BAB III PROSES PELAKSANAAN ROKAT PRAOH KESELLEM DI PULAU MANDANGIN. A. Pengertian dan Ritual Rokat Praoh Kasellem di Pulau Mandangin

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan masyarakat Jawa yang bermigrasi ke Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

Kajian Folklor dalam Upacara Nyadran di Pesarean Simbah Lowo Ijo di Desa Semagung Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo

BAB III TRADISI ROKAT TASE DI DESA KLAMPIS BARAT BARAT KABUPATEN BANGKALAN. Karang Anyar. d). Dusun Bung. Walaupun demikian jumlah penduduk pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI SURAN DI MAKAM GEDIBRAH DESA TAMBAK AGUNG KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

Dosen Pembimbing : Muhammad Akram SIP., MPS

BAB IV ANALISIS. Malang Press, 2008, hlm Ahmad Khalili, M.Fiil.I, Islam Jawa Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa, UIN

Kajian Folklor dalam Tradisi Guyang Jaran di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa,

UKDW BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ageng Sine Yogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. hanya sebuah inovasi yang mendapatkan influence (pengaruh) dari budaya atau

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam bentuk perahu besar dan kecil. Sumatera Utara. Belawan berada pada ketinggan 1 meter dari permukaan laut,

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam

MAKNA SIMBOL DALAM UPACARA SEDEKAH LAUT DI DESA TASIK AGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG TAHUN 2011

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,

MITOS PESAREAN MBAH DAMARWULAN DALAM TRADISI SELAMETAN SURAN DI DESA SUTOGATEN KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat

I. PENDAHULUAN. Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari lingkungan alam maupun

Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah sebagai upacara peniadaan jenazah secara terhormat.

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut

SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT

Universitas Sumatera Utara

TRADISI SEDHEKAH LAUT DI DESA KARANG DUWUR KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEBUMEN ( ANALISIS MAKNA DAN FUNGSI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

Oleh : Siti Masriyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG AMIGURUMI. Boneka berasal dari bahasa Portugis yaitu Boneca yang berarti sejenis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BENTUK, MAKNA, DAN FUNGSI PERTUNJUKAN KUDA LUMPING TURONGGO TRI BUDOYO DI DESA KALIGONO KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO

Bab 5. Ringkasan. kepercayaan asli masyarakat Jepang yang merupakan kelanjutan dari garis yang tak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai

Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

1. WARISAN BUDAYA BENDA DAN TAK BENDA KABUPATEN BULUNGAN. Jenis Warisan Budaya : Cagar Budaya ( Warisan Budaya Benda )

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

I. PENDAHULUAN. sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. satu budaya penting bagi masyarakat Islam Jawa, baik yang masih berdomisili di

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan kesatuan hidup

BAB IV RESEPSI MASYARAKAT DESA ASEMDOYONG TERHADAP TRADISI BARITAN. Secara definitif resepsi sastra berasal dari kata recipere (Latin), reception

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat :

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. media bagi bangsa Indonesia untuk mempelajari kejayaan masa lalu. Hal ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

Transkripsi:

35 BAB III PROSES PELAKSANAAN ROKAT PRAOH KESELLEM DI PULAU MANDANGIN A. Pengertian dan Ritual Rokat Praoh Kasellem di Pulau Mandangin Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam-macam kekuatan yang dihadapi masyarakat dan anggota-anggotanya seperti kekuatan alam, maupun kekuatankekuatan lainnya, ini memerlukan pula kepuasan, baik di bidang spiritual maupun materi. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat di atas untuk sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber dari masyarakat itu sendiri. Dikatakan sebagian besar, karena kemampuan-kemampuan manusia itu terbatas, dengan demikian, kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil ciptanya juga terbatas dalam menentukan segala kebutuhan. 24 Kata rokat berasal dari bahasa Madura, yang berarti slametan dan slametan di pusat keseluruhan sistem agama Jawa, terdapat suatu ritual yang sederhana, formal, jauh dari keramaian dan apa adanya. 25 Untuk acara-acara sejenis slametan, di Madura (dalam hal ini di Pulau 24 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), 97. 25 Ahmad Khalil, Islam Jawa, Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa (Malang: UIN-Malang Press, 2008), 277.

36 Mandangin Sampang) disebut rokat, termasuk slametan Praoh Kesellem (perahu temgelam) dan seterusnya. Rokat Praoh Kesellem adalah upacara masyarakat nelayan untuk menyelamatkan nelayan dari bahaya-bahaya yang mungkin akan dihadapi ketika melaut dan dapat memberikan hasil tangkapan ikan yang banyak, setiap tahun oleh mayoritas kaum Nelayan Pesisir maupun para Nelayan masyarakat Kepulauan di Madura pada umumnya, dan masyarakat Pulau Mandangin pada khususnya. Rokat Praoh Kesellem merupakan ritual kebudayaan yang memiliki hubungan erat dengan lokalitas sekaligus ciri atau kebiasaan dari masyarakat suatu daerah khususnya daerah Pulau sebagai adat istiadat dari para nelayan yang memberikan pengertian khusus bahwa kenikmatan merupakan hasil yang harus dinikmati dan disyukuri secara individu maupun bersama. 26 Ritual keagamaan memiliki posisi penting dalam pandangan masyarakat Pulau Mandangin, mengingat cara keberagamaan mereka yang sangat kental dengan nuansa tradisional lokal, dengan watak orang Madura yang keras atau kokoh dalam memegang pendirian atau pandangan yang diyakini benar. 27 Keyakinan-keyakinan yang ada dalam rokat peraoh kesellem ini merupakan hasil dari hubungan dialogis antara nilai-nilai 26 BPS Kabupaten Sampang dan Bapedda Kabupaten Sampang, Profil Kabupaten Sampang (Sampang: BPS Kabupaten Sampang, 2013), 15. 27 Jonge, Madura dalam Empat Zaman: Pedagang, Perkembangan Ekonomi, dan Islam, 266-267.

37 Islam dan kearifan lokal yang keberadaannya bisa dilacak hingga zaman Hindu-Budha. Tradisi pelaksanaan Rokat Praoh Kesellem memiliki pengaruh penting tidak hanya dalam lingkaran internal melainkan di lingkaran eksternal masyarakat yang lebih luas. Serta keunikan Pulau tersebut dipopulerkan di antaranya dengan ritual Rokat Praoh Tasellem tidak hanya dilakukan pada setiap lima tahun sekali, akan tetapi pada saat tertentu, ritual ini dilakukan oleh masyarakat Nelayan, jika di antara mereka dirasuki oleh makhluk halus atau Penjaga Laut, dalam bahasa Mandangin itu deteng buju en, biasanya orang tersebut memakan kembang. Rokat Praoh Kasellem ini sudah menjadi kebiasaan mereka secara turun temurun (warisan nenek moyang). Ritual tersebut, biasanya dimulai dengan Ronnang (bahasa Madura) atau ludruk, Pengajian (mauidah hasanah) tahlilan atau istighatsah bersama masyarakat, yang dipimpin oleh tokoh agama setempat atau dari luar Mandangin. Setelah itu, masyarakat mulai melakukan ritual Tradisi Praoh Kesellem sebagai rasa ungkapan syukur kepada Allah Swt, yang bertujuan untuk mendoakan keselamatan nelayan saat melaut. Sesajen (larung laut) sebagai keberkahan pada laut supaya laut dapat bersahabat dengan nelayan, Kepala Sapi, Kepala Kambing itu untuk menolak balak, Sekaligus ungkapan syukur dan penghormatan kepada Allah Swt. Sapi atau kambing yang disembelih merupakan simbol kurban yang diikuti dengan doa. Tradisi tersebut dalam

38 ajaran Islam merupakan adopsi dari peristiwa ketika Nabi Ibrahim menyembelih nabi Ismail. Dipilih sapi karena sapi merupakan hewan yang besar dan mahal dan juga hewan kurban utama, sama halnya dengan kambing yang merupakan hewan kurban kedua setelah sapi. Sesajen merupakan bentuk hasil bumi dan disimbolkan sebagai manusia yang harus mempersembahkan segala kebutuhan hidupnya, dan benderabendera untuk memeriahkan Rokat Praoh Kesellem di kalangan para nelayan serta masyarakat Pulau Mandangin. B. Proses Pelaksanaan dan Tujuan Rokat Praoh Kesellem di Pulau Mandangin Sebagai sebuah ritual keagamaan, Rokat Praoh Kesellem tidak hanya terdiri dari nilai-nilai luhur yang abstrak, melainkan ia juga dibungkus dengan hal-hal konkret seperti tata cara pelaksanaan, atribut yang rumit, dan pandangan masyarakat yang mengitarinya. Sebuah ritual bisa disebut ritual hanya dengan menunjukkan aktivitas konkret di dalamnya, meskipun aktifitas konkret tersebut, pada satu titik, dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dituju. Sebagai salah satu budaya yang sudah turun temurun dari nenek moyang. Perwujudan dari rasa syukur kepada Allah Swt menjadi inti dari maksud dan tujuan pesta rakyat nelayan yang berapa di pesisir pantai Pulau Mandangin Sampang Madura. 28 Dalam pelepasan Bhitek sebagai tanda ungkapan syukur 28 Supar, Wawancara, Pulau Mandangin, 21 September 2015.

39 masyarakat Pulau Mandangin. Hal yang berbeda dengan pesisir yang lainnya adalah ketika yang mengantarkan Bhitek (perahu kecil yang berisi sesajen). Pelepasan Bhitek bukan tidak ada arti, melainkan banyak setumpuk makna yang tidak bisa dijelaskan oleh masyarakat biasa hanya masyarakat dari kalangan sesepuh saja yang bisa menginterpretasikannya. Tentu anggapan mitos dan mustahil selalu terbesit dari pikiran masyarakat modern terhadap pelepasan Bhitek yang dinilai sia-sia. Walaupun demikian, hal tersebut harus dipercaya dan dijaga kelestariannya. Salah satu yang bisa diterka dari tujuan pelepasan Bhitek sebagai ungkapan syukur dan penolak balak, serta mengharap rizki yang melimpah dari Allah Swt. Jika dilihat dari agama Islam ini dinilai sebagai budaya atau tradisi peninggalan Hindu-Budha yang sama dan banyak unsur menyekutukan Allah Swt, namaun ada beberapa hal juga yang masih boleh dilakukan menurut agama. Terlepas dari hal itu semua, selain untuk memperkokoh silaturrahim antara sesama nelayan. Sebagai sebuah tradisi, Rokat Praoh Kesellem memiliki akar yang kuat dalam kehidupan masyarakat. Ia memiliki tata cara pelaksanaan tertentu yang mesti diikuti. Tata cara pelaksanaan tersebut diturunkan terus menerus dari generasi ke generasi. Dalam Tradisi Rokat Praoh Kesellem, tata cara pelaksanaannya masih sangat kental dengan nuansa Hindu-Budha tanpa perubahan yang berarti, sementara perubahan yang signifikan terjadi dalam nilai-nilai luhurnya yang bergeser dari waktu ke waktu, yaitu dari nilai-nilai luhur

40 Hindu-Budha ke Islam. Meskipun tata cara pelaksanaan sebuah ritual tak selalu berbanding lurus dengan nilai-nilai luhur yang dibawanya, ia tetap mesti dilakukan tanpa mengubah tata cara tersebut, sebab hanya dengan demikianlah sebuah tradisi lokal memiliki kredibilitasnya. Pada proses pelaksanaan Rokat Praoh Kesellem sebagian masyarakat dan khususnya para nelayan mendatangi laut tempat dimana pelaksanaan tradisi itu terjadi sesuai dengan pengamatan atau keterlibatan lapangan peneliti dalam sebuah ritual pelaksanaan Rokat Praoh Kesellem dan menulis hal-hal yang yang kecil ataupun hal yang besar. Rangkaian proses pelaksanaan Tradisi Rokat Praoh Kesellem yang dilakukan oleh masyarakat Pulau Mandangin sebelum empat hari dilakukan Tradisi Rokat Praoh Kesellem : 1. Diadakan Ronnang atau ludruk (kesenian drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian) di Pulau Mandangin sebelum dimulai ronnang masyarakat pada pagi hari membuat panggung untuk ronnang dan membuat pembatas atau pagar apa bila masyarakt untuk melihat pertunjukan ronnang. Pada pagi hari tersebut, masyarakat disana tidak bisa tidur, karena masyarakat Pulau Mandangin mempunyai tugas masing-masing, ada yang membuat pagar sebagai pembatas ketika masyarakat melihat ronnang, mengambil kayu, membuat panggung dan juga membuat hiasan panggung. Pada malam hari ronnang dimulai pada jam 19.00-01.00 29, dan ronnang siap di 29 Supar, Wawancara, Pulau Mandangin, 22, September 2015.

41 gendangkan. Pemain ronnang pun siap untuk dimulai, biasanya pemain ronnang laki-laki dan perempuan dan pemainnya tersebut berpakaian kerajaan. Dalam drama ronnang tersebut isinya mengisahkan tentang kerajaan seperti mengisahkan tentang asal usul Pulau Mandangin. Pemain ronnang berpenampilan keren, gagah dan menarik. Ronnang diadakan selama tiga hari tiga malam untuk hiburan masyarakat di sana dilakukan di lapangan bola. Pemain ronnang tersebut dari luar Pulau Mandangin seperti dari Sumenep atau Jawa. Ronnang diadakan pada malam hari dan pada pagi harinya ronnang tidak ada. Meskipun ronnang diadakan pada malam hari masyarakat disana sangat antusias melihatnya, karena masyarakat Pulau Mandangin ronnang itu hiburan yang sangat di nanti-nanti oleh masyarakat Pulau Mandangin. Untuk melihat pertunjukan tersebut memakai baju bebas dan orang dewasa, anak kecil laki-laki, perempuan semuanya boleh melihat ronnang tersebut. 2. Setelah diadakan ronnang selama tiga hari tiga malam, baru mengadakan pengajian (mauidah hasanah) selama satu malam. Di tempat yang sama ketika mengadakan ronnang di lapangan bola. Pada pagi harinya pengurus pengajian membuat panggung dan membuat hiasan panggung, yang menjadi penceramah mengundang dari luar Pulau Mandangin, biasanya mengundang Kiai dari mmadura dan Jawa yang memiliki pondok. Pada malam hari pengajian dimulai sekitar jam 20.00-01.30. pengurus pengajian kali-laki dan perempuan memakai

42 seragam baju putih semua tetapi masyarakat yang melihat pengajian memakai baju bebas. Masyarakat Pulau Mandangin menghadiri pengajian berbondong-bondong melihatnya, sama seperti ketika melihat ronnang. 3. Pada hari H-nya pelaksanaan Tradisin Rokat Praoh Kesellem sebelum dilakukan tahlilan (mauidah hasanah) dulu di balai desa. Yang mengikuti tahlilan tersebut laki-laki para nelayan dan di pimpin oleh sesepuh Pulau Mandangin. Tahlilan dimulai pada jam 07.00-07.30 30. memakai baju bebas yang mengikuti tahlilan. 4. Setelah diadakan tahlilan atau istighatsah para nelayan membawa tumpeng yang sudah disiapkan oleh masyarakat yang ada di balai desa. Masyarakat Pulau Mandangin menyiapkan perahu kecil (perahu sesajen) yang dibuat seindah mungkin, mirip dengan perahu yang di buat nelayan, biasanya untuk melaut. Perahu kecil diisi puluhan jenis hasil bumi (pisang, apel, mangga, anggur, nanas dan lain-lain), dan makanan yang sudah dimasak oleh masyarakat Pulau Mandangin. Berisi berbagai hasil bumi, uang recekan atau uang rakyat untuk di larung ketengah laut, adapun jenis makanan, nasi tumpeng dan buahbuahan yang ditata rapi di perahu kecil tersebut yang siap untuk dilepas ke laut. Sesaji yang sudah rapi disebut sesajen, dan semua nelayan berkumpul di pinggir laut, masyarakat Pulau Mandangin memakai baju bebas dan yang menaiki perahu atau kapal itu laki-laki dan perempuan, 30 Supar, Wawancara, Pulau Mandangin, 23 September 2015.

43 anak kecil dan orang dewasa. Ketika melakukan Tradisi Rokat Praoh Kesellem. Dan sesaji diarak menuju perahu kecil yang diiringi dengan musik tradisional (saromen) dan musik Islami. 31 Masyarakat yang mempunyai perahu atau kapal menaikinya untuk mengikiti perahu kecil tersebut sampai perahu kecil tersebut kesellem (tenggelam), sampai ketengah laut. Iring-iringan perahu atau kapal bergerak kelaut dengan pelan-pelan. Bunyi mesin diesel mendesu membelah ombak. Suara gemuruh sound sistem menggema di setiap kapal. Dari kejauhan barisan perahu atau kapal bergerak pelan-pelan mengikuti perahu kecil. Dan perahu atau kapal dihiasi supaya menambah suasana makin sakral. Begitu dapatnya perahu atau kapal yang bergerak, terkadang sempat terjadi beberapa kali tabrakan kecil. Iring-iringan berakhir di sebuah lokasi ketika perahu kecil tersebut kesellem (tenggelam). Setelah itu para nelayan mengambil air laut yang sudah di lewati oleh perahu kecil yang berisi sesaji untuk di siram ke perahu atau kapal para nelayan. Masyarakat Pulau Mandangin percaya air tersebut menjadi pembersih malapetaka dan diberkati ketika melaut nanti. 5. membaca doa bersama yang dipimpin oleh tokoh setempat. Berdoa adalah salah satu yang unsur perbuatan penting dalam berbagai upacara keagamaan di dunia. Menurut Koentjoningrat pada umumnya doa ini merupakan suatu upacara yang berisi permintaan suatu 31 Supar, Wawancara, Pulau Mandangin, 24 September 2015

44 keinginan kepada leluhur dan juga ucapan-ucapan hormat dan pujian kepada leluhur tersebut. 32 Doa yang dilakukan dalam upacara ini merupakan doa bersama secara Islami, doa yang digunakan yakni bahasa arab. Dalam Islam doa merupakan memohon kepada Allah Swt agar diberi keselamatan dan kesejahteraan. Dengan demikian, manusia harus selalu ingat kepada Allah Swt dan manusia selalu bergantung kepadanya. 6. menghanyutkan kepala sapi atau kambing yang diberi bunga tujuh warna. Setelah proses iringan selesai kepala sapi dan kambing tersebut ketengah laut. Tujuan diadakan Tradisi Rokat Praoh Kesellem menurut masyarakat Pulau Mandangin untuk membuang sial dan pada saat nelayan mengalami hasil yang kurang baik dalam menangkap ikan (Paceklik) dan pada saat-saat para nelayan mengalami musibah dalam berlayar seperti, tenggelam dan lain sebagainya. 33 makna Rokat Praoh Kesellem itu sendiri bertujuan agar para nelayan dan desanya terhindar dari marabahaya serta mendapatkan tangkapan ikan yang banyak dan kalau Rokat Praoh Kesellem tidak dilaksanakan akan terjadi balak yang menimpanya. Sedangkan simbolsimbol yang digunakan dalam Rokat Praoh Kesellem yaitu: 32, Beberapa Pokok Antropologi Sosial (Jakarta: Dian Rakyat, 1981), 254. 33 Hadrowi, Wawancara, Pulau Mandangin Sampang, 19 September 2015.

45 1. Kepala Sapi sebagai kurban utama. 2. Kepala Kambing sebagai kurban kedua. 3. Sesajen (Larung Laut) Sebagai keberkahan pada laut supaya bisa bersahabat dengan para Nelayan. 4. Uang Rasa syukur Kepada Allah Swt serta mensukuri hasil tangkapan berupa ikan sebagai rizki dari Laut. 5. Bendera menggunakan Bendera Merah Putih menunjukkan nelayan Pulau Mandangin adalah Bangsa Indonesia. 6. Tumpeng sebagai tanda kebesaran Allah Swt yang berbentuk kerucut. 7. plotan etem (ketan hitam) yang mempunyai dua warna: putih dan hitam.putih melambangkan kesucian, sedangkan hitam melambangkan cobaan kehidupan yang harus dihadapinya. 8. Bunga dengan tujuh warna diyakini agar masyarakat dijauhkan dari malapetaka yang beranika ragam. Disetiap upacara sakral bunga merupakan salah satu peralatan yang tidak pernah tertinggal. Bunga dipakai saat ada acara. Sedangkan menurut Islam, melambangkan kesegaran. Biasanya bunga ini di campur air dan dimasukkan ke dalam ember. 9. Kemenyan diyakini masyarakat sebagai sarana memanggil arwah nenek moyang yang telah meninggal. 34 34 Hamdi, Wawancara, Pulau Mandangin, 20 September 2015.

46 Menurut kepercayaan masyarakat Pulau Mandangin bau asap kemenyan dipercaya mampu mendatangkan roh, dan juga mampu mengusir roh. 35 Asap harum tersebut merupakan doa sesuai dengan maksud. Sedangkan dalam Islam membakar kemenyan biasanya diniatkan sebagai tali pengikat keimanan. Nyalanya sebagai cahaya kurma, asapnya sebagai bau-bau surga dan agar dapat diterima oleh Allah Swt. Maka dapat dipahami bahwa pembakaran kemenyan tersebut dalam ritual mistik sebagai kaum muslim atau memasukkan sebagai unsur mistik bukanlah unsur syirik. 36 Makna-makna yang terkandung dalam upacara Rokat Praoh Kesellem dan juga Simbol-simbol yang digunakan dalam pelaksanaan upacara Rokat Praoh Kesellem tidak lepas dari argumenbmasyarakat yang menyatakan bahwa suatu benda tersebut mempunyai nilai-nilai tertentu. 35 Ismul, Wawancara, Pulau Mandangin, 21 September 2015. 36 Muhammad Sholikin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa (Yogyakarta: Nasari, 2010), 50.