The water balance in the distric X Koto Singkarak, distric Solok By: Sari Aini Dafitri* Erna Juita**Elsa** *Student at Geogrphy Departement of STKIP PGRI Sumatera Barat **Lecturer at Geography Departement of Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT The study aimed to obtain informartionon water balance in the distric X koto singkarak district solok. It is related in details the water balance is finding an average precipitation, infiltration, evaporation and runoff. This research is quantitative descriptive study was to determine the value of variable using numbers as tools and statistical analysis with the aim of testing the hypothesis that has been set. To answer the question formulated be used secondary data, secondary data is a source of reference an analysis were obtained from libraries or related instutions. In this research note that the average annual rainfall as 2033,64 mm/year. The average annual evapotranspiration in the distric of X koto Singkarak is 15,258 mm/year, while the annual average of surface runoff as 0,2455 mm/year. The average inltration annual as 1,425 mm/year. The water balance on November has the addition of 287,2 mm/month with an average annual by 139,775 mm/year. Keyword : Water balance, rainfall, evapotranspirasi, infiltrasi, and run off
PENDAHULUAN Bumi merupakan planet yang permukaannya terdiri dari 1/3 daratan dan sisanya 2/3 air. Air di bumi berada pada lapisan atmosfer yang disebut hidrosfer (hydrosphere) yang meliputi ketinggian antara 1 sampai dengan 15 km diatas permukaan tanah. Air tersebut tersimpan di laut, dalam bentuk es, sebagai air permukaan dan air di atmosfer bumi. Air di atmosfer berupa massa uap air yang merupakan fase dari siklus hidrologi,(indarto2010) Neraca air (water balance) merupakan masukan dan keluaran air di suatu tempat pada periode tertentu, sehingga dapat untuk mengetahui jumlah air tersebut kelebihan (surplus) ataupun kekurangan (defisit). Kegunaan mengetahui kondisi air pada surplus dan defisit dapat mengantisipasi bencana yang kemungkinan terjadi, serta dapat pula untuk mendayagunakan air sebaikbaiknya, M. Anang Firmansyah Makalah Teori dan Praktik Analisis Neraca AirUntuk Menunjang Tugas Penyuluh Pertanian). Neraca air merupakan penjelasan tentang hubungan antara aliran kedalam dan aliran keluar di suatu daerah untuk suatu periode tertentu dari proses sirkulasi air (Sasrodarsono, 2006). Manfaat secara umum yang dapat diperoleh dari hasil analisis neraca air, yaitu: a) Digunakan sebagai dasar pembuatan bangunan penyimpanan dan pembagi air serta saluran-salurannya. Hal ini terjadi jika hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-bulan yang defisit air. b) Sebagai dasar pembuatan saluran drainase dan teknik pengendalian banjir. Hal ini terjadi jika hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-bulan yang surplus air. c) Sebagai dasar pemanfaatan air alam untuk berbagai keperluan pertanian seperti tanaman pangan holtikultura, perkebunan, kehutanan, dan perikanan. Indarto (2010), Aliran air sangat tergantung oleh kondisi tata guna lahan di permukaan bumi. Apabila tidak ada daerah yang dapat menyerap dan daerah yang dapat menahan laju aliran maka pada waktu musim penghujan air akan mengalir langsung ke laut. Pada waktu musim kemarau karena tidak ada lagi hujan maka keberadaan air di suatu tempat tergantung dari kuantitas dan kualitas resapan dan penahan air pada waktu musim penghujan. Dengan resapan maupun penahan air yang baik dan optimal maka kebutuhan air dapat terpenuhi di musim kemarau karena masih ada air yang tertampung dan terhenti, seperti: danau, waduk, dan cekungan lainnya. pada musim kemarau debit air yang masuk semakin berkurang, untuk itu perlu diketahui cadangan air yang ada di wilayah kecamatan X Koto Singkarak Kabupaten Solok kapan terjadinya pengurangan atau penambahan cadangan air di wiliayah yang diteliti.
METODE PENELITIAN Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kuantitatif.menurut Sugiyono (2014), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik hanya pada suatu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan dan mencari hubungan dengan variabel yang lain. Sedangkan menurut Sugiyono (2014), penelitian kuantitatif adalah suatu proses penelitian yang menggunakan data angka sebagai alat dan analisis statik dengan tujuan untuk menguji hipotesis (jawaban sementara) yang telah diterapkan. Berdasarkan pengertian diatas, maka penelitian deskriptif kuantitatif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel dengan menggunakan angka sebagai alat dan analisis statistik. Untuk melaksanakan penelitian ini, maka diperlukan: 1) data curah hujan kecamatan X koto Singkarak Data curah hujan Kecamatan X Koto Singkarak selama 5 tahun 2009-2013. 2) Kecamatan X Koto Singkarak selama 5 tahun 2009-2013. 3) Data debit danau Singkarak Kecamatan X Koto Singkarak selama 5 tahun 2009-2013. Persiapan peta yang terdiri dari: a. Peta wilayah penelitiankecamatan X Koto Singkarak skala 1:150.000 b. Peta administrasi Kecamatan X Koto Singkarak skala 1:600.000 c. Peta DAS Batang Lembang skala 1:150.000 Teknik analisa data terdiri dari: Perhitungan neraca air dilakukan dengan : a. Curah hujan / Presipitasi Cara penghitungan Curah hujan dilakukan dengan perhitungan ratarata: ( ) b. Perhitungan infiltrasi Untuk menghitung besarnya infiltrasi yang terjadi di wilayah penelitian dilakukan dengan bantuan data-data debit sungai terdapat di wilayah tersebut. Laju infiltrasi dihitung dengan rumus : I=Q min rata-rata / A c. Perhitungan Evaporasi dan Evapotranspirasi Metode Thornthwaite: ( ) a= 0,49 + 0,0179 I 0,0000771 I 2 + 0,000000675 I 3 ETP untuk t >26,5 o = - 0,0433 t 2 + 3,2244 t 41,5 d. Perhitungan Limpasan (run off) untuk mengetahui besarnya limpasan maka digunakan persamaan berikut: Ro = e. Perhitungan Neraca Air untuk perhitungan neraca air maka digunakan rumus: ΔS = P ( I + E + Ro )
HASIL DAN PEMBAHASAN Pertama, berdasarakan pengolahan data curah hujan selam 5 tahun terakhir di 2 stasiun penakar hujan yang ada di Kecamatan X Koto Singkarak maka diketahui hujan lebih banyak turun pada bulan Juli, Agustus, September, Oktober, dan November. Kemudian curah hujan kembali menurun pada bulan berikutnya yaitu Desember, Januari, dan Februari, Maret dan April. Setelah itu curah hujan mulai mmenurun pada bulan Mei, pada bulan Juni curah hujan kembali naik. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November sebesar 300,57 mm dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli sebesar 75,92 mm dengan rata-rata curah hujan tahunan sebesar 2033,64 mm. Temuan ini sesuai dengan pendapat Sasrodarsono (1993), hal yang terpenting dalam pembuatan dan rencana adalah distribusi curah hujan. Istribusi curah hujan berbeda-beda sesuai dengan jangka waktu yang ditinjau yakni curah hujan tahunan (jumlah curah hujan dalam setahun), curah hujan bulanan (jumlah curah hujan dalam sebulan), curah hujan harian (jumlah curah hujan dalam 24 jam), curah hujan per jam. Sesuai dengan pendapat Asdak, (2010) bahwa presipitasi mempunyai banyak karakteristik yang dapat mempengaruhi produk akhir suatu hasil pengelolaan DAS. Besar kecilnya presipitasi diawali ketika sejumlah uap air bergerak di atmosfer bergerak ketempat yang lebih tinggi oleh adanya beda tekanan uap air. Dari cara perhitungan curah hujan dapat menggunakan persamaan Aritmatika. Kedua,dari data-data yang diperoleh selama 5 tahun terakhir, setelah melakukan pengolahan datadata tersebut diperoleh debit minimum rata-rata sungai Batang Lembang 9,548 m 3 /dt, dan debit maksimum ratarata 4,264 m 3 /dt data debit yang kemudian digunakan untuk perhitungan infiltrasi menghasilkan infiltrasi tertinggi yang terjadi di Kecamatan X Koto Singkarak pada bulan Oktober sebesar 2,5 mm/h, sedangkan infiltrasi terendah terjadi pada bulan Desember sebesar 0,7 mm/h. Sesuai dengan pendapat (Sasrodarsono, 2006), bahwa proses masuknya air hujan kedalam lapisan tanah yang mencapai permukaan tanah akan bergerak sebagai limpasan permukaan (infiltrasi). Hal ini tergantung dari besarnya kecilnya intensitas curah hujan terhadap kapasitas infiltrasi. Air yang menginfiltrasi ke dalam tanah meningkatkan kelembaban tanah atau terus ke air tanah. Ketiga, pada setiap pengolahan data-data 5 tahun terakhir terjadinya evapotranspirasi tertinggi di Kecamatan X Koto Singkarak pada bulan Mei sebesar 17,6 mm. Sedangkan evapotranspirasi terendah terjadi pada bulan Desember sebesar 10,68 mm. Suhu yang tertinggi terjadi pada bulan Mei sebesar 32,574 o C dan terendah pada bulan Desember sebesar 23,774 o C. Suhu mempengaruhi tingkat evapotranspirasi pada suatu wilayah.
Sasrodarsono (1993) peristiwa berubahnya air menjadi uap air dan bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air ke udara disebut evaporasi (penguapan). Pengristiwa penguapan dari tanaman disebut transpirasi, kedua-duanya bersama disebut evapotrasnpirasi. Banyak faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi yakni antara lain suhu air, suhu udara, (atmosfer), kelembaban, kecepatan angin, tekanan udara, sinar matahari dan lain-lain yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Pada waktu melakukan pengukuran evaporasi, maka kondisi atau keadaan ketika itu harus diperhatikan, mengingat faktor itu sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan. Evaporasi dapat diperkirakan dari pengukuran meteorologi. Beberapa sifat fisik iklim seperti suhu udara, air, udara yang mengalir di atas permukaan air, dan berkurangnya tekanan uap sebagai dasar pengukuran tingkat kekeringan udara, yang menyatakan beberapa banyak air dibutuhkan untuk menjenuhkan udara. Metode pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah estimasi melalui pengukuran iklim yang data-data diperlukan didapatkan dari DPSDA provinsi Sumatera Barat. Keempat,limpasan permukaan (run off) adalah air yang mengalir dari daratan menuju suatu badan air (sungai), Efendi (2003). Limpasan sering didefenisikan sebagai air hujan, salju, atau air irigasi yang mengalir di atas permukaan tanah menuju ke sungai, Indarto (2012). Curah hujan yang mencapai permukaan sebagian akan terserap kedalam tanah (infiltrasi) dan sebagian yang tidak meresap akan menjadi limpasan permukaan yang mengisi lekuk-lekuk permukaan tanah. Setelah mengalami evaporasi maupun evapotranspirasi, sisanya akan mengalir ke laut lalu menguap dan mengembun pada titik kondensasinya membentuk hujan sesuai dengan siklus hidrologi, Subagyo, (1990). Pada data yang diolah selama 5 tahun terakhir pada Kecamatan X Koto Singkarak terjadi limpasan yang tertinggi pada bulan Desember sebesar 0,467 mm/h, sedangkan limpasan terendah pada bulan Agustus sebesar 0,149 mm. Kelima,neraca air merupakan penjelasan tentang hubungan antara aliran ke dalam dan aliran ke luar di suatu daerah untuk suatu periode tertentu dari proses sirkulasi air Sasrodarsono, (2006). Neraca air merupakan alat untuk medekati nilainilai hidrologis proses yang terjadi dilapangan. Neraca air dapat juga didefenisikan sebagai selisih antara jumlah air dari tanaman berserta jumlah tanah melaluui proses evaotranspirasi Siska (2013). Berdasarkan perhitungan dengan model neraca air umum yang menggunakan data-data klimatologi diketahui hasil penelitian yang telah diolah dengan rumus yang telah ditetapkan dengan data yang diperoleh dari BMKG Sicincin dan DPSDA provinsi Sumatera Barat dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, di Kecamatan X Koto Singkarak selama 5 tahun tersebut menghasilkan angka
positif yang artinya cadangan air surplus, penambahan cadangan air tertinggi terjadi pada bulan November sebesar 287,2 mm/h. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Curah hujan di Kecamatan X Koto Singkarak lebih banyak turun pada bulan Juli, Agustus, September, Oktober dan November. Kemudian curah hujan menurun pada bulan Desember, Januari, Februari, Maret dan april. Setelah itu hujan kembali turun pada bulan Mei, pada bulan Juni hujan kembali naik. Curah hujan yang tertinggi pada bulan November sebesar 300,57 mm, sedangkan curah hujan terendah pada bulan Juli sebesar 75,92 mm dan rata-rata curah hujan tahunan adalah 2033,64 mm. 2. Evapotranspirasi yang tertinggi di Kecamatan X Koto Singkarak adalah bulan Mei sebesar 17,6 mm. Sedangkan evapotranspirasi terendah terjadi pada bulan Desember sebesar 10,68 mm. 3. Limpasan yang tertinggi di Kecamatan X Koto Singkarak pada bulan Desember sebesar 0,467 mm/h, sedangkan limpasan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 0,43 mm/h. 4. Infiltrasi yang tertinggi terjadi di Kecamatan X Koto Singkarak pada bulan Oktober sebesar 2,5 mm/h, dan infiltrasi yang terendah terjadi pada bulan Desember sebesar 0,7 mm/h. 5. Maka dapat diperoleh neraca air di Kecamatan X Koto Singkarak selama 5 tahun terakhir mengalami surplus (positif) angka tertinggi ditunjukan pada bulan November. Sedangkn saran yang dapat penulis kemukakan: 1. Kepada masyarakat sangat diharapkan perlu untuk menanam tumbuhan atau pohon-pohon yang dapat menahan air. Memperluas daerah resapan air, serta menertibkan masyarakat dalam hal penggunaan air demi meningkatkan cadangan air, supaya ketika dimusim hujan tidak banjir dan musim kemarau tidak kekeringan sehingga keseimbangan air tetap terjaga. 2. Untuk pemerintah atau pemegang kebijakan memperhatikan keseimbangan air di Kecamatan X Koto Singkarak, dan ditambah lagi dengan penghijauan atau penanaman tumbuhan yang dapat meresap atau menahan air. DAFTAR PUSTAKA Asdak, (2010) Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Erwin, Dasapta & Juanda, Deny, (2015). Hidrologi Umum, penerbit Ombak, Yogyakarta. Indarto, 2010. Dasar teori dan contoh aplikasi model hidrologi. Bumi aksara. Jurnal, Purnama dkk, (2012) Analisis Neraca Air DAS Kupang. Jawa M. Anang Firmansyah, (2010) Makalah Teori Dan Praktik Analisis Neraca Air Untuk
Menunjang Tugas Penyuluh Pertanian. pdf. Diunduh pada tanggal 5 april 2016 Sasrodarsono, Suyono, (1993). Hidrologi Untuk Pengairan. PT Pradnya Paramita, Jakarta. Sugiyono, (2014). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Alfabeta, Bandung.