BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pendidikan menjadi hak bagi setiap individu, bukan hanya individu dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. suatu wadah yang disebut sebagai lenbaga pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan MTs

A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan ahlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizki Panji Ramadana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ema Rahmawati, 2014 Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Sisdiknas Nomor : 20 Tahun 2003 Bab 1 pasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang dicanangkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus.

BAB I PENDAHULUAN. dengan jalan merubah cara pandang dalam memahami dan menyadari. memperoleh perlakuan yang layak dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Megannuary Ruchwanda Putra Sae, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Pertama Negeri (SMPN) inklusif di Kota Yogyakarta, tema ini penting

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. definisi ini adalah penguasaan pengetahuan sebanyak-banyaknya agar cerdas,

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.

HAKIKAT PEMBELAJARAN IPS.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. yang telah maju. Pendidikan mepunyai peranan yang sangat penting dalam

SUMIYATUN SDN Ketami 1 Kec. Pesantren Kota Kediri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

seperti adanya fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah seperti bangunan sekolah yang baik, juga tersedia alat atau media pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

IDENTIFIKASI HAMBATAN-HAMBATAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS III A SEKOLAH INKLUSI SDN GIWANGAN YOGYAKARTA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan. diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat saling mengisi dan saling membantu satu dengan yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hak semua anak, tanpa terkecuali. Baik yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini sedang dihadapkan pada dua masalah besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akan peneliti sajikan pada bab ini adalah latar belakang masalah, identifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak, tidak terkecuali anak

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Hakekat Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang baik, yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, baik

BAB I PENDAHULUAN. tenaga profesional untuk menanganinya (Mangunsong,2009:3). Adapun pengertian tentang peserta didik berkebutuhan khusus menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kepribadiannya berlandaskan dengan nilai-nilai baik di dalam masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah, masyarakat dan orang tua sebagai penanggung jawab dalam

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bagaimana bentuk pembelajaran yang akan dilaksanakan. Menurut Trianto. dalam kelas atau pembelajaran dalam tutorial.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas VIII SMP N 40

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN METODE KARYA WISATA. Oleh : Bambang Irawan, M.Si* dan Piawati** ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran menurut bahasa adalah proses, cara menjadikan orang

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), merupakan muatan wajib

BAB I PENDAHULUAN. rendah, gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang terjadi

tingkah laku yang dapat dicapai melalui serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Maosul, 2013

Sementara itu, Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford dalam

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Tinjauan mengenai Pendidikan Inklusi a. Pengertian Pendidikan Inklusi Pendidikan menjadi hak bagi setiap individu, bukan hanya individu dengan keadaan normal saja yang memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan, melainkan individu yang memiliki keterbatasan juga mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan. Jalan yang ditempuh untuk menyediakan pendidikan yang mampu menyediakan layanan pendidikan untuk seluruh individu, baik normal maupun yang memiliki kebutuhan khusus adalah dengan membentuk sistem pendidikan yang tidak memisahkan antara individu normal maupun yang memiliki keterbatasan. Sistem pendidikan tersebut dikenal dengan sistem pendidikan inklusi. Kustawan (2012: 7) mengemukakan bahwa inti (core) dalam paradigma pendidikan inklusi terletak pada sistem pemberian layanan pendidikan yang mengakui keberagaman dan falsafatnya adalah dengan menghargai perbedaan semua anak. Perbedaan yang dimiliki oleh semua individu tidak menghalangi pemenuhan pendidikan bagi mereka, untuk itulah dibentuk sistem pendidikan inklusi yang mampu menerima semua keberagaman yang dimiliki semua anak. Kustawan menambahkan bahwa pendidikan inklusi harus berprinsip pada keterbukaaan bagi semua individu serta memberikan pelayanan bagi segala kebutuhan sesuai dengan kondisi masing-masing individu. Prinsip kesetaraan dan 9

keadilan yang digunakan dalam pendidikan inklusi harus dijunjung tinggi oleh seluruh pelaku pendidikan termasuk siswa. Pelaksanaan sistem pendidikan inklusi yang setara dan adil akan membantu tercapainya pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi seluruh individu. Pendidikan merupakan hak yang dimiliki oleh seluruh individu sejak mereka lahir, meskipun keadaan dari tiap individu berbedabeda, pemenuhan pendidikan yang layak tetap harus diberikan bagi semua individu. Marthan (2007: 141) berpendapat bahwa pendidikan inklusi adalah sistem pendidikan yang memberikan ruang bagi semua siswa dengan kebutuhan khusus agar mampu diterima di kelas bersama dengan siswa normal lainnya pada setiap sekolah yang berlokasi di daerah mereka. Siswa berkebutuhan khusus mendapatkan berbagai pelayanan pendukung dan pendidikan berdasarkan kebutuhan mereka. Pendidikan inklusi didasarkan atas prinsip bahwa setiap anak usia sekolah harus belajar bersama, tanpa memikirkan keterbatasan dan kesulitan mereka. Keterbatasan dan kesulitan yang dimaksud adalah keterbatasan dan kesulitan yang meliputi kondisi fisik, psikologi, sosial, maupun ekonomi. Pelaksanaan pendidikan inklusi tidak mendiskriminasikan siswa berkebutuhan khusus. Penempatan siswa berkebutuhan khusus agar mampu diterima di kelas regular akan membantu mereka terbiasa berinteraksi dengan siswa seusia mereka, selain itu dengan menempatkan siswa berkebutuhan khusus dan siswa normal dalam satu kelas akan membentuk budaya saling menghargai dan menerima keberagaman yang ada di sekitar siswa. 10

Pengertian pendidikan inklusi juga dijelaskan oleh McLeskey (1949: 4). Menurutnya pendidikan inklusi adalah: In this text, we take the perspective that inclusion is not a place or a classroom setting but is a philosophy of education. We define inclusion quite simply as including students with disabilities as valued members of the school community. McLeskey berpendapat bahwa pendidikan inklusi tidak hanya tentang menempatkan anak berkebutuhan khusus ke dalam satu kelas yang sama dengan siswa normal lainnya, tetapi menjadikan anak berkebutuhan khusus sebagai warga sekolah yang dihargai dan tidak dipandang sebelah mata. Penerapan pendidikan inklusi akan membuat anak berkebutuhan khusus diterima dengan baik dalam suasana pembelajaran sekolah. Siswa berkebutuhan khusus akan dipandang sama dengan siswa lainnya, tanpa membedakan berdasarkan kemampuan dan keterbatasan mereka, tetapi dilihat dari persamaan yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus dan siswa normal lainnya untuk memperoleh kesempatan pendidikan yang sama. Pengertian pendidikan inklusi dalam penelitian ini mengacu pada pendapat dari Kustawan. Pendidikan inklusi merupakan pendidikan yang memiliki keterbukaan bagi seluruh individu untuk memperoleh hak pendidikan mereka, tanpa memandang keterbatasan yang dimiliki oleh setiap individu. Pendidikan inklusi harus mengakomodasi setiap kebutuhan semua siswanya tanpa terkecuali, dengan prinsip tidak mendiskriminasikan setiap siswa, sehingga mampu membentuk pelayanan pendidikan yang mampu memenuhi kebutuhan pendidikan bagi seluruh individu, baik normal maupun yang berkebutuhan. 11

Setiap individu memiliki kondisi yang berbeda-beda baik dari segi intelektual, psikis maupun fisik, tetapi setiap individu mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan yang layak, termasuk bagi anak berkebutuhan khusus. Pendidikan inklusi diharapkan mampu untuk mengakomodasi individu-individu yang memiliki keterbatasan agar memperoleh pendidikan yang sama dengan individu-individu normal lainnya. Keterbatasan yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus bukan menjadi alasan mereka tidak mendapatkan hak pendidikan yang sama dengan anak normal lainnya. Pendidikan inklusi diciptakan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan bagi semua. Pemenuhan kebutuhan pendidikan merupakan keharusan yang diberikan bagi setiap individu dengan segala keterbatasannya. Keterbatasan yang dimiliki oleh individu baik dari segi fisik, psikologis, ekonomi bukan menjadi halangan bagi mereka untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Pendidikan inklusi memberikan jalan bagi setiap anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama dengan teman-teman seumuran mereka dalam satu tempat yang sama. Inti dalam pendidikan inklusi bukan hanya menempatkan anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersam teman-teman seusianya saja, tetapi lebih kepada memberikan hak yang dimiliki oleh setiap individu tanpa memandang keterbatasan yang mereka miliki. b. Tujuan Pendidikan Inklusi Setiap program atau kegiatan pasti memiliki tujuan, seperti halnya dengan pendidikan inklusi. Firdaus (2010: 1) mengemukakan bahwa tujuan utama pendidikan inklusi adalah memberikan layanan pendidikan untuk siswa yang 12

memiliki keterbatasan khusus untuk ditempatkan di kelas yang sama dengan anak-anak lain yang normal, dengan menyediakan sarana pendukung yang disesuaikan dengan kebutuhannya pada sekolah yang berada di sekitar rumahnya. Pendidikan sejatinya merupakan hak asasi bagi semua individu tak terkecuali anak berkebutuhan khusus. Selain memenuhi hak asasi anak berkebutuhan khusus, sekolah inklusi juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan adaptatif anak berkebutuhan khusus dengan lingkungan yang lebih luas. Anak berkebutuhan khusus yang disekolahkan di sekolah yang menerapkan sistem pendidikan inklusi diharapkan mampu memiliki kecakapan untuk menyesuaikan diri dan bermasyarakat di tempat mereka tinggal. Ilahi (2013: 39) menyebutkan ada beberapa hal yang harus dicermati lebih lanjut dalam tujuan pendidikan inklusi yaitu: 1) Memberikan kesempatan kepada semua peserta didik, termasuk siswa yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan kebutuhan serta kemampuannya. Pendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan yang bertujuan untuk memberikan kesempatan memperoleh pendidikan yang sama antara siswa normal dengan anak berkebutuhan khusus sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masingmasing. 2) Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik. Pendidikan inklusi dilaksanakan dengan tidak diskriminatif terhadap siswa berkebutuhan khusus. 13

Pendidikan inklusi tidak melihat siswa dari segi keterbatasan yang mereka miliki, tetapi hak yang dimiliki oleh semua individu untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Pendapat lain dikemukakan oleh Kustawan (2012: 9) yang menyebutkan bahwa tujuan pendidikan inklusi adalah agar semua anak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya serta untuk mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan tidak diskriminatif bagi semua anak. Menggunakan prinsip yang tidak diskriminatif pada pelaksanaan pendidikan inklusi akan memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya bagi anak berkebutuhan khusus untuk mendapatkan pelayanan pendidikan yang sesuai dan setara dengan anak normal lainnya. Tujuan pendidikan inklusi pada penelitian ini mengacu pada pendapat dari Ilahi yang menyebutkan bahwa pendidikan inklusi bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya, serta mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik. Pendidikan inklusi dilaksanakan dengan tidak diskriminatif terhadap siswa berkebutuhan khusus. Keterbatasan fisik, emosional, mental, maupun sosial bukan menjadi penghalang bagi setiap individu untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan mereka. Individu dilahirkan dengan membawa hak yang sama, termasuk dari segi pendidikan. Penerapan pendidikan inklusi 14

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dari setiap individu dengan segala keterbatasan yang mereka miliki. c. Prinsip Dasar Pendidikan Inklusi Prinsip pendidikan inklusi berkaitan dengan jaminan kesempatan bagi seluruh anak di Indonesia untuk memperoleh pendidikan tanpa memandang latar belakang kehidupan mereka. Pendidikan inklusi harus dilaksanakan dengan tidak mendiskriminasikan siswa yang memiliki keterbatasan tertentu. Hermanto (2010: 2) berpendapat bahwa prinsip mendasar pendidikan inklusi adalah selama kondisi yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus memungkinkan, memberikan kesempatan mereka untuk belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan atau perbedaan yang mereka miliki. Hal tersebut harus diperhatikan karena pendidikan inklusi lahir atas dasar prinsip bahwa layanan sekolah diperuntuhkan untuk semua siswa tanpa memandang perbedaan yang ada, baik siswa dengan kondisi kebutuhan khusus, perbedaan sosial, emosional, kultural, maupun bahasa. Berkaitan dengan prinsip pendidikan inklusi, Ilahi (2013: 51-52) memiliki pandangan mengenai prinsip pendidikan inklusi, yaitu: 1) Pendidikan Inklusi Membuka Kesempatan Kepada Semua Jenis Siswa Pendidikan inklusi merepresentasikan pihak yang termarginalkan dan terbelakang dari lingkungannya. Pendidikan inklusi menolak diskriminasi dan ketidak adilan, selain itu pendidikan inklusi memperjuangkan hak asasi manusia. Pendidikan inklusi memberikan kesempatan sepenuhnya kepada anak berkebutuhan khusus untuk menjadi bagian di dalamnya. 15

2) Pendidikan Inklusi Menghindari Semua Aspek Negatif Labeling Prinsip dasar yang menjadi karakter pendidikan inklusi adalah menghindari segala sesuatu yang berkaitan dengan pelabelan atau labeling. Labeling akan memberikan dampak berupa munculnya inferioritas bagi pihak yang diberi label negatif. Dampak tersebut akan merusak setiap aspek kehidupan korban labeling termasuk pendidikan. Pendidikan inklusi berupaya untuk mengubah label negatif terhadap anak berkebutuhan khusus. 3) Pendidikan Inklusi Selalu Melakukan Checks dan Balances Kehadiran pendidikan inklusi merupakan konsep ideal yang berperan penting dalam penyelenggaraan pendidikan berbasis checks dan balances. Pelaksanaan checks dan balances dalam pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus sangatlah penting. Hal tersebut dapat memberikan warna berbeda dalam menopang akses dan kualitas pendidikan. 2. Tinjauan mengenai Proses Pembelajaran di Sekolah Inklusi a. Pengertian Proses Pembelajaran di Sekolah Inklusi Proses merupakan hal-hal yang dilewati dalam sebuah kegiatan. Syah (2011: 109) mengemukakan bahwa kata proses memiliki arti yaitu urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan. Subini (2012: 8) menjelaskan pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Setelah melakukan pembelajaran, individu diharapkan mampu 16

memiliki pengalaman yang lebih baik guna merubah diri mereka menjadi lebih baik lagi. Sudjana (2004: 72) mendefinisikan proses pembelajaran sebagai kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan siswa dalam mempelajari bahan yang disampaikan guru, sedangkan kegiatan mengajar berhubungan dengan cara guru menjelaskan bahan kepada siswa. Kegiatan belajar mengajar atau proses pembelajaran berhubungan dengan segala kegiatan yang melibatkan guru dan siswa, dimana terjadi kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dan kegiatan mengajar atau penyampaian materi oleh guru di dalam kelas. Menurut Djamarah & Zain (2006: 37) proses belajar mengajar merupakan suatu kondisi yang sengaja diciptakan. Guru merupakan pihak yang menciptakan keadaan tersebut untuk membelajarkan siswa. Perpaduan dari dua unsur tersebut menciptakan interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan belajar sebagai mediumnya. Pada proses belajar mengajar, guru berperan untuk menyampaikan dan berbagi pengalaman mereka kepada siswa, sehingga siswa mampu mendapatkan pengalaman lebih dari sebelumnya. Proses memberi dan menerima pengalaman atau materi tersebut akan membentuk pengalaman belajar yang baik bagi siswa. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran di sekolah inklusi adalah sebuah proses memberi (guru) dan menerima (siswa) pengalaman atau materi yang membentuk sebuah pengalaman belajar bagi setiap siswa dengan mempertimbangkan setiap keterbatasan yang 17

dimiliki oleh siswa dan dilaksanakan tanpa adanya diskriminasi bagi siswa yang memiliki keterbatasan. Hal tersebut sesuai dengan prinsip pelakasanaan pendidikan inklusi yang mengedepankan sikap tidak diskriminatif kepada siswa yang memiliki keterbatasan atau ABK. Pelaksanaan proses pembelajaran tersebut akan membuat seluruh siswa termasuk siswa ABK mendapatkan sebuah pengalaman belajar yang bermakna. Memperhatikan setiap keterbatasan yang dimiliki oleh siswa saat proses pembelajaran di sekolah inklusi sangat berguna untuk memaksimalkan proses pembeljaran itu sendiri, karena di sekolah inklusi terdapat siswa ABK yang memiliki keterbatasan yang berbeda dengan siswa normal lainnya. Dengan memperhatikan keterbatasan yang dimiliki oleh siswa ABK, guru sebagai pihak pemberi pengalaman atau materi dapat menyesuaikan proses pembelajaran yang akan dilakukan, sehingga seluruh siswa termasuk siswa ABK dapat menerima materi dengan baik. b. Komponen-komponen Proses Pembelajaran di Sekolah Inklusi Terdapat beberapa komponen yang harus ada dalam proses pembelajaran. Beberapa komponen tersebut saling berinteraksi dan berinterelasi. Komponenkomponen proses pembelajaran menurut Wina Sanjaya (2010: 58-61) antara lain tujuan pembelajaran, isi/materi pelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, serta evaluasi pembelajaran. Komponen-komponen tersebut harus dipenuhi oleh guru dan disesuaikan dengan keadaan kelas. Pemenuhan komponen-komponen proses pembelajaran pada kelas inklusi harus memperhatikan faktor keterbatasan dan kebutuhan dari setiap siswa termasuk siswa ABK. 18

1) Tujuan Pembelajaran di Kelas Inklusi Tujuan pembelajaran dalam proses pembelajaran berguna untuk menentukan hasil yang akan dicapai setelah melakukan proses pembelajaran. Penentuan tujuan pembelajaran menyesuaikan dengan kondisi yang ada di dalam kelas. Keterbatasan dan kebutuhan yang dimiliki setiap siswa di kelas inklusi termasuk siswa ABK harus diperhatikan, karena dengan memperhatikan hal tersebut maka tujuan pembelajaran akan sesuai dengan kemampuan siswa di kelas tersebut. 2) Isi/Materi Pembelajaran Materi pembelajaran menurut Winkel (2014: 343) bersifat mengilustrasikan, menggambarkan situasi dan kondisi, menyajikan contoh-contoh dan lain sebagainya. Penyampaian materi pembelajaran dengan cara yang tepat merupakan kunci dalam memaksimalkan pemahaman siswa terhadap materi. Penyampaian materi dalam kelas inklusi dilakukan dengan memperhatikan pendekatan yang berbeda dalam penyampaian materi sesuai dengan keterbatasan yang dimiliki siswa, baik siswa normal maupun siswa ABK. 3) Metode Pembelajaran Djamarah & Zain (2006: 41) menjelaskan bahwa metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Guru tidak harus terpaku dengan satu metode saja, melainkan harus menggunakan beberapa metode yang disesuaikan dengan materi pelajaran. Pemilihan metode dalam proses pembelajaran juga harus memperhatikan karakteristik dari siswa di kelas tersebut. Pada kelas inklusi, pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan 19

keterbatasan yang dimiliki semua siswa termasuk siswa ABK, sehingga siswa dapat mengikuti metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. 4) Media Pembelajaran Media pembelajaran membantu guru dalam menjelaskan materi yang sedang disampaikan. Media pembelajaran dapat berupa audio, visual, maupun audio visual. Media pembelajaran dapat membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran dengan baik. Pada kelas inklusi, penggunaan media pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik setiap siswa, karena pada kelas inklusi terdapat siswa ABK yang memiliki keterbatasan, sehingga pemilihan media pembelajaran yang tepat menjadi suatu hal yang wajib dilakukan dalam proses pembelajaran. 3. Tinjauan Mengenai Proses Pembelajaran IPS di Kelas Inklusi a. Pengertian IPS Ilmu Pengetahuan Sosial atau yang sering disingkat menjadi IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang ada dalam pembelajaran tingkat pendidikan menengah pertama (SMP/MTs). Trianto (2010: 171) menjelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu yang mengintegrasikan berbagai ilmu-ilmu sosial yang ada. Sapriya (2015: 7) menjabarkan mata pelajaran IPS merupakan sebuah mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran sejarah, geografi, dan ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya. Pandangan Sapriya ini sejalan dengan pandangan dari Trianto yang sudah dijelaskan sebelumnya, dimana 20

mereka berpandangan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang mempelajari ilmu-ilmu sosial yang diintegrasikan menjadi satu. Somantri (2001: 74) berpendapat bahwa pendidikan IPS adalah penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi, negara, dan disiplin ilmu lainnya serta berbagai masalah sosial yang berhubungan, yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Beberapa cabang ilmu sosial yang ada, disederhanakan dan digunakan untuk mengamati, mencari tahu, dan mengkaji masalah-masalah sosial dalam masyarakat untuk dicari solusinya dalam pembelajaran IPS. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai fenomena-fenomena sosial, dimana dalam pembelajarannya menggunakan pengintegrasian ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Pengertian tersebut mengacu pada pendapat dari Trianto yang menjabarkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. b. Karakteristik Pembelajaran IPS Supardi (2011: 187-188) menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam karakteristik pembelajaran IPS di sekolah antara lain : 1) Pembelajaran IPS harus disesuaikan dengan usia, kematangan dan kebutuhan siswa. Hal ini bertujuan untuk menyesuaikan kemampuan dan perkembangan siswa yang berbeda-beda pada tiap jenjang pendidikan. 21

2) Berhubungan dengan kehidupan masyarakat atau dekat dengan kehidupan siswa. Pembelajaran IPS mengkaji fenomena-fenomena yang biasa terjadi di masyarakat atau yang biasa dialami oleh siswa sendiri. 3) Berdasarkan peristiwa kontekstual yang mewakili pengalaman, budaya, dan kepercayaan serta norma hidup manusia. Fenomena-fenomena yang dikaji dalam pembelajaran IPS adalah fenomena yang bersifat kontekstual dimana menyangkut pengalaman, budaya, kepercayaan dan norma hidup. 4) Membantu siswa mengembangkan pengalaman belajar baik dalam kelompok besar, kecil maupun secara mandiri. Pembelajaran IPS membantu membentuk pengalaman beajar siswa baik dalam lingkup yang besar seperti masyarakat, maupun lingkup kecil seperti dengan teman sebaya. 5) Bersifat multiple resource yang berarti memanfaatkan berbagai macam sumber dalam pembelajaran serta menggunakan variasi metode pembelajaran. 6) Untuk mendalami konsep ilmunya, siswa di suguhkan dengan contoh-contoh kasus. Penggunaan contoh kasus bertujuan untuk memberikan gambaran nyata mengenai fenomena sosial yang terjadi di sekitar siswa. 7) Mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kegiatan inkuiri. Pendapat lain mengenai karakteristik IPS di SMP/MTs dikukakan oleh Trianto (2010: 174-175). Karakteristik tersebut adalah: 1) Ilmu Pengetahuan Sosial menggabungkan unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan, dan agama. 22

2) Pokok bahasan yang digunakan dalam IPS berasal dari beberapa struktur keilmuan yaitu geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi. Pokok bahasan tersebut kemudian digunakan sebagai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam IPS. 3) Penggunaan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner dalam mengkaji fenomena sosial merupakan salah satu hal yang ada dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS. 4) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat yang dianalisis dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan. Karakteristik pembelajaran IPS dalam penelitian ini mengacu pada pendapat dari Trianto yang menjelaskan bahwa karakter pembelajaran IPS adalah mengarahkan siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan kondisi di sekolah inklusi, dimana terdapat fenomena sosial berupa keberagaman yang dimiliki oleh siswa di sekolah tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam menganalisis fenomena-fenomena tersebut adalah pendekatan interdisipliner dan multidisipliner yang meliputi unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan, dan agama. Penerapan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner 23

dalam pembelajaran IPS akan membentuk pola pikir yang mampu melihat setiap fenomena bukan dari satu segi, tetapi dari beberapa segi. Fenomena sosial yang yang terdapat di sekolah inklusi dapat dianalisis melalui beberapa disiplin IPS. Salah satunya adalah dari segi sosiologi, dimana siswa dapat menggunakan konsep-konsep pada sosiologi untuk menganalisis hubungan sosial yang terdapat di sekolah inklusi yang memiliki keberagaman. Disiplin ilmu lain yang ada di IPS dapat digunakan untuk menganalisis fenomena sosial yang terdapat di sekolah inklusi adalah humaniora, dimana siswa dapat menggunakan disiplin tersebut untuk bersikap terhadap keberagaman yang mereka temui dengan tidak mendiskriminasikan salah satu pihak, sehingga mereka mampu terbiasa dengan keberagaman yang akan mereka temui di luar sekolah. Hal itu akan membantu siswa agar mampu memecahkan setiap permasalahan yang mereka temui di sekitar mereka dengan beberapa pendekatan. c. Pembelajaran IPS Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial di atas menjelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang bersifat terpadu dari segi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Dapat dikatakan bahwa dalam pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP khususnya bersifat terpadu atau terintegrasi. Sumber pembelajaran IPS di SMP bersumber dari fenomena-fenomena pada kehidupan masyarakat sehari-hari. Menurut Supardi (2011: 181) pembelajaran IPS di SMP dilakukan dengan pendekatan terpadu. 24

Trianto (2010: 196) menjelaskan bahwa pendekatan pembelajaran terpadu dalam IPS sering disebut dengan pendekatan interdisipliner. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dilakukan secara terpadu dengan pendekatan interdisipliner. Sistem pembelajaran yang terpadu bertujuan agar peserta didik mampu menyelesaikan suatu permaslahan kehidupan dengan menggunakan pendekatan multidimensional. Pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial juga mengandung unsur pendidikan karakter yang bertujuan untuk menempa karakter peserta didik menjadi lebih baik lagi. Setelah mendapatkan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), peserta didik akan menjadi lebih baik lagi dalam hal karakter seperti kedisiplinan, kejujuran, saling menghargai, menghormati orang yang lebih tua, cinta tanah air, dan karakter-karakter lainnya yang dapat membentuk peserta didik menjadi pribadi yang siap terjun dalam kehidupan masyarakat. d. Proses Pembelajaran IPS di Kelas Inklusi Pembelajaran IPS di sekolah menengah pertama menggunakan pendekatan terpadu dengan beberapa disiplin ilmu di dalamnya. Pelaksanaan pembelajaran tersebut tentu melewati beberapa tahapan yang sering disebut dengan proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran IPS sendiri menurut Trianto (2010: 199-208) melalui beberapa tahapan, yaitu: a) Kegiatan Pendahuluan Pembelajaran Kegiatan utama dalam pendahulun adalah untuk menciptakan kondisikondisi awal pembelajaran yang kondusif, melaksanakan apersepsi dan dapat 25

digunakan untuk memberikan penilaian awal (pre-test). Kegiatan pendahuluan sangat berpengaruh terhadap konsentrasi siswa terhadap jalannya proses pembelajaran. Pelaksanaan kegiatan pendahuluan dalam proses pembelajaran IPS di kelas inklusi harus memperhatikan kondisi yang dimiliki tiap siswa termasuk siswa ABK. Guru harus menyesuaikan penyampaian apersepsi, sehingga seluruh siswa dapat menerima maksud dari apersepsi yang diberikan oleh guru. Hal tersebut disesuaikan dengan prinsip pelaksanaan pendidikan inklusi yang mengedepankan sikap tidak diskriminatif, serta melaksanakan pendidikan yang disesuaikan dengan keterbatasan dari setiap siswa. Pelaksanaan penilaian awal juga menjadi faktor yang harus diperhatikan oleh guru sehingga dapat disesuaikan dengan kondisi kelas inklusi. Pemilihan jenis instrument penilaian, tingkat kesulitan instrument, sampai dengan bagaimana cara menyampaikan instrument penilaian kepada siswa yang memiliki keterbatasan. Hal tersebut penting mengingat bahwa pada sekolah inklusi terdapat berbagai siswa dengan keterbatasan yang mereka miliki, baik dari segi fisik maupun mental. b) Kegiatan Inti Pembelajaran Kegiatan inti merupakan kegiatan dalam rangka pelaksanaan pembelajaran yang menekankan pada proses pembentukan pengalaman belajar siswa. Materimateri yang sudah dipersiapkan sebelumnya oleh guru diberikan kepada siswa pada tahap ini. Penyampaian materi pembelajaran oleh guru dibarengi dengan penggunaan metode serta media pembelajaran. Penggunaan metode dan media 26

pembelajaran akan mempermudah guru dalam menyampaikan materi, sehingga pemahaman yang didapat oleh siswa akan lebih baik. Penyesuaian materi yang akan disampaikan oleh guru IPS dalam proses pembelajara di kelas inklusi menjadi penting karena terdapat siswa berkebutuhan khusus di kelas tersebut. Pemilihan metode yang tepat menjadi kunci terlaksananya proses penyampaian materi di kelas inklusi. Metode yang digunakan oleh guru IPS harus mengakomodasi setiap keterbatasan yang dimiliki oleh seluruh siswa termasuk siswa ABK. Selain pemilihan metode yang tepat, penggunaan alat bantu atau media pembelajaran juga menjadi faktor yang harus diperhatikan oleh guru IPS dalam menyampaikan materi. Menurut Daryanto (2013: 5) salah satu kegunaan media pembelajaran adalah untuk mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indera. Oleh karena itu, pemilihan media pembelajaran yang tepat dimana disesuaikan dengan keadaan dan keterbatasan yang dimiliki oleh setiap siswa di kelas inklusi merupakan keharusan yang dilakukan oleh guru IPS. c) Kegiatan Akhir (Penutup) dan Tindak Lanjut Kegiatan akhir pembelajaran bukan hanya menutup kegiatan pembelajaran, tetapi juga sebagai kegiatan penilaian hasil belajar peserta didik dan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan akhir juga dapat dijadikan acuan oleh guru untuk melakukan evaluasi terhadap jalannya proses pembelajaran apakah sudah sesuai dengan tujuan awal atau belum. Pada pelaksanaan kegiatan akhir dapat disisipkan motivasi-motivasi yang diberikan oleh guru kepada setiap siswa, sehingga siswa akan lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran selanjutnya. 27

Pada pelaksanaan proses pembelajaran IPS di kelas inklusi, guru perlu melakukan evaluasi terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran dari siswa ABK. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana hasil yang diperoleh siswa ABK setelah mengikuti proses pembelajaran IPS. Evaluasi yang dilakukan terhadap siswa ABK akan membantu guru dalam melaksanakan proses pembelajaran IPS yang sesuai dengan keadaan kelas inklusi, dimana terdapat siswa normal dan siswa ABK di dalamnya. B. Penelitian yang Relevan Sebelum rencana penelitian ini dibuat, telah ada terlebih dahulu peneliti lain yang meneliti variabel yang sama namun di kombinasikan dengan variabel lain, penilitian tersebur dapat dijadikan penelitian yang relevan, antara lain: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Arfela Wahyuhastufi. 2015. Identifikasi Hambatan-hambatan Guru dalam Pembelajaran di Kelas III A Sekolah Inklusi SD Negeri Giwangan Yogyakarta. Penelitian ini dijadikan penelitian yang relevan karena ada kesamaan pada hambatan-hambatan yang dialami oleh guru di sekolah inklusi. Penelitian ini menyatakan bahwa hal yang dapat menghambat pembelajaran di kelas inklusi yakni dalam pengelolaan materi pelajaran karena guru harus memberikan materi yang berbeda untuk siswa normal maupun siswa ABK, guru kurang memanfaatkan media untuk mendukung pembelajaran dan penerapan metode pembelajaran yang kurang bervariasi. Hambatan lain ialah adanya perbedaan intelegensi dari masing-masing siswa terutama karena adanya siswa ABK, menghambat kelancaran penyampaian materi pelajaran. Guru merasa kesulitan 28

untuk memberikan pemahaman kepada siswa maupun orang tua siswa bahwa siswa ABK membutuhkan perhatian khusus. Relevansi penelitian yang dilakukan Arfela Wahyuhastufi dengan penelitian ini adalah dalam hal jenis penelitian yaitu kualitatif; teknik pengumpulan data dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi; subjek penelitian yaitu guru yang mengajar di sekolah inklusi; fokus penelitian berupa proses pembelajaran di sekolah inklusi. Hal ini dapat dijadikan acuan oleh peneliti dalam penelitian ini. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Latri Nur Wulandari. 2015. Strategi Pembelajaran IPS pada Sekolah Inklusi (Studi Kasus di SMP Budi Mulia 2). Penelitian yang dilakukan oleh Latri Nur Wulandari menemukan bahwa strategi pembelajaran sekolah inklusi yang diterapkan di SMP Budi Mulia 2 Yogyakarta pada anak berkebutuhan khusus (ABK) saat ini adalah pembelajaran secara in class dan out class dengan memperhatikan kebutuhan dan karakteristik ABK. Strategi pembelajaran IPS yang diterapkan adalah strategi pembelajaran kelompok dan individual. Pembelajaran diawali dengan perencanaan tujuan, materi, media, metode dan evaluasi yang akanj digunakan. RPP yang digunakan dalam pembelajaran inklusi adalah RPP pada umumnya dan RPP individual untuk ABK. Metode dan media pembelajaran yang digunakan bervariasi. Evaluasi pembelajaran mengarah pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dengan menggunakan teknik evaluasi yang bervariasi, namun belum menggunakan instrument sendiri dalam menilai ABK. 29

Penelitian Latri Nur Wulandari dapat dijadikan penelitian yang relevan. Relevansi penelitian yang dilakukan Latri Nur Wulandari dengan penelitian ini adalah dalam hal jenis penelitian yaitu kualitatif; teknik pengumpulan data dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi; subjek penelitian yaitu guru yang mengajar di sekolah inklusi; fokus penelitian berupa proses pembelajaran di sekolah inklusi. Hal ini dapat dijadikan acuan oleh peneliti dalam penelitian ini. C. Kerangka Pikir Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara Indonesia seperti yang disebutkan di dalam 31 UUD 1945 yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Pendidikan tidak hanya bagi warga negara yang normal saja, tetapi juga bagi warga negara yang memiliki keterbatasan atau yang sering disebut dengan anak berkebutuhan khusus (ABK). Oleh karena itu dibentuklah pendidikan inklusi yang memberikan kesempatan bagi ABK untuk memperoleh pendidikan bersama dengan siswa normal lainnya tanpa adanya segregasi antara siswa normal dan siswa berkebutuhan khusus. Salah satu sekolah yang menerapkan sistem pendidikan inklusi adalah SMP N 2 Sewon. Guru di SMP N 2 Sewon menerapkan pembelajaran di kelas inklusi termasuk bagi guru mata pelajaran IPS. Guru mata pelajaran yang ada di SMP Negeri 2 Sewon tidak memiliki latar belakang pendidikan khusus. Kelas inklusi memiliki dua jenis siswa yaitu siswa normal dan siswa berkebutuhan khusus. Siswa normal dan siswa berkebutuhan khusus memiliki perbedaan. Guru IPS yang melaksanakan pembelajaran inklusi memiliki kendala yang disebabkan adanya perbedaan antara siswa normal dengan siswa berkebutuhan khusus. 30

Penelitian ini menunjukan bagaimana guru melaksanakan proses pembelajaran IPS di kelas inklusi serta menunjukan kendala yang dialami oleh guru IPS di SMP Negeri 2 Sewon dalam proses pembelajaran di kelas inklusi. Penelitian ini berkaitan dengan bagaiman guru IPS dalam melaksanakan proses pembelajaran serta kendala yang ditemui guru IPS saat melaksanakan proses pembelajaran di kelas inklusi. Berdasarkan kerangka pikir yang telah dikemukakan di atas, dapat digambarkan dalam bagan kerangka pikir seperti di bawah ini: Pendidikan Hak Setiap Warga Negara Pendidikan Inklusi Sekolah Inklusi SMP N 2 Sewon Guru Melaksanakan Proses Pembelajaran IPS di Sekolah Inklusi SMP N 2 Sewon Siswa Normal Siswa Berkebutuhan Khusus Perbedaan Bagaimana Guru Melaksanakan Proses Pembelajaran IPS di Kelas Inklusi Apa saja Kendala yang Ditemui Guru saat Melaksanakan Proses Pembelajaran IPS di Kelas Inklusi Gambar 1. Kerangka Pikir 31

D. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana guru melaksanakan proses pembelajaran IPS di dalam kelas inklusi? 2. Apa saja kendala yang ditemui oleh guru saat melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas inklusi? 32