Nvn,nHVCN3d. I aya I BYS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

MUSEUM BATIK PEKALONGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1 Neufeld ed. in chief, 1988; Webster New World Dict

BAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

pembuatannya dengan cara tertentu (mula-mula ditulis atau ditera dengan lilin, laludiwarnakan dengan tarum dansoga).

Medan Culinary Center Arsitektur Rekreatif

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Projek Gagasan awal. Projek akhir arsitektur berjudul Pusat Rekreasi dan Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

INPUT PROSES OUTPUT PERENCANAAN ARSITEKTUR FENOMENA. Originalitas: Kawasan Perkampungan Budaya Betawi, terletak di srengseng

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

TAMAN BUDAYA PESISIR UTARA JAWA TENGAH DI SEMARANG

PUSAT BATIK DI PEKALONGAN (Showroom,Penjualan,Pelatihan Desain,dan Information center)

MUSEUM BATIK DI YOGYAKARTA

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN Kondisi Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul MONUMEN BATIK SOLO Monumen Batik : Solo :

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

fauna, gua masegit sela (disepanjang Pulau Nusakambangan) dan suasana alam yang

Lokasi yang direkomendasikan Peruntukan lahan Zoning plan Rencana tapak Zona skematik Arsitektur bangunan Tata pamer Program ruang MUSEUM BATIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Galeri Fotografi Pelukis Cahaya yang Berlanggam Modern Kontemporer dengan Sentuhan Budaya Lombok. Ni Made Dristianti Megarini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

Gedung Pameran Seni Rupa di Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. pada bab ini adalah latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, keaslian

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

MUSEUM BATIK TULIS BAKARAN DI KOTA PATI

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

BAB I PENDAHULUAN. Bagian Perindustrian Depperindagkop Kota Pekalongan). Begitu dalam pengaruh batik bagi

BAB I PENDAHULUAN. Winda Inayah W L2B

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI BAB I... 0 PENDAHULUAN PENGERTIAN JUDUL LATAR BELAKANG Kawasan Betawi Condet Program Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. ke jaman, seirama dengan perkembangan mode. Sekitar abad. berubah menjadi barang yang memiliki fungsi ekonomis di

Galeri Seni Lukis Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

Bab 1. Pendahuluan. Kesenian dan kerajinan ini merupakan aset penting budaya lokal yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. Pendahuluan. keberlangsungan kehidupan manusia tersebut. Berawal dari proses produksi serta

PEKALONGAN BATIK CENTER

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

PUSAT INFORMASI, PROMOSI DAN PERDAGANGAN KERAJINAN BATIK SURAKARTA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun

PENATAAN KAWASAN INDUSTRI BATIK DI TRUSMI, CIREBON

Propinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta. Dengan letak yang berdekatan

BAB I PENDAHULUAN Wukirsari Sebagai Desa Penghasil Kerajinan Tangan

MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 ( balai pustaka Kamus Bahasa Indonesia 1988 ) 2 Ibid 3 Ibid

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN SOBOKARTTI SEBAGAI JAVA HERITAGE CENTER

MUSIC PARK DI JAKARTA Penekanan Desain Hi-Tech

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata merupakan salah satu sumber daya yang dapat. dimanfaatkan. Sesuai perkembangannya kepariwisataan bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. di perkotaan-perkotaan salah satunya adalah kota Yogyakarta. Ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Objek. Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat

PENATAAN PUSAT KAWASAN SENTRA KERAJINAN KOTAGEDE SEBAGAI KAWASAN PEMASARAN DAN WISATA YANG REKREATIF

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.6 Manfaat a. Melestarikan batik sebagai warisan kekayaan budaya indonesia. b. Menambah pengetahuan masyarakat tentang batik.

'; Soekanto Soerjono, Prof, Dr, SH, MA, Sosiologi Suatu Ppngantar, CV Rajawali, Jakarta, 1982.

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM BAHARI DI JAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR HI-TECH

BAB I PENDAHULUAN. Proses modernisasi dan globalisasi menempatkan bangsa Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

langsung dalam kontak dagang.1

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Desain Interior Museum Tapis Lampung di Kota Bandar Lampung dengan

3.6. Analisa Program Kegiatan Sifat Kegiatan Konsep Rancangan Konsep Perancangan Tapak Konsep Tata Ruang 75

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

V. KONSEP PENGEMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengertian Judul

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN

BAB III METODE PERANCANGAN. Ide perancangan ini muncul dikarenakan tidak adanya suatu tempat untuk

BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN. memproduksi, memamerkan dan mengadakan kegiatan atau pelayanan yang

Transkripsi:

1 Nvn,nHVCN3d I aya I BYS

L BAS I ~$atikdvf!p~ A. LATAR BELAKANG Kota Pekalongan yang merupakan Ibukota Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan terkenal dengan julukan Pekalongan Kota Batik. Dan kenyataannya banyak hasil kerajinan batik dihasilkan di kota ini. Luas wilayah Kotamadya Dati II Pekalongan 45,25 kilometer persegi, berada di garis 109-110 derajat BT dan 6-7 derajat LS. 1 Penduduknya berperan dalam beberapa kegiatan pencaharian termasuk : perikanan / nelayan, pertanian, buruh, pegawai negeri / ABRI dan swasta, industri tekstil dan batik tulis dan cap. Dan yang berpotensi besar adalah produksi ikan laut dan kerajinan batiknya yang kemudian hal tersebut menjadi lambang daerah Kota Besar Pekalongan dengan gambar sekawanan ikan, kain batik dan canting (alat membatik). Kegiatan kerajinan batik te1ah dikerjakan dan dihayati warga masyarakat Pekalongan. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa kerajinan batik telah dilakukan lama sejak zaman penjajahan Belanda di Indonesia. Menurut legenda pada waktu pemerintahan Bupati pertama Pekalongan Baurekso, dilakukan persembahan upeti kain batik "parang" atau "jlamprang" kepada Raja Mataram. 2 Perjalanan dan perkembangan seni batik tulis Pekalongan selanjutnya berlangsung dan membudaya bagi masyarakat Pekalongan dan sebagian besar warganya menjadikan batik sebagai sumber mata pencaharian. Ratik Pekalongan yang hercorak wama-wami yang khas dan merangsang, menjadikan batik Pekalongan semakin dikenal di mana-mana, bahkan se-indonesia dan dunia. Dengan kenyataan terkenalnya batik Pekalongan tersebut, para tokoh batik dan aparat Pemda setempat tersentuh untuk melestarikan seni budaya batik dengan munculnya sebuah pemikiran pembangunan sebuah Museum Batik yang bertujuan memberikan edukasi seni batik kepada para seniman dan generasi penerus, penghayatan secara visual terhadap produk batik dari masa ke masa dan proses batiknya, melestarikan seni batik Pekalongan dan menanamkan rasa bangga terhadap tingginya seni batik para le1uhur. Melihat perjalanan awal berdirinya Museum Batik Pekalongan sampai soot sekarang ini, temyata dapat disimpulkan sebagai berikut : I Kantor Pariwisata Kota Pekalongan,200I,hall. 2 Kantor Pariwisata Kota Pekalongan,2001,hal 2. Dwi Setiyanto 00.512.031 2

BAS J ~P/JaMrH~~ ~ Animo masyarakat baik domestik maupun manca negara terhadap keberadaan Museum Batik di Pekalongan masih kurang. ~ Bangunan Museum Batik kurang representatif baik dari segi penampilan bangunan maupun ruang dalam museum. ~ Lokasi Museum yang kurang strategis dalam hal pencapaian dan identifikasi. ~ Kurangnya ruang-ruang penunjang museum seperti ruang cinderamata, ruang pengelola dan lain-lain. ~ Area parkir kendaraan yang belum memadai. ~ Pemeliharaan koleksi yang kurang. ~ Sistem Keamanan pada museum yang kurang karena beberapa kali terjadi pencurian batik yang mengakibatkan semakin berkurangnya koleksi yang ada. Dan yang terpenting dari semua hal tersebut diatas adalah tidak adanya langkah senus dari Pemerintah dalam hal ini Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan hingga sampai saat ini, untuk segera membenahi segala sesuatunya sebelum sejarah budaya tersebut akan hhang seiring berjalannya waktu yang semakin modemini. Oleh sebab itu untuk mencirikan bahwa Pekalongan sebagai Kota Batik, Museum Batik akan tetap eksis dengan perubahan-perubahan yang bisa menjadikan kota Pekalongan sebagai "Kota Batik", yang tentu saja lokasi, bentuk bangunan dan segala macamnya akan sangat berbeda dan banyak perubahan-perubahan dari yang sudah ada sebelumnya. Lalu apakah di kota Pekalongan akan ada dua Museum Batik? Pertanyaan tersebut akan diupayakan dengan mengajak Pemerintall Kotamadya Dati II Pekalongan agar bekerjasama untuk masa depan seni batik di masa yang akan datang agar sem batik tidak hanya dinikmati tanpa talm sejarah, makna, proses pembuatan dan lain sebagainya. Akan tetapi masyarakat dapat mt:ngt:nal It:bih jauh tentang batik dari masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang. [)wi Setiyanto 00.512.031 3

BAS I ~f1jatikdir~~ B.BATASANPENGERT~JUDUL Museum Batik di Pekalongan "Ciri Motif Batik Pekalongan sebagai Acuan Perancangan".. Museum Tempat menyimpan artefak ( benda hasil budaya manusia ) yang diletakkan dan dipertontonkan kepada publik untuk mengungkapkan keberadaan obyek dan nilai penting / signifikansinya bagi kemanusiaan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan sebagai sarana pembelajaran publik, sarana rekreatif dan pelestarian untuk mendukung perkembangan secara dinamis.,. Batik Berasal dari bahasa Jawa, kata "Tik" yakni keeil. Mendapat awalan "Ambatik" yang kemudian menjadi "Batik" yang berarti menulis ( bahasa Jawa Nyerat ) atau menggambar serba rumit dan keeil-keeil. 3.. Pekalongan Dikenal sebagai "Kota Batik" sekaligus penghasil batik dan perkembangan seni batiknya yang eukup pesat karena dituntut oleh kebutuhan seperti pariwisata dan perdagangan... Ciri Motif Batik Pekalongan Ragam warna Selang -Seling dan warna warni yang khas dan merangsang dalam tata warnanya. Adanya eiri khas Tanahan (Latar / dasar). Campuran dari berbagai daerah kebudayaan, dll. 4 'I II 3 Sonobudoyo, Kuswaji Kawindra Susanto 4Kantor Pariwisata Kota Pekalongan,Sejarah Singkat Berdirinya Museum Batik Pekalongan, 1972,hal 2 bwi Setiyanto 00.512.031 4

BAS J ~$atik-tb~~ Kesimpulan: Tempat menyimpan artefak yakni Batik di kota Pekalongan yang dikenal sebagai "Kota Batik" yang bertujuan sebagai sarana pembelajaran publik, sarana rekreatif dan pelestarian batik bagi khalayak umum, dalam bentuk media yang diungkapkan dengan em motif batik Pekalongan sebagai dasar untuk mewujudkan bangunan museum batik di Pekalongan. c. PERMASALAHAN 1. Permasalahan Dmwn Dagaimana meraneang Museum Batik di Pekalongan yang berpredikat sebagai "Kota Batik" agar terwujud sarana bagi pembelajaran publik, sarana rekreatif dan sarana bagi pelestarian batik dengan meneiptakan keselarasan dan daya tarik bagi pengunjung. 2. Permasalahan Khusus (Arsitektur) Bagaimana merancang bangunan yang mencerminkan bangunan Museum Batik di Pekalongan dengan mengambil ciri motif batik Pekalongan sebagai dasar pengembangan bentuk atau arsitektur bangunan. D. TUJUAN DAN SASARAN 1. Tujuan Mendapatkan suatu desain museum scbagai wadah atau arena promosi batik dengan fasilitas-fasilitas penunjang yang dapat memenuhi / mendukung kegiatan dalam museum batik di Pekalongan. 2. Sasaran Pola tata mang, bentuk dan massa bangunan serta elemen daya tarik berkarakter batik Pekalongan yang dapat mendukung keberadaan Museum Batik di Pekalongan, sebagai sarana pelestarian batik, rekreatif dan pembelajaran publik bagi pengunjung dan masyarakat umumnya. \~ Dwi Setiyanto 00.512.031 5

BAS I ~$at;kdv~~ E. METODE PEMBAHASAN 1. Metode Pengumpulan Data a. Studi Lapangan I Pengamatan. Pengamatan terhadap obyek atau survey di Museum Batik yang berlokasi di Jalan Majapahit No.7 A Pekalongan yang kurang representatif dalam bentuk bangunan maupun fasilitas-fasilitas yang ada didalamnya. b. Studi Literatur. Membaca dan mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan Museum, jenis dan macam Batik, kota Pekalongan, transformasi bentuk ke penampilan bangunan, aspek dinamis, aspek rekreartif, aspek edukatif I pembe1ajaran, dan penataan ruang luar. c. Wawancara. Interview dengan pihak-pihak yang terkait guna mendapatkan gambaran tentang pengunjung dan pemakai I penge101a pada Museum Batik. 2. Metode Pembahasan a. Mengidentifikasi keberadaan Museum Batik sehingga didapat lokasi yang strategis dalam hal pencapaian bagi pengunjung dan mengidentifikasi kebutuhan akan adanya ruang-ruang yang representatif dengan fasilitas-fasilitas pendukungnya sebagai sarana pembe1~iaran dan sarona rekreatif dengan pendekatan ciri motif batik Pekalongan sebagai dasar pengembangan arsitektur bangunan. b. Menganalisa lebih lanjut tentang penataan pada Museum Batik sebagai sarana pembe1ajaran publik dan rekreatif serta tinjauannya pada keberadaan fasilitas pendukung dari museum terhadap kebutuhan dan animo masyarakat atau pengunjung pada umumnya, program kegiatan, program ruang, sirkulasi dan pencapaian ke lokasi maupun ruang-ruang di dalamnya. c. Menganalisa kondisi fisik dan keterkaitan masyarakat terhadap lokasi dalam hubungannya dengan arus pengunjung dan macam pengunjung. d. Me1akukan pendekatan-pendekatan konsep perencanaan dan perancangan dari hasil analisa yang dilakukan berdasarkan sub judul yang ada. e. Merumuskan konsep perencanaan dan perancangan dari hasil pendekatan konsep yang dilakukan. Dwi Setiyanto 00.512.031 6

BAS I ~ajabktb$j~ 3. Kerangka Pola Poor Latar Belakang I: Gambaran umum tentang kota Pekalongan sebagai Kota batik Kondisi Museum Batik di Pekalongan saat ini. Perlunya Museum Batik yang representatifdari segi visualisasi bangunan dan fasilitasfasilitasnya. "I Permasalahan Permasalaban Umum : Bagaimana merancang Museum Batik di Pekalongan yang berpredikat sebagai "Kota Batik" agar terwujud sarana bagi pembelajaran publik, sarana rekreatif dan memperkaya wawasan dengan meneiptakan keselarasan dan daya tarik bagi pengunjung. Permasalaban Khusus (Arsitektur) : Bagaimana meraneang bangunan yang mencenninkan bangunan Museum Batik di Pekalongan dengan mengambil eiri batik Pekalongan.. sebagai dasar pengembangan bentuk atau arsitektur bangunan..',-l;~:;~2.:'_:'l,s';c: C0?,?2-;.:.r, ~'~~-I~:; ~:.;,~;~~:~:rt;t~:.'k~~~ T... Tinjauan Umum Lokasi o Tinjauan umum kota Pekalongan o Kebutuban / standar untuk museum 0 Site terpilih Tinjauan Umum Tentang Museum o Pengertian museum o Fungsi museum o Studi kasus tentang museum o Museum yang diharapkan "'S"''''~''''i,CC'''-'" '," 'r 1: Tinjauan Umum iii i1 Tentang Batik Jawa ii ii 0 Sejarah batik ~ :;1 0 Pengertianbatik:l ~ 0 Penggolongan batiki ~ 0 eiri motifbatik ~ """',.,,~ ~~~l~~:~c'"''''''.''~.'''_''ill'''''' ~j Analisa o Analisa lokasi dan site o Analisa tata mang luar o Strategi penataan roang o Tuntutan suasana pembelajaran publik dan rekreatif o Tuntutan penampilan bangunan ~ Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan l""','",':;c""x"'h""',",'''_ F. KEASLIAN PENULISAN I TransCormasi Desain -! DESAIN 1 I Dwi Setiyanto 00.512.031 7

BAS I ~ajat;brbfffj~ Keaslian penulisan ini terletak pada permasalahan khusus terutama pada penekanan permasalahan. Berikut ini beberapa Tugas Akhir sebagai pembanding : ~ Rini Astutie, 97.512.058, ITA UII, 2002. "Fasilitas Apresiasi Batik Tradisional di Kawasan Kraton Yogyakarta". Penekanan : Ungkapan Citra Bangunan melalui Pendekatan Prinsip Preseden Arsitektur Bangunan Tradisional Jogjakarta. ~ Efyan Astanuriawan, 94.340.071, JTA VII, 2000. "Fasilitas Batik Craft Center di Lawean-Solo". Penekanan : Penerapan Teori Urban Space dan Kontekstualisme. ~ Andry Novianto, 97.512.039, JTA UII, 2002. "Pusat Perdagangan Batik Jawa di Yogyakarta sebagai Pusat Sarana Perdagangan, Promosi dan Informasi Batik Jawa". Penekanan : Transformasi Motif Batik pada Bentuk dan Citra Bangunan sebagai Estetika Identitas Arsitektur dan Tata Ruang Yang Efektif. Untuk menjaga keaslian penulisan ini, Tugas Akhir ini mengambil judul "Museum Batik di Pekalongan". Perbedaan pada penulisan diatas dengan penulisan yang akan dilakukan adalah pada pokok permasalahan yang akan diangkat, yakni dengan penekanan pada ciri motif batik Pekalongan sebagai acuan perancangan. Dwi Setiyanto 00.512.031 8