LAMPIRAN 1 Dewan Syari ah Nasional setelah FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NOMOR 09/DSN-MUI/VI/2000 TENTANG PEMBIAYAAN IJARAH ب غ ٱ ه لل ٱى هشد ٱى هشد Menimbang : a. bahwa kebutuhan masyarakat untuk memperoleh manfaat suatu barang sering memerlukan pihak lain melalui akad ijarah, yaitu akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri; b. bahwa kebutuhan masyarakat untuk memperoleh jasa pihak lain guna melakukan pekerjaan tertentu melalui akad ijarah dengan pembayaran upah (ujrah/fee); c. bahwa kebutuhan akan ijarah kini dapat dilayani oleh lembaga keuangan syari ah (LKS) melalui akad pembiayaan ijarah; d. bahwa agar akad tersebut sesuai dengan ajaran Islam, DSN memandang perlu menetapkan fatwa tentang akad ijarah untuk dijadikan pedoman oleh LKS.
Mengingat : 1. Firman Allah QS. al-zukhruf [43]: 32: أ ق غ س د ج س ب ل ذ ق غ ب ب ع ش خ ف اى ذ بة اىذ ب س ف ع ب ب ع ع ف ق ب ع ط د س ج بث ى خهخ ز ب ع ع ب ع ع ب ع خ ش ب س د ج س ب ل خ ش ه ب ج ع. "Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar seba-gian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan." 2. Firman Allah QS. al-baqarah [2]: 233:... إ أ س د ح أ ح غ خ ش ظ ع ا أ ال د م ف ال ج بح ع ي ن إ ر ا ع يه خ بآح خ ب بى ع ش ف احهق ا هللا اع ي ا أ ه هللا ب بح ع ي ب ص ش. " Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kepada Allah; dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." 3. Firman Allah QS. al-qashash [28]: 26: ق بى ج إ د ذ ا ب آأ ب ج اع خ ؤ ج ش إ ه خ ش اع خ ؤ ج ش ث اى ق ا أل. "Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, "Hai
ayahku! Ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya."" 4. Hadis riwayat Ibn Majah dari Ibnu Umar, bahwa Nabi bersabda: أ ع ط ا ا أل ج ش أ ج ش ق ب و أ ج هف ع ش ق. "Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering." 5. Hadis riwayat 'Abd ar-razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa'id al-khudri, Nabi s.a.w. bersabda: اع خ ؤ ج ش أ ج ش ا ف ي ع ي أ ج ش. "Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya." 6. Hadis riwayat Abu Daud dari Sa`d Ibn Abi Waqqash, ia berkata: م هب ن ش ا أل س ض ب ب ع ي اى هغ اق اى هضس ع بع ع ذ ب بى بء ب ف ب ب س ع ه هللا ص يه هللا ع ي آى ع يه ع ر ى ل أ ش ب أ ن ش ب ب ز ب أ ف هعت. "Kami pernah menyewankan tanah dengan (bayaran) hasil pertaniannya; maka, Rasulullah melarang kami melakukan hal tersebut dan memerintahkan agar kami menyewakannya dengan emas atau perak."
7. Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari 'Amr bin 'Auf: ا ىص ي خ ج بئ ض ب اى غ ي إ اله ص ي ذ ب د هش د ال ال أ أ د هو د ش ا ب اى غ ي ع ي ش ش غ إ اله ش ش غ ب د هش د ال ال أ أ د هو د ش ا ب. "Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram." 8. Ijma ulama tentang kebolehan melakukan akad sewa menyewa. 9. Kaidah fiqh: ا أل ص و ف اى ع ب ال ث ا إل ب بد ت إ اله أ ذ ه د ى و ع ي ح ذ ش ب. Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya. د س ء اى ف بع ذ ق هذ ع ي ج ي ب اى ص بى خ "Menghindarkan mafsadat (kerusakan, bahaya) harus didahulukan atas mendatangkan kemaslahatan." Memperhatikan : Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syari'ah Nasional pada hari Kamis, tanggal 8 Muharram 1421 H./13 April 2000. MEMUTUSKAN
Menetapkan Pertama Kedua :FATWA TENTANG PEMBIAYAAN IJARAH :Rukun dan Syarat Ijarah: 1. Sighat Ijarah, yaitu ijab dan qabul berupa pernyataan dari kedua belah pihak yang berakad (berkontrak), baik secara verbal atau dalam bentuk lain. 2. Pihak-pihak yang berakad: terdiri atas pemberi sewa/pemberi jasa dan penyewa/pengguna jasa. 3. Obyek akad ijarah adalah : a. manfaat barang dan sewa; atau b. manfaat jasa dan upah. :Ketentuan Obyek Ijarah: 1. Obyek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan/atau jasa. 2. Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak. 3. Manfaat barang atau jasa harus yang bersifat dibolehkan (tidak diharamkan). 4. Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan syari'ah. 5. Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan jahalah(ketidaktahuan) yang akan mengakibatkan sengketa. 6. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka waktunya. Bisa juga dikenali dengan
spesifikasi atau identifikasi fisik. 7. Sewa atau upah adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah kepada LKS sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapat dijadikan harga dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa atau upah dalam Ijarah. 8. Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang sama dengan obyek kontrak. 9. Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa atau upah dapat diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak. Ketiga :Kewajiban LKS dan Nasabah dalam Pembiayaan Ijarah 1. Kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat barang atau jasa: a. Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan b. Menanggung biaya pemeliharaan barang. c. Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan. 2. Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau jasa: a. Membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan barang serta menggunakannya sesuai kontrak. b. Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan (tidak materiil). c. Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari penggunaan yang dibolehkan, juga
bukan karena kelalaian pihak penerima manfaat dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawab atas kerusakan tersebut. Keempat :Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari'ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. Ditetapkan di : Jakarta Tanggal : 08 Muharram 1421 H 13 April 2000 M DEWAN SYARI'AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA Ketua Sekretaris Prof. K.H. Ali Yafie Drs. H. A Nazri Adlani
LAMPIRAN 2 FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NOMOR 44/DSN-MUI/VIII/2004 TENTANG PEMBIAYAAN MULTIJASA Dewan Syari ah Nasional setelah ب غ ٱ ه لل ٱى هشد ٱى هشد Menimbang Mengingat : a. bahwa salah satu bentuk pelayanan jasa keuangan yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah pembiayaan multi jasa, yaitu pembiayaan yang diberikan oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) kepada nasabah dalam memperoleh manfaat atas suatu jasa; b. bahwa LKS perlu merespon kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan jasa tersebut; c. bahwa agar pelaksanaan transaksi tersebut sesuai dengan prinsip syariah, Dewan Syariah Nasional MUI memandang perlu menetapkan fatwa tentang pembiayaan multijasa untuk dijadikan pedoman. : 1. Firman Allah SWT, antara lain: a. QS. al-baqarah [2]: 233:... إ أ س د ح أ ح غ خ ش ظ ع ا أ ال د م ف ال ج بح ع ي ن إ ر ا ع يه خ بآح خ ب بى ع ش ف احهق ا هللا اع ي ا أ ه هللا ب بح ع ي ب ص ش. " Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kepada Allah; dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." b. QS. al-qashash [28]: 26: ق بى ج إ د ذ ا ب آأ ب ج اع خ ؤ ج ش إ ه خ ش اع خ ؤ ج ش ث اى ق ا أل. "Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, "Hai
ayahku! Ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya."" c. QS. Yusuf [12]: 72: ق بى ا ف ق ذ ص اع اى ي ل ى ج بء ب د و ب ع ش أ ب ب ص ع. "Penyeru-penyeru itu berseru, "Kami kehilangan piala Raja; dan barang siapa yang dapat mengembalikannya, akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya."" d. QS. al-ma'idah [5]: 2: ح ع ب ا ع ي اى ب ش اىخهق ال ح ع ب ا ع ي ا إل ث اى ع ذ ا. "Dan tolong-menolonglah dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan janganlah tolong-menolong dalam (mengerjakan) dosa dan pelanggaran." e. QS. al-maidah [5]:1: ب أ ب اىهز آ ا أ ف ا ب بى ع ق د "Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu " f. QS. al-isra' [17]: 34: أ ف ا ب بى ع ذ إ ه اى ع ذ م ب غ ئ ال. " Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggunganjawabannya." 2. Hadis-hadis Nabi SAW, antara lain: a. Hadis riwayat Ibn Majah dari Ibnu Umar, bahwa Nabi bersabda: أ ع ط ا ا أل ج ش أ ج ش ق ب و أ ج هف ع ش ق. "Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering." b. Hadis riwayat 'Abd ar-razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa'id al- Khudri, Nabi SAW bersabda: اع خ ؤ ج ش أ ج ش ا ف ي ع ي أ ج ش. "Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah
upahnya." c. Hadis riwayat Abu Daud dari Sa`d Ibn Abi Waqqash, ia berkata: م هب ن ش ا أل س ض ب ب ع ي اى هغ اق اى هضس ع بع ع ذ ب بى بء ب ف ب ب س ع ه هللا ص يه هللا ع ي آى ع يه ع ر ى ل أ ش ب أ ن ش ب ب ز ب أ ف هعت. "Kami pernah menyewankan tanah dengan (bayaran) hasil pertaniannya; maka, Rasulullah melarang kami melakukan hal tersebut dan memerintahkan agar kami menyewakannya dengan emas atau perak." d. Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari 'Amr bin 'Auf al-muzani: اىص ي خ ج بئ ض ب اى غ ي إ اله ص ي ذ ب د هش د ال ال أ أ د هو د ش ا ب اى غ ي ع ي ش ش غ إ اله ش ش غ ب د هش د ال ال أ أ د هو د ش ا ب. "Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram." e. Hadis Nabi riwayat Bukhari: ع عي ت ب األم ع أ ه اى هب ه ص يه هللا ع ي آى ع يه أ ح ب ج بص ة ى ص ي ع ي ب ف ق به : و ع ي د ق بى ا: ال ف ص يه ع ي ث ه أ ح ب ج بص ة أ خ ش ف ق به : و ع ي د ق بى ا: ع ق به : ص ي ا ع ي ص بد ب ن ق به أ ب ق خ بد ة : ع ي ه د بس ع ه هللا ف ص يه ع ي. "Telah dihadapkan kepada Rasulullah SAW jenazah seorang laki-laki untuk disalatkan. Rasulullah saw bertanya, 'Apakah ia mem-punyai utang?' Sahabat menjawab, 'Tidak'. Maka, beliau men-salatkannya. Kemudian dihadapkan lagi jenazah lain, Rasulullah pun bertanya, 'Apakah ia mempunyai utang?' Sahabat menjawab, 'Ya'. Rasulullah berkata, 'Salatkanlah temanmu itu' (beliau sendiri tidak mau mensalatkannya). Lalu Abu Qatadah berkata, 'Saya menjamin utangnya, ya Rasulullah'. Maka Rasulullah pun menshalatkan jenazah tersebut." (HR. Bukhari dari Salamah bin Akwa').
f. Hadits Nabi riwayat Imam Ibnu Majah, al-daraquthni, dan yang lain, dari Abu Sa'id al-khudri, Nabi SAW bersabda: ال ظ ش س ال ظ ش اس. "Tidak boleh membahayakan (merugikan) diri sendiri maupun orang lain." g. Hadits Nabi riwayat Abu Daud, Tirmizi dan Ibn Hibban: ع أ ب أ ب ت اى ب ب ي ع أ ظ ب بى ل ع ب ذ هللا ب ع بهبط ق به س ع ه هللا ص يه هللا ع ي آى ع يه : ا ى هضع غ بس. "Za'im (penjamin) adalah gharim (orang yang menanggung)." h. Hadis Nabi riwayat Muslim: هللا ف ع اى ع ب ذ بم ب اى ع ب ذ ف ع أ خ. "Allah menolong hamba selama hamba menolong saudaranya." 3. Kaidah Fiqh, antara lain: األ ص و ف اى ع ب ال ث ا إل ب بد ت إ اله أ ذ هه د ى و ع ي ح ذ ش ب. "Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya." "Bahaya (beban berat) harus dihilangkan." اى هعش س ض اه "Kesulitan dapat menarik kemudahan" اى ش قهت ح ج ي ب اىخه غ ش. اىثهبب ج ب بى ع ش ف م بىثهبب ج ب بى هشش ع. "Sesuatu yang berlaku berdasarkan adat kebiasaan sama dengan sesuatu yang berlaku berdasarkan syara' (selama tidak bertentangan dengan syari'at)." Memperhatikan : 1. Pendapat para ulama, antara lain:: a. KitabI anah al-thalibin,jilid III/77-78: )ال ب ب ع ج ب م ذ ق ش ض ( ع ق ع... رى ل م ؤ ق به : أ ق ش ض ز ا بئ ت أ ب ظ ب ب ف ال ص خ
ظ ب أل ه غ ش ث بب ج. ق ذ ح ق هذ ى ي هشبس ح ف ف ص و اى ق ش ض ر م ش ز اى غ ؤ ى ت أ ه ن ظ ب ب ف ب. ع ب بس ح بك : ى ق به : أ ق ش ض ز ا بئ ت... أ ب ى ب ظ ب ف ؤ ق ش ظ اى بئ ت أ ب ع ع ب م ب ظ ب ب ع ي ا أل ج. ف ن ب ب ع ذ ص هذت اى هع ب بف ب ى ب هش ع أ ه ا أل ج اى هع ب. "(Tidak sah akad penjaminan [dhaman] terhadap sesuatu yang akan menjadi kewajiban seperti utang dari akad qardh) yang akan dilakukan. Misalnya ia berkata: 'Berilah orang ini utang sebanyak seratus dan aku menjaminnya.' Penjaminan tersebut tidak sah, karena utang orang itu belum fix. Dalam pasal tentang Qardh, pensyarah telah menuturkan masalah ini --penjaminan terhadap suatu kewajiban (utang) yang belum fixed-- dan menyatakan bahwa ia sah menjadi penjamin. Redaksi dalam fasal tersebut adalah sebagai berikut: 'Seandainya seseorang berkata, Berilah orang ini utang sebanyak seratus dan aku menjaminnya. Kemudian orang yang diajak bicara memberikan utang kepada orang dimaksud sebanyak seratus atau sebagiannya, maka orang tersebut menjadi penjamin menurut pendapat yang paling kuat (awjah).' Dengan demikian, pernyataan pensyarah di sini (dalam pasal tentang dhaman) yang menyatakan dhaman (terhadap sesuatu yang akan menjadi kewajiban) itu tidak sah bertentangan dengan pernyataannya sendiri dalam pasal tentang qardh di atas yang menegaskan bahwa hal tersebut adalah (sah sebagai) dhaman." b. KitabMughni al-muhtajj, jilid II: 201-202: ) ش خ ش غ ف اى ع ( اى هذ )م ( د ق ب )ث بب خ ب( د به اى ع ق ذ ف ال ص خ ظ ب ب ى ج ب اى ذ بج ت ق ذ ح ذ ع إ ى. ) ص هذخ اى ق ذ ظ ب ب ع ج ب ) م ث ب ع ب ع أ ب ع ق ش ظ أل ه (Hal yang dijamin) yaitu utang disyaratkan harus berupa hak yang bersifat fixed pada saat akad. Oleh karena itu, tidak sah menjamin utang yang belum menjadi kewajiban (Qaul qadim --Imam al-syafi'i-- menyatakan sah pen-jaminan terhadap utang yang akan menjadi kewajiban), seperti harga barang yang akan dijual atau sesuatu yang akan diutangkan. Hal itu karena hajat -- kebutuhan orang-- terkadang mendorong adanya
penjaminan tersebut." c. Kitabal-Muhadzdzab, juz I Kitab al-ijarah hal. 394: ج ص ع ق ذ ا إل ج بس ة ع ي اى بف ع اى ب بد ت... أل ه اى ذ بج ت إ ى اى بف ع م بى ذ بج ت إ ى ا ألع ب ف ي ه ب ج بص ع ق ذ اى ب ع ع ي ا ألع ب ج ب أ ج ص ع ق ذ ا إل ج بس ة ع ي اى بف ع. "Boleh melakukan akad ijarah (sewa menyewa) atas manfaat yang dibolehkan karena keperluan terhadap manfaat sama dengan keperluan terhadap benda. Oleh karena akad jual beli atas benda dibolehkan, maka sudah seharusnya boleh pula akad ijarah atas manfaat." 2. Substansi Fatwa DSN No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah. 3. Substansi Fatwa DSN No. 11/DSN-MUI/IV/2000 tentang Kafalah. 4. Hasil Rapat Pleno DSN-MUI, hari Rabu, 24 Jumadil Akhir 1325 H/11 Agustus 2004. 5. Surat Permohonan Fatwa DSN tentang Pembiayaan Multi Jasa dari Bank Rakyat Indonesia tanggal 28 April 2004. Dengan memohon taufiq dan ridho Allah SWT MEMUTUSKAN Menetapkan Pertama :FATWA TENTAG PEMBIAYAAN MULTIJASA :Ketentuan Umum 1. Pembiayaan Multijasa hukumnya boleh (ja`iz) dengan menggunakan akad Ijarah atau Kafalah. 2. Dalam hal LKS menggunakan akad ijarah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam Fatwa Ijarah. 3. Dalam hal LKS menggunakan akad Kafalah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam Fatwa Kafalah. 4. Dalam kedua pembiayaan multijasa tersebut, LKS dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah) atau fee. 5. Besar ujrah atau fee harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk
nominal bukan dalam bentuk prosentase. Kedua Ketiga :Penyelesaian Perselisihan Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiaannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. :Ketentuan Penutup Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan, jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di Tanggal : Jakarta : 24 Jumadil Akhir 1425 H 11 Agustus 2004 M DEWAN SYARI'AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA Ketua K.H. MA Sahal Mahfudh
Sekretaris Prof.Dr.H.M.Syamsuddin
LAMPIRAN 3 PEDOMAN WAWANCARA Kepala Bagian Pembiayaan : Bapak Sulistiyono, Amd 1. Apa itu produk pembiayaan multijasa? 2. Kapan pembiayaan multijasa dikeluarkan di BMT al-fath? 3. Apa latar belakang dikeluarkannya pembiayaan multijasa? 4. Bagaimana pelaksanaan akad ijarah multijasa di BMT al-fath? 5. Berapa jumlah mitra pembiayaan ijarah multijasa di BMT al-fath? 6. Bagaimana perkembangan pambiayaan iijarah multijasa pada awal peluncurannya sampai saat ini? 7. Apa kendala yang dihadapi ketika meluncurkan dan menerapkan pembiayaan multijasa dengan memakai akad ijarah? 8. Berdasarkan kriteria seperti apa pembiayaan multijasa yang dapat diberikan kepada nasabah? 9. Bagaimana prosedur bagi nasabah yang ingin mendapatkan pembiayaan multijasa? 10. Dalam pembiayaan mutijasa dengan akad ijarah, apakah BMT langsung membeli barang kepada supplier atau mewakilkannya kepada anggota? 11. Ketika mewakilkan pembayaran kepada anggota. bagaimana pelaksanaannya? Akad apa yang disertakan? 12. Bagaimana cara pembayaran atau pelunasan nasabah yang mengambil pembiayaan ijarah multijasa? 13. Bagaimana prosentase produk ijarah pada pembiayaan multijasa dibandingkan dengan pembiayaan-pembiayaan yang lain? 14. Apakah pembiayaan ijarah multijasa memberikan pengaruh terhadap pendapatan BMT al- Fath? 15. Apakah sejauh ini ada kasus pembiayaan multijasa yang bermasalah? Jika ada bagaimana cara penyelesaiannya? Administrasi Pembiayaan : Lea Munjaeni 1. Produk apa saja yang dikeluarkan dan dijalankan oleh BMT al-fath? 2. Apa itu produk pembiayaan multijasa?
3. Bagaimana aplikasi pembiayaan multijasa di BMT al-fath? 4. Untuk hal apa saja pembiayaan multijasa dilakukan? 5. Berapa jumlah nasabah pembiayaan ijarah multijasa di BMT al-fath? 6. Apa saja syarat-syarat untuk mengajukan pembiayaan multijasa di BMT al-fath? 7. Bagaimana prosedur pembiayaan ijarah multijasa di BMT Al-Fath? 8. Dalam pembiayaan multijasa dengan akad ijarah, apakah BMT langsung membeli barang kepada supplier atau mewakilkannya kepada anggota? 9. Ketika mewakilkan pembayaran kepada anggota, bagaimana pelaksanaannya? Akad apa yang disertakan? 10. Adakah surat kuasa dari BMT kepada anggota untuk pembayaran kepada pihak instansi? 11. Berdasarkan kriteria seperti apa pembiayaan multijasa yang dapat diberikan kepada nasabah? 12. Dalam pengambilan keuntungan pembiayaan ijarah multijasa, BMT al-fath menetapkan prosentase atau nominal? 13. Bagaimana perkembangan pembiayaan ijarah multijasa pada awal peluncurannya sampai sekarang? 14. Apakah pembiayaan ijarah multijasa memberikan pengaruh terhadap pendapatan BMT al- Fath? 15. Aapa kendala yang dihadapi BMT ketika menerapkan pembiayaan ijarah multijasa? Bagian Operasional : Bapak Humaidi, SE 1. Kapan BMT Al-Fath mengeluarkan produk pembiayaan ijarah multijasa? 2. Apa latar belakang dikeluarkannya produk pembiayaan ijarah multijasa? 3. Digunakan untuk apa saja pembiayaan ijarah multijasa? 4. Sumber dana pembiayaan ijarah multijasa berasal dari mana? 5. Bagaimana penetuan ujrah dalam pembiayaan ijarah multijasa? 6. Akad apa saja yang digaunakan dalam pembiayaan ijarah multijasa? 7. Bagaimana perkembangan pembiayaan ijarah multjasa dari awal peluncurannya sampai sekarang? 8. Apa kendala yang dihadapi BMT ketika menerapkan pembiayaan ijarah multijasa?
9. Apakah sejauh ini ada kasus pembiayaan ijarah multijasa yang bermasalah? Jika ada bagaimana cara penyelesaiannya? 10. Jika ada nasabah yang tidajk kuat bayar, sanksi apa yang diberikan oleh BMT? 11. Berapa batas miniman dan maksimal plafon pembiayaan ijarah multijasa?
LAMPIRAN 4
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS A. Identitas Diri Nama : Nurul Azizah Fakultas/Jurusan : Ekonomi dan Bisnis Islam/Ekonomi Islam Tempat, Tanggal Lahir : Pati, 13 Desember 1994 Alamat Asal : Rt.01 Rw.02 Desa Kedungbang, Kec.Tayu, Kab.Pati Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Status : Belum menikah Email : putritunggal1312@gmail.com B. Riwayat Pendidikan : 1. MI Mabdaul Huda, Kec. Tayu, Kab. Pati, lulus tahun 2006 2. MTs Mftahul Huda, Kec. Tayu, Kab. Pati, lulus tahun 2009. 3. MA Miftahul Huda, Kec. Tayu, Kab. Pati, lulus tahun 2012. 4. UIN Walisongo Semarang Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, lulus tahun 2016. Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya dan untuk dapat dipergunakan semestinya. Semarang, 21 November 2016 Nurul Azizah