BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. datang. Pendidikan bukan hanya belajar dari tidak tahu untuk menjadi tahu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran baik berkenanaan dengan guru ataupun siswa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. dan kecerdasan intelektualnya agar menjadi manusia yang terampil, cerdas,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi siswa agar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

pengetahuan dan teknologi perlu adanya pembaharuan dalam sistem pendidikan secara terarah dan terencana maka Undang-Undang Republik Indonesia No 20

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Anshari (1979:15) mengemukakan bahwa :

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta nilai-nilai sehingga sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya dalam aspek fisik intelektual, emosional, sosial dan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Dikutip dari Pendidikan Nasional Bab II pasal 3, menyatakan bahwa :

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan sekelompok orang yang di turunkan dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab sebagai warga. mendasar bagi peningkatan mutu pendidikan secara nasional.

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah proses interaksi antara pendidik dan peserta didik yang bertujuan untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sebagaimana dikemukakan Rasyidin dkk. (2010:26) pengertian pendidikan yang terdapat dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spriritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Untuk dapat mencapai mutu pendidikan tersebut, maka mutu pendidikan itu sendiri harus dilaksanakan menyeluruh meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai. Upaya untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut dapat dilakukan melalui jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Di samping itu, upaya yang harus dilakukan dalam mecapai tujuan tersebut diantaranya adalah melakukan sistem pendidikan yang harus dimulai dari tingkat sekolah dasar. Secara jelas tujuan Pendidikan Nasional yang bersumber dari sistem nilai Pancasila dirumuskan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 mengenai pendidikan yang merumuskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatrabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kurikulum yang diajarkan dari setiap proses pembelajaran tidak terlepas dengan adanya peran guru dalam mengimplementasikan setiap pokok-pokok 1

2 materi yang terdapat dalam kurikulum. Menurut Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005, guru adalah pendidik profesional dengan tugas mendidik, mengajar, membimbing, melatih, menilai, mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Kurikulum dari tahun ke tahun mengalami perubahan sejalan dengan kemajuan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satunya adalah diberlakukannya kurikulum 2013. Perbedaan antara Kurikulum 2013 dengan kurikulum yang sebelumnya yakni KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) terletak pada kegiatan pengembangan silabus. Dalam KTSP pengembangan silabus merupakan kewenangan satuan pendidikan, namun dalam Kurikulm 2013 kegiatan pengembangan silabus beralih menjadi wewenang pemerintah, kecuali untuk mata pelajaran tertentu yang secara khusus dikembangkan dalam satuan pendidikan tertentu. Namun, dibalik perbedaan yang ada, sebenarnya juga terdapat kesamaan esensi antara kurikulum 2013 dan KTSP yaitu pendekatan ilmiah (Scientific Approach) yang pada hakekatnya adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered). Siswa mencari pengetahuan, bukan menerima pengetahuan. Pendekatan ini mempunyai esensi yang sama dengan Pendekatan Ketarampilan Proses (PKP). Oleh karena itu tugas guru sebagai pendidik yang harus bisa mempertahankan esensi dari pendekatan-pendekatan tersebut, karena guru merupakan salah satu kunci terwujudnya cita-cita dalam pendidikan. Sejalan dengan hal itu, pendidikan adalah proses memproduksi sistem nilai dan budaya ke arah yang lebih baik antara lain dalam hal pembentukan kepribadian, keterampilan dan perkembangan intelektual peserta didik. Dalam lembaga formal, proses sosialisasi berkembang di lingkungan sekolah, rumah, dan masyarakat. Salah satu mata pelajaran yang turut berperan penting dalam hal tersebut adalah mata pelajaran IPS. Menurut Peraturan Mentri Pendidikan Nasional (2008: 162), mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dengan lingkungannya. 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, Inquiri memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial kemanusiaan. 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global. Berdasarkan tujuan di atas, maka pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menuntut agar membentuk manusia yang mampu bersosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial berusaha membina dan mengarahkan manusia untuk menciptakan suatu masyarakat yang mengenal dan mengerti kehidupan masyarakatnya sendiri dan masyarakat lainnya. Sebagai seorang guru tidak hanya dituntut menguasai pengetahuan atau materi yang akan disampaikan pada pembelajaran di kelas saja, akan tetapi guru harus dapat menguasai pendekatan, model pembelajaran, dan metode pembelajaran yang harus sesuai dengan keadaan siswa dan lingkungannya, sehingga dapat mendukung siswa untuk berfikir kritis, logis, pedagogik, menggunakan cara yang efektif, efisien serta dapat menumbuhkan diantaranya sikap disiplin, ilmiah, rasa tanggung jawab, percaya diri dan disertai iman dan taqwa. Dalam kegiatan belajar mengajar seharusnya guru bisa mengamati perkembangan anak didiknya, guru harus bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar minat belajar dalam diri siswa pun meningkat.selain itu guru harus bisa memilih metode yang tepat agar pembelajaran tidak hanya memakai metode ceramah. Karena jika terciptanya pembelajaran yang menyenangkan maka tujuan yang hendak dicapai akan terlaksana. Namun pada kenyataanya, rendahnya hasil belajar IPS tersebut adalah suatu hal yang wajar dimana selama ini fakta di lapangan menunjukkan proses pembelajaran yang terjadi masih berpusat kepada guru, suasana kelas cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif. Seperti halnya yang terjadi di kelas IV SDN Sukarasa 3,4 Kecamatan Sukasari berdasarkan pernyataan dari guru dan hasil survey yang dilakukan, 3

4 selama ini aktivitas belajar siswa ketika pembelajaran berlangsung hanya beberapa orang siswa yang memperhatikan, sedangkan siswa yang lain asik dengan kegitannya masing-masing seperti mangobrol dan bercanda dengan temannya. Juga rata-rata nilai hasil ulangan IPS siswa selalu mendapatkan nilai rendah dan masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yakni 73. Dari data nilai rata-rata ulangan harian menunjukan bahwa dari 38 orang siswa yang mencapai KKM hanya 27 orang (69%), dan 11 orang lainnya (31%) belum memenuhi KKM. Nilai rata-rata kelas yang ditunjukan adalah 57,99. Dari data terlihat rentang nilai yang ditunjukan bahwa nilai terendah adalah 43,33 dan nilai tertinggi 71,67. Selain itu siswa kurang dapat bekerjasama dengan orang lain dan enggan bertanya ketika ada hal yang belum dimengerti. Kegiatan-kegiatan siswa yang kurang produktif dan hasil latihan juga ulangan yang rendah diduga sebaga indikator bahwa siswa tidak memahami apa yang dijelaskan guru dan merasa bosan ketika guru menyampaikan materi pembelajaran. Dari ketidakpahaman itu mengakibatkan siswa tidak dapat memberikan respon dan reaksi dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru dan lebih memilih diam dari pada mencoba menjawab. Dalam proses pembelajaran seharusnya terjadi interaksi antara peserta didik dan guru. Di mana dalam interaksi tersebut terdapat beberapa macam arah komunikasi antar peserta didik dan guru, yaitu komunikasi satu arah, komunikasi dua arah dan komunikasi multi arah. Berikut gambar interaksi peserta didik dan guru pada proses pembelajaran. Guru Guru Guru Siswa Siswa Siswa Siswa Gambar 1.1 Komunikasi satu arah, komunikasi dua arah, komunikasi tiga arah. (Sudjana,1989:73 )

5 Sehubungan dengan permasalahan tersebut maka guru dalam pembelajaran di kelas harus menggunakan beberapa model pembelajaran yang menarik, dan bisa membuat siswa menjadi aktif, diantaranya adalah dengan menggunakan model pembelajaran Inquiri. Menurut Sanjaya (2010:150) Model Inquiri merupakan pendekatan instruksional, memberikan kerangka kerja, perencanaan dan implementasi berpikir dengan mengembangkan kahlian siswa dan mengakses sumber informasi secara efektif membangun pengetahuan. Model ini terencana secara seksama, benar-benar terkontrol yang bersifat instruksional dari guru memandu siswa melalui materi yang mendalam. Proses pembelajaran secara langsung (Inquiri) dapat membantu siswa memahami konsep IPS serta dapat membuat siswa lebih banyak lagi beraktifitas dalam proses belajar mengajar. Terlebih lagi mengajar pada tingkat Sekolah Dasar yang tahap perkembangannya masih pada tahap berfikir operasional konkret. Sejalan dengan pendapat Bloom (Vestari, 2009: 16) mengemukakan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkap suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interprestasi dan mampu mengaplikasikannya. Setiap model pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar mengajar memiliki kelebihan. Kelebihan dari model Iqkuiri adalah meningkatkan potensi intelektual siswa, hal ini dikarenakan siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan dengan pengamatan dan pengalaman sendiri. Belajar melalui inqkuiri dapat memperpanjang proses ingatan pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikiran sendiri akan lebih mudah diingat. Salah satu prinsip psikologi belajar menyatakan bahwa semakin besar keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, maka semakin besar pula kemauan belajar siswa tersebut, sekaligus meningkatkan hasil belajar siswa. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (1994:19) Hasil belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara indivdual maupun kelompok. Pembelajaran Inquiri mulai dari strategi sampai dengan pemecahan masalah dilakukan oleh siswa sendiri, proses pembelajaran secara langsung

6 (Inquiri) dapat membantu siswa memahami konsep IPS serta dapat membuat siswa lebih banyak lagi beraktifitas dalam proses belajar mengajar. Terlebih lagi mengajar pada tingkat Sekolah Dasar yang tahap perkembangannya masih pada tahap berfikir operasional konkret. Siswa juga harus dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran IPS dengan memperaktikan pembuatan dan penggunaan media tersebut secara berkelompok, dengan tujuan untuk melatih kerjasama, motorik, dan memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Berdasarkan permasalahan di atas, maka upaya peningkatan pemahaman konsep dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di SDN Sukarasa 3,4 Kecamatan Sukasari merupakan masalah yang harus ditanggulangi. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengatasi masalah tersebut yaitu dengan model Inquiri. Hal tersebut yang mendorong peneliti untuk mengadakan sebuah penelitian dalam rangka meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan judul: Penerapan Model Pembelajaran Inquiri Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Hasil Belajar Dalam Pembelajaran IPS Materi Kayanya Negriku. (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV Semester II SDN Sukarasa 3,4 Kecamatan Sukasari Kota Bandung Subtema Pelestarian Kekayaan Sumber Daya Alam di Indonesia Pada Pembelajaran I). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan tersebut dapat teridentifikasi sebagai berikut: 1. Penggunaan metode yang digunakan dalam pembelajaran IPS masih menggunakan metode konvensional (ceramah) sehingga hanya terjadi komunikasi satu arah; 2. Tidak adanya media atau alat bantu untuk siswa sehingga sulit untuk memahami konsep-konsep yang abstrak. Sehingga membuat siswa menjadi pasif dan merasa jenuh dalam setiap proses pembelajaran;

7 3. Rendahnya pemahanan konsep siswa dan hasil belajar yang tercermin dari perolehan nilai latihan dan ulangan siswa dalam pembelajaran IPS,dari data nilai rata-rata ulangan harian menunjukan bahwa dari 38 orang siswa yang mencapai KKM hanya 25 orang (69%), dan 11 orang lainnya (31%) belum memenuhi KKM. 4. Kurangnya penggunaan dan pemahaman guru mengenai model-model pembelajaran yang inovatif dalam pembelajaran IPS. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah secara umum yaitu Apakah Penerapan Model Pembelajaran Inquiri Dapat Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Hasil Belajar dalam Mata Pelajaran IPS Materi Kayanya Negeriku Subtema Pelestarian Kekayaan Sumber Daya Alam di Indonesia pada siswa Kelas IV SDN Sukarasa 3,4 Kecamatan Sukasari Kota Bandung? Secara khusus peneliti merumuskan masalah kedalam beberapa pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan menerapkan model Pembelajaran Inquiri dapat meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar dalam mata pelajaran IPS materi Kayanya negeriku Subtema pelestarian kekayaan sumber daya alam di Indonesia pada kelas IV SDN Sukarasa 3,4 Kecamatan Sukasari Kota Bandung? 2. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran Inquiri dapat meningkatakan pemahaman konsep dan hasil belajar dalam mata pelajaran IPS materi Kayanya negeriku Subtema pelestarian kekayaan sumber daya alam di Indonesia pada kelas IV SDN Sukarasa 3,4 Kecamatan Sukasari Kota Bandung? 3. Apakah penerapan model pembelajaran Inquiri dapat meningkatkan pemahaman konsep dalam mata pelajaran IPS materi Kayanya negeriku Subtema pelestarian kekayaan sumber daya alam di Indonesia pada kelas IV SDN Sukarasa 3,4 Kecamatan Sukasari Kota Bandung?

8 4. Apakah penerapan model pembelajaran Inquiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS materi Kayanya negeriku Subtema pelestarian kekayaan sumber daya alam di Indonesia pada kelas IV SDN Sukarasa 3,4 Kecamatan Sukasari Kota Bandung D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Umum Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan, tujuan umum dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan mendeskripsikan pembelajaran dengan penerapan model Inquiri untuk meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar pada mata pelajaran IPS materi Kayanya Negeriku Subtema pelestarian kekayaan sumber daya alam di Indonesia pada siswa kelas IV SDN Sukarasa 3,4 Kecamatan Sukasari Kota Bandung. 2. Tujuan Penelitian Khusus Berdasarkan permasalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: a. Perencanaan pembelajaran dengan menerapkan model Pembelajaran Inquiri dapat meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar dalam mata pelajaran IPS materi Kayanya negeriku Subtema pelestarian kekayaan sumber daya alam di Indonesia pada kelas IV SDN Sukarasa 3,4 Kecamatan Sukasari Kota Bandung. b. Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model Pembelajaran Inquiri dapat meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar dalam mata pelajaran IPS materi Kayanya negeriku Subtema pelestarian kekayaan sumber daya alam di Indonesia pada kelas IV SDN Sukarasa 3,4 Kecamatan Sukasari Kota Bandung. c. Pemahaman konsep siswa setelah mengikuti pembelajaran dalam mata pelajaran IPS materi Kayanya negeriku Subtema pelestarian kekayaan sumber daya alam di Indonesia pada kelas IV SDN Sukarasa 3,4 Kecamatan Sukasari Kota Bandung.

9 d. Peningkatan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dalam mata pelajaran IPS materi Kayanya negeriku Subtema pelestarian kekayaan sumber daya alam di Indonesia pada kelas IV SDN Sukarasa 3,4 Kecamatan Sukasari Kota Bandung. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu memberi sumbangsih terhadap pembelajaran tematik dan mampu menambah referensi pustaka mengenai model pembelajaran Inquiri dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar IPS dengan materi Kayanya negeriku Subtema pelestarian kekayaan sumber daya alam di Indonesia pada kelas IV. 2. Manfaat Praktis Secara umum penelitian ini memberikan manfaat bagi beberapa pihak, diantaranya: a. Manfaat Bagi Peneliti 1) Agar memberikan keterampilan dalam membuat perencanaan pelaksanaan pembelajaran terutama dalam pembelajaran IPS melalui model Pembelajaran Inquiri pada siswa kelas IV dengan materi Kayanya negeriku Subtema pelestarian kekayaan sumber daya alam di Indonesia. 2) Agar memberikan pengalaman dalam melakukan penelitian, terutama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran IPS melalui model Pembelajaran Inquiri pada siswa kelas IV dengan materi Kayanya negeriku Subtema pelestarian kekayaan sumber daya alam di Indonesia. 3) Agar menambah wawasan dan khasanah ilmu dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran IPS melalui model Pembelajaran Inquiri pada siswa kelas IV dengan materi Kayanya negeriku Subtema pelestarian kekayaan sumber daya alam di Indonesia.

10 b. Manfaat Bagi Guru 1) Sebagai alternative penerapan model pembelajaran di kelas, sehingga proses belajar mengajar di kelas menjadi lebih bervariasi, serta tidak monoton dan tidak terpaku pada model pembelajaran tertentu. 2) Sebagai bahan perbandingan dengan model pembelajaran yang biasa diterapkan, yang pada akhirnya terlihat kemajuan tingkat pemahaman yang dimiliki peserta didik. 3) Memberikan kesempatan kepada para guru untuk mampu membuat perubahan kearah lebih baik dalam meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar siswa. c. Manfaat Bagi Siswa 1) Agar memperoleh kesempatan untuk mengikuti aktifitas pembelajaran IPS melalui model Pembelajaran Inquiri dengan materi Kayanya negeriku Subtema pelestarian kekayaan sumber daya alam di Indonesia. 2) Agar meningkatkan motivasi serta gairah belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran khususnya pembelajaran IPS. 3) Agar meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar siswa kelas IV SD dalam pembelajaran IPS. d. Manfaat Bagi Sekolah 1) Dengan adanya PTK ini, sekolah diharapkan akan menjadi satuan pendidikan yang terbiasa melakukan penelitian, sehingga akan bermanfaat bagi perbaikan pembelajaran IPS. 2) Agar meningkatkan pengelolaan pembelajaran IPS di kelas IV SD. 3) Agar meningkatkan sarana dan prasarana di sekolah untuk menunjang kegiatan pembelajaran terutama pembelajaran IPS. F. Definisi Operasional Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran mengenai hal-hal yang dimaksudkan dalam penelitian ini maka peneliti memberikan definisi operasional sebagai berikut :

11 1. Model Pembelajaran Inquiri Pembelajaran Inquiri adalah pembelajaran dimana siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsepkonsep dan prinsip-prinsip, dan mendorong guru siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa untuk menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Selanjutnya menurut Dimyati dan Mudjiono (2010: 25), Inquiri merupakan pengajaran yang mengharuskan siswa mengolah pesan sehingga memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai.model pembelajaran Inquiri merupakan pengajaran yang berpusat pada siswa.dalam pengajaran ini siswa menjadi aktif belajar.tujuan utama model Inquiri adalah mengembangkan keterampilan intelektual, berfikir kritis, dan mampu memecahkan masalah ilmiah. Menurut Sanjaya (2010: 196), strategi pembelajaran Inquiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang ditanyakan. Proses berfikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antar guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan. 2. Pemahaman Konsep Menurut Sujana (2002) Pemahaman konsep adalah tingkat kemampuan yang diharapkan siswa mampu memahami arti dari konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Hal ini siswa tidak hanya menghafal secara verbalitas, tetapi memahami konsep dari konsep natau masalah. Menurut Cahyati (2010: 11) pemahaman adalah hasil belajar yang indikatornya adalah individu belajar memahami konsep hasilnya dapat menjelaskan atau mendefinisikan dan menginterperensikan suatu informasi dengan kemungkinan yang terkait menggunakan kata-kata sendiri. Untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap pelajaran yang disampaikan guru dalam proses belajar-mengajar, maka diperlukan adanya penyusunan item tes pemahaman. Adanya sebagaian item pemahaman dapat

12 diberikan dalam bentuk gambar, denah, diagram, dan grafik, sedangkan bentuk dalam tes objektif biasanya digunakan tipe pilihan ganda dan tipe benar-salah. Hal ini dapat dijumpai dalam tes formatif, subformatif, dan sumatif. Jadi dari pengertian tentang pemahaman siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap siswa mengerti serta mampu untuk menjelaskan kembali dengan kata-katanya sendiri materi pelajaran yang telah disampaikan guru, bahkan mampu menerapkan kedalam konsep-konsep lain dalam standarisasi mastery learning. 3. Hasil Belajar Hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa yang dilakukan melalui tes hasil belajar, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang daya serap siswa, untuk menentukan tingkat hasil belajar siswa terhadap suatu bahasan. Hasil belajar diartikan sebagai hasil yang dicapai individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Wade (dalam Simamora, 2012) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai seseorang melalui usaha-usaha belajar. Hasil belajar dapat diukur melalui tes yaitu tes hasil belajar. Menurut Tu u (2004:75) yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti atau mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah yang dibuktikan atau ditunjukkan melalui nilai atau angka dari evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa atau ulangan-ulangan atau ujian setelah melakukan suatu proses belajar yang diukur melalui tes. Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini berupa perubahan tingkah laku siswa dari ranah kognitif yang dtunjukan dengan nilai tes pada akhir pembelajaran dengan menerapkan model Pembelajaran Inquiri.