BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta dalam menghadapi bencana, dapat

dokumen-dokumen yang mirip
CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO BENCANA DI RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian studi kasus digunakan untuk memberikan penjelasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Subjek dan Objek Penelitian. panjang yaitu masa perjuangan (periode ), masa perintisan (periode

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO BENCANA DI RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pencarian, Pertolongan Dan Evakuasi

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsekuensi serius dan berkaitan dengan kehilangan nyawa. Penelitian yang berkaitan

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

KODE UNIT : O JUDUL UNIT

Pedoman Penyusunan Program Kedaruratan PLB3

RENCANA INDUK MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK) DI RSU BINA KASIH

RENCANA PROGRAM KERJA K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH

BAB I PENDAHULUAN. dan kesimpangsiuran informasi dan data korban maupun kondisi kerusakan,

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2016

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

KODE UNIT : O JUDUL UNIT

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan L

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini,

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

(SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tinjauan tentang Bencana di Rumah Sakit

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG

Materi Inti 4: FASILITAS RUMAH SAKIT DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

SK AKREDITASI BAB I EP NAMA DOKUMEN ADA TDK ADA SK Ka Puskesmas ttg jenis pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.25, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. RUMAH SAKIT dr Suyoto. Organisasi. Tata Kerja.

EMERGENCY SIGN. Emergency Sign. Hospital Disaster Plan Halaman 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Luwiharsih Komisi Akreditasi RS

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

Lampiran 1. Tingkat Organisasi. Skor. Tinggi 1

panduan praktis Sistem Rujukan Berjenjang

KELENGKAPAN PENGISIAN INDIKASI MEDIS PADA FORM/BLANGKO PERMINTAAN PEMERIKSAAN RADIOLOGI

BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU KABUPATEN BLORA

KODE UNIT : O JUDUL UNIT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat : a. Tujuan dan Sasaran

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I

No. 1411, 2014 BNPB. Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Manajemen. Pedoman.

STANDAR USAHA TAMAN REKREASI. NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR I. PRODUK A. Tempat dan Ruang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN ISTILAH 10/15/14

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah telah menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk

2015, No. -2- untuk melaksanakan ketentuan Pasal 50 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan Pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor

BAB I PENDAHULUAN. paripurna. Keseluruhan persyaratan tersebut harus direncanakan sesuai

PERATURAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

CHECKLIST PENGERJAAN SOP KEPERAWATAN PERIODE MARET-APRIL 2016 DAFTAR SOP

Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan. Unit Kerja SKPD Penanggung Jawab. Data Capaian pada Tahun Awal Perencanaan (2010)

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan

MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT KEPUASAN DAN KESELAMATAN PASIEN ADALAH TUJUAN KAMI

PERENCANAAN KINERJA BAB II VISI : Masyarakat Gorontalo yang Siaga dan Terlindung dari Ancaman Bencana. 2.1 RENCANA STRATEGIS 2.1.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 PENUTUP. belum semuanya mengikuti pelatihan kegawatdaruratan. Untuk staf. administrasi IGD, rekam medik dan brankar man belum bertugas 24 jam.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1554, 2014 BNPB. Bantuan Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Distribusi. Pedoman.

I.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. jiwa sehingga dibutuhkan bantuan penanganan (CRED, 2014 ; WHO, 2013 ;

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

TUGAS POKOK & FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB V PENUTUP. kinerja sumber daya manusia tepatnya pada staf medis fungsional di. Instalasi Gawat Darurat adalah berupa uraian pembagian tugas (job

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

STANDAR PPI 1 PPI 1.1 PPI 2 PPI 3 PPI 4 PPI 5 PPI 6 PPI 6.1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

Materi Inti 1: PRINSIP HOSPITAL DISASTER PLAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 35

Divisi Manajemen Bencana PMPK-UGM

STANDAR USAHA ARENA PERMAINAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

PANDUAN MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK)

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT JIWA PROF. Dr. HB.

PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2014

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian kajian kesiapan penanggulangan bencana Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta dalam menghadapi bencana, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kesiapan sistem kontrol dan komando saat terjadi bencana di RSJ Grhasia Yogyakarta telah mencapai 76%. Hal ini berarti sebagian besar indikator telah terlaksana dengan baik. RSJ Grhasia Yogyakarta telah mengintegrasikan seluruh komponen sistem komando kedalam satu tempat pusat komando untuk memudahkan koordinasi. Pusat komando ini digunakan sebagai pusat komunikasi dan sekaligus sebagai pusat koordinasi terpadu keseluruhan sistem penanggulangan bencana. Pusat Komando yang ditetapkan yaitu Ruang Pertemuan Instalasi Gawat Darurat. 2. Ketercapaian terhadap kesiapan alur komunikasi saat terjadi bencana di RSJ Grhasia Yogyakarta baru mencapai 44%. Ketercapaian ini masih relatif rendah, diantara indikator kesiapan alur komunikasi yang belum terlaksana dengan baik yaitu belum adanya juru bicara yang kompeten dan belum tersedianya ruang konferensi pers yang jauh dari ruang kegawatdaruratan, triase/area menunggu dan pusat komando. 1

2 3. Ketercapaian terhadap kesiapan sistem keamanan saat terjadi bencana di RSJ Grhasia Yogyakarta adalah sebesar 53%. Sebagian besar indikator sistem keamanan sudah terlaksana dan sebagian lain sedang berlangsung. Indikator yang belum terlaksana diantaranya belum adanya daerah untuk radioaktif, dekontaminasi biologis dan kimia dan isolasi. 4. Ketercapaian kesiapan Sistem Triase saat terjadi bencana di RSJ Grhasia Yogyakarta telah mencapai 67%. Kesiapan triase ini ditandai dengan telah ditentukannya tempat untuk melakukan proses triase yaitu pintu utara gerbang parkir. Selanjutnya pasien akan diarahkan ke tempat sesuai kondisi hasil triase. Sebagai alat bantu untuk mengidentifikasi pasien maka disiapkan label triase dan papan penanda lokasi triase. 5. Ketercapaian kesiapan Kapasitas Fungsional saat terjadi bencana di RSJ Grhasia Yogyakarta baru mencapai sebagian yaitu sebesar 50%. Salah satu indikator yang belum terlaksana adalah meningkatkan kapasitas RS dengan memindahkan perawatan pasien non-kritis ke tempat lain. 6. Ketercapaian kesiapan Kelangsungan Pelayanan Dasar saat terjadi bencana di RSJ Grhasia Yogyakarta sudah cukup baik dengan capaian sebesar 63%. RSJ Grhasia telah melakukan identifikasi terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan pelayanan dasar RS. RSJ Grhasia Yogyakarta menjamin ketersediaan pengaturan yang tepat dalam pasokan air, listrik dan oksigen. 7. Ketercapaian kesiapan sumber daya manusia saat terjadi bencana di RSJ Grhasia Yogyakarta relatif masih rendah yaitu sebesar 42%.

3 Indikator yang belum terlaksana dengan baik yaitu menjamin ketersediaan tempat tinggal, asuransi dan masalah perizinan sementara yang berkaitan dengan tambahan staf dan relawan; dalam hal mengidentifikasi bantuan lokal untuk memungkinkan fleksibilitas staf untuk pergeseran penugasan dan jam kerja tambahan juga belum terlaksana. 8. Ketercapaian Manajemen dan Suplai Logistik saat terjadi bencana di RSJ Grhasia Yogyakarta sebesar 47%. Indikator yang belum terlaksana yaitu membuat perjanjian dengan vendor untuk memastikan pengadaan dan cepat pengiriman peralatan, perlengkapan dan sumber daya lainnya pada saat dibutuhkan. Pihak RSJ Grhasia Yogyakarta juga belum melakuan koordinasi strategi transportasi dengan jaringan pra-rumah sakit dan layanan transportasi untuk memastikan rujukan pasien secara terus menerus. 9. Ketercapaian kesiapan pemulihan pasca bencana di RSJ Grhasia Yogyakarta baru mencapai 31% yang mengindikasikan banyak indikator yang belum terlaksana. Indikator yang belum terlaksana yaitu menunjuk seorang petugas pemulihan bencana yang bertanggung jawab untuk mengawasi operasi pemulihan di rumah sakit. Pihak RSJ Grhasia Yogyakarta juga belum menampilkan pengenalan yang sesuai berdasarkan layanan yang diberikan oleh staf, relawan, personel eksternal dan donor pada saat tanggap bencana dan pemulihan.

4 10. Persyaratan teknis sarana yang dimiliki RSJ Grhasia telah memenuhi standar RSJ Tipe A. Hal ini berarti kelengkapan sarana yang dimiliki RSJ Grhasia telah mendukung pengembangan sistem penanggulangan bencana. 11. Persyaratan teknis prasarana yang dimiliki RSJ Grhasia Yogyakarta telah memenuhi standar RSJ Tipe A. Hal ini berarti kelengkapan prasarana yang dimiliki RSJ Grhasia Yogyakarta telah mendukung pengembangan sistem penanggulangan bencana dalam rangka manajemen risiko bencana. 12. Persyaratan teknis peralatan yang dimiliki RSJ Grhasia Yogyakarta juga telah memenuhi standar RSJ Tipe A. Hal ini berarti kelengkapan peralatan yang dimiliki RSJ Grhasia Yogyakarta telah mendukung pengembangan sistem penanggulangan bencana dalam rangka manajemen risiko bencana.

5 B. Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka dapat disampaikan saran sebagai berikut: 1. Diharapkan RSJ Grhasia Yogyakarta melakukan sosialisasi secara berkala tentang tugas dan fungsinya dalam tim penanggulangan bencana. 2. Untuk mendukung alur komunikasi RSJ Grhasia Yogyakarta perlu menunjuk juru bicara yang kompeten dan menyediakan ruang konferensi pers yang jauh dari ruang kegawatdaruratan. Alat komunikasi yang kurang berfungsi dapat diperbaiki dan anggota tim penanggulangan bencana siap dengan alat komunikasinya saat bekerja. 3. Masih diperlukan daerah untuk radioaktif, dekontaminasi biologis, kimia dan isolasi di kawasan Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta, sehingga diharapkan dapat meningkatkan keamanan bagi para karyawan, pasien maupun pengunjung di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta. 4. Diharapkan dalam meningkatkan kesiapan sistem triase di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta dapat memilih perawat atau dokter instalasi gawat darurat yang menguasai triase. Sehingga dalam mengambil keputusan dapat memilih siapa yang harus ditangani lebih awal dan siapa yang terakhir. 5. Salah satu indikator kapasitas fungsional di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta yang masih perlu ditambahkan adalah memindahkan seluruh perawatan pasien non-kritis ke tempat lain.

6 6. Perlunya meningkatkan kesiapan kelangsungan pelayanan dasar dengan mendaftar semua layanan rumah sakit sesuai urutan prioritas, memastikan mekanisme pengumpulan, pembuangan bahan habis pakai, bahan medis berbahaya dan limbah rumah sakit serta menjamin ketersediaan pengaturan yang tepat dalam pasokan air, listrik dan oksigen. 7. Perlunya kesiapan sumber daya manusia di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta dalam menjamin ketersediaan tempat tinggal, asuransi dan masalah perizinan sementara yang berkaitan dengan tambahan staf dan relawan dalam hal mengidentifikasi bantuan lokal untuk memungkinkan fleksibilitas staf untuk pergeseran penugasan dan jam kerja tambahan. 8. Untuk meningkatkan kesiapan manajemen suplai dan logistik di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta bisa dlakukan dengan membuat perjanjian dengan vendor untuk memastikan pengadaan, pengiriman peralatan yang cepat, perlengkapan dan sumber daya lainnya pada saat dibutuhkan. Selain itu juga masih perlunya melakukan koordinasi strategi transportasi dengan jaringan pra-rumah sakit dan layanan transportasi untuk memastikan rujukan pasien secara terus menerus. 9. Salah satu indikator kesiapan pemulihan pasca bencana di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta yang masih perlu dilakukan adalah menunjuk seorang petugas pemulihan bencana yang bertanggung jawab untuk mengawasi operasi pemulihan di rumah sakit. Slain itu, pihak RSJ Grhasia Yogyakarta juga perlu menampilkan pengenalan yang sesuai berdasarkan

7 layanan yang diberikan oleh staf, relawan, personel eksternal dan donor pada saat tanggap bencana dan pemulihan. 10. Perlunya optimalisasi pemanfaatan sarana sebelum kondisi darurat terjadi dengan melakukan simulasi penggunaan sarana secara berkala untuk memastikan bahwa setiap pegawai dalam rumah sakit memiliki pemahaman mengenai hal tersebut. 11. Perlunya optimalisasi pemanfaatan prasarana sebelum kondisi darurat terjadi dengan melakukan simulasi penggunaan prasarana secara berkala untuk memastikan bahwa setiap pegawai dalam rumah sakit memiliki pemahaman mengenai hal tersebut. 12. Masih perlunya mengoptimalkan persediaan peralatan sebelum kondisi darurat terjadi dengan melakukan simulasi penggunaan peralatan secara berkala untuk memastikan bahwa setiap pegawai dalam rumah sakit memiliki pemahaman mengenai hal tersebut. C. Keterbatasan Penelitian Beberapa hal yang menjadi keterbatasan penelitian ini yaitu pengumpulan data yang terbatas pada wawancara dengan checklist, karena dalam penelitian ini checklist belum di validasi sehingga belum mampu mengetahui lebih dalam hambatan dan upaya manajemen risiko bencana di RSJ Grhasia Yogyakarta.