III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2007 di UPT Fakultas Pertanian Universitas Riau, Kampus Bina Widya, Jl. Bina Widya Km. 12.5 Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan, Pekanbaru. 3.2. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit kelapa sawit jenis D x P umur 3 bulan yang berasal dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat Smnut, tanah mineral (inseptisol) yang diambil dari UPT Fakultas Pertanian Universitas Riau, Polybag ukuran 35 x 40 cm (kapasitas 10 kg), bahan organik sludge padat, larutan EM-4 dan molases (air gula), NPK majemuk (15:15:6:4) sebanyak 5 g/polybag sebagai pupuk dasar. Sedangkan alat yang digunakan adalah cangkul, ayakan, parang, gelas ukur, ember, kayu, pipet tetes, hand sprayer, gembor, tali, meteran, timbangan analitik dan oven. 3.3. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan secara eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial, dimana faktor I adalah bahan organik sludge (S) dan faktor II adalah larutan EM-4 (E) dengan 3 ulangan.
12 Perlakuan tersebut adalah: Faktor I pemberian sludge dengan 4 taraf: 50 = Tanpa pemberian sludge 51 = Pemberian sludge 50 g/polybag Sa = Pemberian sludge 100 g/polybag S3 = Pemberian sludge 150 g/polybag Faktor II pemberian konsentrasi EM-4 dengan 4 taraf: Eo = Tanpa pemberian EM-4 El = Pemberian EM-4 10 ml/1 air (0,5 ml/polybag) E2 = Pemberian EM-4 20 ml/1 air (0,5 ml/polybag) E3 = Pemberian EM-4 30 ml/1 air (0,5 ml/polybag) Terdapat 16 kombinasi perlakuan dan masing-masing kombinasi diulang 3 kali, sehingga akan didapati 48 satuan unit percobaan. Setiap unit percobaan terdapat 3 tanaman, sampel yang diamati sebanyak 2 tanaman sehingga total keseluruhan tanaman adalah 144 tanaman. 3.4. Analisis Data Hasil pengamatan yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan model linear sebagai berikut: Yijk = + ai + Pj + (ap) ij + 8ijk Catatan: Yijk = Nilai pengamatan pada dosis sludge pada taraf ke-i dan konsentrasi EMpada taraf ke-j pada ulangan ke-k H = Nilai tengah umum
13 ai pj = Pengaruh perlakuan dosis sludge pada taraf ke-i = Pengaruh perlakuan konsentrasi EM-4 pada taraf ke j (ap) ij = Pengaruh interaksi pada dosis sludge dan konsentrasi EM-4 eijk = Pengaruh galat satuan dari dosis sludge dan pada taraf ke-i dan konsentrasi EM-4 pada taraf ke-j pada ulangan ke-k Data yang diperoleh dari Anova diuji lanjut dengan menggunakan uji DNMRT pada taraf 5%. 3.5. Pelaksanaan 1. Persiapan Lahan Persiapan lahan dilakukan dengan membersihkan lahan dari segala vegetasi, kemudian dilakukan pengukuran luas tempat penelitian dengan ukuran 15 X 5 m, setelah itu tanah diratakan sehingga polybag dapat disusun rapi dan tidak miring. Tempat penelitian bebas menerima cahaya matahari dan tanahnya tidak tergenang air. Sekeliling lahan penelitian dipagar dengan menggunakan kayu yang bertujuan untuk mencegah kerusakan bibit dari gangguan hewan temak atau hewan lain yang berada di sekitar lokasi penelitian. 2. Persiapan Medium Tanam Medium tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah mineral (inseptisol) yang diambil secara komposit dari UPT Fakultas Pertanian dengan kedalaman 0-20 cm. Tanah dibersihkan dari akar-akar gulma dan sisa-sisa kotoran, selanjutnya tanah dihancurkan lalu dikeringanginkan selama satu minggu.
14 3. Pemberian Periakuan Gumpalan sludge teriebih dahulu dihancurkan dan digemburkan sebelimi dikeringanginkan lalu diayak. Kemudian ditimbang sesuai dengan dosis perlakuan (50 g, 100 g,150 g). EM-4 yang telah disediakan perlu diaktifkan teriebih dahulu dengan memberikan molasses. Molasses dapat dibuat dengan memasak gula merah dengan air, dimana perbandingan gula merah dan air adalah 1 kg : 500 ml atau sesuai dengan kebutuhan EM-4 yang akan digunakan. Perbandingan antara EM-4, molasses dan air adalah 1:1: 1000, kemudian larutan ini dibiarkan dahulu selama 24 jam, lalu disiramkan ke tanah. Pemberian EM-4 dilakukan dengan penyiraman menggunakan pipet tetes pada tanah sebanyak 0,5 ml dari seminggu sebelum tanam hingga seminggu sebelum akhir penelitian dengan interval waktu pemberian adalah seminggu sekali sesuai dengan perlakuan konsentrasi EM-4 (10 ml, 20 ml, 30 ml per liter air). 4. Pengisian Polybag Tanah yang telah dikeringanginkan ditimbang sebanyak 10 kg, dicampur dengan sludge yang telah disiram dengan EM-4, kemudian dimasukkan ke dalam polybag. Pengisian polybag dilakukan dengan cara memasukkan tanah ke dalam polybag dengan tangan atau sekop kecil. Setelah polybag terisi semua lalu disusun di setiap unit percobaan sesuai dengan bagan pada lampiran 2. 5. Penanaman Bibit Penanaman bibit dilakukan dengan cara membuat lubang pada tanah dalam polybag dengan menggunakan pipa paralon ukuran 4 inchi. Bibit yang telah berumur 3 bulan dipilih yang ukurannya sama kemudian ditanam ke dalam
15 polybag besar dengan cara dasar polybag kecil disayat tetapi tidak mengenai akar. Polybag kecil yang telah disayat dasamya ditarik atau dilepas kemudian dimasukkan ke dalam polybag besar. Tanah di sekeliling lubang ditekan padat merata, selanjutnya dilakukan penambahan tanah hingga sebatas leher akar. 6. Pemberian Pupuk Dasar NPK Majemuk Pemberian pupuk dasar NPK majemuk (15:15:6:4) dilakukan pada saat penanaman bibit dengan dosis 5 g/polybag. 7. Pemeliharaan a. Penyiraman Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor yang berlubang halus. Penyiraman dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari hingga kapasitas lapang. Namun jika hari hujan, maka frekwensi penyiraman dikurangi karena air cukup tersedia bagi tanaman. b. Penyiangan Penyiangan di sekitar polybg dilakukan dengan cangkul, sedangkan di dalam polybag dengan mencabut dengan tangan. Penyiangan dilakukan satu kali dalam dua minggu. c. Pengendalian Hama dan Penyakit Tindakan pengendalian hama dilakukan jika terdapat serangan hama atau penyakit. Untuk pengendalian hama dan penyakit dilakukan penyemprotan dengan menggunakan Sevin 80 SP dan Antrcol 75 WP dengan konsentrasi masing-masing 0,2%.
16 3.6. Pengamatan Parameter Parameter yang diamati adalah sebagai berikut: 1. Pertambahan Tinggi Bibit Kelapa Sawit (cm) Bibit yang telah disediakan teriebih dahulu diukur tingginya untuk memperoleh tinggi bibit awal. Pengukuran tinggi tanaman dimulai dari permukaan tanah sampai pada ujung pelepah daun tertinggi. Daun tersebut ditegakkan lalu diukur dengan meteran. Agar tidak menimbulkan kesalahan maka diberi ajir setinggi 10 cm dari pangkal batang. Pengamatan ini dilakukan pada awal dan akhir penelitian. 2. Pertambahan Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit (helai) Pengamatan pertambahan jumlah daim dilakukan dengan menghitung jumlah daun bibit sebelum dipindahkan ke pembibitan utama. Daun yang dihitung adalah daim yang telah membuka sempuma dari saat penanaman hingga akhir penelitian pada tanaman sampel. Pengamatan ini dilakukan pada awal dan akhir penelitian. 3. Pertambahan Diameter Bonggol Bibit Kelapa Sawit (cm) Diameter bonggol ini diukur sebelum dipindahkan ke pembibitan utama untuk mendapatkan diameter awal. Pengukuran diameter bonggol dilakukan dengan menggunakan jangka sorong yang diukur 2 cm dari leher akar. Pengukuran ini dilakukan dengan 2 arah yang saling tegak lurus. Pengukuran ini dilakukan pada awal dan akhir penelitian. 4. Volume Akar Bibit Kelapa Sawit (ml) Pengamatan volume akar tanaman dilakukan dengan cara membongkar bibit sawit yang dijadikan tanaman sampel. Tanaman yang telah dibongkar dicuci
17 bersih dengan cara menyemprotkan air ke akar sampai sisa-sisa tanah hilang dan akar menjadi bersih, setelah itu dimasukkan ke dalam gelas ukur yang di dalamnya terdapat air. Kenaikan permukaan air setelah dimasukkan akar bibit sawit dikurangi permukaan awal air merupakan volume akar bibit sawit. Pengamatan parameter ini dilakukan pada akhir penelitian. 5. Berat kering Bibit Kelapa Sawit (g) Pengamatan berat kering tanaman dilakukan dengan cara membongkar tanaman yang dijadikan sampel. Tanaman sampel dicuci hingga bersih, dipotongpotong, setelah itu dimasukkan ke dalam amplop untuk diovenkan selama 2 x 24 jam pada suhu 70" C, selanjutnya ditimbang kembali untuk mengetahui berat keringnya. Pengamatan ini dilakukan pada akhir penelitian.