II. KAJIAN PUSTAKA. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran adalah teori belajar konstruktivisme. Piaget (dalam Dahar, 1989:

TINJAUAN PUSTAKA. pemahaman dapat dimaksudkan sebagai proses, cara, atau perbuatan memahami.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Guided Discovery (Penemuan Terbimbing) 1. Pengertian Pembelajaran Guided Discovery

EFEKTIVITAS METODE PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang mungkin menggunakan salah satu dari arti kata tersebut sesuai dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. matematis siswa perlu adanya suatu bentuk latihan-latihan matematis yang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang pesat memunculkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika. akan memudahkan siswa dalam mempelajari matematika dan siswa juga akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Richard Suchman (dalam Widdiharto: 2004) mencoba mengalihkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

Dyah Ayu Pramoda Wardhani Mahasiswa S1 Universitas Negeri Malang. Pembimbing : Dr. Sri Mulyati, M.Pd Dosen Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, sehingga diperlukan suatu pendidikan yang berkualitas. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data pemahaman konsep matematis siswa untuk setiap sampel penelitian yaitu

I. PENDAHULUAN. syarat untuk mencapai tujuan pembangunan, salah satu wahana untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007:17) menjelaskan bahwa belajar

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam proses belajar mengajar dimana guru memberi siswa contoh-contoh. didik mampu menyelesaikan masalah itu sendiri.

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

II. TINJAUAN PUSTAKA. aktif mengungkapkan gagasan dan ide-ide secara individual maupun kelompok.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

Deti Ahmatika Universitas Islam Nusantara, Jl. Soekarno Hatta No. 530, Bandung; Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Diajukan Oleh: Eliana Rahmawati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

OLEH : CHANDRA EKKI PRATAMA NPM:

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan kegiatan yang memiliki proses dan merupakan unsur yang

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Efektivitas menekankan pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Freudenhal (dalam Zulkardi, 2001:3) menekankan bahwa. dalam matematika. Aktivitas matematika ini dikenal juga sebagai

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving

I. PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan salah satu Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pemahaman Konsep Matematika

Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

PENCAPAIAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENGALAMAN DAN INKUIRI DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008), efektivitas berasal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS XI IPA SMAN 1 LUBUK ALUNG

Keywords: Guided discovery method, Quiz, Understanding of Mathematical Concepts PENDAHULUAN

Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING YANG VALID PADA PERKULIAHAN KALKULUS PEUBAH BANYAK I

Wawat Suryati STKIP-PGRI Bandar Lampung ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis menurut Komaruddin (1979) adalah kegiatan berpikir untuk

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

PENGARUH PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS IX MTsN PAYAKUMBUH

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke 4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sidosari Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada semester genap Tahun Pelajaran

BAB V PEMBAHASAN. Pembelajaran penerapan trigonometri melalui belajar kooperatif tipe Student

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ABSTRAK. Kata Kunci: guided inquiry, hasil belajar, kooperatif

Transkripsi:

II. KAJIAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (2004: 7) pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Siddiq (Rahayuningtyas, 2010: 7) pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru atau yang lain) untuk membelajarkan siswa yang belajar. Oleh karena itu, terjadinya pembelajaran apabila terdapat proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik. Sumber belajar dalam pembelajaran juga diperlukan untuk acuan pendidik dalam memberikan ilmu pendidikan. Menurut Hamalik (2002: 57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (siswa dan guru), material (buku, papan tulis, kapur dan alat belajar), fasilitas (ruang, kelas audio visual), dan proses yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan pengertian pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa dalam memperoleh pembelajaran di suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran dapat belangsung, maka harus ada peserta didik yang belajar dan pendidik yang berperan sebagai perancang, penilai proses dan hasil

10 pembelajaran. Agar menghasilkan hasil pembelajaran yang optimal, maka perlu pembelajaran yang efektif untuk diterapkan dalam kelas sesuai karakter siswa dan kondisi kelas. Hamalik (2001: 171) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan kepada siswa melakukan aktivitas seluas-luasnya untuk belajar. Proses pembelajaran tersebut diharapkan dapat membantu siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Ketika siswa aktif dalam pembelajaran, maka dapat terlihat bahwa banyak hal yang mulai didapatkan siswa dari pembelajaran tersebut. Banyaknya siswa yang bertanya dalam proses pembelajaran, menggambarkan bahwa keingintahuan siswa tinggi terhadap materi yang diajarkan oleh guru. Huda (2013: 38) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan proses aktif. Pembelajaran dihasilkan melalui keterlibatan aktif individu dalam merefleksikan pengalaman dan tindakan yang ia praktikkan di lingkungan tertentu. Oleh sebab itu, siswa harus aktif dalam pembelajaran untuk mendapatkan hasil yang optimal dari apa yang telah ia pelajari. Sutikno (2005: 25) berpendapat bahwa pembelajaran efektif merupakan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, dapat berpengaruh pada minat siswa untuk belajar. Siswa akan lebih antusias belajar ketika suasana belajar menyenangkan tidak membuat siswa takut dalam bertanya. Hal tersebut dapat berpengaruh pada hasil pembelajaran yang telah dilakukan.

11 Lebih lanjut, Sutikno (2005: 88) menyatakan bahwa efektivitas pembelajaran adalah kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran yang telah direncanakan yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah dan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan. Dari pendapat tersebut, maka guru diharapkan dapat merencanakan pembelajaran yang menyenangkan agar siswa dapat menerima pelajaran dengan mudah sehingga dapat berpengaruh juga terhadap hasil belajar yang diharapkan. Simanjuntak (1993: 80) mengungkapkan bahwa suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila menghasilkan sesuatu sesuai dengan apa yang diharapkan atau dengan kata lain tujuan yang diinginkan tercapai. Tujuan pembelajaran adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Menurut Mulyasa (2006: 193), pembelajaran dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru membentuk kompetensi peserta didik, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang cocok dengan karakter siswa dan kondisi kelas. Dengan demikian, pembelajaran yang efektif merupakan proses belajar mengajar yang melibatkan pendidik dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dalam penelitian ini pembelajaran dikatakan efektif dilihat dari dua aspek, yaitu apabila pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan metode penemuan terbimbing lebih tinggi dan siswa yang tuntas belajar mencapai persentase yang diharapkan, yaitu lebih dari atau sama dengan 60%.

12 Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkaan. Keberhasialan suatu pembelajaran dalam penelitian ini diukur dari indikator-indikator pemahaman konsep matematis serta persetase ketuntasan belajar siswa mencapai 60%. B. Metode Penemuan Terbimbing Proses pembelajaran metode penemuan merupakan pembelajaran yang melibatkan kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis serta logis, sehingga mereka dapat merumuskan penemuannya dengan bimbingan seorang guru. Suryosubroto (2006: 193) mengemukakan bahwa metode penemuan adalah suatu metode dalam pembelajaran, guru memperkenalkan siswa-siswanya untuk menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja. Metode penemuan ini dapat dirancang penggunaannya oleh guru menurut tingkat perkembangan intelektualnya. Siswa memiliki sifat yang aktif, ingin tahu yang besar, terlibat dalam suatu situasi secara utuh, dan bertanggung jawab terhadap sesuatu proses dan hasil-hasil yang ditemukan. Dalam pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan metode penemuan terbimbing, siswa diberikan lembar kerja yang dikerjakan secara berkelompok. Hal tersebut bertujuan agar siswa mudah bertukar pendapatnya. Guru sebagai fasilitator ketika pembelajaran sedang berlangsung. Guru membatu hal-hal sulit yang ditemukan oleh siswa ketika akan menemukan suatu konsep. Hal ini sependapat dengan Hudojo (1984: 5) menegaskan bahwa siswa memerlukan bimbingan setapak demi setapak untuk mengembangkan kemampuan memahami

13 pengetahuan baru. Sehingga siswa bereksperimen untuk menemukan suatu konsep. Pembelajaran juga berpusat pada siswa sehingga siswa dituntut untuk memiliki keingintahuan yang besar agar suatu konsep dapat ditemukan. Metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Hal ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan Sanjaya (2014) dan Rahmawati (2013) bahwa penerapan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Karena salah satu kelebihan metode penemuan terbimbing, yaitu siswa menemukan konsep sendiri melalui bimbingan guru. Selama proses penemuan suatu konsep, siswa akan mengingat langkah-langkah apa saja yang dilalui utnuk mencapai tujuan penemuan konsep. Sehingga, apa yang telah ditemukan akan lebih lama ada diingatan siswa. Menemukan konsep sendiri juga memiliki rasa kepuasan tersendiri bagi siswa, karena siswa beranggapan bahwa dirinya memiliki potensi dalam diri untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan bimbingan guru. Metode penemuan sebagai prosedur pembelajaran yang mempunyai tekanan siswa berlatih cakap mencapai tujuan dan siswa aktif mengadakan percobaan atau penemuan sendiri sebelum membuat kesimpulan dari yang dipelajari. Hal ini selaras dengan yang dikemukakan Djamarah dan Zain (2002 : 22) yakni dalam sistem belajar mengajar ini guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukannya sendiri. Dengan demikian, guru tidak langsung menyajikan rumus yang sudah ada. Namun guru memberi arahan kepada siswa untuk dapat menemukan sendiri rumus yang

akan digunakan. Untuk membuktikan apakah rumus yang ditemukan oleh siswa itu bernilai benar, maka guru memberi latihan soal sebagai latihan. 14 Menurut Gorman (Kasto, 2009: 25) bahwa pembelajaran dengan metode discovery (penemuan) dapat dilakukan dalam dua bentuk yaitu free discovery (penemuan bebas) dan guided discovery (penemuan terbimbing). Guided discovery (penemuan terbimbing), guru berperan sebagai pembimbing siswa dalam belajar. Guru membantu siswa memperoleh pengetahuan yang dicarinya, memecahkan masalah dan menyusun kembali data-data sehingga membentuk konsep baru. Proses pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing menitik beratkan pada pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran dalam hal ini daftar kegiatan yang telah dipersiapkan. Langkah-langkah pembelajaran dengan metode penemuan Menurut Nasution dan Budiastra (Rahayuningtyas, 2010: 13-14) sebagai berikut: (a) Siswa dikelompokkan, setiap kelompok terdiri dari beberapa siswa, (b) Guru mengajukan permasalahan dalam bentuk pertanyaan, (c) Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai keterangan yang sesuai dengan masalah yang dikaji, informasi diperoleh dengan jalan mengamati objeknya, mencoba sendiri atau melakukan percobaan, (d) Keteranganketerangan yang terkumpul dari hasil percobaan kemudian diolah, (e) Dari hasil percobaan data tadi nantinya akan diperoleh jawaban dari masalah di atas, kemudian ditarik kesimpulan umum. Sedangkan pendapat dalam Widdiharto (2004: 5) agar pelaksanaan metode penemuan terbimbing ini berjalan dengan efektif, beberapa langkah yang harus ditempuh oleh guru matematika sebagai berikut: 1. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya, perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang

menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah. 2. Dari data yang diberikan oleh guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisasi data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui pertanyaanpertanyaan atau LKS. 3. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil yang dilakukannya. 4. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat oleh siswa tersebut di atas diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai. 5. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenran konjektur tersebut maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga pada siswa untuk menyusunnya. Di samping itu perlu diingat pula bahwa induksi tidak menjamin 100% kebenaran konjektur. 6. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru memberikan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa hasil kebenaran dari penemuan. Guru dapat melakukan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran di atas agar pembelajaran yang menggunakan metode penemuan terbimbing dapat berjalan efektif. Namun, ada beberapa prinsip dalam metode penemuan terbimbing agar guru memahami cara belajar menggunakan metode penemuan terbimbing. Secara umum prinsip penemuan diungkapkan dalam Khotimah (2014: 15) sebagai berikut: 1. Siswa akan bertanya jika mereka dihadapkan pada masalah yang membingungkan/ kurang jelas; 2. Dapat menyadari dan belajar menganalisis strategi berpikir mereka; 3. Strategi berpikir baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan pada apa yang telah mereka miliki; 4. Penemuan dalam kelompok. 15

Menurut Abidin (2011) metode penemuan terbimbing memiliki kelebihan dalam penerapannya. Adapun kelebihan dari penerapan metode penemuan terbimbing, yaitu: 1. Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan ke-mampuan untuk menemukan hasil akhir, siswa memahami betul bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya; 2. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat; 3. Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas, kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi hingga minat belajarnya meningkat; 4. Siswa yang memperoleh pengetahunnya dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuan keberbagai konteks; 5. Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri. 16 Sementara kelemahan dari penggunaan metode penemuan terbimbing dalam Rahmawati (2014: 34) adalah: (a) untuk materi tertentu waktu lebih banyak tersita; (b) tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di lapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan metode ceramah; (c) tidak semua topik cocok disampaikan dengan metode ini. Umumnya topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan metode penemuan terbimbing. Dari pemaparan di atas, semua metode pastilah memiliki kelebihan dan kelemahan. Berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran juga bergantung pada kerja sama antara guru dengan murid bukan hanya dari suatu metode yang diterapkan. Kelebihan dari metode penemuan terbimbing diharapkan bisa memberikan hasil positif terhadap peneitian yang akan dilakukan. Sedangkan kelemahannya dapat dijadikan bahan pengetahuan dan pembelajaran dalam penelitian.

17 Penemuan terbimbing pada penelitian ini adalah pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk memahami suatu konsep dengan cara menemukan sendiri konsep tersebut dengan bantuan bimbingan guru. Pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing juga siswa belajar dengan membentuk kelompok-kelompok kecil agar memudahkan siswa dalam berdiskusi untuk menemukan konsep. Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan, metode penemuan terbimbing adalah metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran, siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Peserta didik benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. C. Pembelajaran Konvensional Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang paling umum dilakukan oleh guru di sekolah-sekolah. Menurut Sanjaya (2009: 177), pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang menekankan pada penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada kelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi secara optimal. Dalam pembelajaran konvensional guru yang berperan aktif pada proses pembelajaran. Guru menjelaskan dengan cara berceramah, memberikan contoh, kemudian siswa diberikan latihan, sehingga mengakibatkan siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Guru juga menyediakan waktu untuk tanya jawab, namun untuk siswa yang kurang aktif akan cenderung diam dan menyimpan pertanyaannya, sehingga dalam menyelesaikan pekerjaan

dari guru siswa tersebut sering mengandalkan jawaban teman yang telah paham materi pembelajaran. 18 Menurut Depdiknas (2004: 51) dalam pembelajaran konvensional, cenderung pada belajar hafalan yang menolelir respon-respon yang bersifat konvergen, menekankan informasi konsep, latihan soal dalam teks, serta penilaian masih bersifat tradisional dengan paper dan pensil tes yang hanya menuntut pada satu jawaban benar. Ruseffendi (2005: 17) menjelaskan pembelajaran konvensional pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hafalan daripada pengertian, menekankan pada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil dari pada proses, dan pengajaran berpusat pada guru. Djamarah dan Zain (2006: 148) mengemukakan bahwa pembelajaran konvensional memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan pembelajaran konvensional yaitu tidak memerlukan waktu yang lama karena hanya menjelaskan materi dan dapat diikuti oleh siswa yang banyak sehingga waktu yang diperlukan lebih efisien dari pada belajar kelompok, mudah mempersiapkan dan melaksanakannya, dan guru mudah menguasai kelas. Sedangkan kelemahan pembelajaran konvensional yaitu siswa menjadi pasif, pembelajaran didominasi oleh guru. D. Pemahaman Konsep Matematis Belajar matematika merupakan proses aktif siswa untuk memahami konsepkonsep matematika. Hal ini berarti, bahwa belajar matematika merupakan proses untuk menghubungkan materi yang dipelajari dengan pemahaman yang dimiliki.

19 Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika, maka siswa harus memahami konsep-konsep matematika terlebih dahulu. Sardiman (2007: 42) mengungkapkan pemahaman dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran, belajar harus mengerti secara mental makna dan filosofinya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa memahami suatu situasi. Sagala (2008: 71) menyatakan bahwa konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hokum, dan teori. Lebih lanjut Wardhani (2008: 8) mengatakan bahwa konsep atau ide (abstrak) adalah yang dapat digunakan atau memungkinkan seseorang untuk mengelompokkan/ menggolongkan sesuatu objek. Menurut Jihad dan Haris (2012: 149) pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukan siswa dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien, dan tepat. Berdasarkan teori-teori yang sudah dijelaskan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pemahaman konsep matematis adalah pengetahuan atau pemikiran yang telah dimiliki oleh seseorang dalam mengemukakan ide atau gambaran yang berkaitan dengan matematika Menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2001 bahwa indikator siswa memahami konsep matematika adalah mampu:

a. Menyatakan ulang sebuah konsep; b. Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya; c. Memberi contoh dan non contoh dari konsep; d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis; e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep; f. Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu; g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah. 20 Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan pemahaman konsep adalah kemampuan yang dimiliki anak dengan menghubungkan pengetahuan awal yang dimiliki dengan pengetahuan yang akan mereka temukan dalam proses pembelajaran. E. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh: 1. Sanjaya (2014) yang berjudul Efektivitas Penerapan Metode Penemuan Terbimbing Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Desain penelitian ini adalah post-test only control design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK YPT Pringsewu tahun ajaran 2013/2014 yang terdistribusi dalam lima belas kelas, sedangkan sampel penelitian ini adalah siswa kelas X TKJ 3 sebagai kelas eksperimen dan X TKR 1 sebagai kelas kontrol, yang dipilih melalui teknik purposive random sampling. Kesimpulan penelitian ini adalah penerapan metode penemuan terbimbing efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa.

21 2. Rahmawati (2013) yang berjudul Efektivitas Penerapan Metode Penemuan Terbimbing Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode penemuan terbimbing terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Desain penelitian ini adalah post-test only control design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Katibung Tahun Pelajaran 2012/2013 dan sebagai sampel penelitian adalah siswa kelas VIII B dan VIII C yang dipilih melalui teknik Purposive Sampling. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa ratarata pemahaman konsep matematis siswa dan ketuntasan belajar siswa yang mengikuti pembelajaran metode penemuan terbimbing lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa metode penemuan terbimbing efektif diterapkan terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. F. Kerangka Pikir Penelitian tentang efektivitas metode penemuan terbimbing terhadap pemahaman konsep matematis siswa ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas dari penelitian ini adalah metode pembelajaran yang digunakan, yaitu metode penemuan terbimbing, sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah pemahaman konsep matematis siswa. Perbedaan metode pembelajaran yang ada di kelas dapat berpengaruh pada pemahaman konsep yang akan diterima oleh siswa itu pula. Ketika siswa dapat menemukan konsep dengan bimbingan guru, maka siswa akan lebih lama

22 mengingat apa yang telah ia temukan. Lain hal nya ketika siswa hanya menerima apa yang diberikan guru. Siswa yang memiliki daya ingat rendah akan cepat melupakan apa yang telah diberikan. Dalam memilih suatu metode pembelajaran di kelas, guru harus pandai memilih metode yang cocok untuk menyampaikan suatu materi. Tidak semua model pembelajaran cocok untuk materi yang akan disampaikan. Guru juga harus mampu menyesuaikan kondisi kelas agar tercipta pembelajaran yang menyenangkan. Guru dapat melibatkan siswa berperan aktif dalam pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa. Pembelajaran yang banyak melibatkan siswa akan lebih meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis. Siswa yang berperan aktif dalam pembelajaran akan lebih mengingat apa yang telah dipelajari, dibandingkan siswa yang hanya mendengarkan guru menjelaskan materi di depan kelas. Siswa yang hanya mendengarkan saat pembelajaran, cenderung menirukan apa yang telah guru berikan. Sehingga ketika guru mengganti sebuah konsep, maka siswa akan sulit mengerti. Salah satu metode yang melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran adalah metode penemuan terbimbing. Banyak faktor yang membedakan cara belajar menggunakan metode penemuan terbimbing dengan pembelajaran konvensional. Salah satunya adalah dalam metode penemuan terbimbing siswa dituntut untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran dan guru hanyalah sebagai fasilitator, yaitu membimbing siswa. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional guru

sangatlah berperan aktif dalam pembelajaran, siswa hanya mendengarkan apa yang telah disampaikan oleh guru. 23 Selama pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing siswa tidak menemukan konsep sendiri, tetapi dengan cara bekerja dengan anggota kelompoknya. Proses belajar dengan berkelompok dapat memudahkan siswa untuk bertukar pikiran, sehingga tujuan pembelajaran mudah dicapai secara bersama-sama. Siswa yang kemampuannya tinggi dapat membantu siswa yang memiliki kemampuan rendah. Guru dapat membuat Lembar Kerja Kelompok (LKK) untuk memudahkan siswa dalam proses penemuan. Di dalam LKK, guru memberikan langkah-langkah untuk mempermudah siswa dalam menemukan suatu konsep. Guru harus memberi bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Bimbingan guru bisa berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa ke tujuan yang diharapkan. Dalam langkah-langkah metode penemuan terbimbing, siswa tidak hanya menemukan suatu konsep saja. Guru juga memberikan beberapa latihan soal berkaitan dengan konsep yang sedang dipelajari. Hal itu bertujuan untuk memantapkan atau menguji pemahaman siswa terhadap suatu konsep yang telah ditemukannya. Selain itu, latihan soal yang diberikan pada siswa dapat membantu guru untuk mengetahui sejauh mana pemahaman yang diperoleh siswa melalui proses penemuan yang telah dilakukan siswa. Setelah memberikan latihan soal, siswa bersama guru mengkonfirmasi kebenaran hasil yang telah didapat. Hal tersebut dilakukan dengan cara membacakan hasil

24 kerja kelompoknya masing-masing di depan kelas. Siswa yang memiliki jawaban lain diberi kesempatan untuk menjelaskan apa yang telah ia dapatkan dari kerja sama kelompoknya. Konfirmasi bertujuan untuk menyatukan pikiran atau pendapat yang telah didapatkan dari kerja kelompok. Berdasarkan hal yang telah diuraikan di atas, metode penemuan terbimbing lebih melibatkan siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Siswa menemukan suatu konsep dengan bimbingan guru, sehingga siswa lebih mengingat konsep yang telah ia temukan. Hal tersebut dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa. Sehingga pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan metode penemuan terbimbing lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. G. Anggapan Dasar Peneliatian ini bertolak pada anggapan dasar sebagai berikut : 1. Setiap peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 10 Bandarlampung pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 memperoleh materi ajar dan kurikulum yang sama. 2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemahaman konsep matematis siswa selain pembelajaran yang menggunakan metode penemuan terbimbing tidak diperhatikan. H. Hipotesis Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan suatu hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:

25 1. Hipotesis Umum Pembelajaran yang menggunakan metode penemuan terbimbing efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. 2. Hipotesis Kerja a. Pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing lebih tinggi dari pada pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. b. Persentase siswa yang tuntas (memperoleh nilai tidak kurang dari 70) mencapai 60%.