KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 51 TAHUN 2000 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 51 TAHUN 2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 89 TAHUN 1990 TENTANG IZIN USAHA EKSPEDISI MUATAN PESAWAT UDARA (EMPU) MENTERI PERHUBUNGAN,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor: KP 4 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1995 TENTANG ANGKUTAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN M E M U T U S K A N : NOMOR : KM 81 TAHUN 2004

MENTERI PERHUBUNGAN, 1. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1989 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Tahun 1989 Nomor 11, Tambahan Lembaran Nomor 3391) ;

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1995 TENTANG ANGKUTAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 42 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP-447 TAHUN 2014 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 14 TAHUN 1989 TENTANG PENERTIBAN PENUMPANG, BARANG DAN KARGO YANG DIANGKUT PESAWAT UDARA SIPIL

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : SKEP / 195 / IX / 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERSETUJUAN TERBANG (FLIGHT APPROVAL)

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 5 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA TITIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 90 TAHUN 2002 TENTANG

2012, No.118. LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN Nomor : PM.8 TAHUN 2012 Tanggal : 26 JANUARI Contoh 1. Nomor : Jakarta.

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 66 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PARKIR UNTUK UMUM MENTERI PERHUBUNGAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERHUBUNGAN, 1. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1989 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Tahun 1989 Nomor 11, Tambahan Lembaran Nomor 3391) ;

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 05 /PER/M.KOMINFO/I/2006 TENTANG PENYELENGGARAAN WARUNG TELEKOMUNIKASI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 2 TAHUN 2001 T E N T A N G TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT TIPE ALAT DAN PERANGKAT TELEKOMUNIKASI

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 313 ayat 3

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM.46 TAHUN 2002 TENTANG PENYELENGGARAAN WARUNG TELEKOMUNIKASI MENTERI PERHUBUNGAN,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :KP 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 84 TAHUN 2002 TENTANG KLIRING TRAFIK TELEKOMUNIKASI MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : TENTANG PENYELENGGARAAN JASA TITIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 53 TAHUN 2000 TENTANG PERPOTONGAN DAN/ATAU PERSINGGUNGAN ANTARA JALUR KERETA API DENGAN BANGUNAN LAIN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan L

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

2 menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkuta

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN NOMOR: 129.1/Kpts/HK.320/12/07 TENTANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang (Lembaran Negara Republik Indon

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 56 TAHUN 2015 TENTANG KEGIATAN PENGUSAHAAN DI BANDAR UDARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 31 TAHUN 2001 TENTANG TATA CARA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SEARCH AND RESCUE (SAR) MENTERI PERHUBUNGAN,

Unit kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, melakukan penilaian pelanggaran terhadap hasil pemeriksaan.

2017, No Udara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tam

CONTOH 1 : PERMOHONAN IZIN USAHA ANGKUTAN

2015, No Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014; 4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003. Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO)

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2001, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 20 /PER/M.KOMINFO/10/2005 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR : 2/P/2008

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-36/PM/1996 TENTANG PENDAFTARAN BANK UMUM SEBAGAI WALI AMANAT KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 66 TAHUN 2003 T E N T A N G TATA CARA SALING PENGAKUAN HASIL UJI ALAT DAN PERANGKAT TELEKOMUNIKASI

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KP.288 TAHUN 2008 TENTANG

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 22/PER/M.KOMINFO/10/2005 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 6885/Kpts-II/2002 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PERPANJANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Bab IV huruf A angka 2 huruf a dan b

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-26/PM/1996 TENTANG PERIZINAN PENASIHAT INVESTASI KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL,

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 45 TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN KEPEMILIKAN MODAL BADAN USAHA DI BIDANG TRANSPORTASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

`KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 82 TAHUN 2004 TENTANG PROSEDUR PENGADAAN PESAWAT TERBANG DAN HELIKOPTER MENTERI PERHUBUNGAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 30 TAHUN 2001

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 503 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN DAN PENGAWASAN PEMENUHAN

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR TETAP PENERBITAN IZIN PENYELENGGARAAN JASA TITIPAN UNTUK KANTOR AGEN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 17 TAHUN 1988 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGUSAHAAN ANGKUTAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 32 TAHUN 2002 TENTANG TARIF JASA POS DASAR DALAM NEGERI DAN LUAR NEGERI MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-35/PM/1996 TENTANG PERIZINAN BIRO ADMINISTRASI EFEK KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL,

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 335/KPTS-II/1997 TENTANG RENCANA KARYA PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI (RKPHTI) MENTERI KEHUTANAN,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK.2257/AJ.003/DRJD/2006. Tentang

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

2 Ke Dan Dari Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republi

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 51 TAHUN 2005 TENTANG

(dibuat diatas kertas kop perusahaan) Perihal : Permohonan Penetapan sebagai Pialang Berjangka yang melaksanakan kegiatan penerimaan Nasabah secara

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-10/PM/1997 TENTANG

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR 146/KPTS-II/2000 TENTANG

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 292 / KMK.01/1998 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN KERINGANAN BEA MASUK DALAM RANGKA PEMBANGUNAN INDUSTRI/INDUSTRI JASA

PROSEDUR PENGADAAN PESAWAT TERBANG DAN HELIKOPTER

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129/PMK.03/2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor: KP. 456 T4HUN 2011 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 73/MPP/Kep/3/2000 TENTANG KETENTUAN KEGIATAN USAHA PENJUALAN BERJENJANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

PEMERINTAH KOTA BATU

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik In

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

Menimbang : a. bahwa dalam Pasal 235 Undang-Undang Nomor 1 Tahun

KEANGGOTAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM PARTAI POLITIK ATAU GOLONGAN KARYA Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1976 Tanggal 7 Agustus 1976

Transkripsi:

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 51 TAHUN 2000 TENTANG PERWAKILAN DAN AGEN PENJUALAN UMUM (GENERAL SALES AGENT/GSA) PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA ASING MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1995 tentang Angkutan Udara sebagannana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2000, telah diatur ketentuan mengenai Perwakilan dan Agen Penjualan umum (General Sales Agent/GSA) perusahaan angkutan udara asing; b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut huruf a, perlu mengatur perwakilan dan agen penjualan umum (General Sales Agent/GSA) perusahaan angkutan udara asing, dengan Keputusan Menteri Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan, (Lembaran Negara. Tahun 1992 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara, Republik Indonesia Nomor 3481); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 1995 tentang Angkutan Udara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3610); 3. Keputusan Presiden Nomor 136 Tahun 1999 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata. Kerja Departemen sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 175 Tahun 1999; 4. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 91/OT.002/Phb-80 dan KM 164/OT.002/Phb-80 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 4 Tahun 2000; 5. Keputusan Menteri. Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 1998 tentang Organisasi dan Tata. Kerja Kantor Wilayah Departemen Perhubungan; 1

M E M U T U S K A N : Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG PERWAKILAN DAN AGEN PENJUALAN UMUM (GENERAL SALES AGENT/GSA) PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA ASING. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan: 1. Perwakilan perusahaan angkutan udara asing adalah perwakilan yang ditempatkan atau ditunjuk untuk mengurus kepentingan di bidang operasi dan administrasi dari perusahaan angkutan udara asing yang melakukan kegiatan angkutan udara berjadwal ke dan dari Indonesia; 2. Agen Penjualan Umurn (General Sales Agent/GSA) perusahaan angkutan Udara asing adalah kegiatan yang dilakukan oleh Badan Hukum Indonesia untuk mewakili kepentingan perusahaan angkutan udara asing dalam melaksanakan pemasaran dan penjualan jasa angkutan udara asing; 3. Prinsipal adalah perusahaan angkutan udara asing yang menunjuk Badan Hukum Indonesia sebagai Agen Penjualan Umum (General Sales Agent/GSA); 4. Perusahaan Angkutan Udara adalah perusahaan yang mengoperasikan pesawat udara untuk digunakan mengangkut penumpang dan/atau kargo dan/atau pos dengan memungut pembayaran; 5. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang penerbangan; 6. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Udara; 7. Kepala Kantor Wilayah adalah Kepala Kantor Wilayah Departemen Perhubungan setempat. 2

BAB II PERWAKILAN PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA ASING PASAL 2 (1) Perusahaan angkutan udara asing yang melakukan kegiatan udara niaga berjadwal ke dan dari Indonesia berdasarkan perjanjian bilateral atau multilateral, wajib menempatkan atau menunjuk perwakilannya di Indonesia. (2) Dalam hal perusahaan angkutan udara asing tidak menempatkan perwakilannya, wajib menunjuk Badan Hukum Indonesia sebagai perwakilan. (3) Penempatan atau penunjukan perwakilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dilaporkan kepada Direktur Jenderal menurut contoh 1 pada Lampiran I Keputusan ini. (4) Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) sekurangkurangnya memuat: a. alamat kantor perwakilan; b. nama penanggung jawab dari kantor perwakilan; c. struktur organisasi kantor perwakilan. Pasal 3 Perwakilan sebagaimana dimaksud daiam Pasal 2 melakukan kegiatan mengurus kepentingan di bidang operasi dan administrasi dari perusahaan angkutan udara asing yang diwakili, berupa: a. mengurus perizinan yang berkaitan dengan kegiatannya; b. mengurus manajemen perkantoran dan keuangan; c. mengurus operasi penerbangan antara lain teknis pesawat dan penanganan (handling) kegiatan angkutan udara; d. kepentingan lain di bidang operasi dan administrasi. 3

Pasal 4 Perwakilan perusahaan angkutan udara asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diwajibkan: a. melaporkan kegiatan angkutan udara setiap 3 (tiga) bulan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Perhubungan menurut contoh 2 pada Lampiran I Keputusan ini; b. melaporkan setiap terjadi perubahan alamat kantor perwakilan atau penanggung jawab dari Kantor Perwakilan. Pasal 5 Direktur Jenderal dapat menghentikan kegiatan perwakilan perusahaan angkutan udara asing dalam hal tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) atau Pasal 4, BAB III AGEN PENJUALAN UMUM Pasal 6 (1) Untuk melakukan penjualan dan pemasaran jasa angkutan udara perusahaan angkutan udara asing baik yang sudah maupun belum melakukan kegiatan angkutan udara berjadwal ke dan dari Indonesia, dapat menunjuk Badan Hukum Indonesia sebagai Agen Penjualan Umum atau dilakukan oleh perusahaan angkutan udara asing yang bersangkutan. (2) Perusahaan angkutan udara asing sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terbatas hanya yang berasal dari negara yang telah memiliki perjanjian bilateral atau multilateral dengan Republik Indonesia. Pasal 7 Badan Hukum Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 berupa Perseroan Terbatas (PT), Koperasi, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah berbentuk Perusahaan Perseron, yang telah memiliki izin untuk melakukan Usaha Agen Penjualan Umum. 4

Pasal 8 Untuk memperoleh izin Usaha Agen Penjualan Umum, Badan Hukum Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 harus memenuhi persyaratan: a. memiliki Akte Pendirian Perusahaan yang harus memuat bidang usaha kegiatan di bidang agen penjualan Umum, dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman; b. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); c. memiliki atau menguasai ruang kantor. Pasal 9 (1) Permohonan izin usaha Agen Penjualan Umum diajukan kepada Direktur Jenderal dengan melampirkan bukti pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, menurut contoh I pada Lampiran II Keputusan ini. (2) Persetujuan atau penolakan atas permohonan izin usaha Agen Penjualan Umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan dalam jangka waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap. (3) Izin usaha Agen Penjualan Umum diberikan oleh Direktur Jenderal menurut contoh 2 pada Lampiran II keputusan ini, dan berlaku selama pemegang izin masih menjalankan kegiatan usaha Agen Penjualan Umum. (4) Dalam hal permohonan ditolak, Direktur Jenderal wajib memberikan alasan penolakan menurut contoh 3 pada. Lampiran II Keputusan ini. Pasal 10 Untuk memperoleh izin usaha Agen Penjualan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) tidak dipungut biaya. Pasal 11 (1) Pemegang izin usaha Agen Penjualan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3), melakukan kegiatan sebagai berikut : a. memasarkan dan menjual jasa pelayanan angkutan udara untuk kepentingan prinsipal; dan/atau 5

b. menunjuk agen untuk kepentingan pemegang izin usaha Agen Penjualan Umum. (2) Pemegang izin usaha Agen Penjualan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) dapat membuka kantor cabang, Agen Penjualan Urnum di seluruh Indonesia. Pasal 12 Pemegang izin usaha Agen Penjualan Umum diwajibkan: a. melaksanakan kegiatan usaha Agen Penjualan Umum selambatlambatnya dalam waktu 6 (enam) bulan sejak dlterbitkannya izin usaha; b. memenuhi kewajiban sebagaimana tercantum dalam izin usahanya; c. melaporkan setiap terjadi perubahan alamat kantor atau penanggung jawab kegiatan usaha; d. melaporkan pembukaan atau penutupan kantor cabang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah menurut contoh 4 pada Lampiran II Keputusan ini; e. menyampaikan laporan kegiatan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah setiap 3 (tiga) bulan sekali, menurut contoh 5 pada Lampiran 11 Keputusan ini. Pasal 13 (1) Izin usaha Agen Penjualan Umum dapat dicabut apabila pemegang izin tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dan atau tidak lagi melaksanakan kegiatan usaha Agen Penjualan Umum secara terns menerus selama 12 (dua belas) bulan. (2) Pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui proses peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 1 (satu) bulan. (3) Apabila peringatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak diindahkan, dilanjutkan dengan pembekuan izin untuk jangka waktu 1 (satu) bulan. (4) Apabila pembekuan izin dimaksud dalam ayat (3) habis jangka 6

waktunya dan tidak ada usaha perbaikan, izin usaha dicabut. Pasal 14 Izin usaha Agen Penjualan Umum sebagaimana dimaksud dalam keputusan ini, dicabut tanpa melalui proses peringatan dan pembekuan, dalam hal pemegang izin terbukti: a. melakukan kegiatan yang membahayakan keamanan negara; b. memperoleh izin dengan cara tidak sah. BAB IV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 15 Perwakilan perusahaan angkutan Udara asing yang telah melaksanakan kegiatan pada saat berlakunya keputusan ini tetap dapat melakukan kegiatannya, dan selambat-lambatnya dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak berlakunya keputusan ini wajib menyesuaikan kegiatannya berdasarkan keputusan ini. Pasal 16 Perusahaan Agen Penjualan Umum vang telan memiliki izin pada saat berlakunya keputusan ini, tetap dapat melakukan kegiatan usahanya sesuai dengan izin yang dimiliki dan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak berlakunya keputusan ini wajib menyesuaikan izin yang dimilikinya. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 17 Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Keputusan yang mengatur ketentuan mengenai Perwakilan dan Agen Penjualan Umum (GSA) Perusahaan Angkutan Udara Asing dinyatakan tidak berlaku. Pasal 18 Direktur Jenderal melakukan pembinaan teknis terhadap pelaksanaan keputusan ini. 7

Pasal 19 Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di J A K A R T A Pada tanggal 13 Juli 2000 MENTERI PERHUBUNGAN ttd AGUM GUMELAR, M.Sc. SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada : 1. Menteri Negara Koordinator Bidang EKUIN; 2. Para Menteri Bidang EKUIN; 3. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara; 4. Jaksa Agung Republik Indonesia; 5. Para Gubernur Kepala Daerah Propinsi sehirun Indonesia.; 6. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, Direktur Jenderal Perhubungan Udara dan Kepala Badan Litbang Perhubungan; 7. Para Administrator Bandar Udara; 8. Para Atase Perhubungan; 9. Para Kepala Kantor Wilayah Departemen Perhubungan; 10. Para Kepala Biro di lingkungan Sekretariat Jenderal Departemen Perhubungan; 11. Ketua DPP INACA; 12. Ketua DPP Foreign Airlines General Sales Agent Association (FAGA). Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi, ZULKARNAIN OEYOEB, SH, MH NIP. 120106134 8

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 51 TAHUN 2000 TANGGAL : 13 JULI 2000 Contoh I Nomor :, Lampiran : Perihal : Laporan Penempatan atau Penunjukan Perwakilan Perusahaan Kepada Angkutan Udara Asing Yth. Direktur Jenderal Perhubungan Udara di JAKARTA 1. Dengan memperhatikan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor Tahun... tentang Perwakilan dan Agen Perjalanan Umum (General Sales Agent/GSA) Perusahaan Angkutan Udara Asing serta perjanjian bilateral antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah tanggal., dengan ini kami melaporkan penempatan/penunjukan *) perwakilan kami sebagai berikut : a. Alamat kantor perwakilan : b. Nama penanggung jawab : c. Struktur organisasi (terlampir) : 2. Penempatan /penunjukan *) perwakilan sebagaimana tersebut pada butir 1 diatas berlaku terhitung mulai tanggal.. 3. Demikian harap maklum. Yang Melapor Tembusan : ( ) 1. Menteri Perhubungan; 2. Kepala Kantor Wilayah Departemen Perhubungan Propinsi *) Coret yang tidak diperlukan. 9

Contoh 2 Nomor :, Lampiran : Perihal : Laporan kegiatan angkutan udara Kepada Yth. Direktur Jenderal Perhubungan Udara di JAKARTA 1. Dengan memperhatikan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor Tahun... tentang Perwakilan dan Agen Penjualan Umum (General Sales Agent/GSA) Perusahaan Angkutan Udara Asing, dengan ini disampaikan laporan bulanan untuk kegiatan angkutan udara bulan s.d bulan..sebagaimana terlampir. 2. Demikian harap maklum. Kepala Perwakilan (..) Tembusan : Kepala Kantor Wilayah Departemen Perhubungan Propinsi 10

Contoh 2 b B. DAFTAR TENAGA KERJA ASING YANG DIPEKERJAKAN PADA KANTOR PERWAKILAN PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA ASING No. N A M A TENAGA KERJA ASING WARGA NEGARA JABATAN MASA BERLAKU IKTA...,.. Kepala Perwakilan / Manajer Administrasi (..) Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi, MENTERI PERHUBUNGAN ttd AGUM GUMELAR, M.Sc. ZULKARNAI OEYOEB, SH, MM NIP 120106134 11

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 51 TAHUN 2000 TANGGAL : 13 JULI 2000 Contoh 1 Nomor :, Lampiran : Perihal : Permohonan Izin Usaha Agen Penjualan Umum Kepada (General Sales Agent/GSA) Perusahaan Angkutan Udara Asing Yth. Direktur Jenderal Perhubungan Udara di JAKARTA 1. Dengan memperhatikan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor Tahun... tentang Perwakilan dan Agen Penjualan Umum (General Sales Agent/GSA) perusahaan Angkutan Udara Asing, dengan ini kami mengajukan permohonan izin usaha Agen Penjualan Umum perusahaan angkutan udara asing. 2. Sebagai bahan pertimbangan terlarnpir disampaikan satu berkas dokumen untuk melengkapi permohonan dimaksud yang terdiri dari : a. fotokopi akte pendirian Badan Hukum Indonesia; b. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); c. keterangan memiliki/menguasai ruang kantor; 3. Demikian permohonan kami dan jika disetujui kami bersedia memenuhi semua kewajiban yang ditetapkan dalam Surat Izin Usaha Agen Penjualan Umum serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemohon ( ) 12

Contoh 2 DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA SURAT IZIN USAHA AGEN PENJUALAN UMUM (SIU APU) PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA ASING NOMOR : Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor... Tahun... tentang Perwakilan dan Agen Penjualan Umum (General Sales Agent/GSA) Perusahaan Angkutan Udara Asing, dengan ini diberikan izin usaha kepada : Nama perusahaan pemegang izin : Alamat kantor pusat : Penanggung jawab kegiatan usaha : Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) : Kewajiban pemegang izin usaha : a. melaksanakan kegiatan usaha Agen Penjualan Umum selambat-lambatnya dalam waktu 6 (enam) bulan sejak sejak diterbitkannya izin usaha; b. melaporkan setiap terjadi perubahan alamat kantor atau penanggung jawab kegiatan usaha; c. menvampaikan laporan kegiatan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah setiap 3 (tiga) bulan sekali. d. Melaporkan pembukaan atau penutupan kantor cabang kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Kantor Willayah. Surat izin usaha Agen Penjualan Umum ini berlaku selama pemegang izin masih menjalankan kegiatan usaha Agen Penjualan Umum. Ditetapkan di : JAKARTA Pada tanggal : NAMA JELAS PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN USAHA Direktur Jenderal Perhubungan Udara (Hanya diisi nama jelas dan tidak ditandatangani oleh ybs.) ( ) 13

Contoh 3 DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor :, Lampiran : Perihal : Penolakan Permohonan Izin Usaha Agen Penjualan Umum Kepada (General Sales Agent/GSA) Perusahaan Angkutan Udara Asing Yth. Direktur Jenderal Perhubungan Udara di JAKARTA 1. Sehubungan dengan Surat permohorian Saudara Nomor tanggal perihal permohonan izin usaha Agen Penjualan Agen Umum (General Sales Agent/GSA) perusahaan angkutan udara asing, dengan ini diberitahukan bahwa kami tidak dapat menyetujui permohonan Saudara, dengan pertimbangan : a.. b.. c.. 2. Sehubungan dengan hal tersebut butir 1, Saudara dapat mengajukan permohonan baru setelah melengkapi persyaratan yang telah ditetapkan. 3. Demikian agar Saudara menjadi maklum. Direktur Jenderal Perhubungan Udara ( ) Tembusan : Menteri Perhubungan. 14

Contoh 4 Nomor :, Lampiran : Perihal : Laporan Membuka/Menutup Kepada Kantor Cabang APU (GSA) Kepada Yth. Direktur Jenderal Perhubungan Udara di JAKARTA 1. Dengan memperhatikan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor tentang Perwakilan dan Agen Penjualan Umum (General Sales Agent/GSA) Perusahaan Angkutan Udara Asing Berta SIU APU Perusahaan Angkutan Udara Asing Nomor. Tanggal Angkutan dengan ini kami melaporkan akan/telah *) membuka/menutup Kantor Cabang APU (GSA) di untuk kegiatan usaha di Wilayah.. terhitung mulai tanggal 2. Demikian laporan kami dan mohon menjadikan makum. Penanggung Jawab Kegiatan Usaha (..) Tembusan: Kepala Kantor Wilayah Departemen Perhubungan Propinsi *) Coret yang tidak diperlukan. 15

Contoh 5 DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ] LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN AGEN PENJUALAN UMUM Nama Perusahaan Pemegang SIU : Agen Penjualan Umum : Nama Prinsipal : Kegiatan Angkutan Udara : penumpang/kargo *) Nomor Surat Izin Usaha : Agen Penjualan Umum RUTE Penjualan Tiket Angkutan Penumpang (orang) Sub M.K M.A Total Penjualan Angkutan Kargo (ton) Sub M.K M.A Total Keterangan TOTAL Catatan : M.K = Pen jualan langsung oleh kantor perusahaan Agen Penjualan Umum M.A = Penjualan melalui agen penjualan tiket *) Coret yang tidak diperlukan...,. Penanggung Jawab Kegiatan Usaha (..) MENTERI PERHUBUNGAN ttd Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi AGUM GUMELAR, M.Sc. ZULKARNAIN OEYOEB, SH, MM NIP 12010613 16

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA LAPORAN BULANAN PERWAKILAN PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA ASING Contoh 2 a NAMA PERUSAHAAN NAGKUTAN UDARA ASING : A. DATA LALU LINTAS ANGKUTAN UDARA ASING No. BANDAR UDARA ASAL BANDAR UDARA TUJUAN TIPE PESAWAT JML PERGERAKAN PESAWAT KAPASITAS TERSEDIA TEMPAT KAPASITAS DUDUK MUATAN TERSEDIA TOTAL JUMLAH DIANGKUT PENUMPANG BAGASI KARGO POS DATANG BERANGKAT TRANSIT BONGKAR MUAT BONGKAR MUAT BONGKAR MUAT 17