BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Auditing adalah suatu proses pemeriksaan terhadap laporan keuangan perusahaan klien yang dilakukan oleh seseorang yang independen dan kompeten. Audit dalam bentuk umum yaitu pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan (Arens et al., 2011:4). Oleh karena itu, auditor perlu memperhatikan kualitas audit laporan keuangan. Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang berguna dalam pengambilan keputusan untuk penggunanya. Sudah menjadi kewajiban perusahaan untuk secara jujur tanpa manipulasi dan terbuka untuk mengekspose laporan keuangannya kepada pihak yang berkepentingan. Menurut IASB laporan keuangan yang baik ialah memenuhi syarat yaitu dapat memberikan manfaat secara ekonomis kepada pihak yang berkepentingan dari perusahaan dan bersifat dapat diandalkan (reabilitas) sehingga tepat sebagai dasar pertimbangan pengambilan keputusan. Oleh karena itu perusahaan akan sulit menilai sendiri atas kebenaran laporan keuangannya yang disajikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan tanpa adanya pihak ketiga (Akuntan Publik). Jasa audit sangat diperlukan oleh manajemen perusahaan untuk meyakinkan pihak-pihak yang berkepentingan tersebut bahwa laporan yang disajikan adalah berisi informasi yang dapat dipercaya.
Perusahaan menggunakan jasa auditor (Akuntan Publik) agar laporan keuangannya lebih mudah diyakini telah dibuat benar dan terpercaya. Oleh karena itu, auditor harus benar-benar melaksanakan prosedur audit yang sesuai dengan ketentuan dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah pedoman yang mengatur standar umum pemeriksaan akuntan publik, mengatur segala hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental. Standard Profesional Akuntan Publik (SPAP) seksi 341 menyebutkan, bahwa pertimbangan auditor atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya harus didasarkan pada kemampuan penilaian. Penilaian tersebut didasarkan pada kesangsian dalam diri auditor itu sendiri terhadap kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Auditor harus melaksanakan tugas auditnya dengan berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan. Standar umum menekankan pada pentingnya kualitas pribadi yang harus dimiliki auditor baik pelatihan dan kecakapan teknis yang memadai untuk melaksanakan prosedur audit, sedangkan standar pekerjaan lapangan dan pelaporan berkaitan dengan pengumpulan bukti dan aktivitas lain selama pelaksanaan audit yang sebenarnya serta auditor harus menyiapkan laporan mengenai laporan keuangan secara keseluruhan, termasuk pengungkapan informatif. Maraknya skandal keuangan yang terjadi baik di dalam maupun di luar negeri telah memberikan dampak negatif kepercayaan publik terhadap profesi akuntan
publik. Beberapa skandal keuangan yang terjadi di luar negeri seperti Enron, Tyco, Global Crosing, dan Worldcom ternyata melibatkan akuntan publik. Enron merupakan perusahaan gabungan antara InterNorth (penyalur gas alam melalui pipa) dengan Houston Natural Gas dan salah satu perusahaan energi terbesar di AS yang menduduki rangking tujuh dari lima ratus perusahaan terkemuka di Amerika Serikat. Enron jatuh bangkrut dengan meninggalkan hutang hamper sebesar $ 31.2 miliyar. Dalam peristiwa ini Enron melakukan manipulasi laporan keuangannya dengan mencatat keuntungan fiktif sebesar 600 juta dolar AS. Enron sengaja melakukan manipulasi laporan keuangannya agar investor tetap tertarik dengan saham yang dijualnya. Dalam kasus ini ternyata KAP Andersen berperan aktif dalam mendukung manipulasi laporan keuangan Enron. Hal ini didorong oleh fakta bahwa sebagian besar staff Enron berasal dari KAP Andersen. Mantan Chief audit exsekutif Enron, direktur keuangan dan staff accounting Enron berasal dari KAP Andersen. Kasus tersebut menunjukkan lemahnya independensi KAP Andersen terhadap Enron. Pada tanggal 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan triwulan ketiga. Dalam laporan itu disebutkan bahwa laba bersih Enron telah meningkat menjadi $ 393 juta, naik $ 100 juta dibandingkan periode sebelumnya. CEO Enron, Kenneth Lay, menyebutkan bahwa Enron secara berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik. Enron tidak menjelaskan secara rinci tentang pembebananan biaya akuntansi (special accounting chargeatauexpense) sebesar $ 1 miliyar yang sesungguhnya menyebabkan hasil actual pada periode tersebut merugi sebesar $ 644 juta. Akhinya Enron dan KAP Andersen dituduh
melakukan tindakan kriminal dalam bentuk manipulasi dan penghancuran dokumen yang berkaitan dengan investigasi dan kebangkrutan Enron. Hal ini terjadi karena Andersen lebih mendukung Enron dari pada mengungkapkan kebenaran yang terjadi. Lemahnya independensi KAP Andersen berdampak pada kualitas audit yang buruk dan mengakibatkan kebangkrutan Enron, 5000 orang pegawainya kehilangan pekerjaannya, investor mengalami kerugian besar dan nasib tragis diterima oleh KAP Andersen, yaitu ditutupnya KAP legendaris dunia tersebut oleh pemerintah Amerika Serikat. Dari contoh kasus Enron memperlihatkan bahwa sikap independensi, objektif dan tanggungjawab profesional sangat dibutuhkan auditor dalam melaksanakan tugasnya. Menurut FASB, ada dua karakteristik terpenting yang harus ada dalam laporan keuangan, yaitu: relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua karakteristik ini sulit untuk diukur maka dibutuhkan jasa pihak ketiga yaitu auditor independen untuk memberikan jaminan bahwa laporan keuangan tersebut relevan dan dapat diandalkan, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan semua pihak yang berkepentingan pada perusahaan tersebut. Jika auditor dapat menyelesaikan pekerjaannya secara professional, maka kualitas audit akan terjamin karena kualitas audit merupakan keluaran utama dari profesionalisme. Karena kualitas audit yang baik akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. (Singgih dan Icuk, 2010) mengungkapkan bahwa kualitas audit dipengaruhi oleh independensi dan pengalaman.
Syarat dari diri auditor adalah due professional care. Penting bagi auditor untuk mengimplementasikan due professional care dalam pekerjaan auditnya. Hal ini dikarenakan standard of care untuk auditor berpindah target yaitu menjadi berdasarkan kekerasan konsekuensi dari kegagalan audit. Kualitas audit yang tinggi tidak menjamin dapat melindungi auditor dari kewajiban hukum saat konsekuensi dari kegagalan audit adalah keras. Terlebih dengan adanya fenomena hindsight bias yang sangat merugikan profesi akuntan publik. Jika hindsight bias diberlakukan, maka auditor harus membuat keputusan tanpa pengetahuan hasil akhir, tetapi kewajiban auditor ditentukan dari sebuah perspektif hasil akhir (Anderson 1997 dalam Mustikawati, 2013). Due professional care atau kemahiran profesi yang cermat dan seksama, merupakan syarat diri yang penting untuk di implementasikan dalam pekerjaan audit. Penelitian Rahman (2009) memberikan bukti empiris bahwa due professional care merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas audit. Selain itu auditor harus mempunyai akuntabilitas, dimana akuntabilitas memiliki arti yaitu keadaan untuk dipertanggung-jawabkan, keadaan dapat dimintai pertanggung-jawaban. Akuntabilitas sebagai bentuk dorongan psikologi yang membuat seseorang berusaha mempertanggung-jawabkan semua tindakan dan keputusan yang diambil kepada lingkungannya (Tetclock 1984 dalam Mustikawati 2013). Tanggung jawab auditor terletak pada menemukan salah saji baik yang disebabkan karena kekeliruan atau kecurangan dan memberikan pendapat atas bukti audit yang diberikan klien.
Auditor harus mempunyai suatu kompetensi, yang mana standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP, 2011) menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Sedangkan, Standar umum ketiga (SA Seksi 230 dalam SPAP, 2001) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalitasnya dengan cermat dan seksama. Oleh karena itu, maka setiap auditor wajib memiliki kemahiran profesionalitas dan keahlian dalam melaksanakan tugasnya sebagai auditor. Faktor lain yang mempengaruhi kualitas audit adalah objektifitas. Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Menurut Peraturan Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, bersikap objektif merupakan cara berpikir yang tidak berpihak, jujur secara intelektual, dan bebas dari benturan kepentingan. Etika profesi juga salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas audit. Kode etik juga sangat diperlukan karena dalam kode etik mengatur perilaku akuntan publik menjalankan praktik. Etika profesional meliputi sikap para anggota profesi agar idealistis, praktis dan realistis (Abdul Halim, 2008:29). Penelitian ini dilakukan dikarenakan kualitas audit memiliki peranan penting dalam proses pengambilan keputusan oleh pemegang saham (stakeholder) dan manajemen. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada lokasi penelitian, yaitu Kantor Akuntan Publik di Surabaya dan penggabungan
variabelnya. Penelitian ini menguji variabel yang sudah diteliti sebelumnya secara parsial dengan mempertimbangkan variabel yang mempengaruhi kualitas audit sehingga untuk kedepannya diharapkan faktor ini dapat ditingkatkan semaksimal mungkin. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut: 1. Apakah independensi berpengaruh terhadap kualitas audit? 2. Apakah kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit? 3. Apakah due professional care berpengaruh terhadap kualitas audit? 4. Apakah akuntabilitas berpengaruh terhadap kualitas audit? 5. Apakah objektivitas berpengaruh terhadap kualitas audit? 6. Apakah etika profesi berpengaruh terhadap kualitas audit? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh independensi terhadap kualitas audit 2. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit 3. Untuk mengetahui pengaruh due professional care terhadap kualitas audit 4. Untuk mengetahui pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas audit 5. Untuk mengetahui pengaruh objektivitas terhadap kualitas audit
6. Untuk mengetahui pengaruh etika profesi terhadap kualitas audit 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi akademisi Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan, aspek-aspek apa saja yang dapat menjadi dasar menjadi dasar menciptakan profesi akuntan yang memiliki kualitas audit yang baik sehingga dapat menjalankan tugasnya secara professional dan menjadi salah satu sumbangsih data empiris untuk berkembangnya ilmu pengetahuan terutama ilmu akuntansi. 2. Bagi para auditor Hasil penelitian ini akan menjadikan salah satu bahan acuan independensi, kompetensi, due professional care, akuntabilitas, objektivitas, dan etika profesi. Melalui hasil penelitian ini Auditor dapat meningkatkan variabel mana yang sangat mempengaruhi baik buruknya kualitas auditor. 3. Bagi pengguna laporan keuangan Penelitian ini dapat sangat berguna untuk menganalisa laporan audit yang berkualitas dan capable 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian merupakan suatu batasan yang dibuat oleh peneliti untuk tidak menimbulkan persepsi ketidakjelasan, kerancuan, pembahasan yang terlalu melebar dan menimbulkan sudut pandang yang berbeda. Untuk
memperjelas serta membatasi ruang lingkup permasalahan dengan tujuan untuk menghindari salah presepsi atau mengalami pembahasan yang terlalu luas dan tidak terarah, maka ruang lingkup penelitian ini adalah: 1. Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dikirim langsung, dimana teknik pengumpuan data yang dilakukan dengan memberikan seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden (auditor) yang berada di Kantor Akuntan Publik (KAP) Surabaya untuk menjawabnya. 2. Responden tidak dibatasi oleh jabatan auditor pada KAP meliputi junior auditor, senior auditor, dan supervisor, sehingga semua auditor yang bekerja di KAP dapat diikutsertakan sebagai responden dengan minimal 1 tahun kerja. 3. Subyek penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Surabaya. 4. Obyek atau dokumen-dokumen yang berkaitan dengan variabel penelitian yaitu: Independensi, Kompetensi, Due Professional Care, Akuntabilitas, Obyektivitas, Etika Profesi. Sehingga dapat diketahui seberapa baik penerapan kualitas auditor yang ada dalam Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Surabaya.