(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Predict Observe Explain (POE) tugas utama yaitu memprediksi, mengamati, dan memberikan penjelasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bisa bersikap tertentu. Dalam hal ini, belajar merupakan sebuah upaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain media

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Nuri Annisa, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur. perantara/sarana/alat untuk proses komunikasi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2000:26). Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri. waktu yang relatif lama (Sugiyo, 2000:26).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

I. PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. siswa apabila siswa telah terlihat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SISWA KELAS XI SMK NURUSSALAF KEMIRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN M-APOS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan kepribadian. Menurut Surakhmad (1987:16) belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan

I. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5).

Oleh Saryana PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.2 Pengertian Pembelajaran IPA Pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian secara implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan. Hamzah B. Uno (2006: 2). Menurut Trianto (2010: 51), pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Menurut Yatno (2012: 7), Mengkombinasikan beragam pendekatan/ strategi/ metode/ teknik pembelajaran IPA untuk mencapai tujuan pembelajaran (produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu, kemudian melakukan proses penyerapan pengetahuan dari pengetahuan berkembang menjadi ilmu pengetahuan. Perolehan di dapat melalui percobaan, didukung oleh fakta, menggunakan metode perpikir yang sitematik sehingga dapat diterima secara universal. Ilmu pengathuan yang diperoleh ini untuk selanjutnya dnamakan produk. Sedangkan langkah-langkah yang dilakukan merupakan suatu proses. Dimulai dengan adanya masalah, kemudian berupaya untuk mengumpulkan informasi yang relevan, mencari beberapa alternatif jawaban, memilih jawaban yang paling mungkin benar, melakukan percobaan, dan memperoleh kesimpulan. Tahapan akhirnya, dimana proses pembuktian ilmiah telah terselesaikan, maka timbullah sikap ilmiah. Dalam pembelajaran IPA, guru perlu menciptakan situasi dan kondisi yang menyenangkan sehingga memungkinkan siswa dapat belajar secara optimal. Tujuan pembelajaran IPA tidak terbatas memberikan pengetahuan, tetapi juga berupaya mendorong agar siswa memiliki keinginan untuk meningkatkan hasil belajar IPA secara aktif. Dalam mencapai tujuan guru perlu menciptakan strategi pembelajaran untuk meningkatkan semangat belajar siswa. Oleh karena itu perlu dirancang 5

6 media pembelajaran melalui pengalaman belajar yang menyenangkan. Siswa diajak mengamati kejadian-kejadian alam dalam kehidupan sehari-hari yang disebabkan oleh adanya benda-benda langit. Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi siswa untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Kegiatan pembelajaran mengembangkan kemampuan untuk mengetahui, memahami, melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan dan mengaktualisasikan diri. Dengan demikian kegiatan pembelajaran perlu: 1) berpusat pada siswa; 2) mengembangkan kreativitas siswa; 3) menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang; 4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan menyediakan pengalaman belajar yang beragam (Puskur, 2004). 2.3 Hakikat IPA (Sains) IPA merupakan mata pelajaran yang penting. IPA dalam standar isi (BSNP, 2006) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pada kurikulum 2006 lebih menekankan pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Pada kurikulum 2006 lebih menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (BSNP, 2006). Bukti bahwa IPA adalah pelajaran yang penting adalah IPA diberikan dari tingkat sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Selain itu IPA juga merupakan salah satu mata pelajaran yang diujinasionalkan. 2.4 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, yang dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang buruk. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman.

7 Berhasil atau tidaknya belajar tergantung pada beberapa faktor. Dari beberapa faktor itu dibedakan menjadi 2 golongan yaitu : 1) Faktor individu ( kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan pribadi). 2) Faktor sosial (keluarga, guru dan cara mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia). 2.5 Hasil Belajar IPA Hasil belajar menunjukkan pada prestasi belajar sedangkan prestasi belajar merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku anak. Hasil belajar menggambarkan kemajuan, kegagalan, dan kesulitan masing masing siswa. Berdasarkan data jenis kesulitan apa yang dirasa siswa dapat dicarikan alternatif cara mengatasinya melalui proses bimbingan dan pengajaran remedial. Hasil belajar IPA lebih menekankan pada proses dalam pambelajaran, bukan hanya hasil akhir yang diperoleh. 2.6 Keaktifan Siswa Dalam proses belajar mengajar terjadi aktivitas guru dan siswa. Hal ini yang memotivasi siswa untuk cenderung aktif dalam belajar, keaktifan siswa dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami, dan dikembangkan setiap guru dalam proses pembelajaran. Sehingga keaktifan siswa perlu digali dari potensi-potensinya, yang mereka aktualisasikan melalui aktivitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Rochman Natawijaya dalam Depdiknas (2005 : 31) menyatakan : belajar aktif adalah Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan psikomotor. Menurut Sardiman (2001:98) menyatakan : aktivitas belajar adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Rohani (2004:6-7) berpendapat : belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik ialah siswa giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa

8 yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah, jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran. Saat siswa aktif jasmaninya dengan sendirinya ia juga aktif jiwanya, begitu juga sebaliknya. 2.6.1. Keaktifan Belajar IPA Belajar bukan hanya menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Menurut Dimyati, (2009: 114) bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran mengambil beraneka kegiatan, dari kegiatan fisik hingga kegiatan psikis. Belajar aktif adalah suatu usaha manusia untuk membangun pengetahuan dalam dirinya (Martinis Yamin, 2007: 82). Dalam belajar, siswa menemukan suatu situasi dimana situasi tersebut dapat mempengaruhi keaktifan belajar yang dilakukan berikutnya. Keaktifan siswa dalam pembelajaran merangsang dan mengembangkan bakat yang dimiliki siswa, berfikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan seharihari (Martinis Yamin,2007:77). Keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Siswa dikatakan aktif apabila memiliki ciri-ciri seperti:sering bertanya kepada atau siswa lain, bersedia mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan dari guru, senang dalam mengikuti pembelajaran. Hal itu perlu dibutuhkan metode yang dapat mengaktifkan siswa diantaranya eksperimen, demonstrasi, diskusi, inkuiri, discovery maupun pemecahan masalah (Syaiful Bahri, 2008: 116). Belajar aktif dapat membantu menumbuhkan kemampuan keaktifan siswa untuk berkembang dan berbagi pengetahuan, keterampilan serta pengalaman (Martinis Yamin, 2007: 83). Menurut Dimyati (2009: 118) bahwa keaktifan belajar siswa merupakan derajat/rentang keaktifan siswa dari pembelajaran. Rentang/derajat terjadi sebagai akibat pembelajaran yang berorientasi pada guru dan berorientasi pada siswa. Pembelajaran aktif merupakan suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Siswa belajar aktif berarti mendominasi aktivitas

9 pembelajaran. Aktivitas merupakan kegiatan yang dilakukan secara jasmani maupun rohani. Kegiatan fisik berupa keterampilan-keterampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa keterampilan terintegrasi. Keterampilan dasar yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Keterampilan terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen.paul B. Diedrich (dalam Martinis Yasmin, 2007: 84), membagi kegiatan/ aktivitas belajar dalam delapan kelompok antara lain: 1) Kegiatan visual seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, mengamati pekerjaan orang lain. 2) Kegiatan lisan (oral) seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, member saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi. 3) Kegiatan mendengarkan seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato dan mendengarkan radio 4) Kegiatan menulis seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin. 5) Kegiatan menggambar seperti menggambar, membuat grafik, peta diagram, pola. 6) Kegiatan metrik seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang. 7) Kegiatan mental seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8) Kegiatan emosional seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup. Ada beberapa unsur yang ditekankan dalam hal keaktifan siswa pada saat mengikuti kegiatan belajar IPA. Dalam penelitian ini unsur-unsur keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar IPA yaitu: a) Persiapan siswa dalam mengikuti pelajaran (Kegiatan emosional).

10 Keaktifan siswa mempersiapkan diri dalam mengikuti kegiatan pembelajaran tentunya berkaitan erat dengan minat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. b) Keaktifan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar (Kegiatan metrik). Keaktifan siswa dalam proses belajar mencakup keterlibatan siswa andil dalam proses belajar mengajar seperti gembira, menaruh minat dan melakukan percobaan terlibat dalam permainan membentuk benda-benda langit. c) Keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapat baik pertanyaan/ jawaban (Kegiatan lisan) Keaktifan siswa mengemukakan pendapat dalam pembelajaran merupakan kegiatan oral seperti menyatakan, bertanya. d) Kerjasama dalam mengerjakan soal-soal dalam satu kelompok (Kegiatan lisan, mental dan diskusi) Keaktifan siswa di dalam kelompok menunjukkan bahwa siswa aktif berpartisipasi dalam menyelesaikan tugas kelompok seperti memecahkan soal, menganalisa, mengambil keputusan. e) Kemauan kesungguhan untuk bisa mengerti dan menguasai materi yang diajarkan (Kegiatan mental dan emosional) Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, rasa ingin tahu berkesungguhan untuk belajar dan keinginan menguasai materi serta aktif dalam melakukan kegiatan belajar seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal. Berdasarkan teori-teori tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar siswa adalah keterlibatan siswa secara aktif yang mencakup keterlibatan secara sikap, pikiran maupun perhatian dalam pembelajaran.

11 2.7 Penggunaan Metode Observasi (pengamatan langsung) dalam pembelajaran IPA. 2.7.1 Pengkajian Metode Menurut Joni C1992 (1993) strategi pembelajaran di SD hal 1.25, menggemukakan bahwa metode adalah berbagai cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu. 2.7.2 Pengertian Observasi Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan menggunakan pengamatan langsung suatu objek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati. (desailmu. blogspot. com ). Sebelum observasi dilaksanakan, hendaknya siswa telah diberi petunjuk aspek-aspek apa yang akan diobservasi. Keterampilan mengobservasi menurut Esler dan Esler (1984) adalah keterampilan yang dikembangkan dengan menggunakan semua indra yang kita miliki untuk mengidentifikasi dan memberikan nama sifat-sifat dari objek-objek atau kejadian-kejadian. Definisi serupa disampaikan oleh Abruscato (1988) yang menyatakan bahwa mengobservasi artinya menggunakan segenap pancaindera untuk memperoleh informasi atau data mengenai benda atu kejadian. Sejalan dengan Esler dan Eler serta Abruscato, Carin (1992) mengemukakan bahwa mengobservasi adalah menjadi dasar akan suatu objek atau kejadian dengan menggunakan segenap pancaindera ( atau alat bantu dari panca indera ) untuk mengidentifikasi sifat dan karakteristik. Mengobservasi merupakan keterampilan proses IPA yang paling dasar. Observasi-observasi sederhana dapat mencetuskan hampir setiap inkuiri yang kita buat tentang lingkungan kita. Observasi yang terorganisasi merupakan dasar bagi penyelidikkan yang lebih terarah. (buku pendidikan IPA di SD, Noehi Nasution, dkk. Hal 1.8 1.9).

12 2.7.3 Metode Observasi Metode observasi adalah cara kerja untuk mengumpulkan data melalui pengamatan langsung, sesuai dengan tujuan tertentu yang menggunakan segenap pancaindera. Cara menyajikan pelajaran melalui metode observasi dengan menghubungkan sebanyak pengetahuan yang telah diperoleh siswa dengan pengalaman atau pengamatan langsung terhadap lingkungan sekitar siswa dalam hal ini benda-benda langit yang terlihat di siang hari. 2.7.3.1 Keunggulan dan kelemahan metode observasi 1) Metode observasi memiliki keunggulan karena: (a) Siswa dapat belajar secara menyeluruh menggunakan pancaindera sehingga hasil belajarnya menjadi berarti dan tahan lama. (b) Pembelajaran ini menimbulkan suasana yang menyenangkan, siswa dapat menggunakan sumber-sumber belajar di lingkungan sekitar. (c) Anak-anak akan lebih mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai contoh konkret, contoh yang sesuai situasi dan kondisi yang dihadapi, dengan mempraktikkan sendiri upaya menemuan konsep melalui kegiatan fisik dan mental. 2) Kelemahan metode observasi ialah : (a) Penafsiran terhadap hasil-hasil observasi berbeda beda. (b) Penemuan ilmu pengetahuan bersifat relative, jika tidak mutlak benar seratus persen. Suatu teori dapat tidak berlaku lagi dengan adanya data baru yang mampu membuktikan bahwa teori tersebut keliru. (c) Teori ini ditemukan melalui penyelidikan ilmiah yang sifat terbuka untuk dipertanyakan, dipersoalkan dan diperbaiki. Untuk memahami sifat ilmiah kepada siswa maka perlu suatu latihan agar siswa mempunyai kebiasaan selalu bertanya, berfikir kritis dan mengusahakan kemungkinan berbagai alternatif jawaban untuk suatu masalah.

13 2.7.3.2 Langkah-langkah Menggunakan Metode Observasi. Rummel (dalam Aiken, L.R & Groth-Marnat, G, 2009:7) telah merumuskan petunjuk-petunjuk penting bagi mereka yang menggunakan metode observasi untuk mengumpulkan fakta-fakta seperti berikut ini : a) Peroleh dahulu pengetahuan apa yang akan diobservasi. Penyelidik akan dapat mengobservasi dan mengingat lebih banyak sifat-sifat khusus dari sesuatu, jika dia telah mempunyai pengetahuan tentang apa yang akan diobservasi dan jenis fenomena apa yang perlu dicatat. Sebab itu, ketahui dan tentukan lebih dahulu apa yang perlu diobservasi. b) Dari problem-problem research, selidiki tujuan-tujuannya, baik secara umum maupun khusus untuk menentukan apa yang harus diobservasi. Perumusan masalah dan aspek-aspek khusus dari penyelidikan akan menentukan apa yang harus diobservasi. Selidiki secara mendalam (gunakan penyelidikan-penyelidikan terdahulu, yang mempunyai hubungan dengan problematik research yang kan dilakukan) untuk memperoleh petunjuk-petunjuk tentang apa yang harus diobservasi dan dicatat.buatlah suatu cara untuk mencatat hasil-hasil observasi. Merupakan hal, untuk menetapkan lebih dahulu symbol-simbol statistik atau rumusan-rumusan deskriptif yang akan digunakan untuk mencatat hasil-hasil observasi. Cara ini akan menghemat waktu, dan menyeragamkan tata kerja observasi yang dilakukan terhadap banyak peristiwa. Banyak orang perlu mencatat hasil observasi, tetapi tidak berhasil, karena tidak ada cara pencatatan yang efisien. Untuk melakukan cara itu umumnya digunakan check list. Check list akan menghemat waktu pencatatan, dan jika dibuat secara cermat, akan memungkinkan penyelidik mencatat secara teliti unsur-unsur khusus dari gejala yang akan diselidiki. c) Adakan dan batasi dengan tegas macam-macam kategori yang akan digunakan. Kecuali mencatat jumlah frekuensi dari suatu jenis tingkah

14 laku, seringkali penyelidik perlu mengetahui besar kecilnya jenis tingkah laku yang muncul. d) Adakan observasi secermat-cermatnya. e) Catatlah tiap gejala secara terpisah. f) Ketahuilah dengan baik alat-alat pencatatan dan tata cara mencatat sebelum melakukan observasi. Secara singkat langkah-langkah yang harus dilakukan dalam observasi, yaitu: 1) Mengetahui / memperoleh pengetahuan yang akan diobservasi. Peneliti menentukan subjek yang akan diteliti yaitu 41 Siswa kelas 1 SD Negeri Salatiga 12, Kelurahan Salatiga Kecamatan Sidorejo Salatiga. Untuk mengetahui dan memperoleh pengetahuan yang akan diobservasi, peneliti secara langung mengamati dan mengambil data dari siswa-siswi sebagai subjek yang diteliti, bekerja sama dengan guru dan sekolah. 2) Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum peneliti menentukan tujuan penelitian yaitu Peningkatan hasil belajar siswa SD Salatiga 12 pada mata pelajaran IPA. Dan secara khusus bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa dalam mata pelajaran IPA dengan metode observasi bagi siswa kelas 1 semester II SD Negeri 12 Salatiga. 3) Membuat tata cara observasi (metode apa, alatnya apa). Tata cara yang digunakan peneliti dalam penelitian yaitu metode observasi dengan tata cara yang peneliti susun berikut ini : a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, manfaat pembelajaran b) Guru membuat kelompok c) Guru menempelkan gambar benda-benda langit dan bukan benda langit, siswa di minta menyebutkan nama-nama benda kemudian menunjukkan mana yang ada di langit d) Secara berkelompok siswa mengamati secara langsung benda-benda langit yang tampak pada siang hari di luar kelas e) Secara berkelompok siswa berbaris dan berjabat tangan membentuk benda-benda langit yang di tugaskan oleh guru

15 f) Siswa kembali ke kelas secara tertib dengan berbaris sesuai kelompok g) Evaluasi 4) Membatasi dengan tegas hal-hal yang akan diobservasi. Peneliti membuat batasan menengenai data yang akan dikumpulkan yaitu 41 siswa kelas 1 SD Negeri Salatiga 12, diantaranya : data siswa, data nilai siswa, data analisis keaktifan siswa dan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. 5) Melakukan observasi dengan secermat-cermatnya. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang maksimal maka peneliti secara cermat mengamat, mencatat setiap temuan dan hasil yang diperoleh dalam proses penelitian. 6) Membuat hasil catatan / observasi. Peneliti mencatat mulai dari perencanaan hingga hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, membuat laporan, mempresentasikan dan menjilidkan hasil laporan penelitian skripsi. 7) Memahami pencatatan dan penggunaan alat. Peneliti baik dalam melakukan penelitian maupun pencatatan tidak lepas dari kesalahan sehingga, dukungan serta bantuan pembimbing, buku dan orang yang lebih ahli, peneliti dapat memahami penggunaan alat dan tata cara dalam penelitian. 2.8 Kerangka berpikir Pada kondisi awal guru belum menggunakan metode observasi dalam pembelajaran IPA, meskipun sudah digunakan alat peraga berupa gambar-gambar benda langit, sehingga hasil belajar siswa masih rendah. Berdasarkan permasalahan proses pembelajaran yang dihadapi pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas I SD Negeri 12 Salatiga yaitu masih ada 14 siswa yang belum mencapai KKM yang ditetapkan Supaya hasil belajar IPA materi benda-benda langit mengikat maka perlu diadakan tindakan yang dilakukan guru dengan menggunakan metode observasi atau pengamatan langsung.

16 Diduga melalui penggunaan metode observasi atau pengalaman langsung dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa dalam mata pelajaran IPA materi benda-benda langit bagi siswa kelas I semester II SDN Salatiga 12 Tahun pelajaran 2011/2012. Gambar 2.1 Kerangka Berpikir 2.9 Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan dan kerangka berpikir yang dikemukakan di muka, penulis mengajukan hipotesis tindakan sebagai berikut melalui penggunaan metode observasi dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa dalam mata pelajaran IPA materi benda-benda langit bagi siswa kelas I SDN Salatiga 12 Semester II Tahun pelajaran 2011/2012.