BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja menjadi semakin

dokumen-dokumen yang mirip
PELATIHAN PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP MATA PELAJARAN IPS TERINTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA GURU IPS SMP DI MGMP SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

I. PENDAHULUAN. memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi. penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pilar utama dalam pembentukan mental/karakter seorang

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan tuntutan baru dalam masyarakat. Perubahan tersebut. terlebih jika dunia kerja tersebut bersifat global.

BAB I PEDAHULUAN. pendidikan nasional di Indonesia menyatakan bahwa: Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

1. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan rekayasa mengendalikan belajar (learning) guna

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di Negaranegara maju membawa pengaruh dan manfaat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Berdasarkan Undang-undang No. 20 pasal ke-3 (2003)

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. daya pendidik dan peserta didik. Usaha peningkatan mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan berkembangnya suatu Negara ialah

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa : Proses pembelajaran pada umumnya memiliki komponen-komponen

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. semata-mata untuk hari ini melainkan untuk masa depan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya masing-masing. Pendidikan di Indonesia di mulai dari pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dianggap belum mampu bersaing dengan dunia luar. hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya

BAB I PENDAHULUAN. tentu tidak dapat dipisahkan dari semua upaya yang harus dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juga seorang guru mampu memberikan bekal-bekal kepada siswanya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini pembangunan bidang pendidikan merupakan bagian yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dewasa

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah pilar kehidupan suatu bangsa. Masa depan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat memperoleh ilmu pengetahuan serta keterampilan yang berguna untuk masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja menjadi semakin mengkhawatirkan. Banyak anak di bawah umur yang sudah mengenal rokok, narkoba, freesex, dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya. Kekerasan dan bentrokan di kalangan mahasiswa semakin meningkat. Tawuran antar pelajar bahkan sampai memakan korban jiwa. Tidak punya sopan santun dan semakin sulit diatur menjadi cap bagi kebanyakan remaja di mata orang tua. Banyak remaja yang kehilangan jati diri dan sangat mudah terbawa arus modernisasi. Gaya hidup dengan meniru perilaku idola tanpa melihat sisi baik dan buruknya sehingga menjadi sulit berkreasi dan mengukir prestasi. Keadaan di atas tentu sangat mengkhawatirkan dan perlu segera ditanggulangi. Jika tidak maka bukan tidak mungkin segala kenakalan remaja tersebut akan merambat ke tingkat usia yang lebih muda dan memperparah keadaan. Permasalahan kenakalan remaja tidak terlepas dari rendahnya pendidikan moral bagi anak mulai dari usia dini hingga beranjak remaja. Kurangnya pendidikan moral di rumah dan perilaku orang tua yang tidak bisa dijadikan teladan, ditambah lagi lingkungan yang tidak kondusif bagi perkembangan perilaku anak, adalah beberapa faktor yang menjadi penyebab kenakalan remaja.

2 Sekolah sebagai rumah kedua bagi anak, memiliki peran penting membentuk karakter anak sejak dini mulai sejak anak di bangku sekolah dasar. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan 1 bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama

3 manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Salah satu upaya untuk menerapkan pendidikan karakter di sekolah adalah dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran di kelas di setiap mata pelajaran. IPS sebagai salah satu mata pelajaran yang dipelajari di SD menjadi mata pelajaran yang paling potensial dan paling mudah untuk diintegrasikan dengan nilai-nilai karakter. Hal ini dikarenakan mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya, yaitu lingkungan masyarakat tempat anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. IPS dibelajarkan di sekolah dasar, dimaksudkan agar siswa menjadi manusia dan warga negara yang baik, seperti yang diharapkan oleh dirinya, orang tua, masyarakat, dan agama. Pembelajaran IPS sebagai salah satu program pendidikan yang membina dan menyiapkan peserta didik sebagai warga negara yang baik dan memasyarakat diharapkan mampu mengantisipasi berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat sehingga siswa mempunyai bekal pengetahuan dan keterampilan dalam melakoni kehidupan di masyarakat. Guru dituntut untuk mampu mengikuti dan mengantisipasi berbagai perubahan masyarakat tersebut, sehingga program pembelajaran yang dilakukannya dapat membantu siswa dalam mempersiapkan dirinya sebagai warga masyarakat dan warga negara untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupannya sehari-hari.

4 Pada kenyataannya, selama ini mata pelajaran IPS yang diajarkan di sekolah dasar, masih belum memberikan hasil yang memuaskan baik dari segi hasil belajar IPS siswa, maupun pengintegrasian nilai-nilai karakter dalam pembelajaran di kelas. Hal ini juga dialami di SD Negeri 060885 yang beralamat di Jalan Jamin Ginting Medan. Hasil belajar IPS yang diperoleh siswa masih rendah. Pemilihan model pembelajaran di kelas juga belum memaksimalkan pengintegrasian nilai-nilai karakter dalam pembelajaran. Nilai-nilai karakter hanya tertuang dalam RPP namun, masih sangat kurang dalam pengimplementasian di kelas. Berdasarkan data nilai ulangan harian dan nilai rata-rata ujian semester mata pelajaran IPS kelas V SD Negeri 060885 Medan hasil belajarnya masih rendah. Data menunjukkan bahwa pada Tahun Pelajaran 2008/2009 sampai 2011/2012 hasil rata-rata nilai ujiannya masih belum menunjukkan peningkatan, seperti terlihat dalam Tabel 1.1. Tabel 1.1. Hasil Semester Mata Pelajaran IPS SD Negeri 060885 Medan Tahun Perolehan nilai 2008/2009 59 2009/2010 60 2010/2011 61 2011/2012 59 Kemudian dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan sebelum penulis melaksanakan penelitian terhadap beberapa murid kelas V SD diperoleh bahwa siswa memiliki minat belajar yang rendah pada mata pelajaran IPS. Karena pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang banyak menghafal fakta-fakta, banyak tugas, tidak variatif dan membosankan. Selain itu aktivitas siswa di kelas juga masih tergolong rendah. Siswa pada umumnya lebih banyak diam dan hanya

5 mendengarkan penjelasan guru. Jika diberikan pertanyaan oleh guru lebih banyak siswa memilih diam dan tidak berani menjawab dan mengemukakan pendapat. Ketika diberi kesempatan untuk bertanya, biasanya tidak ada siswa yang bertanya. Ketika siswa diberi tugas, kebanyakan siswa cenderung memilih mencontek temannya daripada bertanya dan berdiskusi dengan teman untuk menyelesaikan tugasnya. Masih rendahnya hasil belajar IPS disebabkan oleh masih dominannya pengajaran menghafal daripada pembelajaran yang menekankan pada kemampuan siswa untuk memproses sendiri pemahaman suatu materi. Selama ini, minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS masih tergolong sangat rendah. Hal ini dapat dilihat pada sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran tidak fokus dan sulit berkonsentrasi. Bahkan ada sebagian siswa yang menganggap mata pelajaran IPS tidak begitu penting dikarenakan tidak masuk pada mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional (UN). Faktor minat itu juga dipengaruhi oleh adanya metode mengajar yang digunakan guru dalam menyampaikan materi. Pembelajaran yang monoton dan tidak variatif, terlalu didominasi oleh guru, siswa cenderung pasif dan hanya menjadi pendengar yang baik, pembelajaran tidak dikaitkan dengan kenyataan sehari-hari yang dihadapi siswa menjadikan pembelajaran IPS menjadi membosankan untuk siswa. Selain itu penggunaan model pembelajaran yang mengajarkan siswa dalam pemecahan masalah, terutama pemecahan masalah dalam kehidupan sehari- hari masih kurang. Pengembangan model pembelajaran tersebut sangat perlu dilakukan untuk

6 menjawab kebutuhan keterampilan pemecahan permasalahan yang harus dimiliki oleh siswa. Pola pembelajaran IPS di SD hendaknya lebih menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan pemahaman, nilai-moral, dan keterampilan-keterampilan sosial pada siswa. Untuk itu, penekanan pembelajarannya bukan sebatas pada upaya menjejali siswa dengan sejumlah konsep yang bersifat hapalan belaka, melainkan terletak pada upaya menjadikan siswa memiliki seperangkat pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat lingkungannya, serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Rancangan pembelajaran guru, hendaknya diarahkan dan difokuskan sesuai dengan kondisi dan perkembangan potensi siswa agar pembelajaran yang dilakukannya benar-benar berguna dan bermanfaat bagi siswa. Dengan demikian pembelajaran Pendidikan IPS semestinya diarahkan diarahkan pada upaya pengembangan iklim yang kondusif bagi siswa untuk belajar sekaligus melatih pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilannya selama pembelajaran, disamping memungkinkan siswa untuk terlibat secara langsung dalam proses belajar mengajar. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk mengembangkan kemampuan anak memecahkan masalah adalah model Contextual Teaching and Learning (CTL). Sebuah model yang mendorong siswa

7 mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Dengan model ini, diharapkan proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Melalui proses belajar yang mengalami sendiri, menemukan sendiri, maka anak menjadi senang, sehinga tumbuhlah minat untuk belajar. Sehingga, melalui model pembelajaran CTL ini, diharapkan siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap IPS, aktivitas siswa di kelas meningkat dan siswa memperoleh hasil belajar yang optimal. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang terjadi di SD Negeri 060885 Medan sebagai berikut: 1. Masih rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS 2. Masih rendahnya minat belajar siswa dalam mata pelajaran IPS 3. Masih rendahnya aktivitas siswa di kelas dalam mempelajari IPS 4. Pembelajaran IPS masih didominasi dengan metode ceramah 5. Masih kurangnya penerapan pembelajaran yang mengintegrasikan nilai karakter dalam pembelajaran IPS di kelas 6. Masih kurangnya penerapan model CTL untuk meningkatkan hasil belajar siswa C. Batasan Masalah Dalam penelitian ini permasalahan yang akan diteliti dibatasi pada penerapan model CTL untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa SD Negeri 060885 Medan.

8 D. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana upaya meningkatkan aktivitas siswa di kelas dengan menggunakan model CTL? 2. Bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar IPS siswa SD Negeri 060885 Medan dengan menggunakan model CTL? E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Penerapan model pembelajaran CTL untuk meningkatkan aktivitas siswa di kelas 2. Penerapan model pembelajaran CTL untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa SD Negeri 060885 Medan F. Manfaat Penelitian Secara teoritis penelitian ini bermanfaat kepada bertambahnya khazanah keilmuan yang berkaitan dengan model CTL. Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini bagi guru adalah mampu menganalisa permasalahan-permasalahan pembelajaran dan mampu mengatasi permasalahan tersebut, khususnya tentang model pembelajaran CTL di kelas. Bagi sekolah secara praktis penelitian ini bermanfaat untuk digunakan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, sehingga hasil belajar siswa meningkat.

9