ANALISIS PENGARUH HASIL PENGELASAN BIMETAL BAJA S45C DAN STAINLESS STEELS 304 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Variasi Posisi Pengelasan. Shield Metal Arc Welding

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

PENGARUH HEAT TREATMENT

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

BAB II KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) DENGAN METODE EKSPERIMEN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

ANALISA PENGARUH PENGELASAN FCAW PADA SAMBUNGAN MATERIAL GRADE A DENGAN MATERIAL GRADE DH 36. Oleh :

DASAR-DASAR PENGELASAN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan efisiensi penggunaan BBM. Penggantian bahan pada. sehingga dapat menurunkan konsumsi penggunaan BBM.

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

BAB I LAS BUSUR LISTRIK

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

Pengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal...

INFO TEKNIK Volume 14 No. 2 Desember 2013 ( ) PENGARUH ARUS TERHADAP KEKERASAN HASIL PENGELASAN BAJA ST 60 MENGGUNAKAN PENGELASAN SMAW

BAB I PENDAHULUAN. atau non ferrous dengan memanaskan sampai suhu pengalasan, dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi ( filler metal ).

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua. logam atau lebih yang menggunakan energi panas.

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS LAS LISTRIK PADA SUDUT KAMPUH V GANDA TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPACT DARI MATERIAL ST 37

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERAAN DAN STRUKTUR MIKRO

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

Dimas Hardjo Subowo NRP

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW)

Analisa Hasil Lasan Stud Welding Pada Baja AISI 304 dan Baja XW 42 Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

STUDI KARAKTERISTIK PENGELASAN SMAW PADA BAJA KARBON RENDAH ST 42 DENGAN ELEKTRODA E 7018

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DASAR TEKNOLOGI PENGELASAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan kampuh las, proses pengelasan dan pembuatan

KEKUATAN TARIK DAN BENDING SAMBUNGAN LAS PADA MATERIAL BAJA SM 490 DENGAN METODE PENGELASAN SMAW DAN SAW

ANALISA PENGARUH VARIASI TREATMENT PADA PROSES PENGELASAN SMAW TERHADAP PERBAIKAN KUALITAS BAJA

proses welding ( pengelasan )

JURNAL KAJIAN TEKNIK MESIN

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi kebutuhan teknologi maupun kebutuhan rumah. berpengaruh pada penurunan kualitas barang produksi seperti

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana

Pengaruh Variasi Arus dan Tebal Plat pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Pemilihan Bahan. Proses Pengelasan. Pembuatan Spesimen. Pengujian Spesimen pengujian tarik Spesimen struktur mikro

BAB I PENDAHULUAN. pipa-pipa minyak dan gas bumi maupun konstruksi-konstruksi lainnya

PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN METODE MIG

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP DAERAH HAZ LAS PADA BAJA KARBON

PENGARUH PROSES PREHEATING PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL BAJA ST 37

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

Analisa Kekuatan Sambungan Las SMAW Pada Material Baja ST 37

C. RUANG LINGKUP Adapun rung lingkup dari penulisan praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Kerja las 2. Workshop produksi dan perancangan

PENGELASAN Teknologi Pengelasan Pengelasan sebagai Kegiatan Komersial :

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penyambungan antara drum dengan tromol menggunakan teknologi

TUGAS AKHIR ANALISIS KEKUATAN TARIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA BAJA SS400 DENGAN VARIASI ARUS

BAB I PENDAHULUAN. semakin dibutuhkan. Semakin luas penggunaan las mempengaruhi. mudah penggunaannya juga dapat menekan biaya sehingga lebih

Studi Kekuatan Sambungan Las Baja AISI 1045 dengan Berbagai Metode Posisi Pengelasan

Pengaruh arus pengelasan terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro pada material aluminium

PENGARUH KELEMBABAN FLUKS ELEKTRODA E 6013 LAS SMAW PADA KEKUATAN SAMBUNGAN TUMPUL BAJA PADUAN BERKEKUATAN TARIK TINGGI AISI 4340

Transkripsi:

ANALISIS PENGARUH HASIL PENGELASAN BIMETAL BAJA S45C DAN STAINLESS STEELS 304 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO Sholikul Mustafid,Priagung Hartono,Nur Robbi Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Islam Malang Jl. MT. Haryono 193 Malang 65145 E-mail:sholikulmustafid@yahoo.com ABSTRAK Kebutuhan sambungan las saat ini sangatlah dibutuhkan terutama pada jaman yang sudah modern sekarang ini kemajuan teknologi semakin berkembang pesat maka banyak cara-cara pengelasan yang telah di lakukan untuk mempermudah suatu pekerjaan maka dari itu dalam penelitian ini ingin mengetahui seberapa besar pengaruh yang di timbulkan dalam pengelasan dua logam yang berbeda (bimetal) yaitu antara baja s45c dan stainless steels 304 dengan menggunakan proses pengelasan SMAW atau las busur listrik karena jenis las ini adalah jenis las yang paling umum diggunakan dan yang paling mudah dikarenakan peralatan yang relatif murah dari proses pengelasan lainya pengelasan menggunakan elektroda E309-16 dengan kuat arus 90 Ampere dengan posisi pengelasan bawah tangan dengan menggunakan variasi tiga kampuh yaitu kampuh v tunggal, kampuh v ganda dan kampuh tirus tunggal. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah eksperimen, penelitian eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktorfaktor lain yang mengganggu. Suatu metode penelitian eksperimen didesain di mana variabelvariabel dapat dipilih dan variabel lain yang dapat mempengaruhi proses eksperimen itu dapat dikontrol secara teliti. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif sebagai teknik analisis data. Metode penelitian deskriptif adalah metode penelitiaan yang tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kekuatan tarik dan struktur mikro setelah dilakukan pengelasan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk kekuatan tarik tertinggi yaitu dengan menggunakan kampuh v ganda kemudian kemudian kampuh tirus tunggal dan kampuh v tunggal dengan besaran nilai rata-rata sebagai berikut pada kampuh v ganda memiliki kekuatan tarik sebesar 3256,771667 (kgf), sedangkan pada kampuh kampuh tirus tunggal menghasilkan kekuatan tarik yang lebih baik dibandingkan dengan kampuh v tunggal yaitu sebesar 3046,252333 (kgf) dan 2839,245 (kgf) untuk kampuh v tunggal. Untuk hasil struktur mikro pada pengelasan bimetal dengan menggunakan variasi tiga kampuh menunjukkan ada bebrapa unsur yaitu ferrite, pearlite dan martensit untuk daerah haz baja s45c lebih domina pearlite dan untuk daerah haz stainless steels 304 lebih dominan adalah warna ferrite. Key words : SMAW, Bimetal, Yield strenght, micro structure, PENDAHULUAN (Sudargo, 2011) pengaruh filler dan arus listrik terhadap sifat fisik mekanik sambungan las gmaw logam tak sejenis antara baja karbon dan j4. Dari pengujianpengujian pengelasan tak sejenis antara baja karbon dan baja tahan karat J4 dapat ditarik beberapa kesimpulan : Penggunaan filler ER 309 L dan ER 70 S berpengaruh pada kekerasan HAZ karena terjadi penggetasan akibat endapan paduan krom. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sambungan las dengan filler ER 309 L dan menggunakan arus sebesar 80 A mempunyai kekuatan tarik tertinggi yaitu 314,58 MPa, sedangkan sambungan las dengan filler ER 70 S dan menggunakan arus sebesar 60 A mempunyai kekuatan tarik terendah yaitu 281,83 Mpa. Pengelasan tak sejenis antara baja karbon ST 37 dan baja tahan karat J4 lebih cocok menggunakan filler metal ER 309 L daripada ER 70 S. Hal ini dibuktikan dari distribusi kekerasan <250 VHN. (Asngali Bi dkk, 2011) pengaruh waktu pengelasan gmaw terhadap sifat fisik 25

mekanik sambungan las logam tak sejenis antara aluminium dan baja karbon rendah. Dari uji tarik menunjukkan bahwa sambungan dengan waktu pengelasan 2 detik memiliki 199 MPa yang menunjukkan tegangan tertinggi dibandingkan waktu pengelasan 4 detik dan 6 detik, hal ini diperkuat dengan hasil foto pada struktur mikro yang menunjukkan sambungan aluminium baja memiliki gradasi yang paling dalam sehingga intermetaliknya juga lebih luas. Hal ini menyababkan kekuatannya lebih baik dibanding dengan yang lain ( waktu pengelasan 4 detik dan 6 detik ). Pegertian las adalah suatu cara untuk menyambung benda padat dengan jalan mencairkannya melalui pemanasan 1). Proses pengelasan bimetal adalah proses pengelasan yang menyambungkan dua macam jenis logam yang berbeda. Pengelasan bimetal mempunyai tingkat kerumitan yang lebih tinggi dibanding dengan pengelasan dengan logam yang sama jenis. Karena logam yang tidak sejenis mempunyai karakteristik yang berbeda satu sama lainnya. Sehingga proses pengelasan logam yang tidak sejenis membutuhkan beberapa teknik tertentu, misalnya pemilihan logam yang akan disambung harus tepat, pemilihan elektroda yang sesuai, pengaturan heat input yang tepat, serta pemilihan perlakuan panas pasca pengelasan yang tepat. Untuk itu dibutuhkan suatu cara agar pengelasan bimetal lebih dapat diterima dan pada akhirnya dapat diaplikasikan dengan baik sesuai dengan yang diinginkan. Dalam proses penyambungan ini adakalanya disertai dengan tekanan dan material tambahan (filler material) Teknik pengelasan secara sederhana telah diketemukan dalam rentang waktu antara 4000 sampai 3000 SM. Setelah energi listrik dipergunakan dengan mudah, teknologi pengelasan maju dengan pesatnya sehingga menjadi sesuatu teknik penyambungan yang mutakhir. Hingga saat ini telah dipergunakan lebih dari 40 jenis pengelasan.pada tahaptahap permulaan dari pengembangan teknologi las, biasanya pengelasan hanya digunakan pada sambungan-sambungan dari reparasi yang kurang penting. Tapi setelah melalui pengalaman dan praktek yang banyak dan waktu yang lama, maka sekarang penggunaan proses-proses pengelasan dan penggunaan konstruksikonsturksi las merupakan hal yang umum di semua negara di dunia. Proses Pengelasan SMAW Pada proses pengelasan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan proses pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding) adalah proses pengelasan dengan mencairkan material dasar yang menggunakan panas dari listrik antara penutup metal (elektroda). Dalam teknik pengelasan SMAW, proses pelindungan logam lasan dilakukan dua tahap. Ketika logam las dalam kondisi cair dilindungi oleh bermacam-macam gas hasil pembakaran elektroda las dan ketika sedang membeku cairan ini dilindungi oleh lapisan terak yang terbentu dari fluks yang membeku. Pengelasan jenis SMAW merupakan jenis pengelasan yang paling sering digunakan dalam pengerjaan konstruksi berbagai macam produk suatu misal pembuatan kapal, tanki-tanki, lokomotiv, ketel uap dan berbagai peralatan kebutuhan rumah tangga. pada pengelasan ini, panas yang terjadi berasal dari aliran listrik yang bergerak dalam suatu kabel dan aliran listrik tersebut terhambat oleh kabel. Besarnya panas yang dihasilkan berbanding lurus dengan besarnya aliran arus dan besarnya hambatan. Panas yang besar juga dihasilkan akibat loncatan aliran arus listrik dari ujung elektroda ke base metal, gap udara ini menimbulkan hambatan yang besar bagi aliran arus dan hambatan ini yang kemudian menimbulkan busur api yang panasnya mencapai 3300º - 5500ºC 2). Gambar 1 Skema pengelasan SMAW (Widharto, 2006) Elektroda pada pengelasan ini menggunakan jenis elektroda E309-16. Keterangan Emenunjukkan arti elektroda 309Menunjukkan komposisi kimia logam inti elektroda, dalam hal ini termasuk kedalam golongan elektroda baja tahan karat 16 Menunjukkan zat pelapis pelindung (fluks) yang terbuat dari hidrogen rendah (low hydrogen). Tabel. 1Tabel komposisi kimia E309-16 26

Sumber (Welding Handbooks Sec. 5. 1985. Weld Overlay Cladding. AWS.New York) Bentuk Sambungan dan Kampuh Las. Secara umum sambungan las ada dua macam, yaitu sambungan sudut (fillet) dan sambungan tumpul (butt). Adapun macam-macam bentuknya adalah sebagai berikut : 1. Sambungan sudut dalam (T-joint atau L- joint) 2. Sambungan sudut luar ( Corner joint) 3. Sambungan tumpang (lap joint) 4. Sambungan sumbat (Plug joint) 5. Sambungan celah (Slot joint) 6. Sambungan tumpul (Butt joint) Kampuh las adalah bentuk persiapan pada suatu sambungan. Umumnya hanya ada pada sambungan tumpul, namun ada juga pada beberapa bentuk sambungan sudut tertentu, yaitu untuk memenuhi persyaratan kekuatan suatu sambungan sudut. Bentuk kampuh las yang banyak dipergunakan pada pekerjaan las dan fabrikasi logam adalah : 1. Kampuh I (Open square butt) 2. Kampuh V (Single Vee butt) 3. Kampuh X (Duoble Vee butt) 4. Kampuh U (Single U butt) 5. Kampuh K/Sambungan T dengan penguatan pada kedua sisi (Reinforcemen on T-butt weld ) 6. Kampuh J/ Sambungan T dengan penguatan satu sisi (Single J-butt weld ) Berikut ini adalah gambar bentuk-bentuk sambungan dan kampuh las. Gambar 2bentuk-bentuk sambungan dan kampuh las (wiryosumarto, 1985) Posisi Pengelasan Secara umum posisi pengelasan ada empat, yaitu 1. Posisi dibawah tangan/flat/down hand 2. Posisi mendatar/horizontal. 3. Posisi tegak/vertikal 4. Posisi di atas kepala/overhead. 5. Gambar 3Posisi pengelasan METODE PENELITIAN Pada penelitian ini metode penelitian menggunakan metode eksperimen nyata ( tru experimental method) dan merupakan jenis penelitian kuantitatif. Metode penelitian eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu. Suatu metode penelitian eksperimen didesain di mana variabelvariabel dapat dipilih dan variabel lain yang dapat mempengaruhi proses eksperimen itu dapat dikontrol secara teliti. 27

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif sebagai teknik analisis data. Metode penelitian deskriptif adalah metode penelitiaan yang tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan tentang suatu variabel, gejala atau keadaan (Suharsimi Arikunto, 2006). BAHAN DAN ALAT UJI Bahan uji Material yang dipersiapkan adalah baja karbon S45C dengan panjang 9 cm dan tebal 10 mm serta material stainless steels 304 dengan tebal 10 mm dan panjang 9 cm. Proses selanjutnya yaitu proses pengelasan dengan menggunakan teknik pengelasan SMAW. Material yang di las adalah baja karbon dan stainless steels. Gambar 4 Bentuk spesimen uji tarik Gambar 7 Mesin Uji Tarik Pengujian tarik dilakukan dengan memberikan gaya tarik ke arah aksial pada spesimen. Tegngan tarik dinyatakan oleh besarnya gaya tarik yng dialami tiap satu satuan luas spesimen. Dari pengolahan data akan diperoleh Diagram Tegangan- Regangan yang dapat menunjukkan berbagai sifat mekanik dari material. Spesifikasi mesin uji tarik yaitu: Merk : Servo Control Computer System Universal Testing Machine Kapasitas : 10000 kg Power : 380 V 50 HZ Gambar 5 Bentuk spesimen uji mikro Alat Penelitian Gambar 8Alat Uji Struktur Mikro Spesifikasi : Merk Buatan Pembesaran : 400 x : Nixon : Jepang HASIL PENELITIAN 1.Kekuatan uji tarik Gambar 6 Mesin las Keterangan : Jenis Mesin las : SMAW DC Arus output : 300 A Voltage output : OCV 40 80 volt, CCV 20 40 volt input power 220 volt, 3 28

4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 3063,923 3035,661 2594,531 3672,546 3571,437 2972,789 3033,846 2795,133 0 1 2 v Tunggal v Ganda 2686,941 3 tirus tunggal Haz stainless steels 304 Gambar 9Grafik Pengujian Tarik (kgf) Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa nilai kekuatan tarik dengan menggunakan kampuh v ganda lebih tinggi dibanding kampuh v tunggal dan tirus tunggal. pada kampuh v ganda memiliki kekuatan tarik sebesar 3256,771667 (kgf), sedangkan pada kampuh kampuh tirus tunggal menghasilkan kekuatan tarik yang lebih baik dibandingkan dengan kampuh v tunggal yaitu sebesar 3046,252333 (kgf) dan 2839,245 (kgf) untuk kampuh v tunggal. 2.Hasil uji struktur mikro Kampuh v tunggal Haz bajas s45c Kampuh tirus tunggal Haz baja s45c Haz stainless steels 304 Haz stainless steels 304 Hasil uji mikro menunjukkan ada beberapa warna yang pertama warna hitam (pearlite), warna putih (ferrite) dan warna abu-abu (martensit) KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisa maka dapat di peroleh kesimpulan sebagai berikut: Kampuh v ganda Haz baja s45c Uji tarik 1. Dari perbedaan variasi tiga kampuh menunjukkan bahwa kekuatan tarik hasil pengelasan bimetal dengan variasi tiga kampuh menunjukkan bahwa ada perbedaan yang berarti (nyata) tetapi tidak signifikan antara kampuh v tunggal, kampuh v ganda dan kampuh tirus tunggal. Karena dari hasil pembuktian analisaa uji t menunjukkan bahwa dari ketiga perbandingan t-hitung 29

lebih kecil dari t tabel yaitu kampuh v tunggal dengan kampuh v ganda dengan t-hitung -1,798<2,132 t-tabel maka H 0 diterima, kampuh v ganda dengan kampuh tirus tunggal t-hitung - 0,597<2,132 t-tabel maka H 0 diterima dan kampuh v tunggal dengan kampuh tirus tumggal t-hitung -0,684<2,132 t- tabel maka H 0 diterima. B. Hasil Pengujian Struktur Mikro Hasil pengujian struktur mikro dari Tiga kampuh dengan sampel acak maka dapat di ambil kesimpulan bahwa ada beberapa unsur yaitu hitam, putih dan abu-abu. Dengan presentase sebagai berikut: 1. Struktur Mikro Kampuh V Tunggal Daerah Haz baja S45C adalah warna hitam sebesar 55,6 % kemudian warna abu-abu sebesar 26,9 % dan warna putih sebesar 17,5% dan untuk daerah Haz stainless steels 304 adalah untuk presentase tertinggi adalah warna putih sebesar 66,2 % kemudian abu-abu sebesar 32,8% dan warna hitam sebesar 1%. 2. Srtuktur Mikro Kampuh V Ganda Daerah Haz baja S45C adalah warna hitam sebesar 27,2% % kemudian warna abu-abu sebesar 50,5 % dan warna putih sebesar 22,3 % dan untuk daerah Haz stainless steels 304 adalah untuk presentase tertinggi adalah warna putih sebesar 16,8 % kemudian abu-abu sebesar 76% dan warna hitam sebesar 7,2 %. 3. Struktur Mikro Kampuh Tirus Tunggal Daerah Haz baja S45C adalah warna hitam sebesar 42,3 % kemudian warna abu-abu sebesar 39,5 % dan warna putih sebesar 18,2% dan untuk daerah Haz stainless steels 304 adalah untuk presentase tertinggi adalah warna putih sebesar 48,6 % kemudian abu-abu sebesar 49,4% dan warna hitam sebesar 2%. DAFTAR PUSTAKA Widharto, 2006. Petunjuk Kerja Las cetakan keenam. Jakarta: Pradnya Paramita Welding Handbooks Sec. 5. 1985. Weld Overlay Cladding. AWS.New York Wiryosumarto,1985.Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta: Pradnya Paramita. 30