BAB I PENDAHULUAN. menangani beragam dan kompleks permasalahan yang di hadapi siswa di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terbitan kota Medan seperti Waspada, Posmetro dan lain sebagainya tentang

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini, banyak sekali persoalan yang dihadapi para remaja antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Akhlak dapat terbentuk. Dalam kehidupan sehari-hari akhlak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga pendidikan dasar dan menengah dijajaran

BAB I PENDAHULUAN. formal sebagai tempat untuk mendapatkan pendidikan diharapkan dapat. memberikan bimbingan yang dibutuhkan oleh peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. baik pada fisik jasmaniah, maupun mental.perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Serta kini telah diterapkan kurikulum baru

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan sudah ada. mengantarkan manusia menuju kesempurnaan dan kebaikan.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, dari penelitian yang berjudul: Peran Bimbingan Konseling dan Pendidikan Agama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja lainnya yang menyebabkan terhambatnya kreatifitas siswa.

I. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah.

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, namun cenderung rasa penasaran itu berdampak negatif bagi remaja,

BAB I PENDAHULUAN. maupun mentalnya. Dalam hal ini dia membutuhkan sekali orang yan mampu

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas masalah-masalah berujung pada konflik-konflik dan rintangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman post modern manusia cenderung mengalami

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah

BAB I PENDAHULUAN. yang matang akan menciptakan generasi-generasi yang cerdas baik cerdas

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil pembahasan pada bab IV, oleh peneliti rumuskan suatu. kesimpulan, kesimpulan umum dan kesimpulan khusus.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

2015 UPAYA GURU PENJASORKES DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA SMA/SMK SE- KECAMATAN MARGAHAYU KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. ternyata membawa pengaruh dan perubahan perubahan yang begitu besar

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk

BAB I P E N D A H U L U A N. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggungjawab dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. solidaritas di antara individu maupun kelompok. dengan yang lain atau (give and take) melalui berbicara atau saling menukar tanda

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai problematika remaja yang terjadi saat ini

mereaksi dengan cara yang khas pula terhadap situasi sosial yang ada. dengan perkembangan tehnologi industrialisasi dan urbanisasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu pekerjaan yang sangat kompleks dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia terbentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan. Dalam hal ini yang diproritaskan adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Offset, 2014, hlm Ibid, hlm Helmawati, Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan lembaga utama yang memainkan peranan

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. Kehidupan era Globalisasi ini, remaja sering kali diselingi hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. kembar identik pun masih dapat dibedakan melalui sifat-sifat non-fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu sekolah dikatakan berhasil jika ia mendapatkan nilai yang bagus dan

BAB I PENDAHULUAN. menurutnya akan menyalahi aturan yang dibuat oelh orang tuanya.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undangundang. Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3:

BAB I PENDAHULUAN. sekolah adalah hasil belajar matematika. Pada umumnya, hasil belajar matematika

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Pendukung utama bagi tercapainya negara yang berkualias adalah

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. Akhirnya memang akan menjadi fenomena yang jelas-jelas mencoreng

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990)

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB 1 PENDAHULUAN. (SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 yang terdapat pada bab 2 pasal 3 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. khusus untuk melaporkan aneka kriminalitas. di berbagai daerah menunjukkan peningkatan.

BAB 1 PENAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. sewajarnya menjamin dan melindungi hak-hak anak, baik sipil, sosial, politik,

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. profesionalitas dan sistem manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan, dapat dilihat pada akhir akhir ini telah timbul akibat negatif

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan masyarakatnya. Kondisi masyarakat yang sehat dan cerdas akan. tantangan global di masa kini dan di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. bersaing untuk menghadapi tantangan era globalisasi. diantaranya melalui pendidikan.pengertian pendidikan telah dirumuskan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk manusia yang berkualitas, berkompeten, dan bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja juga merupakan priode yang penting, dimana pada masa remaja

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga memberikan pengaruh dan sekaligus menentukan pada pembentukan

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bimbingan konseling merupakan salah satu program yang di maksudkan untuk membantu seseorang secara psikologis dalam mengatasi masalahnya, mencari solusi dan merencanakan masa depannya.program ini kemudian di adopsi dalam dunia pendidikan sebagai salah satu alternative solusi dalam menjawab tuntutan kebutuhan dan permasalahan pendidikan utamanya ditingkatan peserta didik. Bimbingan konseling (BK) dalam perspektif pendidikan tersebut dimaksudkan sebagai strategi yang diterapkan dalam sistem pendidikan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya untuk menangani beragam dan kompleks permasalahan yang di hadapi siswa di lingkungan sekolah.program bimbingan konseling pada dasarnya lebih mengarah pada upaya mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi anak. Program ini mampu menyiapkan anak menjadi pribadi yang berkarakteristik kuat dan siap menghadapi tantangan masa depan yang lebih dahsyat program ini sejalan pula dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945, yang lebih khusus tertuang dalam fungsi pendidikan ditetapkannya oleh Undang-Undang repoblik Idonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang sistem pendidikan nasional dikemukakan sebagai berikut: Pada dasarnya mendidik adalah memberikan tuntunan, bantuan, pertolongan kepada peserta didik. Dalam arti memberikan tuntunan telah tersimpul suatu dasar pengakuan bahwa anak (pihak yang diberi tuntunan memiliki daya (potensi) untuk berkembang. Potensi ini secara berangsur-angsur tumbuh dan 1

2 berkembang dalam dri anak untuk menjamin perkembangan potensi untuk menjadi lancer dan terarah diperlukan pertolongan, tuntunan dari luar. Jika unsure pertolongan tidak ada maka potensi tersebut tidak dapat di sosialisasikan atau di aktualisasikan.sederhananya, fungsi pendidikan dalam arti mikro (sempit) ialah membantu (secara sadar) perkembangan jasmani dan rohani peserta didik. 1 Bimbingan konseling (BK) dalam perspektif pendidikan tersebut dimaksudkan sebagai strategi yang diterapkan dalam sistim pendidikan nasional sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya dalam menangani beragam dan kompleksnya permasalahan yang dihadapi siswa baik di lingkungan sekolah, dilingkungan keluarga maupun interaksi sosialnya di masyarakat. Program bimbingan konseling pada dasarnya lebih mengarah pada upaya mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi anak. Program ini diharapkan mampu menyiapkan anak menjadi pribadi yang berkarakteristik kuat dan siap menghadapi segala tantangan masa depan yang lebih dahsyat. Program bimbingan konseling secara umum merupakan salah satu bentuk pendidikan agama, moral dan akhlak bagi anak. Dalam pengertian itu, pemikiran yang dapat di ambil bahwa pembimbingan dalam konteks pendidikan adalah upaya memberikan bantuan atau pelayanan khusus kepada siswa (peserta didik) terhadap permasalahan pendidikan yang dihadapinya. Proses ini dilakukan secara sistematis dan mengarahkan kepada siswa untuk secara mandiri mencoba menyelesaikan masalah yang dihadapinya serta mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Bimbingan pada 1 Depertemen Pendidikan Nasional, UUSN no 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Balai pustaka, 2003) h. 7

3 umumnya berorientasi pada anak didik yang mengalami kesulitan belajar atau masalah-masalah dalam pendidikannya. Hal ini disadari karena anak didik merupakan pribadi yang sedang tumbuh dan berkembang. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya anak mengalami pengaruh secara internal (dalam dirinya) dan erksternal lingkungan serkitarnya baik yang bersifat positif maupun negatif. Lingkungan tersebut diperoleh anak di sekolah, didalam keluarganya maupun dilingkungan masyarakat dimana ia bertempat tinggal. Lebih khusus remaja yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang lebih rentan terhadap perubahan. Kondisi ini dipengaruhi oleh fisik (tubuh) dan psikis (kejiwaan). Hal mana dalam periode ini berbagai masalah dapat saja terjadi, utamanya yang menyangkut perubahan psikologis remaja yang semakin berkembang. Seiring dengan itu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan kemajuan zaman dan peradaban manusia memberikan kemungkinan terbesar akan kehidupan remaja yang semakin mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan atmosfir modernitas membuka ruang bagi remaja untuk mengakses seluruh perkembangan tersebut dengan mudah. Jika potensi fisik maupun psikisnya berada dalam kondisi yang relative buruk maka dapat dipastikan maka remaja-remaja bakal terjebak dalam suatu situasi dimana akan terjadi degradasi (kemerosotan) nilai moral. Akibatnya seluruh sendi kehidupan akan memperoleh kontribusi negatif dari eksitensi remaja. Kompleksitas problematika anak dan remaja, dewasa ini telah mencapai taraf yang cukup mengkhawatirkan. Gejala-gejalanya secara faktual terlihat

4 sangat jelas dimana kemerosotan morar tak jarang ditemukan dan merupakan akses dari kemajuan peradaban dan zaman. Perkelahian antar siswa, pergaulan bebas bahkan telah mengarah pada gejala-gejala prilaku kriminalitas. melihat fenomena kehidupan remaja sekarang, kita akan berhadapan dengan kenyataan yang memprehatinkan. Banyak remaja yang melakukan pelanggaran-pelanggaran aturan sosial seperti tawuran antar sekolah, kebut-kebutan, bahkan sampai mabuk. Di satu sisi, potensi anak dan remaja merupakan asset atau sumber daya produktif yang jelas-jelas dapat memberikan kontribusi terhadap segala aspek kelangsungan hidup generasi. Namun di sisi lain potensi tersebut akan berubah menjadi penghambat manakala anak dn remaja berada dalam kondisi yang dapat dikatakan kurang baik. Berbagai upaya senantiasa dilakukan dalam mengatasi berbagai permasalahan remaja tersebut. Namun demikian hingga saat ini belum menunjukkan hasil yang optimal. Salah satu faktor yang menyebabkan belum optimalnya upaya-upaya penanggulangan kenakalan adalah strategi penanggulangan kenakalan remaja yang belum terencana secara matang. Belum diberdayakannya secara maksimal program bimbingan dan konseling di sekolah menjadi salah satu faktor penyebab maraknya kenakalan remaja. Sebagaimana hasil penelitian asosiasi bimbingan dan konseling Indonesia (ABKIN) sebagai berikut: Pada umumnya, program bimbingan konseling disekolah masih berorientasi pada pelayanan repsesif (penanggulangan) atau dengan kata lain upaya pelayanan dilakukan setelah masalah terjadi, sementara upaya yang ideal adalah menyeimbangkannya dengan program-program yang sifatnya preventif (pencegahan) untuk mengantisitipasi permasalahan agar tidak terjadi. Akibatnya program bimbingan di sekolah terkesan sebagai pengadilan di sekolah. Oleh karena itu, perlu pembenahan sitem pelayanan dan manajemen

5 penyelenggaraannya dengan melibatkan seluruh komponen yang berhubungan dengan program bimbingan konseling. 2 Pendapat tersebut menunjukkan bahwa program bimbingan konseling hendaknya lebih menitik-beratkan pada tindakan preventif daripada tindakan represif.pada dasarnya upaya itu dapat tercapai manakala seluruh komponen yang bertalian dengan bimbingan dan konseling di sekolah melibatkan dan mendukung penuh upaya tersebut. Lebih khusus mengenai strategi penanggulangan kenakalan siswa ABKIN juga merumuskan hasil penelitiannya sebagai berikut: Strategi penanggulangan kenakalan siswa yang dipergunakan pada umumnya melalui metode sangsi dan hukuman.metode ini, tidak sepenuhnya efektif menyelesaikan masalah.bahkan terjadi kecenderungan dari anak untuk bertindak progresif.ironisnya lagi, sebagian besar anak merasa takut berhubungan dengan bimbingan konseling.oleh karena itu solusi yang dapat dilakukan oleh penyelenggara bimbingan konseling, utamanya guru bimbingan konseling adalah menciptakan kondisi yang memungkinkan agar siswa meminta bantuan bimbingan terhadap masalah yang dihadapinya. Strategi lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengaktifkan berbagai kegiatan siswa yang mengarah pada pembentukan sikap, karakteristik maupun kesadaran yang sifatnya positif. 3 Berbagai strategi sebagaiman yang telah di uraikan tersebut sesungguhnyamasih bersifat umum, sebab harus diakui bahwa setiap sekolah memilikipermasalahan bimbingan konseling yang spesifik sekaligus membutuhkan strategi khusus pula.oleh karena itu dituntut kemampuan guru bimbingan konseling dengan dukungan dan keterlibatan seluruh sistem yang melingkupnya. 2 Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia, penataan pendidikan professional Konselor. Jakarta, Depdiknas, 2007) h. 24. 3 Ibid., h. 24.

6 Problematika penyelenggaraan program bimbingan konseling dan masalah remaja juga terjadi di SMP Negeri 3 Unaaha Kabupaten Konawe. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang sering melakukan bullying atau mengganggu teman yang lain, mencoret-coret berbagai fasilitas sekolah, mengganggu ketenangan masyarakat dengan kebut-kebutan di jalan, dan merokok. Berbagai aktifitas kenakalan siswa tersebut selain merugikan kepentingan masyarakat umum juga merugikan siswa itu sendiri, sebab ketika siswa tersebtu melakukan kenakalan maka ia akan mendapatkan penilaian negatif dari masyarakat, serta merusak kesehatannya sendiri, misalnya dengan merokok. Olehnya karena itu, di butuhkan upaya-upaya penanggulangan gejala kenakalan siswa tersebut, salah satunya adalah melalui program bimbingan konseling di sekolah. Guru bimbingan dan konseling (BK) yang diberikan tugas untuk itu memiliki peranan paling penting dalam mencari strategi dan solusi pemecahannya. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul Strategi Guru bimbingan Konseling dalam Mengatasi Kenakalan Siswa di SMP Negeri 3 Unaaha Kabupaten Konawe.. B. Fokus dan Rumusan Masalah 1. Fokus Penelitian Berdasarkan hasil pengayaan di lapangan bahkan sampai pada perolehan berkali-kali terdapat dimensi-dimensi menarik di lapangan, sehingga dari banyaknya dimensi tersebut untuk pembatasan lingkup penelitian maka perlu ditentukan fokus penelitian yaitu tentang Strategi BK dan cara mengatasi

7 kenalakal siswa yang ada di Kenakalan Siswa di SMP Negeri 3 Unaaha Kabupaten Konawe. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan beberapa permasalah dalam batasan masalah perlu dapat dirumuskan masalah utama sebagai format umum penulisan dalam penelitian ini yaitu: a. Bagaimana bentuk kenakalan siswa di SMP Negeri 3 Unaaha Kabupaten Konawe? b. Bagaimana strategi guru bimbingan konseling dalam menanggulangi kenakalan siswa SMP Negeri 3 Unaaha Kabupaten Konawe? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan adalah sasaran yang hendak dicapai dari suatu kegiatan. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kenakaln siswa di SMP Negeri 3 Unaaha Kabupaten Konawe. b. Untuk mengetahui strategi guru bimbingan konseling dalam menanggulangi kenakalan siswa di SMP Negeri 3 Unaaha Kabupaten Konawe. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis 1) Sebagai bahan informasi kepada guru-guru di SMP Negeri 3 Unaaha Kabupaten Konawe.

8 2) Sebagai masukan bagi para pembaca dalam hal ini mahasiswa secara umum. 3) Sebagai bahan masukan kepada peneliti yang bertujuan untuk mendalami tentang masalah yang berkaitan dengan startegi guru Pendidikan agama Islam dalam mengatasi kenakalan siswa. b. Manfaat Praktis 1) Bagi siswa SMP Negeri 3 Unaaha Kabupaten Konawe: Mengarahkan siswa supaya tidak berbuat buruk dalam kehidupan di sekolah maupun di luar sekolah. 2) Bagi institusi yang berkompeten bagi dunia pendidikan, Serta sebagai bahan pertimbangan bagi pihak sekolah dalam meningkatkan pembinaan perilaku siswa. 3) Sebagai bahan guru bimbingan konseling dalam menambah wawasan tentang strategi mengatasi kenakalan siswa. D. Defenisi Oprasional Untuk menghindari perebedaan persepsi mengenai judul penelitian ini, perlu dirumuskan defenisi oprasional masing-masing variabel penelitian sebagai berikut: 1. Strategi guru bimbingan konseling yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai teknik pendekatan atau metode yang dilakukan oleh guru bimbingan konseling dalam menyelenggarakan program bimbingan konseling terutama dalam menanggulangi masalah kenakalan siswa di SMP Negeri 3 Unaaha Kabupaten Konawe.

9 2. Kenakalan siswa yang di maksud dalam penelitian ini adalah bentuk-bentuk kenakalan siswa SMP Negeri 3 Unaaha Kabupaten Konawe yang meliputi bolos sekolah, perkelahian siswa, mencoret-coret dinding sekolah, terlambat, merokok, dan mabuk-mabukan. Berdasarkan defenisi oprasional diatas dapat dirumuskan bahwa judul penelitian ini dimaksudkan upaya menggambarkan, meneliti dan mengkaji berbagai teknik, pendekatan dan metode yang dilakukan guru bimbingan konseling dalam upaya menanggulangi berbagai bentuk kenakalan siswa di SMP Negeri 3 Unaaha Kabupaten Konawe.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Strategi 1. Pengertian Strategi Secara bahasa startegi bisa diartikan siasat, taktik, kiat-kiat, trik-trik atau cara Secara umum, startegi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan bertindak dalam usaha untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. 1 Ini berarti bahwa strategi mengandung pengertian sebagai cara atau pola umum yang digunakan untuk bertindak demi pencapaian tujuan tertentu. Keberhasilan proses interaksi antara guru dan siswa yang terjadi di sekolah atau yang biasa dikenal dengan istilah pembelajaran, sangat ditentukan oleh beberapa faktor penting, salah satunya adalah kemampuan guru dalam mensiasati serangkaian tindakan yang harus dilakukan dalam pembelajaran. Rangkaian tindakan yang dilakukan guru dengan berbagai pendekatan yang digunakannya inilah yang kemudian dikenal dengan istilah strategi guru. Pada dasarnya istilah strategi ini sudah sering digunakan dalam banyak konteks dengan makna yang tidak selalu sama. Wina Sanjaya menjelaskan bahwa pada mulanya strategi digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. 2 Konsep ini relevan dengan situasi zaman dahulu yang sering diwarnai 1 St. Fatimah Kadir, Startegi Belajar Mengajar, (Kendari: STAIN,2007), h.1 2 Wina Sanjaya, Strategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2007), h.123 10