TINGKAT RISIKO PENGUSAHA KENA PAJAK

dokumen-dokumen yang mirip
PETUNJUK PENGISIAN SURAT KONFIRMASI (Lampiran 1)

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG

SKEMA KEMUNGKINAN PENGEMBALIAN PAJAK

PT SULUH PRIMA TARGET. Resume Peraturan Pajak

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG

Hasudungan Hutasoit, SE, M.Ak FEB UTA45 Jakarta

Nomor :... 1)... 2) Lampiran :... 3) Hal : Permohonan Penetapan Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah. Wakil Kuasa dari Wajib Pajak :

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP

SE - 132/PJ/2010 LANGKAH-LANGKAH PENANGANAN ATAS PENERBITAN DAN PENGGUNAAN FAKTUR PAJAK TIDAK SAH

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/

Page : 1

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

SE-06/PJ.7/2006 KEBIJAKAN PEMERIKSAAN ATAS SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI LEBIH BA

Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 3) Di.. 4)

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

PERPAJAKAN II. PENGISIAN e-spt PPN Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

NOTA PEMINDAHAN SPT MASA PPN DARI KELOMPOK A KE KELOMPOK B NOMOR : Nomor : Lampiran : Kepada Yth. Sek. Kas Penagihan dan Verifikasi Ka. UPP *) di-...

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 50/PJ./2009

DATA INDUK PERUSAHAAN UNTUK PENGAJUAN PERMOHONAN KEPADA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

SE-06/PJ.7/2006 KEBIJAKAN PEMERIKSAAN ATAS SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI LEBIH BA

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH PPN dan PPnBM

Tata Cara Penyampaian Permohonan Penetapan Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah Tata Cara Penetapan Sebagai Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Pajak Pertambahan Nilai. yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK. 11 April 2005 SURAT DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR S - 246/PJ.

DAFTAR BLANKO/FORMULIR YANG DIGUNAKAN DALAM PELAKSANAAN PSL PPN & PPn BM

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI

BAB III PEMBAHASAN TENTANG MEKANISME PENGAJUAN RESTITUSI ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

Pemeriksaan. Tata cara pemeriksaan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 31 UU KUP)

Tata Cara Pelaksanaan Tindak Lanjut Surat Pemberitahuan Piutang Pajak dalam Rangka Impor

BAB I PENDAHULUAN. 35 tahun di bidang perpajakan seperti penghitungan, pemeriksaan dan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG

MENTERI KEUANGAN. Lampiran I Keputusan Menteri Keuangan III Nomor : 855/KMK.01/1993 Tanggal : 23 Oktober 1993 FORMULIR EPTE 1

SE - 98/PJ/2010 PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-44/PJ/2010 TENTANG BENTUK, I

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44/PJ/2008 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SPT MASA PPN 1108

PROSEDUR PEMERIKSAAN PPN DAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-...(1)...

Faktur Pajak. Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. Saat Faktur Pajak Harus Dibuat. Faktur Pajak Gabungan

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA

I. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 39/PMK.03/2018

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK...

Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-44/PJ/2010 Tanggal 6 Oktober 2010

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG

2018, No Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-205/ BC / 2003

CONTOH SOAL & PENGISIAN SPT MASA PPN 1111

TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN

Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44 /PJ/2008 TENTANG

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak. (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran

Tata Cara Pelaksanaan Tindak Lanjut Surat Pemberitahuan Piutang Pajak dalam Rangka Impor

LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-5/PJ/2011 TENTANG : TATA CARA PENGAJUAN DAN PENELITIAN ATAS PERMOHONAN

BENTUK DAN ISI NOTA PENGHITUNGAN II Nota Penghitungan (nothit) PPN atas: F Folio 2 Lembar

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Ekspor. Kegiatan.

MAKALAH : MANAJEMEN PAJAK ATAS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) Disusun oleh:

BAB II LANDASAN TEORI. dikemukakan para ahli sebagai berikut: a. Prof. Dr. Rochmat Soemitro SH (2002:1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 65/PMK.03/2010 TENTANG

AUDIT PLAN dan AUDIT SCOPE YANG MELEGAKAN PEMERIKSA (Oleh: Johannes Aritonang)

KEP-754/PJ./2001TATA CARA PELAKSANAAN KONFIRMASI FAKTUR PAJAK DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI PERPA

BAB II LANDASAN TEORI. yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri. Soemitro dalam bukunya Dasardasar

4. Faktur Pajak yang dibatalkan harus tetap diadministrasi (disimpan) oleh Pengusaha Kena Pajak Penjual yang menerbitkan Faktur Pajak tersebut.

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-60826/PP/M.IIIB/99/2015. Tahun Pajak : 2011

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

Mengenal Lebih Dekat Pajak Pertambahan Nilai

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Pertemuan 2 FAKTUR PAJAK. Faktur Pajak

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DAFTAR BENTUK SPT MASA PPN 1111


Y. PEMBERITAHUAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh WP ORANG PRIBADI FORMULIR TAHUN PAJAK

Perpajakan 2 PPN & PPnBM

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

Hukum Pajak. Kewajiban Perpajakan (Pertemuan #9) Semester Genap

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.03/2012 TENTANG TATA CARA VERIFIKASI

Transkripsi:

Lampiran 1 TINGKAT RISIKO PENGUSAHA KENA PAJAK Tingkat Risiko Pengusaha Kena Pajak ditentukan sebagai berikut : 1. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan tertentu a. Pengusaha Kena Pajak yang berisiko rendah, yakni : 1) Produsen; 2) Perusahaan Terbuka; 3) Perusahaan yang pemegang saham mayoritasnya adalah Pemerintah Pusat atau Daerah. b. Pengusaha Kena Pajak yang berisiko menengah, yakni Pengusaha Kena Pajak selain sebagaimana dimaksud pada huruf a. c. Pengusaha Kena Pajak yang berisiko tinggi, yakni: 1) Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf a atau b yang memenuhi minimal 5 (lima) kriteria risiko kualitatif sebagaimana terdapat pada Lampiran 2; dan/atau 2) Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf a atau b yang memenuhi skor risiko tinggi berdasarkan analisis risiko kuantitatif sebagaimana terdapat pada Lampiran 3. 2. Pengusaha Kena Pajak selain yang melakukan kegiatan tertentu a. Pengusaha Kena Pajak yang berisiko rendah, yakni: 1) Perusahaan Terbuka; 2) Perusahaan yang pemegang saham mayoritasnya adalah Pemerintah Pusat atau Daerah; 3) Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar yang diaudit oleh Akuntan Publik dengan berpendapat wajar tanpa pengecualian. b. Pengusaha Kena Pajak yang berisiko menengah, yakni: 1) Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf a; 2) Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf a yang memenuhi skor risiko menengah berdasarkan analisis risiko kuantitatif sebagaimana terdapat pada Lampiran 3. c. Pengusaha Kena Pajak yang berisiko tinggi, yakni: 1) Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf a atau b yang memenuhi minimal 5 (lima) kriteria yang tercantum pada Lampiran 2; dan/atau 2) Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf a atau b yang memenuhi skor risiko tinggi berdasarkan analisis risiko kuantitatif sebagaimana terdapat pada Lampiran 3.

Lampiran 2 ANALISIS RISIKO KUALITATIF 1. Pengusaha Kena Pajak (PKP) sering pindah alamat atau sering mengajukan permohonan pindah alamat atau tempat kedudukan atau permohonan pindah lokasi tempat terdaftar (Kantor Pelayanan Pajak). 2. Alamat PKP tidak jelas atau tidak sesuai dengan pengukuhan atau sering pindah. 3. PKP yang alamatnya tidak ditemukan, begitu pula alamat pengurusnya. 4. Satu alamat PKP digunakan secara bersama-sama oleh lebih dari satu PKP. 5. Kegiatan PKP tidak ada atau tidak sesuai dengan pengukuhan. 6. PKP yang non efektif (NE) atau PKP yang melaporkan SPT Masa PPN Nihil, kemudian melaporkan atau melakukan pembetulan SPT Masa yang jumlah penyerahannya meningkat cepat dan signifikan. 7. PKP-PKP yang pengurus dan komisarisnya terdiri dari orang yang sama. 8. PKP-PKP yang Akta Pendirian badan hukumnya disahkan oleh Notaris yang sama dan pendiriannya pada waktu yang bersamaan atau berdekatan, demikian juga dengan Nomor Akta. 9. PKP yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan melakukan penyerahan Barang Kena Pajak yang sangat beragam sehingga tidak diketahui dengan pasti core business Wajib Pajak tersebut. 10. PKP yang tidak menyampaikan SPT Tahunan PPh WP Badan atau WP Orang Pribadi dan atau PPh Pasal 21. 11. Elemen data SPT beserta lampirannya tidak dapat direkam karena Wajib Pajak tersebut tidak terdaftar sebagai PKP pada Master File Lokal. 12. Hasil konfirmasi PEB dan atau PIB di intranet DJP menunjukkan tidak sesuai dengan nilai ekpor dan/atau impor yang dilaporkan pada SPT Masa PPN Lebih Bayar yang dimintakan restitusi. 13. Hasil konfirmasi Faktur Pajak di program PK-PM pada intranet DJP menunjukkan data bahwa PM tidak sama dengan PK lawan transaksi. 14. PKP melaporkan adanya pajak masukan dari PKP yang menerbitkan Faktur Pajak bermasalah sebagaimana tercantum pada SE-27/PJ.52/2002 dan perubahannya. 15. PKP yang melaporkan jumlah penyerahan yang tidak sebanding dengan jumlah modal atau jumlah harta perusahaan. 16. PKP yang melakukan rekayasa pembukuan. 17. PKP yang jumlah penyerahannya besar, namun PPh Pasal 21 nya kecil. 18. PKP yang SPT Masa PPN-nya Lebih Bayar dan dikompensasi terus menerus, dan begitu dilakukan pemeriksaan tidak ditemukan adanya persediaan. 19. PKP tidak menyerahkan sebagian atau seluruhnya bukti-bukti atau dokumen yang diminta oleh Pemeriksa pada saat pemeriksaan, dalam jangka waktu yang ditentukan. 20. PKP yang melaporkan ekspor fiktif atau penjualan lokal sebagai penjualan ekspor. 21. PKP yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) ke bukan Kawasan Berikat yang dilaporkan dengan menggunakan Formulir BC 4.0 (Pemberitahuan Pemasukan Barang Asal Daerah Pabean ke Kawasan Berikat). 22. PKP yang mengkreditkan Pajak Masukan yang tidak ada atau tidak sesuai dengan dokumen pendukung perolehan barang dan atau pembayarannya. 23. PKP yang mengkreditkan Pajak Masukan yang masa pajaknya tidak sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (9) UU PPN dan dilakukan secara berulang-ulang.

Lampiran 3 ANALISIS RISIKO KUANTITATIF A. ANALISIS RISIKO PROFIL UMUM (ARPU) 1. Bentuk usaha Wajib Pajak Orang Pribadi Badan 2. Bentuk Permodalan Wajib Pajak Terbuka BUMN/BUMD PMA PMDN/Swasta Lainnya 3. Wajib Pajak telah beroperasi selama : < 1 Tahun 1-3 Tahun 4-7 Tahun > 7 Tahun 4. Sektor usaha Wajib Pajak Perdagangan Pabrikan Pertambangan Lainnya, 5. Wajib Pajak telah menjadi PKP selama: < 1 Tahun 1-3 Tahun 4-7 Tahun > 7 Tahun 6. Laporan Keuangan Wajib Pajak diaudit akuntan publik Tidak Ya, Nama KAP : 7. Jika Ya, pendapat akuntan publik: WTP WDP Tidak Wajar Tidak Ada Pendapat 8. Produk Wajib Pajak dipasarkan secara: Lokal Ekspor Lokal dan Ekspor 9. Wajib Pajak melakukan pembelian secara: Lokal Impor Lokal dan Impor 10. Pada tahun pajak sebelumnya, Wajib Pajak mengajukan restitusi sebanyak: 1-3 kali 4-6 kali 7-9 kali 10-12 kali 11. Pada tahun pajak sebelumnya, Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan PPh : tidak Ya, tanggal : Total Peredaran Usaha : 12. Persentase koreksi PPN terutang hasil pemeriksaan sebelumnya: < 10% 10% - 25% 26% - 50% > 50% B. ANALISIS RISIKO OPERASI (ARO) 13. Wajib Pajak mempunyai gudang sendiri: Tidak Ya, alamat : atas nama : Jika tidak, cek dokumen sewa gudang 14. Wajib Pajak mempunyai armada angkutan sendiri

Tidak Ya, sebutkan jenis dan jumlah unitnya Jika tidak, cek dokumen sewa angkutan C. ANALISIS RISIKO DOKUMEN (ARDo) Khusus untuk Wajib Pajak yang melakukan transaksi ekspor, Wajib Pajak memiliki dokumen ekspor (untuk setiap transaksi ekspor) sebagai berikut : 1. Dokumen PackingList Ya Tidak, 2. Dokumen Sewa Alat Angkut Ya Tidak, 3. Surat Jalan Ya Tidak, 4. Tagihan Biaya Penumpukan Ya Tidak, 5. Instruksi Pengiriman Ya Tidak, 6. PEB Ya Tidak, 7. Persetujuan Ekspor Ya Tidak, 8. Surat Persetujuan Muat dari PT. Pelindo Ya Tidak, 9. Master B/L Ya Tidak, 10. Nota Tagih PT. Pelindo Ya Tidak, D. PERHITUNGAN SKOR RISIKO KUANTITATIF Total Skor Risiko dihitung dengan cara menjumlahkan semua skor dari masing-masing item risiko pada Analisis Risiko Profil Umum, Analisis Risiko Operasi dan Analisis Risiko Dokumen, sesuai dengan Panduan Pengisian Skor Risiko. Total Risiko PKP eksportir - Risiko Tinggi > 4.300 - Risiko Menengah : 2.900 s.d. 4.300 - Risiko Rendah : < 2.900 Total Risiko PKP selain eksportir - Risiko Tinggi > 2.600 - Risiko Menengah : 1.600 s.d. 2.400 - Risiko Rendah : < 1.600

PANDUAN PENGISIAN SKOR RISIKO KUANTITATIF (Lampiran 3) A. ANALISIS RISIKO PROFIL UMUM (ARPU) 1. Orang Pribadi = 250; Badan = 100 2. Terbuka=100; BUMN/BUMD=150; PMA=200; PMDN/Swasta Lainnya=250 3. < 1 Tahun=250; 1 s.d. 3 Tahun=200 4 s.d. 7 Tahun=125; > 7 Tahun=100 4. Perdagangan=250; Pabrikan=100; Pertambangan=150; Lainnya =175 5. < 1 Tahun=250; 1 s.d. 3 Tahun=200; 4 s.d. 7 Tahun=125; > 7 Tahun = 100 6. Tidak=250; Ya = 100 7. Wajar Tanpa Wajar Dengan Pengecualian Tidak Tidak Pengecualian(WTP)=100; (WdP)=125; Wajar=175; Pendapat=250 8. Lokal=100; Ekspor=250; Lokal dan Ekspor=175 9. Lokal=100; Impor=250; Lokal dan Impor=175 10. 1-3 kali=100; 4-6 kali=125; 7-9 kali=175; 10-12 kali=250 11. Tidak=250; Ya = 100 12. < 10%=100; 10% - 25%=125; 26% - 50%=175; > 50%=250 B. ANALISIS RISIKO OPERASI (ARO) 1. Tidak=250; Ya = 100 2. Tidak=250; Ya = 100 C. ANALISIS RISIKO DOKUMEN (ARDo) 1. Untuk setiap jawaban Tidak diberi skor 250 2. Untuk setiap jawaban Ya diberi skor 100 Ada

Lampiran 4 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK (1) Nomor : (2) (3) Sifat : Segera Hal : Pemberitahuan Perubahan Tingkat Risiko Pengusaha Kena Pajak Yth. Sehubungan dengan pemeriksaan pajak terhadap : Nama : (5) NPWP : (6) Masa Pajak : (7) Alamat : (8) dengan ini diberitahukan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan atas Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Lebih Bayar untuk masa pajak sebagaimana dimaksud diatas diketahui terjadi perubahan tingkat risiko Pengusaha Kena Pajak tersebut dari sebelumnya berisiko (9) menjadi berisiko (10). Perubahan tingkat risiko sebagaimana dimaksud diatas akan berdampak pada ruang lingkup pemeriksaan berikutnya atau ruang lingkup dan jangka waktu penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan pembayaran PPN, atau PPN dan PPnBM pemeriksaan berikutnya. Demikian surat ini disampaikan untuk menjadi perhatian. Kepala Kantor (11) NIP

PETUNJUK PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN PERUBAHAN TINGKAT RISIKO PENGUSAHA KENA PAJAK (Lampiran 4) Angka 1 Angka 2 Angka 3 Angka 4 Angka 5 Angka 6 Angka 7 Angka 8 Angka 9 Angka 10 Angka 11 : Cukup jelas. : Diisi dengan nomor Surat Pemberitahuan Perubahan Tingkat Risiko Pengusaha Kena Pajak. : Cukup jelas. : Diisi dengan nama Pengusaha Kena Pajak yang diperiksa atau nama pimpinan PKP yang diperiksa. : Diisi dengan nama PKP Pajak yang diperiksa. : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang diperiksa. : Diisi dengan Tahun Pajak yang diperiksa. : Diisi dengan alamat Pengusaha Kena Pajak yang diperiksa. : Diisi dengan risiko Pengusaha Kena Pajak sebelum dilakukan pemeriksaan. : Diisi dengan risiko Pengusaha Kena Pajak setelah dilakukan pemeriksaan. : Diisi dengan nama, NIP, dan tanda tangan Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak serta cap jabatan.