untuk menarik perhatian masyarakat yang belum masuk Islam sehingga mereka senang mengunjungi masjid. 9 Selain itu ukiran-ukiran tersebut juga sebagai penghias dinding masjid agar terlihat indah. Yang menarik perhatian masyarakat untuk datang ke masjid ialah latar belakang adanya makam Sultan dan keluarga orang-orang yang di anggap keramat, dimakamkan di belakang masjid yang di kelilingi oleh makam abdi sultan dan masyarakat. Di masjid Mantingan inilah masyarakat tetap berkunjung 8 Gustami, Seni Kerajinan Mebel Ukir Jepara, 100. 9 Uka Tjandrasasmita, Pertumbuhan dan Perkembangan kota-kota Muslim di Indonesia dari Abad XVI sampai XVIII Masehi (Kudus: Menara Kudus, 2000), 65.

63 pada waktu-waktu tertentu untuk berziarah ke makam Sultan Hadiri dan orangorang yang di anggap keramat seperti : 1. Sunan Hadiri 2. Ratu Kalinyamat 3. Patih Sungging Badar Duwung 4. Dan lain-lain Mantingan adalah tempat penting untuk sejarah Islam di Jawa, di sana juga terdapat benda-benda penting dalam sejarah kesenian Jawa, di antaranya yaitu batu-batu yang dipahat dan berasal dari sebuah masjid dari tahun 1559 Masehi. 10 Dari bukti itu tercermin pada aktifitas pembuatan mebel ukir di Indonesia yang telah lama dikenal. Pengenalan itu sejalan dengan perkembangan kebutuhan kehidupan, kemajuan dan fasilitas umum. Kehadiran produk mebel dan ukiran dalam kehidupan umat manusia untuk memenuhi kebutuhan benda fungsional dalam arti fisik, kehadirannya juga memberikan arti ekonomi. Oleh karena itu jenis barang yang diproduksi sangat bervariasi, mulai dari perabot rumah tangga, perangkat istana kerajaan dan tempat peribadatan yang sangat erat kaitannya dengan aktifitas pembangunan. 11 Kegiatan pertukangan di Jepara yang telah dikenal penduduk sejak berabad lampau. Pada masa pemerintahan Demak, di Jepara hadir tokoh wanita yaitu Ratu Kalinyamat yeng berhasil mengantarkan Jepara sebagai ibukota 10 G.F. Pijper, Beberapa Studi Tentang Sejarah Islam di Indonesia 1900-1950 (Jakarta: UI-Press, 1984), 15. 11 Hasan Muarif Ambary, Menemukan Peradaban; Jejak Arkeologi dan Histori Islam Indonesia (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1998), 185.

64 pelabuhan terpenting di Utara tanah Jawa. Kalinyamat berhasil mengembangkan kegiatan pertukangan seperti membuat kapal dan perundagian menjadi sangat maju, terutama dalam hubungannya dengan pembangunan tempat ibadah. Sampai saat ini masjid Mantingan masih terjaga dan terawat, di dalam masjid terdapat sebuah mimbar dan beduk kuno yang diyakini sudah ada sejak awal masjid itu didirikan. Menurut Ali Syafi i juru kunci makam dan masjid Mantingan mengatakan mimbar dan beduk yang ada di dalam masjid itu diperkirakan ada sejak awal masjid itu di buat karena tidak pernah diceritakan oleh kakek-kakeknya sejak kapan mimbar dan beduk itu ada di masjid Mantingan. Pada saat ayah dan kakek beliau masih kecil, mimbar dan beduk itu sudah ada di dalam masjid Mantingan tersebut. 12 Masjid Mantingan tepatnya ada di Tahunan Jepara dan sampai saat ini banyak orang yang mendatangi makam dan masjid Mantingan tersebut untuk berziarah. C. Membentuk Komunitas Islam Santri Dalam konteks kemanusiaan, masyarakat itu di bentuk dan membentuk komunitas dengan sendirinya yang bertujuan untuk saling menguatkan, tolongmenolong dan saling menyempurnakan. Lantas apa yang sesungguhnya dinamakan mamsyarakat atau umat Islam. Arti masyarakat Islam dengan mengadopsi definisi masyarakat yaitu suatu kelompok manusia yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan agama yakni Islam. 12 Ali Syafi I, wawancara, Jepara, 5 mei 2016.

65 Demikian pula di Jepara, sebagian besar adalah pemeluk agama Islam, namun terdapat beberapa ragam dalam pembelajaran agama Islam. Mereka mengaku Islam, tetapi sekaligus dalam kategori umum yang sama mereka sendiri dengan jelas membedakan antara para santri, yaitu orang muslim yang saleh yang menjalankan syariat Islam dengan sungguh-sungguh, dan para abangan yang tidak seberapa mengindahkan ajaran-ajaran agama Islam, sementara cara hidupnya lebih dipengaruhi oleh tradisi Jawa pra-islam. Tadisi tersebut menekankan kepada integrasi unsur-unsur Islam, Hindu, Budha dan kepercayaan asli sebagai satu sinkretisme Jawa yang mendasar dan sering dinamakan agama Jawa. Karena masyarakat Jepara tergolong masyarakat yang taat dan patuh menjalakan ajaran agama Islam, tekun melaksanakan shalat lima waktu, dan taat menjalakan rukun Islam, selain itu juga terdapat pengajian-pengajian yang dilaksanakan di masjid Mantingan. Maka Ratu Kalinyamat membentuk komunitas Islam santri di Jepara. Yang lebih berpengaruh dalam mempertahankan Islam adalah inti para mukminin yang giat, yaitu para kyai dan ulama yang merupakan inti pola kehidupan santri. Bagi sebagian masyarakat Jepara, pandangan dunia kaum ulama sebagai golongan elit lebih terkemuka daripada pandangan dunia kaum bangsawan. Bagian masyarakat ini tinggal dalam lingkungan masjid, namun dibagian lain dalam masyarakat pandangan dunia kaum bangsawan jauh lebih terkemuka. Perkembangan dua golongan masyarakat itu menurut dua golongan elit yang berbeda, yaitu kyai dan ulama pada satu pihak serta kaum dunia arah pikiran

66 yang berlainan. Sejak waktu itulah masyarakat Jepara terpaksa membedakan anatra mereka yang mendasarkan pandangan dunianya pada asas-asas Islam, yaitu para santri, dengan mereka yaitu para abangan. Sesuai dengan itu kaum muslimin Jepara telah terbelah menajadi golongan santri dan golongan abangan. Tetapi ini tidak berarti terdapat ragam-ragam antara kedua golongan tersebut. 13 Perbedaan antara santri dan abangan di sini diukur berdasarkan pada kebaktian dan kepatuhan seseorang dalam mengamalkan syariat Islam. Pertama yaitu santri, orang saleh yang memeluk agama Islam dengan sungguh-sungguh dan dengan teliti menjalankan perintah-perintah agama Islam sebagaimana yang diketahuinya sambil berusaha membersihkan akidahnya dari syirik yang terdapat di daerahnya. Tetapi mereka di ikut sertakan dalam upacara-upacara agama yang dilakukan oleh umat Islam atau sekurang-kurangnya ia menunjukkan rasa menyatu dengan umat Islam secara keseluruhan. Kedua, abangan yang secara harfiah berarti yang merah yang di ambil dari kata abang. Istilah ini dinisbatkan pada orang Islam, Jawa yang tidak seberapa memperhatikan perintah-perintah agama Islam dan kurang teliti dalam memenuhi kewajiban-kewajiban agama. 14 Namanya saja muslim, tetapi cara hidupnya masih banyak dikuasai oleh tradisi pra-islam Jawa. Tradisi ini menitik beratkan pada pemaduan unsur-unsur Islam, Hindu, Budha dan unsur-unsur asli sebagai sinkretisme Jawa yang dianggap sebagai tradisi rakyat. Jadi perbedaan antara santri dan abangan itu digolongkan dengan mengacu pada tingkah laku religiusnya. Seorang santri lebih 13 Zaini Muchtarom, Santri dan Abangan di Jawa (Jakarta: INIS, 1988), 24-25. 14 Ibid., 5.

67 religius dari pada seorang bangan. Pengertian santri dan abangan dalam arti ini dapat dianggap sebagai dua subkultur yang berbeda dalam kebudayaan Jawa. Dibentuknya sebuah komunitas Islam santri pada masa Ratu Kalinyamat adalah sebagai gambaran sejarah pola tata kota muslim terutama di pusat-pusat kerajaan yang mempunyai perkampungan sendiri-sendiri. Karena itu kita jumpai dalam sumber-sumber sejarah, babad, hikayat, cerita tradisional, berita-berita asing dan bukti adanya perkampungan itu. Semua itu memberikan bukti bahwa memang ada perkampungan yang mendapat pengakuan dari kerajaan seperti kampung Paciran, Pakajon, Pakauman, Kademangan, Kpatihan, Kasatrian, Pangukiran, dan lain-lain. Jadi jika diteliti perkampungan tersebut ada yang berdasarkan pada kedudukan, keagamaan, dan kekaryaan. Perkampungan Pakauman yang menjadi salah satu komunitas muslim.