dibanding penelitian yang disebutkan diatas, dan juga di luar Bank Umum Syariah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB IV. Sejalan dengan tujuan dari berdirinya Pegadaian Syariah yang berkomitmen

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PEGADAIAN SYARIAH SIDOKARE SIDOARJO MENURUT PRINSIP NILAI EKONOMI ISLAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Rahn - Lanjutan. Landasan Hukum Al Qur an. Al Hadits

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Bank BNI Syariah. Hasil Penelitian dari penelitian ini, yaitu:

BAB IV ANALISIS PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI QARD} BERAGUN EMAS DI BANK BRI SYARIAH KANTOR CABANG (KC) SIDOARJO

Rahn /Gadai Akad penyerahan barang / harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang

BAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah ISSN:

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB I PEDAHULUAN. peluang terjadinya jual-beli dengan sistem kredit atau tidak tunai dalam

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

DANA TALANGAN H A J I. خفظ اهلل Oleh: Ustadz Dr. Erwandi Tirmidzi, MA. Publication: 1433 H_2012 M DANA TALANGAN HAJI

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang amat damai dan sempurna telah diketahui dan dijamin

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI KTP SEBAGAI JAMINAN HUTANG

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan, baik konvensional maupun syariah, berperan dalam segi. ekonomi dan keuangan. Sesuai dengan Undang-Undang Republik

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

Pada hakikatnya pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank. pemenuhan kebutuhan akan rumah yang disediakan oleh Bank Muamalat

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB II MEKANISME GADAI SYARIAH (RAHN) harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, dan dapat diambil kembali

BAB I PENDAHULUAN. hukum Islam. Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk

ABSTRAKSI. Kata Kunci : Akuntansi Pendapatan, Pegadaian Konvensional, Pegadaian Syariah

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN, PERBEDAAN, DAN AKIBAT HUKUM ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA DALAM MENGATUR OBJEK JAMINAN GADAI

Pembiayaan Multi Jasa

BAB I PENDAHULUAN. ingin tahu, Man is corious animal. Dengan keistimewaan ini, manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. disetujuinya UU No. 10 Tahun Undang-Undang tersebut mengatur

PEMBIAYAAN MULTI JASA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

BAB III PERBANDINGAN HUKUM JAMINAN FIDUSIA MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 DENGAN HUKUM RAHN TASJÎLÎ

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan secara luas dinegara lain untuk menyebutkan bank dengan prinsip

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBULATAN TIMBANGAN PADA PT. TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR DI JALAN KARIMUN JAWA SURABAYA

BAB II PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Umum (Perum). Perusahaan tersebut milik pemerintah (BUMN), berada

MUD{A<RABAH DALAM FRANCHISE SISTEM SYARIAH PADA KANTOR

HILMAN FAJRI ( )

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pinjam meminjam menjadi salah satu cara terbaik untuk

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONAL WADI< AH PADA TABUNGAN ZAKAT DI PT. BPRS BAKTI MAKMUR INDAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

s}ahibul ma>l. Yang digunakan untuk simpanan dengan jangka waktu 12 (dua belas)

BAB V PENUTUP. kepada Kospin Jasa Syariah sebagai agunan atas pembiayaan yang di terima

BAB II LANDASAN TEORI. A. Konsep Akad Bai Bitsaman Ajil dalam Fiqh Muamalah

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

BAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

BAB IV ANALISIS DUA AKAD (MURA>BAH}AH DAN RAHN) DALAM PEMBIAYAAN MULIA (MURA>BAH}AH EMAS LOGAM MULIA UNTUK INVESTASI ABADI) MENURUT HUKUM ISLAM

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

BAB IV ANALISIS PERSEPSI NASABAH RENTENIR TENTANG QARD} PADA PRAKTIK RENTENIR DI DESA BANDARAN KECAMATAN BANGKALAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB VI ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI GADAI SAWAH DI DESA MORBATOH KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG

1. Analisis Praktek Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Karangayu. akad rahn sebagai produk pelengkap yang berarti sebagi akad tambahan

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

BAB IV ANALISIS WADI< AH MUD{A>RABAH TERHADAP BONUS HAJI GRATIS PADA PT. ANUGERAH NUR NABAWI JOMBANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK SIMPANAN WADI AH BERJANGKA DI BMT TEGAL IJO DESA GANDUL KECAMATAN PILANGKENCENG KABUPATEN MADIUN

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktek Utang Piutang Dengan Jaminan. bab sebelumnya, bahwa praktek utang piutang dengan jaminan barang

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

Bank Syariah. A. Pengertian dan Sejarah Berdirinya Bank Syariah. 1. Pengertian Bank Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari bentuk kegiatan muamalah adalah utang-piutang untuk

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENERAPAN SYARAT HASIL INVESTASI MINIMUM PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa pembayaran serta peredaran uang

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Setiap manusia memiliki kebutuhan yang beragam dalam kehidupannya.

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENGUASAAN BARANG GADAI OLEH RAHIN (STUDY KASUS DI DESA KUMESU KEC. REBAN KAB. BATANG) SKRIPSI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

BAB III TRANSAKSI SERTIFIKAT INVESTASI MUD}A<RABAH ANTARBANK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP SIMPAN PINJAM BERGULIR PADA P2KP (PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN)

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

BAB I PENDAHULUAN. berpedoman penuh pada Al-Qur an dan As-Sunnah. Hukum-hukum yang melandasi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan. ekonominya berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA. A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia

PEMBIAYAAN GADAI EMAS KONVENSIONAL DAN SYARIAH. Oleh. Laily Nurhayati Radjab Djamali

membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. kehadiran Bank Muamalat Indonesia, namun karena kurang didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. usahanya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian (akad) antara

ISLAM dan DEMOKRASI (1)

Transkripsi:

19 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah adanya perbandingan antara dua lembaga yang memiliki produk gadai emas dalam kegiatan usahanya. Obyek penelitian yang diteliti tentunya juga berbeda dibanding penelitian yang disebutkan diatas, dan juga di luar Bank Umum Syariah yaitu Pegadaian Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah. Selain adanya perbandingan antara dua lembaga, setelah diketahui bagaimana aplikasi produk gadai emas di dua lembaga tersebut selanjutnya akan dianalisis kesesuaiannya dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) agar diketahui apakah aplikasi yang dilaksanakan di dua lembaga tersebut khususnya dalam produk gadai emas sesuai atau tidak dengan fatwa yang telah ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional. B. Kerangka Teori 1. Bank Syariah a. Pengertian Bank Syariah Berdasarkan Pasal 1 UU No 21 Tahun 2008 yang dimaksud dengan Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasrakan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Sedangkan menurut ensiklopedi Islam, Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsipprinsip Syariat Islam.

20 b. Fungsi dan Peran Bank Syariah Peran dan fungsi bank syariah diantaranya tercantum dalam pembukaan standar akuntansi yang dikleuarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution), seperti yang dikemukakan Sudarsono (2008: 39) sebagai berikut: 1) Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah. 2) Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya. 3) Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya. 4) Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya. c. Tujuan Bank Syariah Menurut Sumitro (1996 : 17) Bank syariah mempunyai beberapa tujuan di antaranya sebagai berikut: 1) Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalat secara Islam, khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis usaha/perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan),

21 di mana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam Islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi rakyat. 2) Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana. 3) Untuk menciptakan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang berusaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian usaha. 4) Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya merupakan program utama dari Negara-negara yang sedang berkembang. Upaya bank syariah di dalam menegentaskan kemiskinan ini berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol sifat kebersamaan dan siklus usaha yang lengkap seperti program pembinaan konsumen, program pengembangan modal kerja dan program pengembangan usaha bersama. 5) Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan aktivitas bank syariah akan mampu menghindari pemanasan ekonomi di akibatkan adanya inflasi, menghindari persaingan yang tidak sehat antara lembaga keuangan.

22 6) Untuk menyelamatkan ketergantungan ummat Islam terhadap bank non-syariah. d. Ciri-Ciri Bank Syariah Bank syariah mempunyai ciri-ciri berbeda dengan bank konvensional, adapun ciri-ciri bank syariah yang dijelaskan oleh Sumitro (1996: 18) sebagai berikut: 1) Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal, yang besarnya tidak kaku dan dapat dilakukan dengan kebebasan untuk tawar-menawar dalam batas wajar. Beban biaya tersebut hanya dikenakan sampai batas waktu sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak. 2) Penggunaan presentase dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu dihindari, karena presentase bersifat melekat pada sisa hutang meskipun batas waktu perjanjian telah berakhir. 3) Di dalam kontrak-kontrak pembiayaan proyek, bank syariah tidak menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti yang ditetapkan di muka, karena pada hakikatnya yang mengetahui tentang ruginya suatu proyek yang dibiayai bank hanyalah Allah semata. 4) Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan oleh penyimpan dianggap sebagai titipan (al-wadiah) sedangkan bagi bank dianggap sebagai titipan yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada proyek-proyek yang dibiayai bank yang

23 beroperasi sesuai dengan prinsip syariah sehingga pada penyimpanan tidak dijanjikan imbalan yang pasti. 5) Bank Syariah tidak menerapkan jual-beli atau sewa menyewa uang dari mata uang yang sama, misalnya rupiah dengan rupiah atau dollar dengan dollar yang dari transaksi itu dapat menghasilkan keuntungan. 6) Adanya pos pendapatan berupa Rekening Pendapatan Non Halal sebagai hasil dari transaksi dengan bank konvensional yang tentunya menerapkan sistem bunga. Pos ini biasanya digunakan untuk menyantuni masyarakat miskin yang terkena musibah dan untuk kepentingan kaum muslimin yang bersifat sosial (Karnaen Perwaatmadja, 1983 : 41-44 dalam (Sumitro, 1996 : 21)). 7) Dewan Pengawas Syariah (DPS), bertugas untuk mengawasi operasionalisasi bank dari sudut syariahnya. Selain itu manajer dan pimpinan bank Islam harus menguasai dasar-dasar muamalah Islam. 8) Produk-produk Bank Syariah selalu menggunakan sebutan-sebutan yang berasal dari istilah arab, misalnya al-murabahah, almudharabah, dan lain-lain. 9) Adanya produk khusus yang tidak terdapat di dalam bank konvensional, yaitu kredit tanpa beban yang murni bersifat sosial, dimana nasabah tidak ada kewajiban untuk mengembalikannya.

24 10) Fungsi kelembagaan bank syariah selain menjembatani antara pihak pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana, juga mempunyai fungsi khusus yaitu fungsi amanah, artinya berkewajiban menjaga dan bertanggung jawab atas keamanan dana yang disimpan dan siap sewaktu-waktu apabila dana siambil pemiliknya. e. Produk Bank Syariah Menurut Karim (2004 : 87) pada dasarnya produk yang ditawarkan oleh Bank Syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu penghimpunan dana, penyaluran dana dan jasa layanan perbankan. 1) Produk penghimpunan dana Sumber dana bank syariah terdiri dari titipan (Wadiah), dan investasi (Mudharabah). 2) Produk penyaluran dana Penyaluran dana bank syariah terdiri dari jual beli (Bai al-murabahah), bagi hasil (al-musyarakah dan al-mudharabah), pembiayaan, pinjaman, dan investasi khusus. 3) Jasa layanan perbankan Jasa layanan perbankan yaitu adalah Sharf (jual beli valuta asing) dan Ijarah (sewa).

25 2. Pegadaian Syariah a. Pengetian Pegadaian Pegadaian adalah suatu badan usaha di Indonesia yang secara resmi mempunyai ijin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana ke masyarakat atas dasar hukum gadai. Sedangkan Perusahaan Umum Pegadaian adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berfungsi memberikan pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana kredit kepada masyarakat atas dasar hukum gadai (Hadi, 2003 : 17). b. Tujuan Pegadaian Sifat usaha pegadaian pada prinsipnya menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan. Oleh karena itu, pegadaian pada dasarnya mempunyai tujuan-tujuan pokok sebagai berikut: 1) Turut melaksanakan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya melalui penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai.

26 2) Mencegah praktek pegadaian gelap dan pinjaman tidak wajar (Hadi, 2003 : 20). c. Fungsi Pegadaian Fungsi pokok pegadaian adalah sebagai berikut: 1. Mengelola penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai dengan cara mudah, cepat, aman dan hemat. 2. Menciptakan dan mengembangkan usaha-usaha lain yang menguntungkan bagi pegadaian maupun masyarakat. 3. Mengelola keuangan, perlengkapan, kepegawaian, pendidikan dan pelatihan. 4. Mengelola organisasi, tata kerja dan tata laksana pegadaian. 5. Melakukan penelitian dan pengembangan serta mengawasi pengelolaan pegadaian. 3. Gadai dan Gadai Emas a. Pengertian Gadai Gadai dalam istilah bahasa arab sering disebut rahn. Pengertian gadai atau rahn menurut Imam Ibnu Qudhamah dalam

27 kitab al-mughni adalah sesuatu benda yang dijadikan kepercayaan dari suatu hutang untuk dipenuhi dari harganya, apabila berhutang tidak sanggup membayarnya dari orang yang berpiutang (Anshori, 2006: 88). Sedangkan Imam Abu Zakaria al-anshary dalam kitabnya Fathul Wahab mendefinisikan rahn adalah menjadikan benda yang bersifat harta benda sebagai kepercayaan dari suatu yang dapat dibayarkan dari harta benda itu bila utang tidak dibayar (Sudarsono, 2003: 157). b. Dasar Hukum Gadai Transaksi gadai atau rahn diatur dalam Al-Qur an, As- Sunnah dan Ijtihad Ulama. a. Al-Qur an Ayat Al-Qur an yang dapat dijadikan dasar hukum gadai adalah QS. Al-Baqarah ayat 283: و إ ن ك ىت م ع ل ى س ف ز و ل م ت ج د وا ك ات ب ا ف ز ه ان م ق ب ىض ت ف ئ ن أ م ه ب ع ض ك م ب ع ض ا ف ل ي ؤ د ال ذ ي اؤ ت م ه أ م او ت ه و ل ي ت ق للا ر ب ه و ال ت ك ت م ىا الش ه اد ة و م ه ي ك ت م ه ا ف ئ و ه آث م ق ل ب ه و للا ب م ا ت ع م ل ىن ع ل ي م ٣٨٢ artinya Dan jika kamu dalam perjalanan sedang kau tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya)

28 b. As-Sunnah أ ن الى ب ص ل للا ع ل ه و س ل م اش ت ز ي ط ع ام ا م ه ه ىد إ ل أ ج ل و ر ه ى ه د ر ع ا م ه ح ذ ذ Sesungguhnya, Nabi shallallahu alaihi wa sallam membeli bahan makanan dari seorang yahudi dengan cara berutang, dan beliau menggadaikan baju besinya. (Hr. Al-Bukhari dan Muslim) عن أ و س ر ض للا ع ى ه أ و ه م ش إ ل الى ب ص ل للا ع ل ه و س ل م ب خ ب ز ش ع ز و إ ه ال ة س ى خ ة و ل ق ذ ر ه ه د ر ع ا ل ه ع ى ذ ه ىد ب ال م ذ ى ة و أ خ ذ م ى ه ش ع ز ا ل ه ل ه Anas Ibn Malik suatu saat mendatangi Rasulullah dengan membawa roti gandum dan sungguh Rasulullah SAW telah menangguhkan baju besi kepada orang Yahudi di Madinah ketika beliau mengambil (meminjam) gandum dari orang Yahudi tersebut untuk keluarga Nabi. c. Ijtihad

29 Pada dasarnya para ulama telah bersepakat bahwa gadai itu boleh. Para ulama tidak pernah mempertentangkan kebolehannya demikian pula landasan hukumnya. Jumhur ulama berpendapat bahwa gadai disyari atkan pada waktu tidak bepergian maupun pada waktu bepergian. c. Rukun dan Syarat Sah Gadai 1) Rukun Gadai Rukun gadai meliputi orang yang menggadaikan (Rahin), barang yang digadaikan (Marhun), orang yang menerima gadai (Murtahin), sesuatu yang karenanya diadakan gadai, yakni harga, dan sifat akad gadai (Rusyd, 1995: 351 dalam (Hadi, 2003: 53)). 2) Syarat Sah Gadai Disyaratkan untuk sahnya akad gadai sebagai berikut: berakal, baligh (dewasa), wujudnya marhun, marhun dipegang oleh murtahin (Hadi, 2003: 53). Asy Syafi I mengatakan bahwa syarat sah gadai adalah harus ada jaminan yang berkriteria jelas dalam serah terima. Sedangkan Maliki mensyaratkan bahwa gadai wajib dengan akad dan setelah akad, orang yang menggadaikan wajib menyerahkan barang jaminan kepada yang menerima gadai (Sabiq,1996: 141 dalam (Hadi, 2003: 53)).

30 d. Gadai Emas 1) Ketentuan Umum Gadai Emas Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 26/DSN/MUI/III/2002 gadai emas syariah harus memenuhi ketentuan umum sebagai berikut: a) Rahn emas dibolehkan berdasarkn prinsip rahn. b) Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung oleh penggadai (rahin) c) Ongkos penyimpanan besarnya didasarkan pada pengeluaran yang nyatanyata diperlukan. d) Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan akad ijarah. 2) Persyaratan Umum Nasabah Gadai Emas Syariah Bagi calon nasabah yang ingin mengajukan pembiayaan gadai emas syariah di lembaga-lembaga keuangan seperti Bank Syariah, BPRS maupun Pegadaian Syariah dapat melengkapi persyaratan umum sebagai berikut: a) Identitas diri KTP/SIM yang masih berlaku. b) WNI.

31 c) Cakap secara hukum. d) Mempunyai rekening giro atau tabungan (bila di Bank Syariah). e) Menyampaikan NPWP (untuk pembiayaan tertentu sesuai dengan aturan yang berlaku). f) Adanya barang jaminan berupa emas. Bentuk dapat emas batangan, emas perhiasan atau emas koin dengan kemurnian minimal 18 karat atau kadar emas 75%. Sedangkan jenisnya adalah emas merah dan kuning. g) Memberikan keterangan yang diperlukan dengan benar mengenai alamat, data penghasilan atau data lainnya (Soemitra, 2009 : 402-403). 3) Penentuan Biaya Administrasi Biaya administrasi dalam gadai syariah didasarkan pada:

32 a) Biaya real yang dikeluarkan, seperti ATK, perlengkapan dan biaya tenaga kerja. b) Besarnya ditetapkan berdasarkan surat edaran tersendiri. c) Dipungut dimuka pada saat pinjaman dicairkan. Besarnya nilai taksiran dan besarnya biaya administrasi yang dibebankan kepada setiap golongan adalah sebagai berikut: Golongan Besarnya Taksiran (Rp) Biaya Administrasi (Rp) A 100.000,- s.d 5.000,- 500.000,- B 510.000,- s.d 6.000,- 1.000.000,- C 1.050.000,- s.d 7.500,- 5.000.000,- D 5.050.000,- s.d 10.000,- 10.000.000,- E 10.050.000,- 15.000,-

33 Barang gadai ditafsirkan atas beberapa pertimbangan, seperti jenis barang, nilai barang, usia barang, dan lain sebagainya (Sudarsono, 2008 : 188-189). 4) Penentuan Jasa Simpanan Penentuan jasa simpanan pada gadai syariah didasarkan pada: a) Nilai taksiran barang yang digadaikan. b) Jangka waktu gadai ditetapkan 90 hari. Perhitungan tariff jasa simpanan dengan kelipatan 5 hari, dimana satu hari dihitung 5 hari. c) Tarif jasa simpan 5 hari. d) Dipungut dibelakan pada saat nasabah melunasi utangnya. e) Tarif ditetapkan sebesar Rp 45,- (empat puluh lima rupiah) untuk setiap kelipatan nilai taksiran barang gadai emas Rp 10.000,- (Sudarsono, 2008 : 189-190).

34 Rumus perhitungan jasa simpanan barang jaminan emas/berlian sebagai berikut: Keterangan: NT x T x W K x 5 NT T W = Nilai taksiran = Tarif jasa simpanan = Jangka Waktu kredit K = Konstanta; 10 ribu, 50 ribu, 100 ribu, 500 ribu, 1 juta Jasa simpanan dalam jangka waktu 15 hari dapat dihitung sebagai berikut: Taksiran Dibulatkan Konstanta Tarif Jasa Simpa n Jangk a Wakt u Jasa Simpa n 205.400,- 210.000,- 10.000,- 45 15:5 2.835 724.800,- 700.000,- 50.000,- 225 15:5 9.450 2.465.000, 2.500.000,- 100.000,- 450 15:5 33.750-6.502.900, 6.500.000,- 500.000,- 2.250 15:5 87.750 -

35 15.525.000 16.000.000 1.000.000 4.500 15:5 316.00,-,-,- 0 Perbandingan perhitungan gadai syariah dengan gadai konvensional dapat digambarkan sebagai berikut: Gadai Syariah Gadai Konvensional Tafsiran barang = Rp 5.550.000,- Taksiran barang = Rp 5.550.000,- Uang pinjaman yang diterima = 90% x Rp 5.550.000,- = Rp 5.000.000,- (pembulatan) Biaya administrasi barang golongan C = Rp 7.500,- Uang pinjaman yang diterima = 88% x Rp 5.550.000,- = Rp 4.880.000,- (pembulatan) Biaya administrasi barang golongan C = 0,5% x Rp 4.880.000,- = Rp 25.000,- Jasa titipan 5 hari = Rp 5.550.000,- x Rp 45,- = Rp 25.000,- Rp 10.000,- Masa periode waktu 3 bulan. = Rp 5.550.000,- x Rp 810,- = 449.600,- Rp 10.000,- Sewa modal 5 hari = 1,625% x Rp 4.880.000 = Rp 79.300,- (pembulatan) Masa periode waktu 3 bulan. = 9,75%% x Rp 4.880.000 = Rp 475.800,- (pembulatan)

36 5) Penjualan Barang Gadai Penjualan barang jaminan adalah upaya pengembalian uang pinjaman beserta jasa simpan yang tidak dilunasi sampai batas waktu yang telah ditentukan (Sudarsono, 2008 : 191). Penjualan barang jaminan ini dilakukan setelah melakukan pemberitahuan kepada nasabah paling lambat 5 hari sebelum penjualan, melalui surat pemberitahuan ke alamat nasabah, dihubungi melalui telepon dan dicantumkan di papan penguman yang ada di kantor cabang, informasi di kantor kelurahan/kecamatan untuk cabang di daerah. Setelah melakukan pemberitahuan, maka barang jaminan akan dijual dibawah tangan dengn ketentuan: a) Nasabah tidak dapat melunasi pinjaman sejak tanggal jatuh tempo pinjaman dan tidak diperbaharui. b) Diupayakan sepengetahuan nasabah dan kepada nasabah diberikan kesempatan untuk mencari calon pemilik. Apabila tidak dapat dilakukan, maka bank menjual berdasarkan harga tertinggi dan wajar (karyawan bank tidak diperkenankan memiliki agunan tersebut) (Soemitra, 2009 : 404)

37 c) Apabila terdapat uang kelebihan hasil penjualan akan dikembalikan kepada nasabah, begitu juga sebaliknya apabila uang hasil penjualan belum menutupi kewajiban nasabah, maka nasabah wajib membayar kekurangannya. d) Bila dalam 1 tahun tidak diambil maka uang tersebut akan disalurkan ke lembaga ZIS. 4. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan Fatwa mengenai rahn yakni no. 25/DSN/MUI/III/2002 dan no. 26/DSN/MUI/III/2002 tentang rahn emas. Dalam Fatwa ini telah dijelaskan peraturan-peraturan mengenai gadai dan gadai emas. Keputusan-keputusan dalam Fatwa no. 25/DSN/MUI/III/2002 tentang rahn adalah: Pertama : Hukum Bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk Rahn dibolehkan dengan ketentuan sebagai berikut.

38 Kedua : Ketentuan Umum 1. Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan Marhun (barang) sampai semua utang Rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi. 2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin. Pada prinsipnya, Marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh Murtahin kecuali seizin Rahin, dengan tidak mengurangi nilai Marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan dan perawatannya. 3. Pemeliharaan dan penyimpanan Marhun pada dasarnya menjadi kewajiban Rahin, namun dapat dilakukan juga oleh Murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban Rahin. 4. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan Marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman. 5. Penjualan Marhun a. Apabila jatuh tempo, Murtahin harus memperingatkan Rahin untuk segera melunasi utangnya. b. Apabila Rahin tetap tidak dapat melunasi utangnya, maka Marhun dijual paksa/dieksekusi melalui lelang sesuai syariah.

39 c. Hasil penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan d. Kelebihan hasil penjualan menjadi milik Rahin dan kekurangannya menjadi kewajiban Rahin. Ketiga : Ketentuan Penutup 1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. 2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya. Dan Keputusan Fatwa 26/DSN/MUI/III/2002 tentang rahn emas adalah: Pertama : 1. Rahn Emas dibolehkan berdasarkan prinsip Rahn (lihat Fatwa DSN nomor: 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn). 1. Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung oleh penggadai (rahin).

40 2. Ongkos sebagaimana dimaksud ayat 2 besarnya didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan. 3. Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan akad Ijarah. Kedua : Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.