BAB I PENDAHULUAN. Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan, Panduan PAUD Pendidikan Anak Usia Dini, Referensi Gaung Persada, Jakarta, 2013, Hlm.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah

PENGEMBANGAN EMPATI ANAK USIA DINI MELALUI MENDONGENG DI TAMAN KANAK-KANAK ASYIYAH PARIAMAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya pembinaan yang. ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun

IMPLEMENTASI PERMAINAN PENJEPIT BAJU UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini tumbuh dan berkembang lebih pesat dan fundamental pada awalawal

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, non formal dan informal. Taman Kanak-kanak adalah. pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal.

BAB I PENDAHULUAN. dimana seorang anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI NYANYIAN/LAGU BAGI ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah proses pembinaan tumbuh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masa anak usia dini disebut juga masa awal kanak-kanak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya pengembangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial-emosional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK ANAK KELOMPOK B DI TK TELADAN PPI KUWUNGSARI SRAGEN TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan program pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan dasar yang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan atau golden age (Slamet. Suyanto, 2005: 6). Oleh karena itu pendidikan pada masa ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Taman Kanak kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah membentuk pribadi anak menjadi seorang dewasa yang. berdiri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui. yang lebih lanjut.(yamin & Jamilah, 2012: 1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetensi yang baik maka seorang guru terutama guru TK dapat memenuhi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak memiliki kharakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S -1 Program Studi Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak dini dengan layak. Oleh karena itu, anak memerlukan program

BAB 1 PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut. (Pasal 1 ayat 14 menurut UU No. 20 Tahun 2003)

BAB I PANDAHULUAN. kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. (Abdulhak, 2007 : 52). Kualitas pendidikan anak usia dini inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-6 tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN. proses perubahan untuk membangunmanusia bermutu. Becker (Jasmansyah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KAJIAN PUSTAKA. Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang artinya suatu cara kerja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pembangunan dibidang pendidikan. dalam satu program kegiatan belajar dalam rangka kegiatan belajar dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. (Kurnia; 2009). Mereka merupakan titipan dan amanat Allah SWT, yang mesti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lain. Usia dini merupakan awal dari pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia indonesia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to know, learning

BAB II LANDASAN TEORI. terampil dan cekatan. Kata mampu mendapat imbuhan ke-an menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang mendengarkan alunan musik selalu menggerak-gerakan anggota. Tuhan yang diberikan kepada seluruh manusia tanpa membedakan jenis

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dapat mengubah pola pikir seseorang dalam mencapai tujuan kehidupan serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara luas diketahui bahwa periode anak dibagi menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri

PERANAN METODE BERCERITA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK BERBAHASA LISAN DI KELOMPOK B1 TK TUNAS BANGSA DESA SIDERA KABUPATEN SIGI

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang

BAB I PENDAHULUAN. Program pemerintah untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa dengan

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, A.H Ba adillah Press, Jakarta, 2002, hlm

PROGRAM PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK. Disusun oleh : Rita Mariyana, M.Pd, dkk.

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai individu yang unik memiliki karakteristik yang berbeda beda. Masing

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap tahap perkembangan yang. dilalui oleh anak usia dini (Saputra, 2005: 11)

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kepribadian anak. Berdasarkan Undang - undang Sistem. Pendidikan Nasional NO.20 Tahun 2003 BAB I ayat 14, menyatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

MEMBENTUK BUAH HATI MENJADI PRIBADI TANGGUH DAN PERCAYA DIRI

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni tari seyogyanya mengarah pada pencapaian tiga domain

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR

BAB I PENDAHULUAN. hasil dari perkembangan di usia-usia dini seseorang. Perkembangan anak pada usia pra-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN JAM PINTAR DI TAMAN KANAK - KANAK PEMBINA KEC. BARANGIN SAWAHLUNTO

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan dengan pemberian stimulus pendidikan agar membantu perkembangan, pertumbuhan jasmani maupun rohani sehingga anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan yang lebih lanjut. Usia taman kanak-kanak merupakan masa peka bagi anak, dimana anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak. Dimana masa ini adalah masa yang tepat untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial, emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral dan nilainilai agama.1 Dapat dikatakan pula bahwa usia 3-6 tahun adalah usia keemasan bagi anak. Selain ditandai dengan munculnya masa peka terhadap sejumlah aspek perkembangan masa ini ditandai dengan berbagai bentuk kreativitas. Pemberian stimulus yang sesuai dengan perkembangan anak akan menjadikan mereka lebih matang baik secara fisik maupun psikis. Merujuk pada usia 3-6 tahun, maka periode ini merupakan masa penting bagi keberlangsungan perkembangan anak dimasa datang. Berhasil atau gagalnya anak dalam menjalani periode tersebut akan menentukan proses selanjutnya. Peran dan tanggung jawab pendidik pada proses pembimbingan dan pengasuhan pada anak sangat besar, terutama dalam membantu anak melewati masa penting dalam rentang usia 3-5 tahun.2 1 Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan, Panduan PAUD Pendidikan Anak Usia Dini, Referensi Gaung Persada, Jakarta, 2013, Hlm. 1-2 2 Yuliani Nurani Sujiono, dkk., Metode Pengembangan Kognitif, Universitas Terbuka, Jakarta, 2004, Hlm. 2.4 1

2 Memahami anak dan keberhasilan suatu pendidikan sering dikaitkan dengan kemampuan para pendidik dalam hal memahami anak sebagai individu yang unik, di mana setiap anak dilihat sebagai individu yang memiliki potensi yang berbeda satu sama lain, namun saling melengkapi dan berharga. Selain memahami bahwa anak merupakan individu yang unik ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan upaya memahami anak, yaitu anak adalah anak, bukan orang dewasa. Mereka juga memiliki dunia sendiri yang khas dan harus dilihat dengan kaca mata anak-anak.3 Perkembangan seorang anak usia dini bukan saja terbatas pada tubuh dan otaknya. Sisi emosionalnya pun berkembang sesuai dengan bertambahnya usia. Sebagai pendidik maupun orang tua, mendidik sisi emosional anak usia dini sangatlah penting. Bila seorang anak tidak dibiasakan untuk mengendalikan emosinya sejak dini, akibatnya akan ada masalah dengan emosi secara terus-menerus hingga dewasa.4 Daniel Goleman sebagai pendiri Collaborative for Social and Emotional Learning di Yale University Child Study Center menyatakan bahwa sangat naif jika kecerdasan seseorang hanya dilihat dari interval angka IQ. Padahal kenyataannya kecerdasan seseorang lebih banyak ditentukan oleh faktor-faktor yang melibatkan kecerdasan diri, disiplin dan empati yang semuanya dikenal sebagai kecerdasan emosional.5 Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk melihat, mengamati, mengenali bahkan mempertanyakan tentang diri sendiri, siapakah aku? Pertanyaan ini tidak berkenaan dengan warna kulit, warna rambut, berat atau tinggi badan, dan hal-hal yang berkaitan dengan fisik lainnya, tetapi berkenaan dengan fenomena kedirian. Jika anak-anak dalam usia yang relatif dini sudah bertanya kepada orang tuanya berkenaan dengan dirinya dan berbicara tentang rencana dan keinginannya, hal itu menandakan kecerdasan 3 Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar dalam Berbagai Aspeknya, Kencana, Jakarta, 2011, Hlm. 2-3 4 Sri Mulyanti, Cara Cerdas Mendidik & Mengoptimalkan Kecerdasan Anak, Buana Pustaka, Yogyakarta, 2013, Hlm.14 5 Munif Chatib, Sekolahnya Manusia : Sekolah Berbasis Multiple Intelligences, Kaifa, Bandung, 2014, Hlm. 74

3 emosional yang dimilikinya. Lebih-lebih jika anak itu mampu menahan amarah kekesalahannya masih dalam batas kata-kata dan sikap, tentu hal itu sesungguhnya menandakan kematangan jiwanya.6 Tiga atau empat tahun pertama dalam hidup merupakan periode dimana otak anak tumbuh hingga kurang lebih dua pertiga ukuran normal usia dewasa, dan berkembang lebih cepat daripada yang pernah akan terjadi setelahnya. Selama periode ini, jenis-jenis proses pembelajaran dapat berlangsung lebih mudah daripada periode berikutnya dalam kehidupan, yang paling utama adalah pembelajaran emosi. Selama periode ini, ketegangan yang hebat dapat merusak pusat-pusat belajar di otak anak, sehingga dapat merusak kecerdasan anak. Meskipun, kerusakan tersebut dapat diobati sampai tahap tertentu dengan pengalaman yang telah dialaminya. Namun pengaruh pembelajaran emosi sejak dini sangat mendalam bagi jiwa anak.7 Dalam proses belajar mengajar di pendidikan anak usia dini, kehadiran pendidik PAUD di tengah-tengah gemuruh keceriaan anak-anak saat bercengkerama adalah hal yang tidak boleh dilewatkan. Oleh karena itu, pendidik harus pandai dalam menerapkan metode pembelajaran yang tepat untuk anak didiknya. Mendongeng yang dilakukan oleh pendidik sangat membantu pembelajaran dikelas agar anak-anak bergairah dan bersemangat. Dongeng merupakan salah satu alat media komunikatif antara pendongeng dan penyimak. Banyak hal yang dilakukan pendongeng agar isi cerita bisa diterima oleh si penyimak, sehingga selanjutnya mereka dapat melakukan hal positif berdasarkan cerita tersebut. Oleh karena itu, dongeng sangat berperan besar dalam menjembatani rasa keharmonisan antara pendongeng dan penyimak. Seperti orang tua kepada anaknya, pendidik kepada anak-anak didiknya.8 6 Suharsono, Akselerasi Inteligensi Optimalkan IQ, EQ, & SQ, Inisiasi Press, Jakarta, 2004, Hlm. 194-195 7 Daniel Goleman, Emotional Intelligence, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, Hlm. 277 8 Ida Vera Sophya, Membangun Kepribadian Anak dengan Dongeng, Jurnal Stain Kudus, Kudus, 2014, Hlm. 183-184

4 Mendongeng adalah metode pembelajaran tertua di dunia. Tradisi lisan mengisahkan dan menciptakan orang-orang besar sepanjang sejarah. Karena dunia anak adalah dunia imajinasi, kisah yang imajinatif bisa sangat efektif untuk menyampaikan materi pembelajaran dan nilai moral. Selain menyenangkan mendongeng bermanfaat dalam membangun keakraban emosi antara guru dan siswa.9 Sepertinya sudah menjadi keharusan, jika seorang guru TK harus bisa mendongeng. Mungkin, tidak harus sekaliber Kak Kresno atau Rafly, tapi penguasaan mimik muka dan suara yang bisa berubah-ubah, mutlak harus bisa dimiliki seorang guru sehingga guru dalam proses belajar mengajar bisa memukau anak-anak dengan mendengarkan cerita.10 Kisah atau bisa disebut menceritakan dongeng merupakan cerita yang menyajikan berbagai peristiwa, kejadian dan pribadi yang dapat menarik perhatian dan menimbulkan daya tarik bagi pendengarnya untuk mengikutinya, dan membangkitkan berbagai kesan dan perasaan yang membuat mereka terlibat secara psikis serta terpengaruh secara emosional.11 Selain itu, dampak positif yang nyata pada anak yang dihasilkan dari kegiatan mendongeng adalah munculnya perkembangan dan kemampuan emosi atau Emotional Quotiens anak dengan sendirinya tanpa paksaan sehingga akan terbentuk sikap kreatif, ramah, mudah bergaul, spontan dalam merespons sekitarnya, dan terbangun empati pada lingkungan dan orang lain yang berada di sekitarnya.12 Pada zaman sekarang, media dongeng kian lapuk dan dianggap basi. Dongeng tidak lagi dijadikan andalan dalam mengasah stimulasi anak. Hal ini berakibat pada kurang pekanya anak terhadap lingkungan sekitar, rasa solidaritas kepada sesama temannya kian rapuh, dan pribadi tolong menolong sangat jarang. Semua berawal ketika pendidikan anak usia dini maupun kanak9 Anna Farida, Sekolah yang Menyenangkan, Nuansa Cendekia, Bandung, 2014, Hlm. 123-10 Andi Yudha Asfandiyar, Kenapa Guru Harus Kreatif?, DAR! Mizan, Bandung, 2009, hlm. 11 Nyanyu Khodijah, Psikologi Pendidikan, Rajawali Pers, Jakarta, 2014, Hlm. 161 Agus DS, Mendongeng Bareng Kak Agus DS yuk, Kanisius, Yogyakarta, 2008, Hlm. 17 124 117 12

5 kanak mulai cenderung terkesan bosan dan terlihat meragukan keampuhan sebuah dongeng.13 Ada baiknya sebagai pendidik menepis kesalah-pahaman terhadap dongeng sebagai bualan, omong kosong, atau cerita bohong belaka. Sebaliknya, bila kita menaruh empati dan harapan positif pada dongeng niscaya kita akan menggali dan mendapatkan manfaat dari kegiatan mendongeng.14 Bila isi cerita yang disajikan pendidik dikaitkan dengan dunia anak, maka mereka dapat memahami isi cerita tersebut, mereka akan mendengarkannya dengan penuh perhatian dan dapat dengan mudah menangkap isi cerita. Oleh karena dunia anak itu penuh suka cita, maka kegiatan bercerita harus diusahakan dapat memberikan perasaan, gembira, lucu dan mengasyikkan.15 Dari hasil pengamatan yang dilakukan di RA Nurul Haq Prambatan Kidul Kaliwungu Kudus, ketika pendidik melakukan kegiatan mendongeng, pendidik tidak selalu menggunakan cerita yang sudah ada untuk disajikan. Pendidik bercerita berdasarkan pengalaman yang dialami oleh anak didiknya. Sehingga kegiatan mendongeng tidak terkesan bosan dan anak menjadi antusias untuk mendengarkan cerita dari awal sampai akhir. Pada kesempatan itu pula diketahui bahwa ada salah seorang anak sedang marah pada saat pembelajaran sedang berlangsung, anak tersebut memukuli teman yang ada disampingnya. Sehingga suasana kelas menjadi gaduh. Pada saat seperti inilah muncul kreativitas guru dalam mengajar dengan memilih metode mendongeng sebagai salah satu cara untuk mengembalikan suasana kelas menjadi kondusif. Cerita yang didongengkan termasuk jenis dongeng biasa, karena dongeng tersebut ditokohi oleh manusia. Guru bercerita dengan menghadirkan tokoh anak kecil yang nakal serta akibat dari kenakalannya. Dalam akhir cerita guru menyelipkan pesan dari cerita 13 Ida Vera Sophya, Op., Cit, Hlm. 184 Andi Yudha Asfandiyar, Op., Cit, Hlm. 17 15 Moeslichatun, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1999, Hlm. 157 14

6 yang didongengkan tersebut. Guru juga mengajarkan bagaimana mengenalkan emosi yang dirasakan anak dan cara menahan emosi tersebut.16 Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini diarahkan pada kreativitas mendongeng guru dan seberapa besar pengaruh mendongeng terhadap kecerdasan emosional anak usia dini, dengan ini penulis mengangkat judul Pengaruh Kreativitas Mendongeng Guru Terhadap Kecerdasan Emosional Anak Usia Dini di RA Nurul Haq Prambatan Kidul Kaliwungu Kudus. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana kreativitas guru dalam mendongeng di RA Nurul Haq Prambatan Kidul Kaliwungu Kudus tahun pelajaran 2016/2017? 2. Bagaimana kecerdasan emosional anak usia dini di RA Nurul Haq Prambatan Kidul Kaliwungu Kudus tahun pelajaran 2016/2017? 3. Apakah ada pengaruh kreativitas mendongeng guru terhadap kecerdasan emosional anak usia dini di RA Nurul Haq Prambatan Kidul Kaliwungu Kudus tahun pelajaran 2016/2017? C. Tujuan Penelitian Agar penelitian dapat memperoleh hasil yang baik, maka perlu dicanangkan tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kreativitas guru dalam mendongeng di RA Nurul Haq Prambatan Kidul Kaliwungu Kudus. 2. Untuk mengetahui kecerdasan emosional anak usia dini di RA Nurul Haq Prambatan Kidul Kaliwungu Kudus. 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kekreatifan guru dalam mendongeng terhadap kecerdasan emosional anak usia dini di RA Nurul Haq Prambatan Kidul Kaliwungu Kudus. 16 Hasil Observasi di RA Nurul Haq Prambatan Kidul Kaliwungu Kudus pada Bulan Desember 2016

7 D. Manfaat Penelitian Adapun kegunaan atau manfaat hasil penelitian ini sehubungan dengan kreativitas mendongeng guru terhadap kecerdasan emosional anak usia dini di RA Nurul Haq Prambatan Kidul Kaliwungu Kudus, antara lain : 1. Secara Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan baru tentang kreativitas mendongeng guru di Raudlatul Athfal terhadap kecerdasan emosional anak usia dini di RA Nurul Haq Prambatan Kidul Kaliwungu Kudus, sehingga dapat dijadikan sebagai acuan dalam memilih model pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan dan memberikan khasanah keilmuan dalam setiap tema pembelajaran di Raudlatul Athfal. 2. Secara Praktis a. Bagi guru : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada praktisi pendidikan khususnya bagi guru Raudlatul Athfal dalam memilih metode mengajar yang kreatif dan mendongeng menjadi salah satu bentuk kreativitas guru dalam mengembangkan kecerdasankecerdasan anak usia dini terutama kecerdasan emosional. b. Bagi RA : Penelitian ini dapat memberi masukan untuk mengembangkan kurikulum pada setiap tema pembelajaran PAUD.