KOORDINASI CAMAT DENGAN KEPALA DESA DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI DESA WANASARI KECAMATAN MUARA WAHAU KABUPATEN KUTAI TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
Indrianto Roberto Ramadani 1

KOORDINASI KEPALA DESA DAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PEMBANGUNAN DESA DI DESA MENDIK KECAMATAN LONG KALI KABUPATEN PASER

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 7 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

PERBANDINGAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI DESA MENDIK DAN DESA MENDIK BHAKTI KECAMATAN LONG KALI KABUPATEN PASER.

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA DESA DAN KEPALA ADAT DI DESA BUDAYA LEKAQ KIDAU KECAMATAN SEBULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

I. PENDAHULUAN. kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH. No 23 Tahun 2014 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

BAB II LANDASAN TEORI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 2 Tahun 2007 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

APA ITU DAERAH OTONOM?

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

TaH, Jum RancangaN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PENGELOLAAN PENDAPATAN ASLI DESA (Studi Kasus di Desa Ngombakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Selviana Anggraini 1. Universitas Mulawarman.

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 24 TAHUN 2007

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 16/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG KERJASAMA DESA

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BUPATI POLEWALI MANDAR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

AKUNTABILITAS FINANSIAL DALAM PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI KANTOR DESA PERANGAT SELATAN KECAMATAN MARANGKAYU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 8 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KERJA SAMA DESA

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

- 1 - BUPATI KOLAKA TIMUR PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

FUNGSI CAMAT DALAM PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DI DESA MUARA BENGKAL KECAMATAN MUARA BENGKAL KABUPATEN KUTAI TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG KERJASAMA ANTAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, maupun kemasyarakatan maupun tugas-tugas pembantuan yang

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN KAMPUNG ADAT DI KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertimbangan yang mendasari terbitnya Undang-Undang Nomor 23

PERATURAN DAERAH KUANTAN SINGINGI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR

BUPATI GUNUNGKIDUL BUPATI GUNUNGKIDUL,

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUMAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 66 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI KECAMATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN. Di era reformasi yang telah berjalan sejak beberapa tahun yang lalu,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN

Syabab Azhar Basyir 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR : 7 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

MEMUTUSKAN: PERATURAN DAERAH TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA KECAMATAN DALAM WILAYAH KABUPATEN BULUNGAN.

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2008 NOMOR 18 SERI D

FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 4 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

Transkripsi:

ejournal Pemerintahan Integratif, 2017, 5 (3): 437-447 ISSN: 2337-8670 (online), ISSN 2337-8662 (print), ejournal.pin.or.id Copyright 2017 KOORDINASI CAMAT DENGAN KEPALA DESA DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI DESA WANASARI KECAMATAN MUARA WAHAU KABUPATEN KUTAI TIMUR Sudi Rohman 1 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, dan menganalisis Koordinasi Camat dengan Kepala Desa dan faktor yang mendukung dan menghambat Koordinasi Camat dengan Kepala Desa dalam Pembangunan Infrastruktur di Desa Wanasari Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah komunikasi, kesadaran pentingnya koordinasi, kompetensi partisipan kesepakatan dan komitmen koordinasi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan analisis data model interaktif (Miles, dan Huberman, 2007). Hasil penelitian menunjukan bahwa Koordinasi Camat dengan Kepala Desa dalam Pembangunan Infrastruktur di Desa Wanasari sudah berjalan dengan baik. Hal tersebut dilihat dari program-program kerja pembangunan infrastruktur yang dilaksanakan di Desa Wanasari sesuai dengan yang dibutuhkan oleh desa dan masyarakat. Pentingnya koordinasi dalam pembangunan infrastruktur telah di sadari oleh Camat maupun Kepala Desa, terlihat dari adanya komunikasi aktif yang dilaksanakan oleh camat dengan kepala desa, sehingga dalam menyelesaikan dan membuat program-program kerja sampai dengan terealisasinya kegiatan yang telah direncanakan dan disepakati secara bersama, dilihat dari keterlibatan camat yang selalu berperan aktif dalam melakukan koordinasi dengan kepala desa pada tahap awal pembangunan melalui (Musrenbangdes) sampai dengan tahap akhir terealisasinya suatu pembangunan di desa. Kata Kunci : koordinasi, pembangunan, infrastruktur. Pendahuluan Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan adanya asas desentralisasi memberi keleluasaan kepada Pemerintah Daerah untuk mengatur dan mengembangkan daerahnya sesuai dengan karakteristik daerahnya. Terbitnya Undang-Undang No 1 Mahasiswa Program S1 Pemerintahan Integratif, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email: sudirohman94@gmail.com

ejournal Pemerintahan Integratif, Volume 5, Nomor 3, 2017: 437-447 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang No 32 Tahun 2004, semakin menguatkan posisi dalam upaya meningkatkan kemampuan disegala bidang, karena semua yang menyangkut kemajuan daerah diserahkan pengelolaannya sepenuhnya kepada daerah, terutama Kabupaten dan Kota sebagai titik berat otonomi daerah. Otonomi daerah diletakkan sebagai jawaban atas perkembangan keadaan, baik di dalam maupun luar negeri, serta tentang persaingan global. Otonomi daerah memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggungjawab kepada daerah secara proposional, yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya alam, serta perimbangan pusat dan daerah. Otonomi daerah diharapkan dapat menjadi solusi terhadap problem antara pusat dan daerah, disintegrasi nasional, serta minimnya penyaluran aspirasi masyarakat lokal, otonomi merupakan solusi terpenting untuk menepis disintegrasi dan otonomi memberi kebebasan kepada pemerintah daerah untuk lebih berkembang. Pemerintah Daerah adalah penyelenggara urusan Pemerintahan Daerah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Setiap Pemerintah Daerah dipimpin oleh Kepala Daerah yang dipilih secara demokratis. Dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Indonesia terdiri atas beberapa dearah wilayah provinsi dan setiap daerah wilayah provinsi terdiri atas beberapa daerah kabupaten/kota, selanjutnya di dalam tiap daerah kabupaten/kota terdapat satuan pemerintahan terendah yang disebut desa dan kelurahan. Pemimpin daerah yang dipilih secara langsung oleh masyarakat secara demokratis harus mampu membangun infrastruktur dan mengembangkan potensipotensi yang ada di daerahnya baik dari segi sumber daya alam maupun sumberdaya manusia sehingga nantinya akan mampu mensejahterakan masyarakat dan desa sebagai pemerintahan terendah yang memiliki beban untuk membangun, mengembangkan dan mensejahterakan masyarakatnya. Desa merupakan satuan pemerintahan terendah yang diberi hak otonomi adat sehingga merupakan badan hukum yang berhak mengatur dan mengurus urusan masyarakat setempat berdasarkan asal usulnya. Berdasarkan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan hasil musyawarah perencanaan pembangunan kecamatan tahun 2013 ada beberapa Pembangunan Infrastruktur Desa yang telah disepakati bersama dan dibangun di Desa Wanasari yaitu pembangunan infrastruktur yang menyangkut dengan kepentingan umum. Namun kenyataannya pembangunan yang telah direncanakan dan diharapkan selesai dengan tepat waktu tetapi sampai sekarang masih belum terselesaikan dengan baik. Salah satu contoh yang dapat dilihat dilapangan yaitu Pembangunan Masjid yang masih belum selesai sesuai 438

Koordinasi Camat Dengan Kepala Desa Dalam Pembangunan Desa (Rohman) dengan target dan Pembangunan Gedung Serba Guna yang sudah dibangun tetapi sampai saat ini masih belum selesai dengan baik, bahkan pembangunannya dihentikan sampai saat ini. Koordinasi yang dilakukan oleh Camat Muara Wahau dengan Kepala Desa Wanasari dalam mengatasi program-program pembangunan yang belum terselesaikan dengan baik dari hasil musyawarah perencanaan pembangunan di desa wanasari. Kerangka Dasar Teori Pembangunan Pembangunan adalah suatu perubahan menuju pola-pola masyarakat yang memungkinkan realisasi yang lebih baik dari nilai-nilai kemanusiaan yang memungkinkan suatu masyarakat mempunyai kontrol yang lebih besar terhadap lingkungannya dan terhadap tujuan politiknya, dan yang memungkinkan warganya memperoleh kontrol yang lebih terhadap diri mereka sendiri menurut Inayatullah, 1997 (dalam Nasution, 2001:28). Pembangunan adalah suatu proses perubahan sosial yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk kemajuan sosial dan material (termasuk bertambah besarnya keadilan, kebebasan dan kualitas lainnya yang dihargai) untuk mayoritas rakyat melalui kontrol yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan dan pencapaian pengetahuan dan keterampilan baru, tumbuhnya suatu kesadaran dan perluasan wawasan manusia. Koordinasi Menurut (Tery 2006:85) koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Koordinasi adalah mengimbangi dan mengerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok dengan masingmasing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu sendiri (Hasibuan, 2007:85) Menurut Mc. Farland (dalam Handayaningrat, 1985:89) koordinasi adalah suatu proses dimana pimpinan mengembangkan pola usaha kelompok secara teratur diantara bawahannya dan menjamin kesatuan tindakan di dalam mencapai tujuan bersama. Menurut Handoko (2003:195) kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat saling ketergantungan bermacam-macam satuan pelaksanaannya. Hal ini juga ditegaskan oleh Handayaningrat (1985:88) bahwa koordinasi dan komunikasi adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu, Handayaningrat juga mengatakan bahwa koordinasi dan kepemimpinan (lendership) adalah tidak bisa dipisahkan satu sama lain, karena satu sama lain saling mempengaruhi, dari definisi-definisi diatas dijelaskan bahwa koordinasi selalu diperlukan dalam setiap organiasi kecil dan besar, baik organisasi yang sederhana maupun yang kompleks. Dalam mencapai 439

ejournal Pemerintahan Integratif, Volume 5, Nomor 3, 2017: 437-447 tujuan organisasi selalu ada saja hal-hal yang saling berkaitan dan perlu dikoordinasikan. Camat Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 209 dijelaskan bahwa Kecamatan adalah perangkat daerah Kabupaten/kota, sebagaimana dijelaskan pada ayat (2) Perangkat Daerah kabupaten/kota terdiri atas : a. Sekretariat daerah b. Sekretariat DPRD c. Inspektorat d. Dinas e. Badan f. Kecamatan Kedudukan Kecamatan dijelaskan pada pasal 221 UU No. 23 Tahun 2014 sebagai berikut : a) Daerah kabupaten/kota membentuk Kecamatan dalam rangka meningkatkan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan publik, dan pemberdayaan masyarakat Desa/kelurahan. b) Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berpedoman pada peraturan pemerintah. c) Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota tentang pembentukan Kecamatan yang telah mendapatkan persetujuan bersama bupati/wali kota DPRD kabupaten/kota, sebelum ditetapkan oleh bupati/wali kota disampaikan kepada Menteri melalui gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk mendapat persetujuan. Kecamatan dibentuk dalam rangka meningkatkan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan artinya dengan adanya Kecamatan, Camat sebagai pimpinan tertinggi di Kecamatan harus dapat mengkoordinasikan semua urusan pemerintahan di Kecamatan, kemudian juga Camat harus memberikan pelayanan publik di Kecamatan dan juga pemberdayaan masyarakat Desa/Kelurahan. Kepala Desa Dalam hirarki pemerintahan di indonesia, terdapat hirarki pemerintahan mulai dari yang tertinggi yaitu pemerintah pusat sampai tingkatan yang terendah yaitu pemeritahan desa yang berada di desa. Desa adalah satuan pemerintahan yang di beri hak otonomi adat sehingga merupakan badan hukum (Nurcholis, 2011:1). Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem 440

Koordinasi Camat Dengan Kepala Desa Dalam Pembangunan Desa (Rohman) pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Undang-Undang No 06 Tahun 2014 Tentang Desa). Desa adalah suatu wilayah yang ditinggali oleh sejumlah orang yang saling mengenal, hidup bergotong royong, memiliki adat istiadat yang relatif sama, dengan mempunyai tata cara sendiri dalam mengatur kehidupan kemasyarakatannya (Nurcholis, 2011:2). Sebagian besar mata pencariannya adalah bertani atau nelayan pada desa daratan sebagian besar penduduknya mencari kehudupan sebagai petani baik sawah ataupun kebun, sedangkan desa pesisir sebagian besar penduduknya mencari penghidupan sebagai nelayan. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur, dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui Negara (Undang- Undang No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah). Dengan membaca definisi desa diatas dapat disimpulkan bahwa desa merupakan wilayah dengan batas-batas tertentu sebagai kesatuan masyarakat hukum (adat) yang berhak mengatur dan mengurus urusan masyarakat setempat. Untuk itu perlulah dibentuk suatu organisasi untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat yang ada di desa yang disebut pemerintahan desa. Koordinasi Camat Dengan Kepala Desa Koordinasi dapat disebut kerjasama, karena dalam koordinasi terkadang sinkronisasi, sementara kerjasama merupakan suatu kegiatan kolektif dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian kerjasama dapat terjadi dari koordinasi, sedangkan untuk mencapai tujuan diperlukan koordinasi yang baik sehingga kerjasama yang dilakukan dapat menghasilkan satu tujuan yang diinginkan secara bersama. Koordinasi dapat terjadi apabila ada dua atau lebih orang atau intansi yang melakukan kerjasama, selain itu juga koordinasi tercipta karena pelaku kerjasama satu sama lainnya saling mempengaruhi. Koordinasi adalah suatu usaha yang singkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang telah ditentukan. Menurut Terry (dalam Hasibuan, 2006:85). dapat disimpulkan koordinasi dapat tercapai apabila adanya kerjasama yang sinkron antara yang melakukan kerjasama. Sedangkan koordinasi adalah suatu proses dimana pimpinan mengembangkan pola usaha kelompok secara teratur diantara bawahannya dan menjamin kesatuan tindakan di dalam mencapai tujuan bersama menurut Mc. Farland (dalam Handayaningrat, 1996:89). Dapat disimpulkan koordinasi terjadi karena adanya kerjasama dan peran pemimpin dalam berinovasi. Melihat dari pengertian koordinasi diatas, camat sebagai pemimpin di kecamatan memiliki peran penting dalam membangun dan mengembangkan daerahnya. Melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan bidang dan tugasnya. 441

ejournal Pemerintahan Integratif, Volume 5, Nomor 3, 2017: 437-447 Untuk memajukan dan mensejahterakan kecamatan dan desa tersebut mengenai kerjasama antara camat dengan kepala desa dilakukan dalam bidang (Nurcholis, 2011:109-110): a. Peningkatan perekonomian masyarakat desa b. Peningkatan pendidikan c. Kesehatan d. Sosial budaya e. Ketenteraman dan ketertiban f. Tenaga kerja g. Pekerjaan umum h. Pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi tepat guna Koordinasi dan kerjasama yang menjadi kewenangan kecamatan dan desa. Maka dari itu kerjasama yang dilakukan harus singkronisasi agar tujuan tersebut dapat tercapai dengan baik dan perlu adanya koordinasi yang baik dan terbuka. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif deskriptif dimana penelitian ini dilakukan di Desa Wanasari dan Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur, dengan waktu penelitian diadakan pada bulan Februari 2017. Penelitian ini menggunakan purposive sampling dan sumber data dapat menggunakan data primer yang di peroleh dengan melakukan Tanya jawab dengan key Informant dan informan yang berjumlah 5 orang, dan data sekunder di dapat dengan melihat dokumen-dokumen maupun buku-buku yang relevan dengan focus penelitian. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan penelitian kepustakaan yang di dapat dari buku-buku yang memuat tentang teori dan yang berkaitan dengan penelitian ini, dan penelitian lapangan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokuman-dokumen yang masih terkait dengan penelitian ini. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis data kualitatif deskriptif yang menjabarkan atau melukiskan data dan fakta. Hasil Penelitian dan Pembahasan Koordinasi Camat dengan Kepala Desa dalam Pembangunan Infrastruktur di Desa Wanasari. Koordinasi camat dengan kepala desa dapat dikatakan sudah baik dalam pembangunan infrastruktur di desa dapat berjalan meskipun ada beberapa pembangunan yang masih belum terselesaikan dengan baik, dikarenakan masalah anggaran dana sehingga mengalami terhambatnya suatu pembangunan di desa. Dalam proses koordinasi dan komunikasi yang dilakukan dari desa ke kecamatan begitupun sebaliknya, sudah baik dan saling singkronisasi dan masing-masing memiliki tugas dan kewenagan dalam bekerja, untuk menciptakan desa mandiri dan masyarakat yang sejahtera. Komunikasi 442

Koordinasi Camat Dengan Kepala Desa Dalam Pembangunan Desa (Rohman) Berdasarkan dari hasil wawancara di lapangan diketahui, bahwa koordinasi dan komunikasi yang dilakukan antara Kepala Desa dengan Camat sudah berjalan dengan baik, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing dan sesuai dengan program kerja yang telah direncanakan melalui rapat musyawarah secara bersama mengenai pembangunan infrastruktur di desa, dan komunikasi sangatlah penting dalam kehidupan sosial kemasyarakatan dan salah satu cara berinteraksi satu sama lain dalam menjalin komunikasi yang baik dan aktif. Komunikasi secara langsung maupun tidak langsung harus saling menghargai perbedaan pendapat satu dengan yang lainya agar komunikasi dapat berjalan dengan baik sehingga mendapatkan persamaan maksud dan tujuan dari hasil koordinasi atau komunikasi tersebut. Komunikasi langsung dan tidak langsung dan melalui musyawarah rapat koordinasi dalam membahas permasalahan yang ada di desa dan mencari jalan keluar atau menyelesaikan secara bersama-sama saling bertukar pendapat antara satu dengan yang lain Simplifikasi dimaksudkan adalah bahwa perumusan organisasi yang ada harus mampu dijabarkan secara sederhana, mudah dipahami oleh masing-masing unit organisasi. Masing-masing unit akan mengkoordinasikan tentang tugas dan pelaksanaanya kepada masing-masing bagian. Kesadaran Pentingnya Koordinasi Dapat disimpulkan bahwa dalam pentingnya kesadaran koordinasi yang dijalin oleh Camat dengan Kepala Desa dalam meningkatkan hubungan yang bertujuan dalam meningkatkan peran serta untuk proses pembangunan yang dilaksanakan di desa selama ini dari yang dilihat sudah berjalan dengan baik, khususnya yang terjadi di Desa Wanasari Kecamatan Muara Wahau semua itu terjadi karena adanya peran aktif yang dilaksanakan baik dari Camat kepada Kepala Desa dalam berkontribusi menyelesaikan dan membuat program-program kerja yang dilaksanakan oleh desa, melalui baik dari kegiatan yang ada di desa dan proses pembangunan melalui hasil musyawarah perencanaan (Musrenbangdes) sampai dengan terealisasinya kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. Sehingga kesadaran diri sangatlah diutamakan dalam bekerja, dan bisa menjalankan tugas pekerjaan dengan baik dan tepat waktu dan dapat memberikan contoh bagi orang lain, kesadaran diri datang dari diri kepribadian sendiri dan bagaimana cara mengimplementasikan atau menerapkan langsung di lingkungan dalam bekerja. Kompetensi Partisipan Kompetensi partisipan komunikasi dan koordinasi mengenai programprogram pembangunan berjalan dengan baik dalam melakukan penyeragaman dan menyatukan program-program pembangunan sesuai dengan tujuan yang diharapkan bersama, dan setiap desa memiliki kepala desa yang bertanggungjawab dalam pembangunan yang ada di desa tersebut sehingga masing-masing kepala desa memiliki kepemimpinan yang berbeda dalam 443

ejournal Pemerintahan Integratif, Volume 5, Nomor 3, 2017: 437-447 mensejahterakan masyarakat desa dan dalam mengatasi permasalahan yang ada di desa, dan menjalankan pemerintahan desa sesuai dengan Undang-undang yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan proyek perubahan pasti membutuhkan koordinasi, untuk itu kita perlu memahami terlebih dahulu prinsip koordinasi yang merupakan acuan atau dasar dalam melaksanakan koordinasi. Penerapan prinsip koordinasi secara tepat dapat mendukung terwujudnya proyek perubahan. Menurut para ahli terdapat beberapa prinsip koordinasi dan komunikasi yang terjalin dalam rangka koordinasi harus menciptakan hubungan yang produktif. Komunikasi dilakukan secara formal dan informal, komunikasi organisasi dan individu, komunikasi eksternal dan internal. Hubungan yang produktif hasil komunikasi yang efektif akan sangat membantu keberhasilan proyek perubahan Integrasi. Merupakan suatu usaha untuk menyatukan tindakan-tindakan berbagai badan, instansi, unit, sehingga merupakan suatu kebulatan pemikiran dan kesatuan tindakan yang terarah pada suatu sasaran yang telah ditentukan dan disepakati bersama. Dengan adanya integrasi, koordinasi dapat berjalan secara terarah disemua level. Sinkronisasi adalah suatu usaha untuk menyesuaikan, menyelaraskan kegiatan, tindakan, dan unit sehingga diperoleh keserasian dalam pelaksanaan tugas atau kerja. Keserasian dalam pelaksanaan tugas mampu mempermudah penerapan koordinasi disuatu organisasi. Kesepakatan dan Komitmen Koordinasi Koordinasi antara Kecamatan dengan Desa tidak akan berhenti tidak lepas dari kesepakatan antara kedua lembaga tersebut, melalui komitmen yang tinggi antara kedua belah pihak tersebut sehingga mampu memegang teguh kesepakatan yang telah disepakati secara bersama dan saling koordinasi dalam menjalankan suatu kegiatan yang akan dilaksanakan koordinasi antara kedua lembaga dapat dikatakan berjalan dengan baik sesuai dengan kesepakatan dan komitmen, koordinasi dapat didefinisikan sebagai proses penyepakatan bersama secara mengikat berbagai kegiatan atau unsur yang berbeda-beda dalam pencapaian yang terarah agar suatu tujuan dapat tercapai dengan baik, dan koordinasi yang efektif akan menghasilkan keberhasilan yang lebih baik. Berdasarkan hasil dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa Kesepakatan, Komitmen dalam koordinasi harus singkronisasi dalam proses manajemen pelayanan publik antara kecamatan dengan desa, desa adalah binaan dari kecamatan dan kepala desa bertanggungjawab dan mengkoordinir segala kegiatan pembangunan yang ada di desa demi mensejahterakan masyarakat desa. Pembangunan Infrastruktur bertujuan agar masyarakat dapat bergerak lebih dinamis dan mempermudah kegiatan ekonomi, serta agar para investor bersedia menanamkan modal di daerah. Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas-fasilitas yang lainya. 444

Koordinasi Camat Dengan Kepala Desa Dalam Pembangunan Desa (Rohman) Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Koordinasi Camat dengan Kepala Desa dalam Pembangunan Infrastruktur di Desa Wanasari Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur. Faktor Pendukung Koordinasi Koordinasi Camat dengan Kepala Desa dalam Pembangunan Infrastruktur di Desa Wanasari yaitu. Kerjasama pemerintah kabupaten, kecamatan dan pemerintahan desa dalam meningkatkan dan mensejahterakan masyarakat, melalui sumber daya manusia melihat dari pendidikan, pengetahuan, wawasan dan kesadaran diri dari masyarakat keikutsertaan dalam penyelengaraan pembangunan di desa tersebut, dan masyarakat paham dan terlibat langsung dalam menjaga fasilitas-fasilitas dari pembangunan yang ada di desa. Adapun faktor yang mendukung Koordinasi camat dengan Kepala Desa dalam Pembangunan Infrastruktur di Desa Wanasari yaitu, Alat teknologi merupakan alat komunikasi yang sangat penting dan membantu dalam melakukan koordinasi secara tidak langsung dan sangat mudah dalam penggunaanya sehingga bisa digunakan dalam mendukung efektifitas pekerjaan. Faktor Penghambat Koordinasi Koordinasi Camat Dengan Kepala Desa Dalam Pembangunan Infrastruktur di Desa Wanasari adalah sebagai berikut: 1) Akses infrastruktur jalan transportasi antara Kecamatan dengan Desa masih belum baik, dikarenakan akses jalan masih terbuat dari tanah koral sehingga jalan banyak yang berlubang, pada saat hujan dan banjir sangat susah untuk dilewati sehingga menyebabkan koordinasi yang terjadi antara Kecamatan dengan Desa kurang efektif. 2) Cuaca sangat mempengaruhi dikarenakan pada saat hujan mengakibatkan kondisi jalan banjir, sehingga akan memperhambat proses koordinasi antara Desa dengan Kecamatan. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dilapangan yang telah dikemukakan, penulis menarik kesimpulan bahwa Koordinasi Camat dengan Kepala Desa dalam Pembangunan Infrastruktur di Desa Wanasari sudah berjalan dengan baik. Dalam hal ini dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Komunikasi yang dilakukan Camat dengan Kepala Desa sudah dilakukan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta peraturan yang telah ditetapkan, dan program kerja yang telah disepakati bersama melalui rapat Musrenbangdes dalam proses pembangunan yang akan dilaksanakan di desa. 2. Pentingnya Koordinasi telah disadari oleh Camat dengan Kepala Desa, hal ini terlihat dari adanya komunikasi aktif yang dilakukan oleh Camat dengan Kepala Desa sehingga segala urusan dapat diselesaikan dengan baik, dalam membuat program kerja sampai dengan terealisasinya kegiatan yang telah direncanakan dan disepakati secara bersama. 445

ejournal Pemerintahan Integratif, Volume 5, Nomor 3, 2017: 437-447 3. Kompetensi Partisipan dalam program-program pembangunan infrastruktur di Desa Wanasari melibatkan berbagai unsur, dari pihak Kecamatan, Pemerintahan Desa, Masyarakat Desa serta tokoh-tokoh masyarakat yang ada di desa dan dari pihak swasta yang ikut terlibat dalam pembangunan desa. 4. Kesepakatan dan Komitmen Koordinasi antara Kecamatan dengan Desa yaitu komitmen pemimpin dalam melakukan kerjasama, dapat dilihat adanya bantuan dari kecamatan terhadap desa dalam menyediakan fasilitas pembangunan infrastruktur seperti alat berat, yang dibutuhkan oleh desa dalam menyelesaikan pembangunan infrastruktur yang ada di desa tersebut. Faktor Pendukung dan Penghambat Koordinasi Camat dengan Kepala Desa dalam Pembangunan Infrastruktur di Desa Wanasari Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur. a. Faktor Pendukung Alat teknologi merupakan alat komunikasi yang sangat penting dan membantu dalam melakukan koordinasi secara tidak langsung dan sangat mudah dalam penggunaanya sehingga bisa digunakan dalam mendukung efektifitas pekerjaan. b. Faktor Penghambat 1. Akses infrastruktur jalan transportasi antara Kecamatan dengan Desa masih belum baik, dikarenakan akses jalan masih terbuat dari tanah koral sehingga jalan banyak yang berlubang, pada saat hujan dan banjir sangat susah untuk dilewati sehingga menyebabkan koordinasi yang terjadi antara Kecamatan dengan Desa kurang efektif. 2. Cuaca sangat mempengaruhi dikarenakan pada saat hujan mengakibatkan kondisi jalan banjir, sehingga akan memperhambat proses koordinasi antara Desa dengan Kecamatan. Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang dibuat penulis, maka penulis memberikan beberapa saran atau rekomendasi sbagai berikut : 1) Pemerintah Kecamatan dan Pemerintahan Desa harus melakukan koordinasi aktif dalam bekerjasama membangun infrastruktur untuk itu Kepala Desa dan Camat perlu memberikan pelatihan kepada aparatur Desa dan Kecamatan dalam penyelengaraan pemerintahan Desa dan Kecamatan sehingga dapat mendukung koordinasi Camat dengan Kepala Desa dalam pembangunan di Desa Wanasari. 2) Akses penghubung transportasi dari kecamatan dengan desa lebih diprioritaskan sehingga koordinasi yang terjadi antara kecamatan dengan desa berjalan dengan efektif, melihat dari infrastruktur jalan yang sangat mempengaruhi sebagai penghubung antara desa dengan kecamatan dan sebagai faktor pendukung dalam segala urusan tentang pelayanan pemerintahan. 446

Koordinasi Camat Dengan Kepala Desa Dalam Pembangunan Desa (Rohman) Daftar Pustaka Anonim. 1980. Fungsi Koordinasi dan Integrasi dalam Administrasi Negara, paper dalam seminar Efisiensi Administrasi Manajemen. Jakarta. Afifudin. 2012. Pengantar Administrasi Pembangunan. Bandung: Alfabeta. Hasibuan, Malayu, et al. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia Jakarta: Bumi Aksara. Maleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakaraya. Miles, Matthew. B.A, Michael Huberman, Saldana.2014. Analisis Data Kualitatif. UI Press. Jakarta. Nasution, Zulkarimen.2004. Komunikasi Pembangunan, Pengenalan Teori dan Penerapannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru) Jilid 1. Jakarta : PT Rineka Cipta. Nurcholis, Hanif. 2011. Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintah Desa. Jakarta: Erlangga. Robert J. Kodoatie. 2003. Pengantar Manajemen Infrastruktur. Yogyakatra: Pustaka Pelajar. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi : Dilengkapi metode R & D, Bandung. CV. ALFABETA. Dokumen-Dokumen :. Undang-Undang No 06 Tahun 2014 Tentang Desa.. Undang-Undang No 23 Tahun 2014 Tentang Camat dan Kecamatan.. Undang-Undang Otonomi Derah Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. 447