I. PENDAHULUAN. tumbuhan yang telah banyak dikenal dan dimanfaatkan dalam kesehatan adalah

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. perhatian adalah buah luwingan (Ficus hispida L.f.). Kesamaan genus buah

I. PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan istilah back to nature (Sari, 2006). Namun demikian,

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

Kolesterol selain diperoleh dari makanan, juga diproduksi di hati dari lemak jenuh. Jadi, penurunan kadar kolesterol serum dapat dicapai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penyakit jantung koroner (Rahayu, 2005). Hiperkolesterolemia adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kadar HDL dalam darah (Linn et al., 2009). Dislipidemia sebagian besar (hingga

pudica L.) pada bagian herba yaitu insomnia (susah tidur), radang mata akut, radang lambung, radang usus, batu saluran kencing, panas tinggi pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak. yang ditandai peningkatan salah satu atau lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. menyukai makanan siap saji yang memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. timbul dapat berupa peningkatan dari kadar kolesterol total, kadar low density

BAB I PENDAHULUAN. berpendapat usia setiap manusia sudah ditentukan oleh Tuhan, sampai usia. tertentu, yang tidak sama pada setiap manusia.

2015 PROFIL LIPID MENCIT HIPERLIPIDEMIA SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

hayati ini dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan di kalangan masyarakat. Pengobatan dan pendayagunaan obat tradisional merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Luka merupakan keadaan yang sering dialami oleh setiap orang, baik

BAB I PENDAHULUAN. akibatnya terjadi peningkatan penyakit metabolik. Penyakit metabolik yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

putih, pare, kacang panjang serta belimbing wuluh (Ruslianti, 2008). Dalam penelitian ini akan digunakan tanaman alpukat (Persea americana Mill.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia yang kaya akan berbagai macam jenis tanaman, oleh karena itu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan penyebab utama kematian di

PERBAIKAN KADAR LIPID DARAH PADA MENCIT

BAB I PENDAHULUAN. hal dasar dalam kehidupan untuk menunjang semua aktivitas mahkluk hidup. Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Proses penuaan bukan suatu

Tanaman Putri malu (Mimosa pudica L.) merupakan gulma yang sering dapat ditemukan di sekitar rumah, keberadaannya sebagai gulma 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari kolesterol total, trigliserida (TG), Low Density Lipoprotein (LDL) dan

BAB I PENDAHULUAN. empat terbesar dari jumlah penderita DM dengan prevalensi 8,6% dari

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2016 PENGARUH BUBUK RIMPANG TEMU PUTIH

BAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Berdasarkan data yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN. dengan defisiensi sekresi dan atau sekresi insulin (Nugroho, 2012). Organisasi

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah salah satu penyakit pembunuh diam-diam (silent killer)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makan tradisional ke pola makan yang tinggi lemak. 1, 2 Akibat konsumsi makan

repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembunuh utama di negara-negara industri. Sebagian besar penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Obat tradisional telah dikenal dan banyak digunakan secara turun. temurun oleh masyarakat. Penggunaan obat tradisional dalam upaya

TERHADAP PERBAIKAN KADAR LIPID SERUM DARAH MENCIT

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data WHO di dalam mortality country fact sheet menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara penggorengan.kebutuhan akan konsumsi minyak goreng meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan obat tradisional sudah dikenal sejak zaman dahulu, akan tetapi pengetahuan masyarakat akan khasiat

I. PENDAHULUAN. Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol serum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit jantung koroner merupakan penyebab. kematian terbanyak di dunia, dengan 7,4 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. dan 18.3% akibat terluka benda tajam (WHO, 2005 : Modul TBM, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. Obat-obat modern walaupun telah mendominasi dalam pelayanan

I. PENDAHULUAN. kadar kolesterol total terutama Low Density Lipoprotein (LDL) dan diikuti

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2008 prevalensi penyebab kematian tertinggi terjadi pada akut miokard infark (AMI)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L) JANTAN YANG TERBEBANI KOLESTEROL SETELAH PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya peningkatan akumulasi lemak tubuh yang disebabkan oleh asupan kalori

BAB I PENDAHULUAN. (sedentary lifestyle) dan kurangnya aktivitas olahraga (Tsujii, 2004). Salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi adalah penyakit kardiovaskuler degeneratif kronis. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (Mendis et al, 2011). Berdasarkan data The World Health Organization. mencapai 23,3 juta pada tahun 2030 (Hardjojo, 2012; WHO, 2013).

pengolahan, kecuali pengeringan. Standarisasi simplisia dibutuhkan karena kandungan kimia tanaman obat sangat bervariasi tergantung banyak faktor

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, penyakit jantung menjadi penyakit pembunuh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskular dan berakibat kematian. 1

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang telah dikenal sejak lama dan dimanfaatkan menjadi obat tradisional sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan (Supriatna, 2008). Salah satu tumbuhan yang telah banyak dikenal dan dimanfaatkan dalam kesehatan adalah buah tin (Ficus carica). Buah ini memiliki kandungan senyawa flavonoid, kuersetin, antosianin, kumarin, fenol, karbohidrat, protein, alkaloid, saponin, tannin, terpenoid, dan sterol (Lansky dan Paavilainen, 2011). Buah tin dimanfaatkan untuk pengobatan bronkitis, hiperlipidemia, diabetes, edema dan psoriasis sedangkan daun tin dijadikan jamu untuk mengatasi batu ginjal, diabetes, serta gangguan fungsi hati (Wang dkk., 1996). Luwingan (Ficus hispida L.f.) memiliki kesamaan genus dengan buah tin sehingga berpotensi memiliki kandungan senyawa yang dapat digunakan sebagai obat tradisional. Buah luwingan diketahui mengandung berbagai senyawa yang identik dengan buah tin yaitu alkaloid, karbohidrat, protein dan asam amino, sterol, fenol, flavonoid, glikosida, saponin, dan terpena (Ali dan Chaudhary, 2011). Menurut Francis dkk. (2002), saponin dapat menurunkan tingkat absorbsi kolesterol di usus dan kadar LDL kolesterol dalam darah tikus. Flavonoid kuersetin berperan sebagai antioksidan sehingga mengurangi resiko penyakit kardiovaskular dan gangguan fungsi hati pada tikus yang diberi diet pakan tinggi lemak (Puspitasari, 2016). 1

2 Pemanfaatan buah luwingan dapat digunakan sebagai antidiare, astringent, heparprotective, antitusive, antipiretik, antiinflmator, hemostatik, dan anemia (Mandal dan Kumar, 2002; Murti dkk. 2011). Di Vietnam, buah luwingan sering dikonsumsi untuk meningkatkan produksi air susu ibu (ASI). Di India, buah luwingan bisa dikonsumsi ketika masih muda yang biasanya dimanfaatkan untuk membuat kari maupun saat sudah masak atau matang (Lansky dan Paavilainen, 2011). Di Nepal, buah luwingan lebih dikenal dengan nama kharsu biasanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak karena memiliki kandungan gizi yang tinggi (Ripu dkk., 2006). Di Indonesia, belum banyak dilakukan penelitian mengenai buah luwingan, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengembangkan potensi buah luwingan sebagai tumbuhan obat untuk dimanfaatkan menjadi bahan pangan fungsional dan obat tradisional. Penggunaan luwingan sebagai tumbuhan obat yang aman dan efektif dapat terpenuhi melalui tahap seleksi, uji pra klinik, pengembangan sediaan terstandar dan uji klinik (Dewoto, 2007). Pengujian pra klinik dapat dilakukan melalui uji toksisitas akut (14 hari), subkronis (28-90 hari) dan kronik (>7 bulan) (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014). Informasi mengenai keamanan penggunaan buah luwingan merupakan hal yang penting sehingga perlu dilakukan uji toksisitas untuk mengetahui efek yang timbul dari mengkonsumsi buah dalam jangka waktu tertentu (Lu, 1995). Penelitian uji toksisitas akut dan sub akut terhadap buah luwingan telah dilakukan, hasil menunjukkan buah luwingan tidak meninbulkan efek toksik terhadap profil hematologi dan kimia darah.

3 Meskipun data uji toksisitas akut menunjukkan hasil yang tidak toksik, tetapi pemberian berulang dalam jangka waktu yang lebih panjang belum tentu tidak menimbulkan efek toksik (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014). Belum adanya penelitian untuk mengetahui efek mengkonsumsi buah luwingan dalam jangka waktu yang lama terhadap profil lipid. Oleh sebab, dilakukan uji toksisitas oral subkronis filtrat buah luwingan muda dan matang konsentrasi 100 % terhadap profil lipid tikus putih (Rattus norvegicus Berkenhout, 1769) jantan dan betina normal yang mengacu pada protokol pengujian OECD 408. Pengujian toksisitas oral subkronis dilakukan melalui pengamatan mortalitas, perilaku, profil hematologis, pengujian fungsi organ ginjal dan hati, serta profil kimia darah (profil lipid, glukosa, total protein, dan hormon, dan lain lain) (OECD, 1988). Parameter pemeriksaan profil lipid mengacu pada American Association for Clinical Chemistry (2015) dalam Fitria dkk., (2015) meliputi pemerikaan kadar kolesterol total, kolesterol HDL (High Density Lipoprotein), kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) dan kadar trigliserida dalam darah. B. Keaslian Penelitian Penelitian ini merupakan lanjutan rangkaian penelitian hibah Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) Dosen Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan judul Uji Potensi Buah Luwingan (Ficus hispida L.f.) sebagai Penurun Kadar Kolesterol Darah dengan Hewan Model Tikus Wistar (Rattus norvegicus Barkenhout, 1769) Hiperlipidema. Penelitian menunjukkan bahwa buah luwingan berpotensi sebagai penurun kadar kolesterol tikus putih hiperlipidemia (Fitria dkk., 2015).

4 Penelitian mengenai uji toksisitas oral akut selama 14 hari dan sub akut selama 28 hari menggunakan filtrat buah luwingan (Ficus hispida L.f.) telah dilakukan pada tikus putih Galur Wistar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa buah luwingan tidak menimbulkan efek toksik terhadap profil hematologi dan kimia darah pada tikus putih (Fitria dkk., 2015). Puspitasari (2016) juga melakukan penelitian buah luwingan terhadap pemeriksaan kadar trigliserida darah tikus putih dislipidemia yang menunjukkan bahwa buah luwingan mampu menurunkan kadar trigliserida dalam darah tikus putih. Penelitian mengenai potensi buah luwingan masih terbatas pada daun, batang, kulit pohon dan akar. Ekstrak metanol daun luwingan dapat digunakan sebagai agen antidiare dengan menunjukkan aktivitas penghambatan yang signifikan terhadap jarak diare pada tikus yang diinduksi dengan Prostaglandin E2 (PGE2) (Mandal dan Kumar, 2002). Ekstrak metanol daun luwingan mampu menurunkan kadar glukosa darah secara signifikan dibandingkan kontrol sehingga memiliki potensi sebagai antihiperglikemik (Shahreen dkk., 2011). Ekstrak etanol akar luwingan memiliki aktivitas penyembuhan luka yang signifikan pada tikus albino yang diberi perlakuan deksametason (Murti dkk., 2011). Kulit pohon luwingan dapat digunakan untuk mengatasi penyakit batuk, anemia, penyakit kuning, diuretik, dan kusta dengan diminum sebagai jamu serta luka bengkak sebagai obat oles (Lansky dan Paavilainen, 2011). Kajian mengenai toksisitas oral subkronis buah luwingan terhadap profil lipid apabila dikonsumsi dalam jangka waktu selama 98 hari belum pernah dilakukan.

5 Hal inilah yang menjadi latar belakang penelitian uji toksisitas oral subkronis filtrat buah luwingan pada tikus putih galur Wistar selama 98 hari. C. Masalah Penelitian Bagaimana profil lipid darah tikus putih (Rattus norvegicus Berkenhout, 1769) galur Wistar pada uji toksistas oral subkronis filtrat buah luwingan (Ficus hispida L.f.) muda dan matang? D. Tujuan penelitian Mempelajari profil lipid darah tikus putih (Rattus norvegicus Berkenhout, 1769) galur Wistar pada uji toksistas oral subkronis filtrat buah luwingan (Ficus hispida L.f.) muda dan matang melalui parameter kadar kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL dan kadar trigliserida. E. Manfaat Penellitian Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat luas tentang buah Luwingan sebagai obat tradisional alternatif yang aman dikonsumsi dan murah dalam usaha peningkatan nilai ekonomis buah luwingan. Penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan menuju ke arah industri obat herbal terstandar dan fitofarmaka agar dapat digunakan secara maksimal untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.