1.1. PENGERTIAN MANUSIA PEMBANGUNAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IRRA MAYASARI F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Horne (Mulyasana, 2011, h. 5) menyatakan bahwa : peserta didik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. terbatas. Suryana (2006 : 4) mengatakan secara makro, peran wirausaha adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurursan Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru dapat dikatakan bermanfaat apabila dapat dikelola oleh sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima

Prof. Dr. H.MASYKURI BAKRI, M.Si REKTOR UNIVERSITAS ISLAM MALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya minat siswa dapat melakukan aktivitas yang berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 menyatakan. bahwa:

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia tentu semakin

I. PENDAHULUAN jumlah pengangguran terdidik meningkat, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya, dan belum sebanyak negara-negara lain yang telah. mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Jumlah entrepreneur

STUDI AWAL PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 13,86% pada Agustus 2010, yang juga meningkat dua kali lipat dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. menitikberatkan pada konsep risiko (Sumarsono, 2013). Kemudian pada abad 18

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Merintis, memulai, dan menggembangkan usaha. Oleh Azmi Hikmah Fajrina

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ciri atau karakter dari dinamika di abad ke-21 yang merupakan abad

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan agar daya saing Asean meningkat serta bisa menyaingi Cina dan India

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi maju atau lebih berkembang dengan sangat pesat, seperti

melalui Tridharma, dan; 3) mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan nilai Humaniora.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang masalah. Setiap mahasiswa mempunyai perhatian khusus terhadap mata kuliah

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengamalkan ilmu pengetahuan, keterampilan yang telah didapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang berkualitas, bukan hanya kekayaan alam yang berlimpah. Sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta

BAB I PENDAHULUAN. semua orang terlahir dengan bakat berwirausaha, namun sifat-sifat kewirausahaan

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kerja kalah cepat dengan kenaikan jumlah lulusan. Sangat ironis bila kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan di tengah masyarakat modern memiliki tingkat persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari- hari. Lesunya pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor riil, telah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Tangan Di Atas Visi dan Misi Tangan Di Atas

BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015

2014 FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN YANG MEMENGARUHI PEMBENTUKAN JIWA WIRAUSAHA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. fantastis dan memiliki potensi yang strategis jika dipandang sebagai potensi

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan kerja terus meningkat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk. Masalah yang timbul adalah faktor apa yang mendasari proses

BAB I PENDAHULUAN. penduduk ( 2015). Sementara itu, McClelland dalam

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Pendidikan kewirausahaan ditunjukan pada pembentukan sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Prestasi Praktik Kerja Industri (Prakerin) terhadap Minat Berwisata Siswa

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha telah mencapai era globalisasi, dimana

Palupi T. Rena D3-MI STMIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. secara sepihak, dan berdampak pada meningkatknya pengangguran terdidik,

BAB I PENDAHULUAN. inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif dalam rangka meraih sukses atau

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja yang tersedia saat ini, sehingga banyak orang yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan vokasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini persaingan di dunia kerja semakin ketat dan pengangguran di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia membutuhkan banyak wirausahawan untuk menjadikan negara

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dihadapkan pada tantangan-tantangan yang berat khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

FORMULIR RANCANGAN PERKULIAHAN PROGRAM STUDI ADVERTISING AND MARKETING COMMUNICATIONS FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Buruh Internasional (ILO) memperkirakan, pengangguran global

Modul ke: Kewirausahaan I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. mampu menciptakan peserta didik yang tidak hanya berprestasi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Globalisasi membuat kompetisi semakin ketat dan transfer pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan struktur ekonomi di dalam negeri. Menurut Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. sementara lapangan pekerjaan yang ditawarkan juga terbatas, menuntut siswa

Sambutan Presiden RI pada Peringatan 1 Tahun Gerakan Kewirausahaan Nasional, Jakarta, 8 Maret 2012 Kamis, 08 Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PELATIHAN MANAJEMEN KEUANGAN, MANAJEMEN DIRI DAN KEWIRAUSAHAAN PADA SISWA SMA HASYIM ASY ARI 2 GLAGAH LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. logis, kreatif serta mampu menggunakan nalarnya untuk memperoleh,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. Rencana siswa setalah lulus Jumlah Persentase (%) Manjadi Pegawai Berwirausaha 8 10 Melanjutkan sekolah Total

Transkripsi:

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN MANUSIA PEMBANGUNAN Pada saat bangsa Indonesia menghadapi permasalahan komplek yang disebabkan oleh berbagai krisis yang melanda, maka tantangan kita di era globalisasi yang bercirikan keterbukaan dan persaingan bebas semakin ketat. Dalam jangka waktu yang relatif mendesak, Indonesia harus mampu mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang profesional, tangguh, dan siap pakai serta memiliki jiwa wirausaha. Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pun melalui berbagai media dan kesempatan, juga ikut memotivasi pelajar dan mahasiswaagar gemar berwirausaha. Mantan Presiden Soeharto bahkan pernah mengatakan dalam symposium Kewiraswastaan Nasional di Jakarta, 2 Februari 1995 lalu, tantangan utama bangsa Indonesia adalah membangun manusia pembangunan dalam jumlah besar dan meliputi berbagai bidang kehidupan.lebih Joko Indro Cahyono, B.Sc., S.P., M.Pd 1

lanjut, Presiden menjelaskan bahwa manusia pembangunan adalah mereka yang sanggup memasarkan barang-barang baru, menciptakan pasar baru, menemukan cara-cara baru dalam berproduksi dan berusaha agar usaha ditanganinya dapat bersaing dan maju pesat. Manusia-manusia pembaru inilah yang disebut wirausahawan atau entrepreneur. Tentu saja tambah Presiden waktu itu, di samping sebagai wirausahawan yang kreatif, kaum muda Indonesia juga harus dipersiapkan sebagai profesional yang andal dan pekerja yang terampil sebagai pelaksana-pelaksana kegiatan pembangunan yang mampu melaksanakan tugasnya secara e sien dan produktif, tutur Presiden (Kompas, 8 Februari 1995). Kemudian pada tahun 1995 terbitlah Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Meningkatkan dan Membudayakan Kewirausahaan (GNMMK).Gerakan ini menggema ke seluruh persada. Mulai dari seminar, lokakarya, simposium, diskusi, sampai pelatihan kewirausahaan banyak dilakukan. Kegiatan kewirausahaan begitu booming. Lembaga pendidikan tinggi misalnya, mulai memberimuatan lokal mata kuliah kewirausahaan ini. Dan, di awal abad 21, pembelajaran kewirausahaan (kwu) sudah merambah ke satuan perkuliahan walaupun belum begitu membumi. Bahkan di lingkungan pendidikan non formal tidak kurang dari Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan, Dirjen Pendidikan Luar Sekolah, Depdiknas RI pada tahun 2006 meluncurkan program KWD (Kursus Wirausaha Desa) yang penyelenggaraannya diserahkan kepada lembagalembaga kursus yang ada di lingkup daerah tingkat Kabupaten, juga program KWK (Kursus Wirausaha Kota), yang penyelenggarannya diserahkan kepada lembagalembaga kursus yang ada di wilayah perkotaa. 2 Model Pembelajaran Kewirausahaan Efektif

Hal ini memberikan indikasi bahwa lembaga kursus dianggap mumpuni dalam melaksanakan pembelajaran kewirausahaan. Penulis sendiri juga bersama temanteman Primagama mendirikan Lembaga Pendidikan Entrepreneurship Entrepreneur University di Yogyakarta, yang pesertanya mulai dari pelajar, mahasiswa, ibu-ibu rumah tangga, karyawan, dokter, sampai pensiunan. Sayangnya kegiatan ideal tersebut sering mendapat feedback yang belum pas baik secara makro maupun dalam lingkup mikro. Umpan balik yang kurang diharapkan dari lingkungan makro diantaranya: masih banyak anggapan bahwa belajar kewirausahaan akan menghasilkan tukang dagang atau pengusaha yang berskala UKM(Usaha Kecil Menengah), sehingga masyarakat cenderung lebih menghargai menjadi pegawai ketimbang wirausaha. 1.2. STUDI KEWIRAUSAHAAN Ada suatu indikasi bahwa kewirausahaan merupakan keterampilan yang sebenarnya dibutuhkan oleh semua orang dalam hidup dan kehidupannya. Para ahli pendidikan pun sudah menyatakan bahwa kewirausahaan bisa dipelajari dan atau diajarkan dalam suatu akti tas pembelajaran. Dalam menyajikan pelajaran kewirausahaan tidak mudah memang, karena seluruh komponen harus terlibat untuk menanamkan nilai, sikap dan perilaku wirausaha kepada peserta didik (pelajar/mahasiswa). Hal ini penting mengingat kewirausahaan sangat terkait dengan penciptaan peluang usaha, yang tentunya hal ini dapat dikaji melalui teori ekonomi. Kemudian sifat-sifat kepribadian dapat dipelajari melalui psikologi. Disamping itu mengenai perilaku, jelas harus dipelajari dengan bantuan Joko Indro Cahyono, B.Sc., S.P., M.Pd 3

teori perilaku. Mengenai perilaku memang cukup esensial, karena kewirausahaan sebernarnya merupakan suatu perbuatan. Oleh sebab itu mengajarkan kewirausahaan sebenarnya suatu perbuatan atau harus ada action dan bukan sekedar bicara. Lalu, untuk menumbuhkan potensi peserta didik, hendaknya seluruh komponen pembelajaran kewirausahaan dapat memberikan tantangan yang proporsional kepada peserta didik terutama dalam proses pembelajarannya. Para pengamat pendidikan dan dunia industri mengemukakan bahwa kualitas lulusan pada Perguruan Tinggi (PT) yang ada di Indonesia secara umum masih rendah. Hal itu terbukti dari pola pikir dan sikap sebagian besar lulusan PT masih mengharapkan bekerja di instansi pemerintah ataupun swasta, serta belum mampu atau belum berani menciptakan lapangan kerja, minimal untuk dirinya sendiri. Semakin bertambah lulusan perguruan tinggi akan semakin besar pengangguran terdidik. Idris Purwanto, M. (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Kompotensi Dosen dan Sikap Mahasiswa pada Mata Kuliah Kewirausahaan Terhadap Tumbuhnya Jiwa Entrepreneur Mahasiswa dalam Penerapan Project Based Learning, mengungkapkan bahwa PT harus mampu mengubah mindset mahasiswa agar yakin bahwa menjadi wirausaha akan lebih baik dan mulia daripada menjadi karyawan. Berdasarkan hasil olah data yang diperoleh menunjukkan bahwa (1) kompetensi dosen berpengaruh signi kan terhadap jiwa entrepreneur mahasiswa, (2) sikap mahasiswa berpengaruh signi kan terhadap jiwa entrepreneur mahasiswa. 4 Model Pembelajaran Kewirausahaan Efektif

Penulis sendiri pada tahun 2014 saat menyusun Tesis, juga melakukan penelitian dengan judul Model Pembelajaran Kewirausahaan di Perguruan Tinggi (Studi Kasus di STIEBBANK Yogyakarta tahun 2013/2014), mengungkapkan bahwa penerapan model pembelajaran yang dilakukan lewat pendekatan kontekstual membuat mahasiswa aktif dalam pembelajaran kewirausahaan. Karenamodel pembelajaran kewirausahaan ini lebih komunikatif, dan peserta didik atau mahasiswa dilibatkan dalam konteks nyata. Hasil dari penerapan pembelajaran kewirausahaan model ini bisa terlihat dari proses kreativitasnya mahasiswa dalam berwirausaha, penampilan produk usahanya dan usahanya terbukti menghasilkan pendapatan. Kendala yang dialami dalam pembelajaran kewirausahaan yang paling menonjol menurut penelitian mereka adalah perubahan mindset, yaitu mengubah pola pikir lulus untuk menjadi pegawai (bekerja) kepada lulus menjadi pengusaha (punya usaha sendiri).wirausaha adalah menjadi pilihan tepat, yang saat ini banyak diminati orang sebagai langkah alternatif. Bebeberapa hal-hal yang perlu ditingkatkan dalam pembelajaran kewirausahaan adalah: kurikulum dan metode pembelajaran yang harus sering di up-date, peningkatan kualitas dosen yang mengajar mata kuliah kewirausahaan, penyeragaman model pembelajaran, pembekalan tambahan bagi mahasiswa untuk peningkatan kemampuan wirausaha dalam bentuk seminar, training, workshop, dan pendampingan. Sepertinya kitatidakada salahnya, kita mencontoh salah satu perguruan tinggi di Amerika yaitu MIT (Massachusette Institute Technology) dimana dalam kurun waktu 1980-1996 ditengah pengangguran terdidik yang Joko Indro Cahyono, B.Sc., S.P., M.Pd 5

semakin meluas dan kondisi ekonomi, sosial politik yang kurang stabil, MIT merubah arah kebijakan perguruan tingginya darihigh Learning Institute and Research University menjadi Entrepreneurial University. Meski banyak pro kontra terhadap kebijakan tersebut namun selama 16 tahun, MIT membuktikan lahirnya 4 ribu perusahaan dari tangan alumni-alumninya dengan menyedot 1,1 juta tenaga kerja dan omset sebesar 232 miliar dolar pertahun. Prestasi yang spektakuler itu semakin menyatakan posisi Amerika sebagai negara super power. Kebijakan inilah yang selanjutnya ditiru dan diikuti oleh banyak perguruan tinggi sukses di dunia. 1.3. SIKAP MENTAL POSITIF Menghadapi masalah ini, kita harus memiliki sikap mental positif.menurut Profesor Edwood Chapman, sikap mental adalah cara mengkomunikasikan atau mengekspresikan suasana hati atau watak kepada orang lain. Jika ekspresi kita kepada orang lain positif, maka kita disebut orang yang bersikap mental positif. Namun, sebaliknya jika ekspresi kita kepada orang lain negatif, maka kita disebut sebagai orang yang bersikap mentap negatif. Sikap mental positif merupakan salah satu dari jiwa entrepreneur yang menonjol. Sikap mental seperti ini adalah sebagai landasan smart entrepreneur (Suyanto, 2011). Sebenarnya semua orang dapat menjadi entrepreneur, tanpa kecuali. Berdasarkan pengalaman M. Suyanto yang diungkapkan dalam bukunya Everyone Can Become a Successful Entrepreneur, untuk menjadi entrepreneur yang sukses dapat menggunakan pedoman SMART IN ENTREPRENEUR. 6 Model Pembelajaran Kewirausahaan Efektif

S merupakan singkatan dari Sikap mental positif sebagai landasan untuk menjadi entrepreneur. M adalah Menciptakan mimpi dan berusaha mengejarnya. A adalah Ambil langkah sekarang juga, meskipun tidak punya uang. R kepanjangan dari Rahasia melambungkan bisnis dan T simbol dari Terimalah kegagalan yang merupakan bagian dari pelajaran untuk meraih kesuksesan. IN adalah Insya Allah, hanyalah Allah-lah yang mengijinkan kita sukses menjadi entrepreneur. Joko Indro Cahyono, B.Sc., S.P., M.Pd 7