Volume 12, Nomor 2, Hal. 19-24 ISSN 0852-8349 Juli Desember 2010 PERTUMBUHAN BIBIT MANGGIS ASAL SEEDLING(Garcinia mangostana L.) PADA BERBAGAI KONSENTRASI IBA [GROWTH OF MANGOSTEEN SEEDLING (Garcinia mangostana L.) AT SEVERAL IBA CONCENTRATIONS] Helmi Salim, Nyimas Myrna E.F.dan Yulia Alia Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi 36361 Abstract A field experiment to evaluate effect of IBA concentration on growth of mangosteen seedling was carried out at Experimental Farm, Agricultural Faculty, Jambi University, from Mei through to September 2009. The experiment was arranged in a Randomized Block Design with five replications. The treatmen consisted of five consentration of IBA i.e. : 0 ppm; 50 ppm; 100 ppm; 150 ppm and 200 ppm. The result showed that IBA concentration increasing root growth of mangosteen seedling, and 100 ppm of IBA consentration given the highest root growth of mangosteen seedling. Key words: mangosteen, IBA. PENDAHULUAN Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah asli tropik yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Saat ini, manggis merupakan komoditas buah ekspor Indonesia. Manggis di luar negeri dikenal sebagai Queen of Fruits dan The Finest Fruit of Tropis, karena memiliki keistimewaan warna kulit dan daging buah serta rasa yang unik yaitu manis, asam dan menyegarkan, selain itu manggis juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Buah manggis segar merupakan sumber vitamin dan mineral yang sangat bermanfaat bagi tubuh manusia. Direktorat Gizi (1981, dalam Rukmana 1998) menyatakan bahwa dalam 100 g daging buah manggis segar mengandung 63 kalori, 0,6 g protein, 0,6 g lemak, 15,6 g karbohidrat, 8 mg kalsium, 12 mg fosfor, 0,8 mg zat besi, 0,03 vitamin B 1, 2 mg vitamin C dan 83 g air. Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa volume dan nilai ekspor manggis Indonesia di pasar dunia terus meningkat dari tahun ke tahun. Puncaknya dicapai pada tahun 1995 dimana volume ekspor mencapai 3.283.847 kg dengan nilai ekspor sebesar 2.688.666 dolar US. (Enita, 2001). Namun demikian ternyata volume dan nilai ekspor setelah itu menunjukkan penurunan, walaupun dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2000-2004) nilai ekspor manggis masih memberikan sumbangan terbesar terhadap total nilai ekspor buah-buah yang lebih dari 30% (Anwaruddin, 2007). Penyebabnya dapat dilacak dari produktivitas tanaman dan mutu buah yang dihasilkan. Produksi manggis yang ada sekarang ini umumnya berasal dari tanaman rakyat yang belum dibudidayakan secara intensif. Dengan demikian tidak mengherankan jika produktivitas buah yang dihasilkan masih rendah. Menurut Poerwanto (2000) produktivitas manggis di Indonesia berkisar 30-70 kg per pohon, jauh lebih rendah dibandingkan dengan Malaysia yang produktivitas manggisnya mencapai 200-300 kg per pohon. Selain produktivitasnya masih rendah, mutu buah yang dihasilkan juga rendah. Menurut Anwaruddin (2007) dari 19
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains. total produksi yang dihasilkan hanya 5 20 % saja yang dapat diekspor. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan peningkatan ekspor perlu dilakukan peningkatan produksi dan produktivitas tanaman manggis melalui penumbuhan sentra-sentra produksi baru dan pemantapan sentra produksi yang telah ada. Untuk itu dibutuhkan bibit manggis asal seedling dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang singkat. Permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan bibit manggis ini adalah memerlukan waktu yang relatif lama untuk mendapatkan bibit yang siap tanaman. Hal ini disebabkan oleh lambatnya pertumbuhan akar bibit manggis. Bila pertumbuhan akar bibit ini dapat dipacu menjadi lebih cepat, maka upaya penumbuhan sentra produksi baru dengan penggunaan bibit manggis asal seedling dapat dilaksanakan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian zat pengatur tumbuh tanaman. Menurut Heddy (1989), senyawa-senyawa indole yaitu IPA (indole-3- propionic acid) maupun IBA (indole-3-butyric acid) terbukti aktif dan digunakan sebagai ZPT perakaran. IBA mempunyai sifat yang lebih baik dan efektif dari pada IAA dan NAA. Dengan demikian IBA paling cocok untuk merangsang aktifitas perakaran, karena kandungan kimianya lebih stabil dan daya kerjanya lebih lama. IAA biasanya mudah menyebar ke bagian lain sehingga menghambat perkembangan serta pertumbuhan tunas dan NAA dalam mempergunakannya harus benar-benar tahu konsentrasi yang tepat yang di perlukan oleh suatu jenis tanaman, bila tidak tepat akan memperkecil batas konsentrasi optimum perakaran (Wudianto, 1998). Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa pemberian IBA dalam upaya mempercepat pertumbuhan akar pada bibit manggis sangatlah diperlukan. Namun demikian konsentrasi yang tepat belum diketahui. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat pengaruh konsentrasi IBA terhadap pertumbuhan bibit manggis dan mendapatkan konsentrasi yang memberikan pertumbuhan akar yang terbaik. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi Desa Mendalo Darat, Kabupaten Muaro Jambi. Penelitian berlangsung selama lebih kurang 5 bulan, dimulai pada bulan Mei dan berakhir pada bulan September 2009. Bahan yang digunakan adalah bibit manggis varietas lokal yang berumur 2 bulan 12 hari asal seedling, IBA, insektisida Supracide, fungisida Dithane M-45 serta Bayfidan 250 EC (Triadimenol), pupuk kandang, tanah lapisan atas atau top soil, polybag ukuran 10 x 15 cm dan 20 x 25 cm, kayu, paku, atap rumbia. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), satu faktor yaitu konsentrasi IBA yang terdiri dari 5 taraf perlakuan, yaitu: 0 ppm IBA, 50 ppm IBA, 100 ppm, 150 ppm IBA, 200 ppm IBA. Masing masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali sehingga diperoleh 25 petak percobaan. Setiap petak terdiri dari 8 bibit manggis sehingga jumlah bibit manggis seluruhnya adalah 200 bibit. Penyemaian benih manggis dilakukan dalam media tanam tanah, pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan 1:1:1. Pada areal tempat persemaian dibuat naungan dari atap rumbia dengan ketinggian 125 cm di bagian timur dan 80 cm di bagian barat. Ukuran polybag yang digunakan berukuran 10 x 15 cm. Benih tanaman manggis yang digunakan berasal dari jenis manggis varietas lokal yang berasal dari satu pohon induk yang telah berbuah minimal 2 kali. Biji yang baik diambil dari buah yang mempunyai isi 5-6 segmen daging buah. Biji yang digunakan adalah yang berukuran berat 1 g atau lebih yang telah dibersihkan dari daging buahnya. Setelah bersih dari daging buah, biji manggis direndam fungisida Dithane M-45 sebanyak 3 g L -1 air selama 2-3 menit, setelah itu 20
Helmi Salim, dkk.:pertumbuhan Bibit Manggis Asal Seedling (Garcinia mangostana L.) pada Berbagai Konsentrasi IBA dikeringanginkan dan kemudian di semai pada polybag kecil. ZPT IBA diberikan dengan cara akar bibit manggis direndam dalam larutan dengan berbagai konsentrasi sesuai dengan taraf perlakuan yang diberikan. Perendaman akar bibit manggis dilakukan selama 1 jam. Pemberian perlakuan dilakukan pada saat transplantasi atau bibit akan dipindahkan ke polybag yang lebih besar. Pemindahan bibit manggis dilakukan pada saat berumur 2 bulan 12 hari dengan 4 helai daun normal setelah diberi perlakuan. Bibit manggis dipindahkan ke polybag lebih besar yang diisi media campuran tanah, pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan 1:1:1. Pemeliharaan bibit tanaman manggis meliputi penyiraman, penyiangan serta pengendalian hama penyakit tanaman serta pemupukan. Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari, untuk penyiangan dilakukan secara manual menggunakan tangan atau pisau kecil. Untuk mengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan menyemprotkan insektisida Supracide (Metidation 0,2%) dan fungisida Bayfidan 250 EC (Triadimenol) kosentrasi 0,1% - 0,2%. Penyemprotan dilakukan pada pagi atau sore hari setiap 3 minggu sekali selama 3 bulan setelah tanam. Untuk pemberian pupuk anorganik Urea, dan KCl (2:1:1) sebanyak 2 gram per pohon yang diberikan setiap 1 bulan sekali. Pemberian awal pupuk dilakukan seminggu setelah tanam. Variabel yang diamati meliputi pertambahan jumlah akar sekunder, pertambahan panjang akar, bobot kering akar dan bobot kering pupus. Hasil pengamatan dianalisis secara statistik dengan menggunakan sidik ragam, sedangkan untuk mengamati perbedaan pengaruh antar taraf perlakuan dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf α = 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN IBA memiliki sifat penyebaran yang kecil, artinya IBA hanya akan memberikan respon fisiologi pada tempat dimana IBA diberikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Irwanto (2001) yang menyatakan bahwa IBA memiliki sifat penyebaran yang sangat kecil. Sehingga apabila IBA diberikan pada akar, ia hanya akan menstimulasi pada bagian akar saja, dan kemungkinan kecil untuk mampu menstimulasi pertumbuhan pada bagian atas tanaman. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pemberian IBA memberikan pengaruh yang nyata pada semua variabel akar yang diamati. Pemberian IBA dapat meningkatkan jumlah akar sekunder, panjang akar dan berat kering akar bibit manggis dibandingkan tanpa pemberian IBA (Tabel 1). Hal ini disebabkan karena pemberian IBA pada tanaman manggis di pembibitan sangat berperan dalam merangsang pembentukan dan pembesaran akar. Menurut Salisbury & Ross (1995), IBA memegang peranan penting pada proses pembelahan dan pembesaran sel, terutama diawal pembentukan akar. Dijelaskan pula oleh Rochiman dan Harjadi (1973) diacu oleh Lukitariati, dkk.,. (1996) bahwa jenis auksin IBA bersifat unggul dan efektif dalam merangsang aktivitas perakaran, dikarenakan sifat kimianya yang stabil dan kemampuan kerjanya lebih lama. Tabel 1. Pertambahan jumlah akar sekunder, panjang akar dan berat kering akar bibit manggis pada umur 3 bulan setelah transplantasi pada berbagai konsentrasi IBA Konsentrasi IBA Pertambahan Jumlah Pertambahan Panjang (ppm) Akar Sekunder (helai) Akar (mm) Berat Kering Akar (g) 200 11,1a 1,72 a 2,64 a 150 9,7 ab 1,24 ab 2,55 a 100 6,0 bc 0,85 bc 1,99 ab 50 5,0 c 0,70 bc 1,55 bc 0 4,2 c 0,61 c 1,01 c Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf α = 5% 21
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains. Menurut Wiesman, dkk.,. (1989) diacu oleh Salisbury & Ross (1995), IBA sangat aktif pada tempat yang diberikan, sekalipun cepat dimetabolismekan menjadi IBA-aspartat dan sekurangnya menjadi suatu konjugat dengan peptida lainnya. Salisbury & Ross (1995) menjelaskan akibat terbentuknya konjugat tersebut diduga dapat menyimpan IBA, yang kemudian secara bertahap dilepaskan. Akibatnya konsentrasi IBA yang terikat akan digunakan pada tahap pembentukan akar selanjutnya. Pertumbuhan akar disebabkan oleh IBA yang menginisiasi pemanjangan sel dengan cara mempengaruhi pengendoran /pelenturan dinding sel. Dijelaskan oleh Salisbury & Ross (1995), bahwa IBA mengakibatkan sel penerima mengeluarkan H + ke dinding sel primer yang mengelilinginya dan kemudian menurunkan ph sehingga terjadi pengenduran dinding dan pertumbuhan yang cepat. ph rendah ini diduga mengaktifkan enzim yang dapat memutuskan ikatan pada polisakarida dinding sel, sehingga memungkinkan dinding lebih mudah meregang. Selain memacu pemanjangan sel yang menyebabkan pertumbuhan akar pada dasarnya pemberian ZPT dimaksudkan untuk mempercepat proses fisiologi pada akar yang memungkinkan tersedianya bahan pembentuk akar dengan segera sehingga dapat meningkatkan pemanfaatan zat hara (Wareing, 1976) diacu oleh Lukitariati, dkk.,. (1996). Dengan pertumbuhan akar dan rambut akar yang baik maka jumlah akar, panjang akar dan bobot kering akar akan semakin meningkat pada bibit manggis. Dari hasil uji lanjut dapat dilihat bahwa IBA dengan konsentrasi 200 ppm dapat memberikan pertumbuhan dan perkembangan akar yang paling baik dibandingkan dengan konsentrasi IBA lainnya. Demikian juga dengan bobot kering pupus dapat dilihat bahwa pemberian konsentrasi IBA 200 ppm memberikan bobot kering pupus tertinggi (Tabel 2). Hal ini disebabkan IBA yang diberikan pada akar mampu memperbaiki pertumbuhan akar yang mengakibatkan proses penyerapan air dan hara mineral menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan bagian atas tanaman. Marschner (1986) diacu dalam Hidayat, (1993) menyatakan bahwa IBA meningkatkan laju akumulasi bahan kering tanaman. Walaupun hasil tertinggi pada semua variabel yang diamati terdapat pada konsentrasi IBA 200 ppm, namun secara statistik didapat bahwa antara konsentrasi IBA 100 ppm, 150 ppm dan 200 ppm tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada berat kering akar, dan berat kering pupus. Hal ini berarti bahwa konsentrasi IBA yang optimum untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar pada bibit manggis hanya sampai 100 ppm. KESIMPULAN 1. Pemberian IBA berpengaruh terhadap variabel pertambahan jumlah akar sekunder, pertambahan panjang akar, bobot kering total akar dan bobot kering pupus. 2. Pemberian konsentrasi IBA 100 ppm memberikan hasil yang terbaik untuk pertumbuhan akar bibit manggis asal seedling di polybag. Tabel 2. Pengaruh konsentrasi IBA terhadap bobot kering pupus bibit manggis pada umur 3 bulan setelah transplantasi Konsentrasi IBA (ppm) Bobot Kering Pupus (g) 200 1,96 a 150 1,73 ab 100 1,53 ab 50 1,47 bc 0 1,21 cd Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf α = 5% 22
Helmi Salim, dkk.:pertumbuhan Bibit Manggis Asal Seedling (Garcinia mangostana L.) pada Berbagai Konsentrasi IBA DAFTAR PUSTAKA Anwaruddin, S.M.J. 2007. Teknologi pengendalian getah kuning pada buah manggis. Balai Penelitian Tanaman Buah Solok. Sumbar. Enita, E. 2001. Pewilayahan tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) di Jawa Barat dengan sistem informasi geografis (SIG). Jurusan Geofisika dan Meteorologi FMIPA IPB. Skripsi (tidak dipublikasikan). Heddy, S. 1989. Hormon tumbuhan. Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Rajawali Jakarta. Hidayat, R. 1993. Pengaruh IBA dan Triakontanol terhadap Pertumbuhan dan Penyerapan Hara pada Bibit Manggis (Garcinia mangostana L.) dan Fukugi (Garcinia subelliptica Merr). Institute Pertanian Bogor Irwanto. 2001. Pengaruh hormon IBA (Indole Butyric Acid) terhadap persen jadi stek pucuk Meranti Putih (Shorea montigena). Universitas Pattimura Ambon. http://www.freewebs.com/irwantoshu t/shorea_montigena.pdf. (Diakses Februari 2007) Lukitariati S., N.L.P. Indriyani, A. Susiloadi, dan M.J. Anwarudin, 1996. Pengaruh naungan dan konsentrasi Asam Indol Butirat terhadap pertumbuhan bibit batang bawah manggis. Jurnal Hortikultura 6 (3): 220-226. Poerwanto, R. 2000. Teknologi budidaya manggis. Makalah diskusi nasional bisnis dan teknologi manggis, tanggal 15-16 Nopember 2000 di Bogor. Kerjasama Pusat Kajian Buah Tropika IPB dengan Dirjen Hortikultura dan Aneka Tanaman. Jakarta. Rukmana, R. 1998. Budidaya Manggis. PT. Kanisius, Yogyakarta. Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bandung. Wudianto, R. 1998. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi. Penebar Swadaya, Jakarta. 23
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains. 24