BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia memiliki wilayah laut yang sangat luas bahkan Indonesia dijuluki sebagai negara maritim karena wilayah lautnya yang lebih luas dibandingkan wilayah darat. Laut Indonesia pun menjadi sumber tumpuan hidup bagi banyak masyarakat Indonesia. Masa depan industri bahari Indonesia masih cerah dan menggairahkan mengingat dua pertiga wilayah Indonesia berupa laut dengan potensi dan prospek yang sangat luar biasa. Menurut Tjahjono Roesdianto, Ketua Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Lepas Pantai Indonesia (IPERINDO), melihat kondisi negara yang dua pertiganya laut, prospek dan potensi untuk mengembangkan industri maritim sangat besar di Indonesia.1 Luas lautan dibandingkan luas daratan di dunia mencapai kurang lebih 70 berbanding 30, sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi negara-negara di dunia yang memiliki kepentingan laut untuk memajukan maritimnya. Seiring perkembangan lingkungan strategis, peran laut menjadi signifikan serta dominan dalam mengantar kemajuan suatu negara. Alfred Thayer Mahan, seorang Perwira Tinggi Angkatan Laut Amerika Serikat, dalam bukunya The Influence of Sea Power upon History mengemukakan teori bahwa, 1 Kementerian Perindustrian, Industri Maritim Butuh Investasi Lebih Besar, http://www.kemenperin.go.id/artikel/7215/industri-maritim-butuh-investasi-lebih-besar, diunduh 13 Maret 2016. 1
sea power merupakan unsur terpenting bagi kemajuan dan kejayaan suatu negara, yang mana jika kekuatan-kekuatan laut tersebut diberdayakan, maka akan meningkatkan kesejahteraan dan keamanan suatu negara. Sebaliknya, jika kekuatan-kekuatan laut tersebut diabaikan akan berakibat kerugian bagi suatu negara atau bahkan meruntuhkan negara tersebut. Indonesia secara geografis merupakan sebuah negara kepulauan dengan dua pertiga luas lautan lebih besar daripada daratan. Hal ini bisa terlihat dengan adanya garis pantai di hampir setiap pulau di Indonesia (± 81.000 km) yang menjadikan Indonesia menempati urutan kedua setelah Kanada sebagai negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia. Kekuatan inilah yang merupakan potensi besar untuk memajukan perekonomian Indonesia. 2 Melihat kondisi geografis Indonesia sebagaimana telah dijelaskan di atas maka salah satu potensi besar yang dapat dikembangakan adalah perairan sebagai jalur lalu lintas perdagangan baik antar provinsi maupun antar negara. Sarana yang digunakan dalam lalu lintas perdagangan ialah kapal. Kapal memiliki fungsi untuk membawa barang maupun manusia sesuai dengan tujuan dari pengguna kapal tersebut. Dalam hal ini perusahaan angkutan laut memiliki peranan penting dalam hal kapal yang digunakan dapat menunjang kegiatan perdagangan dan perekonomian Indonesia. Selain itu dapat memajukan dan mengembangkan berbagai macam sektor di Indonesia, seperti; maritim, perikanan, energi dan 2 Humas Perum Perindo, Potensi Indonesia Sebagai Negara Maritim, http://www.perumperindo.co.id/publikasi/artikel/171-potensi-indonesia-sebagai-negara-maritim, diunduh 10 April 2016. 2
sumber daya mineral, perdagangan, pariwisata, pertahanan negara dan lainnya. Telah diakui secara global bahwa lebih dari 90 % (sembilan puluh persen) perdagangan dunia menggunakan laut. Dengan adanya peningkatan volume perdagangan, berkembanganya industrialisasi serta liberalisasi ekonomi yang melahirkan perdagangan bebas dan berkembangnya permintaan konsumen atas barang maka kapal merupakan salah satu sarana yang dianggap efisien dan cepat. International Maritime Organization (IMO) menganggap bahwa perekonomian tidak dapat berfungsi apabila tidak ada kapal dan industri perkapalan. Kapal merupakan bagian terpenting dari ekonomi global. Tanpa kapal, perdagangan antar Negara, pengangkutan bahan baku dalam jumlah besar, ekspor atau impor makanan, pengiriman bahan baku barang-barang tidak dapat terwujud. Perkapalan merupakan salah satu industri paling besar di dunia dan paling berbahaya. Oleh karena hal tersebut dibutuhkan keamanan kapal pada saat berlayar di lautan dengan dibuatnya ketentuan internasional yang diikuti oleh seluruh Negara di dunia. Peraturan pada industri maritim untuk menjamin keselamatan, keamanan dan mencegah polusi yang dihasilkan dari kapal. IMO merupakan organisasi internasional di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengakomodir peraturan-peraturan tersebut. 3 Untuk menjamin keselamatan dan keamanan kapal maka sesuai peraturan yang diatur oleh IMO maka kapal harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen 3 International Maritime Organization, Sharing Maritime Knowledge, Maritime Knowledge Centre: 2012, hlm. 6. 3
sesuai dengan jenis dan fungsi kapalnya agar kapal tersebut dapat beroperasi. Kelangkapan dokumen tidak hanya melekat pada kapal, tetapi wajib dimiliki oleh badan usaha yang memiliki dan mengoperasikan kapal. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran mewajibkan perusahaan yang bergerak dibidang angkutan laut memiliki izin usaha atau dikenal dengan istilah Surat Izin Usaha Perusahaan Angkutan Laut (SIUPAL). SIUPAL diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut RI, Kementerian Perhubungan Laut RI. Izin tersebut dokumen utama yang wajib dimiliki oleh perusahaan angkutan laut sebelum dokumen kapal lainnya. Pada saat mengajukan permohonan SIUPAL perusahaan angkutan laut sering menghadapi kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan yaitu pengajuan dan prosesnya tidak sesuai dengan ketentuan dan prosedur. Permasalahan yang mendera kemaritiman Indonesia selama ini terabaikan. Kemiskinan, ketimpangan sosial, sulitnya birokrasi, infrastruktur yang melekat pada wajah perekonomian masyarakat. Disamping itu perizinan usaha yang berbelitbelit serta sarat dengan pungutan liar, semakin memperburuk citra sektor maritim di Indonesia. 4 Berikut beberapa permasalahan kemaritiman lainnya yang terjadi, antara lain, tiga pengurus Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Upaya Karya di Belawan, Medan tertangkap dalam operasi tangkap tangan yang dilakukan Satuan Tugas Sapu Bersih Pungli Bareskrim Polri dan Polda Sumatera Utara. Dari tangan mereka disita 4 Kompasiana, Menyambut Kemaritiman Indonesia, http://www.kompasiana.com/ridwan.fadilarif/menyambut-kemaritimanindonesia_54f92cdaa33311d33b8b4e36, diunduh 13 Maret 2016. 4
uang tunai sejumlah Rp 330.000.000,- ( tiga ratus tiga puluh juta rupiah ) diduga hasil pemerasan terhadap kapal yang akan merapat ke Pelabuhan Belawan. Para pelaku meminta sejumlah uang ke kapal-kapal yang akan merapat ke Belawan. Padahal tidak ada pelayanan yang diberikan. Namun karena kapal merapat ke pelabuhan maka pengusaha harus membayar. Ketiga pelaku ini menjalani pemeriksaan di Polda Sumatera Utara dengan dugaan tindak pidana pemerasan, penggelapan, dan pemaksaan proses pelayanan. 5 Masalah lainnya terjadi di Kementerian Perhubungan Laut tanggal 11 Oktober 2016. Lima orang pegawai Kementerian Perhubungan dan satu orang calo tertangkap tangan karena pungutan liar yang dilakukan oleh kelima pegawai tersebut. Hasil pemeriksaan Kapolri terdapat uang tunai sejumlah Rp 60.000.000,- ( enam puluh juta rupiah ) dan dalam rekening penampungan sebanyak Rp 1.200.000.000 ( satu miliar dua ratus juta rupiah ). Keenam orang tersebut ditangkap dan diperiksa di Polda Metro Jaya. Terkait dengan peristiwa pungutan liar tersebut Presiden Joko Widodo mengingatkan kepada seluruh instansi dan lembaga untuk mengehentikan praktik pungutan liar karen sudah ada Operasi Pemberantasan Pungli. Presiden pun menegaskan untuk langsung menangkap dan memecat oknum yang terbukti melakukan pungutan liar pada saat penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat. 6 Adanya permasalahan-permasalahan yang melanda kemaritiman Indonesia, dalam penelitian ini penulis akan membahas tentang 5 Merdeka, Peras Perusahaan Kapal di Belawan, 3 Pengurus Koperasi Kena OTT, https://m.merdeka.com/peristiwa/peras-perusahaan-kapal-di-belawan-3-pengurus-koperasi-kenaott.html, diunduh 2 Desember 2016. 6 Suara, Polisi Akui OTT Kemenhub Terkait Administrasi Perkapalan, http://m.suara.com/bisnis/2016/10/184502/polisi-akui-ott-kemhub-terkait-administrasi-perkapalan, diunduh 2 Desember 2016. 5
perlindungan hukum terhadap perusahaan angkutan laut pada saat pengurusan Surat Izin Usaha Perusahaan Angkutan Laut (SIUPAL) di Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan RI. Dengan penelitian lapangan yang dilakukan oleh penulis maka akan diketahui apakah hak-hak perusahaan angkutan laut telah dipenuhi oleh apartur sipil negara sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangundangan yang berlaku. 1.2 Rumusan Masalah a. Bagaimana proses dan persyaratan Pengurusan Izin Usaha Perusahaan Angkutan Laut? b. Bagaimanakah pemenuhan hak-hak perusahaan angkutan laut pada saat pengurusan Surat Izin Usaha Perusahaan Angkutan Laut di Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan RI? 1.3 Keaslian Penelitian Tulisan tentang Perlindungan Hukum Terhadap Perusahaan Angkutan Laut pada saat pengurusan Surat izin Usaha Perusahaan Angkutan Laut di Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan RI, belum pernah dilakukan oleh peneliti lainnya. Ternyata tidak ditemukan tulisan yang sama dan sepanjang pengetahuan penulis belum pernah ada. Tulisan yang memiliki kemiripan yang ditemui oleh penulis yaitu tesis di tahun 2015 yang berjudul Perlindungan Hukum atas Keterlambatan Pengiriman Barang Terhadap Penguna Jasa Transportasi 6
Laut. Tesis tersebut ditulis oleh Sahattua P. Simatupang, Capt. Mahasiswa Magister Hukum Universitas Gajah Mada. Perlindungan Hukum atas Keterlambatan Pengiriman Barang Terhadap Penguna Jasa Transportasi Laut didasarkan pada aspek perlindungan konsumen sedangkan penelitian Perlindungan Hukum terhadap Perusahaan Angkutan Laut pada saat Pengurusan Surat Izin Usaha Perusahaan Angkutan Laut di Direktorat Jenderal Perhubungan Laut RI didasarkan pada aspek pelayanan publik. 1.4 Tujuan Penelitian a. Mengetahui dan mengkaji proses dan persyaratan pengurusan Izin Usaha Perusahaan Angkutan Laut. b. Mengetahui pemenuhan hak-hak perusahaan angkutan laut pada saat pengurusan Surat izin Usaha Perusahaan Angkutan Laut di Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan RI. 1.5 Manfaat Penelitian a. Teoritis Secara teoritis penulisan ini berguna untuk pengembangan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pelayaran, pelayanan publik, perizinan, dan aparatur sipil negara. 7
b. Praktis Secara praktis penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukkan bagi Pemerintah untuk memenuhi hak perusahaan angkutan laut pada saat pengurusan Surat Izin Usaha Perusahaan Angkutan Laut. Tidak hanya izin kapal tetapi segala bentuk macam perizinan dan sertifikat lainnya agar alur proses pengajuan dokumen jelas, dalam artian pemohon dapat mengakses secara langsung alur permohonan. Disamping itu prosedur perizinan dapat dijalankan sesuai ketentuan yang berlaku oleh aparat pemerintah sehingga tidak merugikan perusahaan angkutan laut atau pemohon perizinan secara umum. Kerugian yang dimaksud adalah kerugian baik secara materiil maupun waktu. 8