BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I. PENDAHULUAN *

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. kenyataan yang terjadi yakni

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis mempunyai banyak habitat

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat

Tahun Bawang

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

ANALISIS TATANIAGA KENTANG DARI DESA JERNIH JAYA KECAMATAN GUNUNG TUJUH KABUPATEN KERINCI KE KOTA PADANG OLEH MEGI MELIAN

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pangan, tanaman hias, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Potensi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pertanian haruslah merupakan tujuan utama dari setiap pemerintah sedang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar wilayah Indonesia diperuntukan sebagai lahan pertanian, dan

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain mengalami pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris,

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. sumber vitamin, mineral, penyegar, pemenuhan kebutuhan akan serat dan kesehatan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang menghubungkan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memiliki peran yang sangat besar dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian adalah sektor yang sangat potensial dan memiliki peran yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN. membangun, dimana 80% penduduknya bermatapencaharian pokok di sektor

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peranan penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto), penyediaan lapangan pekerjaan bahkan mampu mengurangi jumlah orang miskin di pedesaan, penyediaan penganekaragaman menu makanan dan karenanya sektor pertanian sangat mempengaruhi konsumsi dan gizi masyarakat, sektor pertanian mampu mendukung sektor industri, baik industri hulu maupun industri hilir dan ekspor hasil pertanian yang semakin meningkat menyumbang devisa yang besar (Soekartawi,1999:3). Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang berperan penting dalam kontribusinya untuk pendapatan nasional. Seperti yang ditunjukkan kontribusi PDB atas harga yang berlaku tahun 2010 untuk subsektor hortikultura pada tahun 2014 sebanyak 1,51% yang mana meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 2013 yang hanya sebanyak 1,44% dengan laju pertumbuhan pada tahun 2014 sebanyak 4,19%. Peningkatan PDB tersebut tercapai karena terjadi peningkatan produksi di berbagai sentra dan kawasan, peningkatan luas area produksi dan areal panen (Direktorat Jendral Hortikultura, Kementrian Pertanian, 2015). Subsektor hortikultura meliputi komoditas sayuran, buah, tanaman hias dan biofarmaka. Hortikultura di Indonesia memiliki prospek pengembangan yang sangat baik karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi serta potensi pasar yang terbuka lebar, baik dalam negeri maupun luar negeri (Zulkarnain, 2009 :7-8). Tanaman Sayuran adalah kelompok tanaman hortikultura yang banyak ditanam dan dikembangkan di Indonesia. Sayuran memiliki nilai komersial yang tinggi karena sayuran merupakan produk pertanian yang dikonsumsi setiap saat. Prospek tanaman sayuran di masa depan cukup prospektif sejalan dengan meningkatnya taraf hidup dan bertambahnya jumlah penduduk.

2 Salah satu tanaman sayuran yang banyak dikonsumsi adalah kubis. Kubis juga merupakan salah satu sayuran yang berhasil menembus pasar ekspor. Kubis (Brassica oleracea) termasuk salah satu diantara 18 jenis sayuran komersial yang dihasilkan di Indonesia dan mendapat prioritas pengembangan dalam setiap Repelita. Tanaman Kubis mempunyai nilai ekonomi dan sosial cukup tinggi, karena dijadikan salah satu andalan sumber nafkah para petani dalam rangka meningkatkan pendapatan dan taraf hidup mereka, juga sebagai komoditas ekspor (Rukmana, 1994 : 12). Kabupaten Kerinci merupakan salah satu daerah yang menjadi sentra produksi komoditas kubis di Provinsi Jambi hal ini dapat dilihat dengan luas panen, produksi dan produktivitas kubis yang berfluktuasi setiap tahunnya (lampiran 2) (Dinas Pertanian Pangan Kabupaten Kerinci, 2014). Daerah produksi kubis di Kabupaten Kerinci terdapat di Kecamatan Kayu Aro. Kecamatan Kayu Aro merupakan sentral pertanian di Kabupaten Kerinci karena keadaan Geografis dan Iklim yang sangat berpotensi untuk mengembangkan sektor Pertanian. Jumlah produksi kubis tahun 2013 di Kecamatan Kayu Aro sebesar 3.929 Ton (BPS Kabupaten Kerinci, 2015). Kecamatan Kayu Aro adalah salah satu daerah produksi kubis terbesar di Kabupaten Kerinci. Kecamatan ini berada di dataran tinggi di sekeliling kaki Gunung Kerinci. Kondisi agroklimat daerah ini cocok untuk ditanami berbagai tanaman sayuran, seperti kubis, kentang, cabai, bawang, dan bunga kol. Kubis yang dipasarkan oleh petani-petani di daerah ini adalah kubis segar, yaitu kubis yang dikonsumsi sebagai sayuran oleh konsumen. Kubis segar merupakan produk pertanian yang tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama, berbeda dengan kentang yang cukup tahan lama. Hal ini dikarenakan kubis segar bersifat mudah rusak (perishable), sehingga kubis harus segera didistribusikan ke konsumen. Proses pendistribusian kubis ke konsumen melalui proses pemasaran. Pemasaran kubis pada dasarnya merupakan institusionalisasi pelayanan untuk menjembatani berpindahnya kubis dari sisi produksi ke sisi konsumsi. Pemasaran kubis yang baik akan mengalirkan kubis dari petani ke konsumen dan memberi indikasi tentang perubahan penawaran dan permintaan kubis kepada petani.

3 Aspek pemasaran merupakan aspek yang penting, bila mekanisme pemasaran berjalan baik, maka semua pihak yang terlibat akan diuntungkan. Oleh karena itu peranan lembaga pemasaran yang biasanya terdiri dari produsen, tengkulak, pedagang pengumpul, broker, eksportir, importer atau lainnya menjadi sangat penting. Lembaga pemasaran ini, khususnya bagi negara berkembang, yang dicirikan oleh lemahya pemasaran hasil pertanian atau lemahnya kompetisi pasar, akan menentukan mekanisme pasar (Soekartawi, 1999 : 117). Dalam proses pemasaran, semakin efisien kerja lembaga-lembaga pemasaran, maka semakin menguntungkan bagi semua pihak. Bagi konsumen efisien dapat berakibat harga lebih murah dengan tingkat pelayanan yang sama. Sedangkan produsen dapat berakibat bertambahnya bagian keuntungan yang diterima. Bagi lembaga pemasaran efisien memberikan kemungkinan untuk menentukan biaya agar keuntungan lebih besar. Dalam kegiatan pemasaran melibatkan satu atau beberapa lembaga pemasaran sebagai penyelenggara pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen ke konsumen akhir dan menjalankan fungsi fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Untuk meningkatkan efisiensi pemasaran, lembaga lembaga melakukan koordinasi melaksanakan fungsi fungsi pemasaran (Puspitawati & Whardani, 2013 :74). Pemasaran kubis di Kecamatan Kayu Aro tidak hanya dipasarkan pada pasar induk di Kabupaten Kerinci, tetapi juga pasar pasar yang berada di luar Kabupaten Kerinci. Semakin jauhnya pasar yang dituju maka semakin banyaknya lembagapemasaran yang terlibat dalam pemasaran kubis. Disamping itu kesenjangan harga juga terjadi di tingkat petani dengan harga di tingkat konsumen akhir pada komoditas kubis. Kesenjangan harga yang terjadi biasanya disebabkan karena petani kubis kurang mengetahui informasi pasar sehingga harga ditetapkan oleh lembaga pemasaran lainnya. Dengan demikian, penelitian mengenai efisiensi pemasaran komoditas kubis ini penting, karena banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat dapat mempengaruhi besarnya biaya pemasaran. Besarnya biaya pemasaran akan mengarah kepada semakin besarnya perbedaan harga antara petani produsen dengan konsumen.

4 Perlunya mengetahui saluran pemasaran yang efisien dalam pemasaran kubis sehingga dapat memberikan pembagian yang adil bagi setiap lembaga yang terkait dalam pemasaran kubis. B. Rumusan Masalah Salah satu produk pertanian hortikultura adalah sayuran kubis. Kabupaten Kerinci merupakan salah satu daerah yang menjadi sentra produksi komoditas kubis di Provinsi Jambi. Daerah produksi kubis terbesar di Kabupaten Kerinci yaitu Kecamatan Kayu Aro. Sebagai seorang petani kubis tentu mengharapkan keuntungan dari produk yang dihasilkannya. Untuk mendapatkan keuntungan, petani harus mampu memasarkan produknya dengan baik. Komoditi pertanian merupakan komoditi yang mempunyai sifat khusus dalam pemasaran seperti sifat bulky (volume besar tetapi nilainya yang relative kecil), diproduksi musiman, selalu segar, mudah rusak (perishable), lokal dan spesifik (tidak dapat diproduksi di semua tempat). Maka ciri ini akan mempengaruhi mekanisme pemasaran. Oleh karena itu sering sekali terjadi harga produksi pertanian yang dipasarkan menjadi naik turun (berfluktuasi) secara tajam maka yang sering dirugikan adalah pihak petani atau produsen (Soekartawi, 1999 : 117). Kecamatan Kayu Aro merupakan salah satu kecamatan yang menyumbang dalam produksi kubis setiap tahunnya di Kabupaten Kerinci. Daerah tujuan pemasaran kubis tidak hanya dilakukan pada pasar pasar yang ada di Kabupaten Kerinci, tetapi juga di pasar pasar induk daerah lain seperti Provinsi Jambi, Palembang, Lampung, Riau, Jakarta dan Sumatera Barat jika ada permintaan. Dalam hal ini dapat dilihat fungsi pemasaran yang dilakukan lembaga pemasaran pada komoditi kubis sehingga dapat menjangkau pasar yang jauh dari daerah produksi. Sedangkan tanaman sayuran tidak memiliki daya tahan yang lama dan mudah rusak. Harga kubis cenderung bervariasi setiap tahunnya di Kecamatan Kayu Aro. Hal ini dikarenakan harga kubis dipengaruhi oleh permintaan pasar dan juga iklim. Pada tahun 2015 harga harga jual kubis berkisar Rp 500 per kilogram di tingkat

5 petani hingga Rp 1.200 per kilogram sedangkan harga kubis di tingkat konsumen adalah Rp 3.000 per kilogram hingga Rp 6.000 per kilogram. Naik turun harga yang terjadi mempengaruhi pendapatan petani kubis di Kecamatan Kayu Aro. Dan juga terjadi ketidakseimbangan harga yang diterima petani dengan harga di tingkat pedagang pengecer. Hal ini biasanya dapat disebabkan oleh tingginya biaya pemasaran yang digunakan dalam kegiatan pemasaran kubis hingga ke konsumen tingkat akhir. Petani kubis di Kecamatan Kayu Aro pada umumnya memiliki lahan dengan luas rata-rata 1 sampai 2 Ha. Luas lahan yang dimiliki petani ini cukup luas jika dibandingkan lahan yang dimiliki petani pada umumnya. Pemasaran kubis di Kecamatan Kayu Aro tidak hanya dalam skala kecil yaitu lingkup kecamatan dan kabupaten saja. Namun pemasaran juga dilakukan hingga ke Sumatera barat dan juga di bagian selatan seperti Jambi, Palembang, dan Lampung bahkan Pulau Jawa. Harga kubis yang tidak stabil atau berfluktuasi dipengaruhi oleh permintaan kubis yang menurun dari pusat yaitu Jawa. Permintaan turun disebabkan karena pasokan kubis dari Jawa Barat membanjiri Pasar Induk pusat dan menyebabkan permintaan kubis ke Kecamatan Kayu Aro menurun. Selain itu, petani menjual semua kubis hasil panen nya kepada pedagang perantara yang harganya berdasarkan kesepakatan yang dilakukan oleh pedagang dan petani dengan acuan harga di pasar. Namun tetap saja pedagang lebih dominan dalam menentukan harga kubis. Kondisi ini disebabkan karena informasi harga yang dimiliki petani mengenai perkembangan harga kubis di pasar hanya diketahui dari pedagang. Petani juga tidak memiliki alternatif pemasaran kubis sehingga memposisikan petani sebagai penerima harga (price taker). Posisi ini membuat peran pedagang lebih tinggi dalam menentukan harga dan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Seperti yang dijelaskan sebelumya tujuan pemasaran kubis di Kayu Aro tidak hanya dilakukan di sekitar daerah produksi kubis saja. Semakin jauh daerah tujuan pemasaran kubis, maka semakin banyak lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran kubis dari petani ke konsumen. Analisis sistem pemasaran

6 pada kubis dilakukan untuk mengetahui lembaga yang terlibat dalam pemasaran kubis dan fungsi yang dilakukan masing-masing lembaga, serta saluran pemasaran yang tercipta. Saluran pemasaran dapat menggambarkan rentang harga yang terbentuk serta hubungan antara biaya pemasaran dan keuntungan yang diperoleh dari masingmasing lembaga saluran pemasaran kubis di Kecamatan Kayu Aro. Besarnya biaya pemasaran akan mengarah kepada semakin besarnya perbedaan harga antara petani produsen dengan konsumen. Perlunya diketahui saluran mana yang lebih efisien untuk petani hingga pedagang. Bagaimana permasahan-permasalahan yang dijabarkan sebelumnya. Apakah juga mempengaruhi efisiensi pemasaran kubis di Kecamatan Kayu Aro. Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana sistem pemasaran kubis di Sentra Produksi Kubis di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci? 2. Bagaimana efisiensi pemasaran kubis di Sentra Produksi Kubis di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci? Berdasarkan hal diatas, maka peneliti melakukan suatu penelitian dengan judul, Analisis Efisiensi Pemasaran Kubis (Brassica oleracea) di Sentra Produksi Kubis di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi sistem pemasaran kubis di Sentra Produksi Kubis di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci. 2. Menganalisis efisiensi pemasaran kubis di Sentra Produksi Kubis di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci.

7 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi kepada petani dalam upaya melakukan efisiensi pemasaran kubis sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Bagi Pemerintah daerah, sebagai bahan masukan dalam membuat kebijakan untuk mengefisiensikan pemasaran kubis. 2. Bagi penulis, sebagai bahan referensi dalam meningkatkan kemampuan penulis dalam mengidentifikasi masalah, menganalisis dan merumuskan solusi atas permasalahan yang terjadi sebagai perwujudan penerapan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah.