BAB I PENDAHULUAN. Pelaku usaha dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen memiliki

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHASAN. mengenai produk pangan. Namun hal tersebut telah diatur dalam Peraturan

BAB III SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

KEAMANAN PANGAN (UNDANG-UNDANG NO 12 TENTANG PANGAN TAHUN 2012

BAB III TINJAUAN TEORITIS. A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen

VT.tBVV^ WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TENTANG PERLINDUNGAN PANGAN

AKIBAT HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG MENJUAL MAKANAN KADALUWARSA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN DAN PELAKU USAHA DALAM KONTEKS PERLINDUNGAN KONSUMEN. iklan, dan pemakai jasa (pelanggan dsb).

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656]

Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017

BAB I PENDAHULUAN. - Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Daging ayam memiliki nilai gizi

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA ATAS INFORMASI SUATU PRODUK MELALUI IKLAN YANG MENGELABUI KONSUMEN

Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan. Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan mengandung sifat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen. Menurut Mochtar Kusumaatmadja, definisi hukum perlindungan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen

BAB III TANGGUNG JAWAB PENYELENGGARAAN JASA MULTIMEDIA TERHADAP KONSUMEN. A. Tinjauan Umum Penyelenggaraan Jasa Multimedia

Lex et Societatis, Vol. V/No. 6/Ags/2017

BAB I PENDAHULUAN. konsumen di Indonesia. Menurut pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No 8 tahun

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017. PERBUATAN MELAWAN HUKUM OLEH PRODUSEN TERHADAP MAKANAN DALUWARSA 1 Oleh: Yunia Mamarama 2

BAB II PERLINDUNGAN KONSUMEN MELALUI KONTEN LABEL PRODUK ROKOK MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NO. 109 TAHUN 2012

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN

TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB PRODUK TERHADAP UNDANG- UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA TERHADAP PENJUALAN KOSMETIK YANG TIDAK DISERTAI DENGAN KEJELASAN LABEL PRODUK DI DENPASAR

BAB II. Di samping Undang-Undang Perlindungan Konsumen, upaya. perlindungan terhadap konsumen juga terdapat dalam berbagai undang-undang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II. A. Hubungan Hukum antara Pelaku Usaha dan Konsumen. kemungkinan penerapan product liability dalam doktrin perbuatan melawan

PERLINDUNGAN KONSUMEN ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM.

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang. Dalam hal ini yang dimaksud makanan adalah segala sesuatu. pembuatan makanan atau minuman. 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

Lex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017

HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PELABELAN. informasi verbal tentang produk atau penjualnya. 17

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dibidang perindustrian dan perdagangan nasional telah. Mayoritas konsumen Indonesia sendiri adalah konsumen makanan, jadi

Regulasi Pangan di Indonesia

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA SEBAGAI PEMESAN DAN PEMBUAT IKLAN TERHADAP IKLAN YANG MERUGIKAN KONSUMEN

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian perlindungan konsumen, konsumen dan pelaku usaha. menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU USAHA TERHADAP MIRAS TIDAK BERLABEL DI LIHAT DARI UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA TERHADAP KONSUMEN YANG MENGALAMI KERUGIAN AKIBAT TIDAK DICANTUMKANNYA INFORMASI MENGENAI KOMPOSISI PRODUK SECARA LENGKAP

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. keadilan, untuk mencapai tujuan tersebut Indonesia dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau jasa, baik itu transaksi barang dan/atau jasa yang berasal dari dalam. menuntut keduanya untuk saling memberikan prestasi.

Mengingat: Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 27 ayat (2), dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945;

BAB I PENDAHULUAN. modern di satu pihak membawa dampak positif, di antaranya tersedianya

BAB I PENDAHULUAN. Banyak makanan import yang telah masuk ke Indonesia tanpa disertai

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PENGAWASAN TERHADAP PELAKU USAHA ROKOK ATAU PRODUSEN ROKOK YANG TIDAK MEMENUHI KETENTUAN PELABELAN ROKOK MENURUT PP NO.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut maka setiap manusia mengkonsumsi atau menggunakan

Undang Undang No. 7 Tahun 1996 Tentang : Pangan

BAB I PENDAHULUAN. atau kaidah kaidah yang bersifat mengatur dan juga mengandung sifat yang

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB III TINJAUAN UMUM. Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, banyak bermunculan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. minuman memberikan asupan gizi yang berguna untuk kelangsungan hidup. bidang produksi pengolahan bahan makanan dan minuman bagi

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS MAKANAN BERFORMALIN

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak cukup pesat bagi perkembangan pertumbuhan dan perekonomian dunia usaha

Sadd al-dhari< ah merupakan bentuk wasilah atau perantara. Al-Syaukani

BAB III KERANGKA TEORITIS. orang yang memiliki hubungan langsung antara pelaku usaha dan konsumen.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN BARANG ELEKTRONIK REKONDISI

BAB II PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS PEMAKAIAN JASA DARI PELAKU USAHA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. memang harus diperhatikan agar tidak mengalami kerugian. berkaitan satu dengan yang lain dengan demikian tujuan mensejahterakan

BAB V PENUTUP. 1. Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Miskin Menurut Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan jo.

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Pelaksanaan Pengawasan Pencantuman Klausula Baku oleh BPSK Yogyakarta

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DI INDONESIA TERKAIT BAHAYA KONSUMSI ROKOK ELEKTRIK

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG LARANGAN PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN BERBAHAYA

Oleh Muhammad Basuki ABSTRAK. Kata Kunci : Perlindungan konsumen, Informasi, Iklan menyesatkan. ABSTRACT

UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DITINJAU DARI UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

SANKSI TERHADAP PELAKU USAHA TERKAIT DENGAN PELANGGARAN PERIKLANAN SESUAI DENGAN UNDANG- UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

ISBN: Cetakan Pertama, tahun Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini

BAB II BEBERAPA ASPEK HUKUM TERKAIT DENGAN UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. 1. Pengertian Dasar Dalam Hukum Perlindungan Konsumen

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERLINDUNGAN HAK-HAK KONSUMEN DALAM JUAL BELI MINYAK GORENG JELANTAH

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter

Menimbang : Mengingat :

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Transportasi adalah suatu alat yang terus berlangsung dalam kehidupan manusia. 1

Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terusmenerus. terpadu, terarah, dan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan suatu

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PANGAN SEHAT DAN BEBAS BAHAN BERBAHAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN [LN 1999/42, TLN 3821]

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN AKIBAT WANPRESTASI DALAM TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. Bagi para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti konsumen

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2016

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*9335 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 1996 (1996/7) TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

Lex Crimen Vol. IV/No. 8/Okt/2015. TANGGUNG JAWAB PIDANA PELAKU USAHA AKIBAT KERACUNAN MAKANAN 1 Oleh: Rio Kurniawan 2

BAB II TINDAKAN PENGOPLOSAN BERAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaku usaha dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen memiliki kewajiban untuk beritikad baik di dalam melakukan atau menjalankan usahanya sebagaimana diatur dalam Pasal 7 huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen sedangkan konsumen diwajibkan beritikad baik dalam hal transaksi pembelian barang atau jasa. Hal tersebut agar konsumen maupun pelaku usaha tidak dirugikan satu sama lainnya, karena kemungkinan kerugian yang akan dialami konsumen ketika barang tersebut diproduksi oleh pelaku usaha. Apabila dalam hal ini pelaku usaha tidak memiliki itikad baik dalam menjalankan usahanya maka konsumen akan sangat dirugikan begitupun sebaliknya terhadap konsumen, konsumen pun perlu beritikad baik terhadap pelaku usaha dalam hal transaksi baik itu pembelian barang ataupun jasa, karena kemungkinan kerugian pelaku usaha atau produsen terjadi ketika transaksi. 1 Pelaku usaha atau produsen juga memiliki kewajiban untuk memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur karena ketiadaan informasi yang memadai dari pelaku usaha merupakan salah satu bentuk cacat produk (cacat informasi) yang akan sangat merugikan bagi konsumen. Kewajiban pelaku usaha untuk memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur diatur dalam Pasal 7 huruf b Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. 2 1 Eli Wuria Dewi, 2015, Hukum Perlindungan Konsumen, Yogyakarta, Graha Ilmu, hlm. 57-58. 2 Ibid., hlm. 58. 1

Hak untuk memperoleh informasi bagi konsumen sangatlah penting seperti yang sudah dijelaskan diatas informasi yang kurang memadai merupakan salah satu bentuk cacat produk (cacat informasi) hak untuk memperoleh informasi yang benar, jelas dan jujur seperti yang diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) dimaksudkan agar konsumen memperoleh gambaran terhadap produk yang diinginkannya serta terhindar dari kerugian akibat kesalahan dalam penggunaan produk tersebut. Informasi yang merupakan hak konsumen tersebut diantaranya adalah mengenai manfaat kegunaan produk, efek samping atas penggunaan produk, tanggal kedaluwarsa, serta identitas produsen dari produk tersebut. informasi tersebut baik berupa lisan maupun tertulis, baik yang dicantumkan pada label maupun melalui iklan yang disampaikan oleh produsen, baik melalui media cetak maupun media elektronik. 3 Namun demikian, ketentuan tersebut sangat berbeda dengan praktiknya belum lama ini tersiar kabar dengan dugaan ditemukannya bahan pangan kedaluwarsa yang menimpa suatu restoran cepat saji yaitu Pizza Hut dan Marugame Udon. Menurut berita online yang penulis baca bahwa telah ditemukannya adanya 14 jenis bahan pangan kedaluwarsa yang digunakan oleh restoran cepat saji tersebut. masa kedaluwarsa bahan pangan tersebut diperpanjang hingga enam bulan. Tindakan tersebut sudah berlangsung selama lebih dari tiga tahun. 4 3 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2015, Hukum Perlindungan Konsumen, Revisi cetakan 9, Jakarta, PT Rajagrafindo Persada, hlm. 41. 4 Tempo.co, Ini Alasan Kasus Marugame & Pizza Hut Perlu Dikawal Publik, 30 September 2016, http://m.tempo.co/read/news/09/06/058802139/ini-alasan-kasus-marugame-pizza-hut-perludikawal-publik,, (21.00). 2

Masyarakat Indonesia terutama kalangan anak muda sangat gemar mengkonsumsi makanan cepat saji dan bisa dikatakan sudah menjadi gaya hidup mereka. Masyarakat atau dalam hal ini konsumen perlulah berhati-hati terhadap restoran cepat saji mana pun karena konsumen tidak dapat mengetahui tanggal kedaluwarsa makanan yang disajikan kepadanya, karena makanan tersebut sudah diolah dan konsumen hanya tinggal menyantap makanan yang disajikan padanya tanpa berpikir apakah makanan tersebut telah kedaluwarsa atau tidak. Yang mengetahui makanan tersebut kedaluwarsa atau tidak adalah pelaku usaha atau produsen itu sendiri. Walaupun dalam kasus dugaan temuan bahan pangan kedaluwarsa tersebut belum ada korban, tetapi masyarakat terlebih konsumen perlu mengawasi dugaan pelanggaran tersebut, selain itu juga konsumen perlu sadar terhadap hak yang dimilikinya agar pelaku usaha atau produsen tidak seenaknya dalam melakukan atau menjalankan usahanya yang dapat merugikan konsumen. Makanan kedaluwarsa apabila dikonsumsi dapat menimbulkan beberapa macam keluhan penyakit, dampak menkonsumsi makanan kedaluwarsa dapat terjadi secara bertahap dan tidak bisa langsung dirasakan. dampak apabila seseorang memakan makanan kedaluwarsa adalah akan muncul berbagai keluhan penyakit seperti sakit perut, diare, sembelit, keracunan, bahaya bagi perkembangan janin (apabila dalam hal ini yang mengkonsumsi adalah ibu hamil) serta rentang melukai lambung anak. 5 5 Halosehat.com, 6 Bahaya Makanan Kadaluarsa Untuk Kesehatan Tubuh, 30 September 2016, halosehat.com/makanan-berbahaya/bahaya-makanan-kadaluarsa,, (22.00). 3

Walaupun dalam kasus diatas belum terjadi adanya korban akibat menkonsumsi makanan restoran cepat saji tersebut, namun pelaku usaha atau produsen dapat dituntut dengan perbuatan melawan hukum karena dalam hal ini pelaku usaha atau produsen terkesan tidak memiliki itikad baik dalam menjalankan usahanya serta tidak memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai produk yang diproduksi atau diperdagangkannya. Dimana beritikad baik dalam melakukan kegiatan usaha dan memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai produk merupakan kewajiban pelaku usaha atau produsen yang diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) namun dalam hal ini pelaku usaha atau produsen terkesan mengabaikan kewajiban tersebut yang justru malah dapat merugikan bagi konsumen. Dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) sudah jelas mengatur tentang perbuatan apa saja yang dilarang bagi pelaku usaha atau produsen, perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha diatur dalam Pasal 8 Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) dimana peraturan tersebut bertujuan agar para pelaku usaha atau produsen tidak melakukan hal-hal yang dilarang atau bertentangan dengan ketentuan yang berlaku, selain itu agar dalam hal ini konsumen tidak menderita kerugian akibat perbuatan yang dilakukan oleh pelaku usaha atau produsen. Perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) yang terdapat dalam Pasal 8 pada intinya mengacu pada larangan memproduksi atau memperdagangkan barang dan/atau jasa. Larangan-larangan yang dimaksud menurut Nurmadjito pada hakikatnya 4

untuk mengupayakan agar barang dan/atau jasa yang beredar di masayarakat merupakan produk yang layak edar. Produk layak edar yang dimaksud asal-usul dan kualitas sesuai dengan informasi pengusaha baik melalui label, etiket, iklan dan lain sebagainya. 6 Selain ketentuan yang diatur dalam UUPK dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan juga mengatur mengenai perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha. Dalam Pasal 90 ayat (1) dan (2) dijelaskan bahwa Setiap orang dilarang mengedarkan pangan tercemar, pangan tercemar yang dimaksud berupa pangan: mengandung racun, berbahaya, atau yang dapat membahayakan kesehatan jiwa atau manusia; mengandung cemaran yang melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan; mengandung bahan yang dilarang digunakan dalam kegiatan atau proses produksi pangan; mengandung bahan yang kotor, busuk, tengik, terurai, atau mengandung bahan nabati atau hewani yang berpenyakit atau berasal dari bangkai; diproduksi dengan cara yang dilarang; dan/atau sudah kedaluwarsa. Pada intinya larangan yang terdapat dalam Pasal 90 Undang-Undang Pangan tersebut adalah larangan mengenai peredaran pangan tercemar, pangan tercemar yang dimaksud adalah pangan yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Salah satu indikator pangan tersebut sudah tercemar adalah sudah kedaluwarsa atau melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan. Pelaku usaha atau produsen memiliki tanggung jawab terhadap apa yang diproduksi atau diperdagangkannya. Seperti yang diatur dalam Pasal 19 ayat (1) 6 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Op. cit., hlm 64-65. 5

Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) mengenai tanggung jawab pelaku usaha dimana dalam pasal tersebut berbunyi Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. Artinya tanggung jawab pelaku usaha atau produsen bukan semata-mata atas produk dan/ atau jasa yang cacat atau rusak tetapi tanggung jawab pelaku usaha atau produsen meliputi segala kerugian yang dialami oleh konsumen. 7 Selain yang terdapat dalam UUPK pengaturan mengenai tanggung jawab pelaku usaha juga diatur dalam KUHPerdata, seperti yang diatur dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa Tiap-tiap perbuatan melawan hukum yang menimbulkan kerugian bagi orang lain, mewajibkan orang yang karena kesalahannya menerbitkan atau menimbulkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut. maksud dari pasal tersebut adalah dimana pelaku usaha yang dalam hal ini menjalankan usahanya melakukan perbuatan hukum dan menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka diwajibkan untuk memberikan ganti kerugian terhadap kerugian yang diderita oleh konsumen. 8 Hak dan kewajiban yang diberikan oleh Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) terhadap pelaku usaha atau produsen bukan tanpa alasan melainkan agar terciptanya hubungan yang sehat antara pelaku usaha atau produsen dengan konsumen sehingga dalam hal ini tidak akan terjadi kerugian 7 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Ibid., hlm. 129-130. 8 Eli Wuria Dewi, Op.cit., hlm. 68-69. 6

sepihak khususnya yang terjadi kepada konsumen karena kelalaian pelaku usaha atau produsen. 9 Sama halnya dengan hak dan kewajiban diatas pada intinya perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha atau produsen memiliki tujuan yang sama yaitu agar konsumen tidak dirugikan oleh pelaku usaha atau produsen. Pelaku usaha atau produsen juga haruslah mengerti, memahami serta melaksanakan apa yang menjadi hak maupun kewajibannya serta apa saja perbuatan yang dilarang dilakukan jangan sampai hanya karena ingin mencari keuntungan pelaku usaha atau produsen tersebut malah mengabaikan hak konsumennya sendiri dan justru malah dapat merugikan konsumen dengan cara yang tidak baik atau curang. 9 Eli Wuria Dewi, Ibid., hlm. 59. 7

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana tanggung jawab pelaku usaha restoran terhadap makanan yang sudah melewati masa kedaluwarsa? 2. Bagaimana upaya hukum terhadap makanan yang sudah melewati masa kedaluwarasa? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui dan mengkaji tanggung jawab pelaku usaha restoran terhadap makanan yang sudah melewati masa kedaluwarsa. 2. Untuk mengetahui dan mengkaji upaya hukum terhadap makanan yang sudah melewati masa kedaluwarasa. D. Manfaat 1. Memberikan gambaran yang jelas mengenai tanggung jawab pelaku usaha restoran terhadap makanan yang sudah melewati masa kedaluwarsa. 2. Memberikan gambaran yang jelas mengenai upaya hukum terhadap makanan yang sudah melewati masa kedaluwarasa. 8