BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama manusia. Kebutuhan sosial yang dimaksud adalah rasa dimiliki oleh orang lain, pengakuan dari orang lain, penghargaaan orang lain, serta pernyataan diri. Interaksi yang dilakukan tidak selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh individu sehingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap kemampuan individu untuk berinteraksi dengan orang lain (Purwaningsih, 2010). Kehidupan dan keadaan yang menekan terus menerpa yang lambat laun apabila tidak diwaspadai akan menimbulkan masalah baru yang lebih buruk, yaitu terjadinya penyimpangan jiwa kearah yang negatif (Junaidi, 2012). Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan social yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosional (Videbeck, 2008). Gangguan jiwa adalah suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress atau disabilitas (yaitu kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) atau di sertai peningkatan resiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan kebebasan (Videbeck, 2008). Adapun penyebab terjadinya gangguan jiwa, Biologis: Stresor yang berhubungan dengan respon neurobiologis, Lingkungan: Ambang toleransi terhadap stres yang ditentukan secara biologis berinteraksi dengan stresor
lingkungan untuk menentukan gangguan perilaku, Sosial budaya: Stres yang menumpuk dapat menunjang terjadinya skizorfenia dan gangguan psikotik lain (Stuart, 2007). Prevelensi gangguan jiwa di Indonesia mencapai 246 juta per seribu penduduk. Hal ini merupakan kondisi yang sangat serius, karena lebih tinggi 2,6 kali dari ketentuan WHO (Azwar, 2008). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2010 ada 11,6% penduduk Indonesia yang berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental atau berkisar 19 juta penduduk. Dimana 0,46% diantaranya bahkan mengalami gangguan jiwa berat atau sekitar 1 juta penduduk (Post, 2012). Skizofrenia merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh dan terganggu. Gejala skizofrenia dibagi dalam dua kategori utama : gejala positif atau gejala nyata, yang mencakup waham, halusinasi, dan disorganisasi pikiran, bicara, dan perilaku yang tidak teratur, serta gejala negative atau gejala samar, seperti efek datar, tidak memiliki kemauan dan menarik diri dari masyarakat atau rasa tidak nyaman (Videbeck, 2008). Halusinasi dapat melibatkan panca indera dan sensasi tubuh, antara lain halusinasi pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecapan, perabaan, kenestetik, dan klinestetik. Namun halusinasi pendengaran merupakan halusinasi yang sering terjadi. Halusinasi pendengaran meliputi mendengar suara-suara, paling sering adalah suara orang berbicara kepada klien atau membicarakan klien. Mungkin ada satu atau banyak suara, dapat berupa suara orang yang dikenal atau tidak dikenal. Berbentuk halusinasi perintah yaitu suara yang menyuruh klien untuk mengambil tindakan, sering kali membahayakan diri sendiri atau orang lain dan di anggap berbahaya (Videbeck, 2008).
Hasil perhitungan data jumlah pasien pada tahun 2010 di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang dengan rumus jumlah diagnosa/jumlah gangguan jiwa x 100% (jumlah gangguan jiwa : 3914) yaitu perilaku kekerasan : 1534 (39,2%), halusinasi : 1606 (41%), isolasi social : 457 (11,7%), waham : 111 (2,8%), harga diri rendah :82 (2,1%), depresi : 662 (16,9%), bunuh diri : 116 (2,3%), skizofrenia : 3912 (99,99%), kambuh : 4452 (11,5%), laki-laki 2357 dan perempuan 1557. Berdasarkan hasil periode bulan November tahun 2011, pasien yang dirawat di ruang 2 (Brotojoyo) didapatkan dari 24 pasien yang mengalami gannguan jiwa terdapat 10 pasien yang mengalami gangguan persepsi halusinasi, 7 mengalami perilaku kekerasan, 4 pasien mengalami gangguan konsep diri harga diri rendah dan 3 pasien mengalami isolasi social menarik diri dengan rata-rata berumur 20-45 tahun. Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang harus ditangani dengan cermat dan seksama, jika tidak penderita akan mengalami kemunduran fungsi sebagai seorang manusia pada umumnya. Tanda-tanda orang yang terganggu dalam menilai realitas adalah adanya halusinasi, perilaku kacau seperti agresi, berarti orang tersebut mengalami masalah dalam perilaku realitas yang artinya jiwanya terganggu, kadang orang tersebut mendengar perkataan bahwa dia disuruh untuk melakukan sesuatu yang kadang-kadang membahayakan, jika hal ini tidak ditangani akan menimbulkan akibat buruk yaitu resiko mencederai diri, orang lain dan juga lingkungan (Keliat, 2006). Melihat fenomena-fenomena yang penulis lampirkan di atas baik dari gejala yang sering muncul akibat dari masalah itu, Oleh sebab itu penulis dalam karya tulis ilmiah ini mengambil judul asuhan keperawatan pada pasien
B. Tujuan penulisan Adapun tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah : 1. Tujuan umum Untuk mengetahui gambaran secara nyata tentang pemberian asuhan keparawatan jiwa pada klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran. 2. Tujuan khusus : a. Menggambarkan hasil pengkajian keperawatan pada klien dengan halusinasi pendengaran. b. Mendeskripsikan hasil analisa data yang diperoleh pada klien dengan halusinasi pendengaran. c. Memendeskripsikan diagnosa keperawatan yang muncul pada klien d. Mendeskripsikan rencana keperawatan yang dilakukan pada klien e. Mendeskripsikan implementasi yang telah dilakukan pada klien f. Mendeskripsikan evaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan pada klien g. Mendeskripsikan faktor penghambat dan pendukung dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien
C. Metode penulisan Adapun tekhnik penulisan adalah diskriptif, yang merupakan gambaran kasus yang dikelola dengan cara pengumpulan data yang diperoleh saat pengkajian : 1. Wawancara Mengadakan wawancara dengan klien maupun dengan tim kesehatan mengenai data klien gangguan sensori persepsi halusinasi. 2. Observasi partisipasi Dengan melakukan pendekatan dan melakukan asuhan keperawatan secara langsung pada klien dirumah sakit 3. Studi dokumentasi Dokumentasi diambil dan dipelajari dari catatan medik, catatan perawatan untuk mendapatkan data-data mengenai perawatan dan pengobatan. 4. Studi kepustakaan Menggunakan dan mempelajari literatur medis maupun perawatan penunjang sebagai teoritis untuk menegakkan diagnosa dan perencanaan keperawatan. D. Sistematika penulisan Untuk menggambarkan yang jelas dalam menulis laporan karya tulis ini penulis menggunakan sistem 5 bab yaitu : Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan, dan sistematika Penulisan. Bab II berisi tinjauan pustaka yang meliputi pengertian, klasifikasi, rentang respon, tahapan halusinasi, etiologi, manifeestasi klinik, sumber koping, mekanisme koping, penatalaksanaan, pengkajian, pohon masalah, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan dan strategi pelaksanaan.
Bab III berisi tinjauan kasus yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Bab IV berisi pembahasan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Bab V berisi kesimpulan dan saran, daftar pustaka.