BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk mengelola otonomi daerah dan sistem pengelolaan keuangan daerah agar lebih baik. Otonomi daerah menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Menurut Mahsun (2006:34), agar otonomi daerah dapat dilaksanakan sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai, pemerintah wajib memberikan pembinaan yang berupa pemberian pedoman seperti dalam penelitian, pengembangan, perencanaan dan pengawasan. Di samping itu, diberikan pula standar, arahan, bimbingan, pelatihan, supervisi, pengendalian, kordinasi, pemantauan dan evaluasi untuk menciptakan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan otonomi daerah. Maka dari itu, berdasarkan PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, pemerintah daerah wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban yang akuntabel dan transparan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Tuntutan masyarakat kepada pemerintahan adalah dihasilkannya laporan keuangan yang telah memenuhi empat karakteristik kualitas laporan keuangan yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami (PSAP KK 2010). Laporan keuangan merupakan representasi posisi keuangan dari transaksi
2 transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas. Tujuan dari pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan arus kas dari suatu entitas serta informasi yang relevan dalam pengambilan keputusan dan menunjukkan akuntabilitas entitas atas penggunaan sumber daya yang ada (Bastian, 2006:388). Informasi dalam laporan keuangan banyak dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Di mana pihak-pihak yang berkepentingan tersebut menggunakan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan untuk mengambil suatu keputusan. Keputusan yang dihasilkan diharapkan dapat membawa pemerintahan ke arah yang lebih baik (Wati, 2014). Dalam penyusunan laporan keuangan, pemerintah berpedoman pada standar yang telah ditentukan. Dalam hal ini yaitu Standar Akuntansi Pemerintahan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010. Standar akuntansi pemerintahan merupakan pedoman di dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan. Wati (2014) juga menambahkan bahwa standar akuntansi pemeintahan adalah syarat mutlak yag harus dijadikan pedoman agar kualitas laporan keuangan di Indonesia dapat ditingkatkan. Pemerintah daerah berusaha menyusun laporan keuangan berdasarkan standar akuntansi pemerintah, sehingga kualitas yang dihasilkan dari laporan keuangan daerah tersebut dapat meningkat. Namun kenyataanya tidak semua pegawai di pemerintahan memahami standar akuntansi pemerintah tersebut. Berdasarkan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2015, BPK menjelaskan bahwa dari pemeriksaan 504 LKPD, BPK memberikan opini WTP atas 251 (49.80%) LKPD, termasuk LKPD Provinsi Kalimantan Utara yang baru
3 kali pertama menyusun LK, opini WDP atas 230 (45.64%) LKPD, opini TW atas 4 (0.79%) LKPD, dan opini TMP atas 19 (3.77%) LKPD. Namun capaian LKPD ini di bawah target RPJMN 2010-2014 yang menetapkan opini WTP atas seluruh LKPD pada tahun 2014 (IHPS I, 2015). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu entitas Pemerintah Daerah yang mendapatkan opini WDP (Wajar Dengan Pengecualian). Sejak 2 tahun terakhir, pemerintah provinsi DKI Jakarta selalu mendapatkan opini WDP, setelah sebelumnya mendapat opini WTP DPP pada tahun 2011 dan 2012. Dalam IHPS I 2015 menjelaskan bahwa pada umumnya penyebab entitas tidak mendapatkan opini WTP adalah diperoleh banyak temuan yang menunjukkan entitas tidak menerapkan SAP secara menyeluruh. Ketidaksesuaian dengan SAP tersebut antara lain meliputi penyajian aset dan belanja yang tidak didukung dengan bukti. Dari temuan-temuan BPK tersebut memperlihatkan bahwa tingkat kepatuhan dan ketaatan pemerintah daerah dalam mengimplementasikan penyusunan LKPD yang sesuai dengan standar akuntansi pemerintah masih belum maksimal. Hal ini tentu menimbulkan dampak negatif kepercayaan publik terhadap akuntabilitas laporan keuangan yang disajikan oleh pemerintah daerah. Fenomena mengenai kualitas laporan keuangan pemerintah daerah ini sangat menarik untuk dikaji lebih jauh. Kenyataan di dalam laporan keuangan pemerintah daerah masih banyak disajikan data-data yang tidak sesuai dan tidak mengikuti prinsip akuntansi berlaku umum. Banyak laporan keuangan yang mendapatkan opini tidak wajar dan disclaimer karena dalam penyusunannya
4 belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan belum memenuhi kelengkapan yang telah ditentukan serta kurangnya bukti-bukti transaksi yang dapat ditemukan. Beberapa penelitian yang terkait dengan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah diantaranya dilakukan oleh Yuliani, dkk (2010), yang menemukan bahwa pemahaman akuntansi, pemanfaatan sistem informasi akuntansi keuangan daerah dan peran internal audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Lebih lanjut, Juwita (2013) menemukan bahwa hasil pengujian korelasi pearson terhadap variable implementasi standar akuntansi pemerintahan dan implementasi sistem informasi akuntansi memiliki hubungan yang sangat kuat/erat dengan kualitas laporan keuangan. Dari hasil penelitian tersebut dapat diartikan jika implementasi SAP dan implementasi SIA dilakukan dengan baik, maka kualitas laporan keuangan yang dihasilkan pun akan menjadi baik pula. Dalam proses penyiapan laporan keuangan pemerintah daerah diperlukan dukungan pengetahuan akuntansi yang memadai atas standar yang mengatur penyusunan laporan keuangan pemerintah serta ketaatan pada peraturan perundangan (Fatma, 2014). Dengan adanya hal ini diharapkan laporan yang dihasilkan akan tepat dan sesuai dalam rangka pemenuhan kewajiban terhadap pemerintah pusat dan kebutuhan informasi publik. Akan tetapi kurangnya ketaatan dan kepedulian atas penerapan sistem akuntansi keuangan daerah yang sesuai dengan peraturan yang berlaku masih banyak terjadi di daerah-daerah yang terdapat di Indonesia. Oleh karena itu guna mencapai kualitas laporan keuangan
5 pemerintah diperlukan ketaatan atas peraturan perundangan yang telah berlaku (Riantiarno dan Azlina (2011) dalam Fatma (2014)). Berkaitan dengan ketaatan atas peraturan perundangan tersebut, perlu dilakukan pengawasan agar tujuannya dapat tercapai. Pengawasan pengelolaan keuangan menurut Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah menyebutkan, bahwa pengawasan adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah daerah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang akan menghasilkan laporan keuangan yang mempunyai nilai informasi. Sadu Wasistiono (2010) dalam Dharma (2014) menjelaskan pengawasan fungsional merupakan bentuk pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional, baik yang berasal dari lingkungan internal pemerintah daerah maupun yang berasal dari lingkungan eksternal pemerintah daerah. Lebih lanjut, Pamungkas (2012) menjelaskan bahwa kualitas laporan keuangan pemerintah tidak hanya dipengaruhi oleh penerapan akuntansi keuangan sektor publik, tetapi juga dipengaruhi oleh pengawasan. Berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin melakukan kajian lebih lanjut dengan mengambil judul Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Dan Pengawasan Fungsional Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Daerah? 2. Apakah pengawasan fungsional berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Daerah? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini memiliki tujuan utama yaitu: 1. Untuk menguji secara empiris pengaruh penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Daerah 2. Untuk menguji secara empiris pengaruh pengawasan fungsional terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Daerah D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis untuk berbagai pihak yang mempunyai kaitan dengan penelitian ini, yaitu: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang lebih luas terkait penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang berkualitas dan dapat digunakan sebagai
7 bahan referensi untuk peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian sejenis berupa pengaruh penerapan Standar Akuntansi Pemerintah dan pengawasan fungsional terhadap kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan atau pertimbangan bagi aparatur pemerintah serta pihakpihak yang berkepentingan terutama untuk meningkatkan kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.