BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Masalah Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah

dokumen-dokumen yang mirip
UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada dasarnya penyakit dibagi menjadi dua bagian yaitu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN. dengan defisiensi sekresi dan atau sekresi insulin (Nugroho, 2012). Organisasi

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. puluh lima persen seseorang yang terkena diabetes akhirnya meninggal karena. terus bertambah (Price dan Wilson, 2006:1263).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. progresif, ditandai dengan kenaikan kadar gula darah (hiperglikemia) terus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tantangan dalam bidang kesehatan di beberapa negara (Chen et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2016 PENGARUH PEMBERIAN SIMPLISIA DAUN SIMPUR

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Berdasarkan data yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care oleh

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007, diperoleh bahwa penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia tahun di daerah perkotaan

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) memperkirakan secara global PTM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes melitus (DM)

ditandai oleh poliuria, polidipsia, penurunan berat badan walaupun terjadi polifagia (peningkatan nafsu makan), hiperglikemia, glikosuria, ketosis,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kelainan pada sekresi insulin, kerja insulin atau bahkan keduanya. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

diteliti untuk melihat kandungan kimia dan khasiat dari tanaman tersebut. Tanaman yang digunakan sebagai antidiabetes diantaranya daun tapak dara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Laporan World Health Organization (WHO) bahwa diabetes mellitus

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan tanaman obat dan rempah telah berlangsung sangat lama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada abad ke-21, Diabetes Melitus menjadi salah satu ancaman utama bagi

BAB I PENDAHULUAN. Klasifikasi diabetes mellitus menurut ADA (2005) antara lain diabetes mellitus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. empat terbesar dari jumlah penderita DM dengan prevalensi 8,6% dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kimia, dan sindrom genetik lain (Purnamasari & Poerwantoro, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai sumber pangan, papan, maupun obat-obatan. Gaya hidup kembali ke

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. akibatnya terjadi peningkatan penyakit metabolik. Penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN. Pegagan (Centella asiatica) adalah salah satu tumbuhan herbal yang dapat tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Masalah Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah dan biasanya berhubungan dengan menurunnya produksi insulin, sekresi insulin atau keduanya. Kurangnya insulin di dalam darah biasanya akan menyebabkan hiperglisemia kronik dan pasien seperti ini sering juga mengalami perubahan dalam metabolisme keseluruhan termasuk metabolisme lemak, karbohidrat dan protein (Vukelic et al.,2010). DM terjadi akibat pengaturan homeostasis glukosa tidak berjalan sempurna (Ridwan, 2012). Menurut Muchid et al (2005) faktor riwayat (diabetes dalam keluarga, diabetes gestasional, melahirkan bayi dengan berat badan > 4 kg, kista ovarium (Polycystic Ovary Syndrome), IFG (Impaired Fasting Glucose), IGT (Impaired Glucose Tolerance)), obesitas >120% berat badan ideal, umur (20-59 tahun: 8,7%, > 65 tahun: 18%), etnis/ras, hipertensi > 140/90 mmhg, hiperlipidemia (kadar HDL rendah < 35 mg/dl, kadar lipid darah tinggi > 250 mg/dl) merupakan faktor risiko untuk diabetes. Menurut Guo dan DiPietro (2010) pada kebanyakan negara di dunia pertambahan jumlah penduduk, pertambahan usia, urbanisasi, obesitas, kurangnya olahraga adalah penyebab diabetes yang meningkat dari 171,228 penderita DM di tahun 2000 menjadi 366,212 di tahun 2030. Beberapa kemungkinan lain yang menjadi penyebab DM adalah resistensi insulin, intoleransi glukosa dan hiperinsulinemia (Garvey et al., 2004). Timbulnya resistensi insulin dapat disebabkan oleh 4 faktor perubahan komposisi tubuh yaitu: massa otot lebih sedikit dan jaringan lemak lebih banyak, menurunnya aktivitas fisik sehingga terjadi penurunan jumlah reseptor insulin yang siap berikatan dengan insulin, perubahan pola makan lebih banyak makan karbohidrat, perubahan neurohormonal (terutama insulin-like growth factor-1 (IGF-1) dan dehidroepiandosteron (DHEAS) plasma) sehingga terjadi penurunan ambilan glukosa akibat menurunnya sensitivitas reseptor insulin dan aksi insulin, (Kurniawan, 2010). 1

2 Sampai saat ini diabetes melitus (DM) telah menjadi pandemi yang terus meningkat (Restrepo, 2007). Diperkirakan jumlahnya akan meningkat dua kali lipat dari tahun 2005 ke tahun 2030 berdasarkan peningkatan harapan hidup dan urbanisasi (Faurholt, 2011). Di Indonesia angka prevalensi penyakit DM di Indonesia mencapai 6,6% pada laki-laki dan 7,1% pada perempuan, dengan prevalens untuk total populasi sebesar 6,9% (WHO, 2011). Berdasarkan laporan internasional Diabetes Federation tahun 2015, jumlah populasi indonesia yang terkena diabetes mencapai 9,1 juta orang dan 53% penderita diabetes di indonesia tidak menyadari bahwa dirinya terkena diabetes. Sebelum pada tahun 2011, Indonesia berada pada peringkat ke-10 untuk kasus diabetes tertinggi di dunia dengan jumlah penderita 7,2 juta jiwa dan naik pada tahun 2013 menjadi peringkat ke-7 dengan jumlah penderita sebanyak 8,5 juta jiwa. Tahun 2014, Indonesia berada pada peringkat ke-5 untuk jumlah penderita diabetes tertinggi di dunia (NRC, 2016). Menurut WHO (World Health Organization) lebih dari 220 juta orang di seluruh dunia mengidap diabetes. Pada tahun 2004, diperkirakan 3,4 juta orang meninggal dari konsekuensi gula darah tinggi. Lebih dari 80% kematian karena diabetes terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah. Badan Kesehatan Dunia memprediksi kenaikan jumlah penyandang diabetes mellitus di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Dari data diabetes nasional 2011 yang diluncurkan pada tanggal 26 Januari 2011 oleh American Diabetes Association bahwa jumlah total prevalensi diabetes 25,8 juta anak-anak dan orang dewasa di Amerika Serikat sebesar 8,3% dari populasi memiliki diabetes. Dan terdapat kasus baru yaitu 1,9 juta didiagnosa diabetes pada orang berusia 20 tahun dan lebih tua pada tahun 2010. Badan Federasi Diabetes Internasional (IDF) pada tahun 2009, memperkirakan kenaikan jumlah penyandang diabetes mellitus dari 7,0 juta tahun 2009 menjadi 12,0 juta tahun 2030. Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya menunjukan adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030. Di dunia, Indonesia menduduki rangking ke 4 (empat) dunia setelah Amerika Serikat, China, dan India dalam prevalensi diabetes

3 (Nugrahani, 2012; Faurholt, 2011). Angka kesakitan dan kematian yang ditimbulkan dari penyakit ini sangat tinggi. Secara global WHO memperkirakan diabetes yang termasuk dalam PTM (Penyakit tidak menular) ini telah menyebabkan sekitar 60% kematian dan 43% kesakitan diseluruh dunia (WHO, 2011; Evacuasiani et al., 2010). Jumlah penderita diabetes yang meningkat sangat drastis ini menjadi pendorong upaya-upaya untuk meminimalisir kerusakan seefektif mungkin untuk menurunkan risiko komplikasi. Upaya pencegahan dan penanganan penyakit DM dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan pola hidup yang sehat dan rajin olahraga, pemberian obat antidiabetes oral serta suntikan insulin (Kurniawan, 2010; Muchid., 2005; Ndraha, 2014). Salah satu tujuan utama terapi medis bagi pasien DM meliputi pengontrolan kadar glukosa darah mendekati normal dengan cara pemberian obat hipoglikemik oral atau agen antihiperglikemik dan insulin tersebut. Akan tetapi masalah yang kemudian muncul adalah mahalnya harga obat-obatan yang sulit dijangkau masyarakat serta efek samping, berupa gangguan saluran cerna dan gangguan susunan syaraf pusat karena penggunaan dalam jangka panjang ( Oliviany et al., 2009; Naquvi et al., 2011; Muchid et al., 2005; Nathan., et al 2008 ). Obat-obatan antidiabetes selain memiliki efek samping, juga tidak bisa menuntaskan diabetes secara sempurna, karena mekanismenya sendiri sangat rumit. Oleh karena itu masyarakat selalu mencari obat alternatif yang mudah dijangkau, yaitu yang mudah didapat, mempunyai harga yang relatif terjangkau oleh masyarakat, dan mempunyai efek samping yang lebih kecil dibandingkan dengan obat sintetik. Alasan inilah yang menyebabkan meningkatnya ketertarikan pada penggunaan sumber alami yang berasal dari tumbuhan sebagai salah satu manajemen alternatif dalam menangani DM. Oleh karena itu perlu penelitian untuk mendapatkan obat yang lebih efektif dan aman. (Oliviany et al., 2009; Naquvi et al., 2011). Indonesia memiliki berbagai macam tanaman obat yang dapat digunakan secara empiris untuk menurunkan kadar gula darah (Pujilestari, et al 2009), namun tidak banyak masyarakat yang mengetahui tentang kemampuan obat

4 tradisional tersebut karena kurangnya penelitian mengenai kandungan senyawa kimia pada setiap jenis tumbuhan, yang kemungkinan memiliki kemampuan untuk mengobati berbagai penyakit khususnya penyakit Diabetes Mellitus (DM). Lebih dari 400 tanaman untuk diabetes yang telah dilaporkan, namun hanya sedikit yang telah dievaluasi secara ilmiah. (Evacuasiani, et al., 2010; Naquvi et al., 2011). Bangunbangun (Plectranthus amboinicus (Lour) Spreng) merupakan salah satu tanaman tradisional yang juga dapat menurunkan kadar gula darah (Gultom, 2012; Candrappa et al., 2009). Ada lebih dari 500 varietas coleus dalam budidaya di seluruh dunia. Tanaman obat ini memiliki sifat kuratif karena adanya berbagai zat kimia yang kompleks dari sifat kimia yang berbeda, yang ditemukan sebagai metabolit sekunder tanaman dalam satu atau lebih bagian dari tanaman ini. Tanaman dari genus ini diketahui mengandung berbagai zat aktif dari nilai terapeutik dan memiliki aktivitas biologis terhadap sejumlah penyakit. Ada sejumlah efek farmakologis dilaporkan pada tanaman dari genus Coleus ini. Lebih dari 13.000 metabolit sekunder telah diisolasi dari tanaman obat. Metabolit sekunder memiliki sifat obat, termasuk aktivitas antidiabetes. Alkaloid, fenolat, terpenoid, flavonoid, saponin, xanthones, polisakarida dan senyawa lainnya telah dilaporkan memiliki aktivitas antidiabetes (Singh et al., 2014). Daun bangunbangun mengandung metabolit sekunder seperti flavonoid, alkaloid, fenolik, saponin, glikosida, sterol, triterpenoids, tanin, polifenol, flavonol (Hazimah et al., 2013; Pillai et al., 2011, Santosa dan Hertiani, 2005). Senyawa ekstrak air daun bangunbangun seperti polifenol, saponin, glikosida flavonol, minyak atsiri dan flavonoid berpotensi terhadap aktivitas biologis, misalnya antioksidan dan antidiabetik (Santosa dan Hertiani, 2005; Hazimah et al., 2013; Istikomah, 2009). Flavonoid dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan menghambat penyerapan glukosa dari lumen saluran cerna (Kwon et al., 2007; Hsieh et al., 2010). Senyawa pada bangunbangun yang dapat menurunkan kadar glukosa darah selain flavonoid, polifenol, saponin, glikosida flavonol,dan alkaloid terdapat juga senyawa forskolin yang dapat menurunkan kadar glukosa darah (Santosa dan Hertiani, 2005; Kwon et al., 2007, Silitonga, 1993; Sharp, 1979 dalam Juniastuti, 2003)

5 Seseorang menderita DM selain kadar glukosa darah yang meningkat dan terjadi beberapa kerusakan pada beberapa organ, seperti pankreas, ginjal, hati, dan jantung (Ndraha, 2014; Mu nisa et al., 2011; Muchid, 2005; Tolman et al, 2006). DM juga dapat terjadi karena gangguan metabolisme lipid yang ditandai dengan terjadinya peningkatan kadar MDA pada darah (Ndraha, 2014; Mu nisa et al., 2011; Muchid, 2005; Tolman et al, 2006). Gangguan metabolisme lipid dapat menyebabkan pembentukan radikal bebas yang menyebabkan peroksidase lipid. Pembentukan radikal bebas lemak dan peroksida lemak dianggap sebagai suatu ciri penting dalam cedera sel yang disebabkan oleh spesies oksigen reaktif. Jenis reaksi ini disebut auto-oksidasi radikal bebas. Asam lemak utama yang mengalami peroksidasi lemak di dalam membran sel adalah asam lemak tak jenuh ganda (polyunsaturated fatty acid, PUFA). Peroksidasi lipid ini memiliki peranan penting terhadap pelepasan Melondialdehyde (MDA). Malondialdehida (MDA) merupakan produk dari reaksi peroksidasi, yang dibentuk dari pembentukan enderoperoksida lipid pada PUFA (polyunsaturated fatty acid) yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap (Giri, 2008). Pankreas seseorang yang mengalami DM akan mengalami perubahan histopatologis pulau langerhans pada penderita, seperti terjadinya lesio pada jaringan pankreas berupa degenerasi sel endokrin yang menuju nekrosa sel. Degenerasi sel endokrin terlihat pada intinya yang berubah bentuk menjadi polimorf (tidak seragam). Perubahan yang terjadi digambarkan dalam bentuk perubahan inti sel endokrin menjadi lebih kecil (piknosis), bahkan mulai menghilang hanya terlihat sitoplasma yang kosong berisi deposit glikogen dan membesar tanpa inti serta bentuk sitoplasma yang mengalami hiperkromatik P1, susunan sel βpulau langerhans menyebar secara tidak merata dengan ukuran sel yang tidak seragam di pulau langerhans (Esmawati, Elis, 2015; Gunawijaya, 1994; Suarsana et al., 2010; Kim et al., 2006; Ragavan, 2006). Penelitian ini menggunakan aloksan untuk menginduksi tikus diabetes. Senyawa aloksan merupakan salah satu zat diabetogenik yang bersifat toksik, terutama terhadap sel beta pankreas, dan apabila diberikan kepada hewan coba seperti tikus dapat menyebabkan hewan coba tikus menjadi diabetes. Aloksan

6 dapat merusak sel-sel beta pankreas secara selektif pada hewan percobaan, yang kemudian timbul diabetes hebat yang menetap (Gunawijaya, 1994). Kerusakan sel beta pankreas menyebabkan insulin tidak dihasilkan sehingga menyebabkan kadar glukosa darah meningkat (terjadi keadaan hiperglikemia) (Suarsana et al., 2010). Aloksan dapat menimbulkan hiperglikemia yang permanen dalam waktu pemberian dua sampai tiga hari (Suharmiati, 2003; Sherwood, 2001). Dalam penelitian ini digunakan tikus putih sebagai hewan percobaan. Penggunaan hewan ini karena kelengkapan organ, kebutuhan nutrisi, metabolisme, dan biokimia cukup dekat dengan manusia serta perkembangbiakannya cepat (Smith, 1987). Dari penjelasan di atas, maka penting dilakukannya penelitian mengenai pengaruh ekstrak etanol daun bangunbangun (Plectranthus amboinicus (Lour) Spreng) terhadap histopatologi pankreas tikus putih diabetik yang diinduksi aloksan. 1.2. Identifikasi Masalah 1. Diabetes Mellitus (DM) termasuk jenis penyakit berbahaya nomor empat di dunia dan merupakan penyakit nomor empat terbanyak di Indonesia. 2. Minimnya pengetahuan tentang obat tradisional untuk mengobati penyakit Diabetes Mellitus (DM). 3. Kurangnya penelitian mengenai kandungan senyawa kimia pada setiap jenis tumbuhan, yang kemungkinan memiliki kemampuan untuk mengobati berbagai penyakit khususnya penyakit Diabetes Mellitus (DM). 1.3. Batasan Masalah Batasan masalah pada penelitian ini membahas mengenai khasiat ekstrak daun bangunbangun sebagai obat tradisional untuk penyakit DM tipe I dan pengaruhnya terhadap berat badan, kadar malondialdehida (MDA) serta gambaran histologi pankreas tikus diabetik (keteraturan sebaran dan keseragaman bentuk sel-sel endokrin pulau langerhans, bentuk sel βpulau langerhans, keberadaan inti sel dan nukleolus sel β, warna sel β).

7 1.4. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh ekstrak etanol daun bangunbangun (Plectranthus amboinicus (Lour) Spreng) terhadap berat badan tikus putih jantan (Rattus novergicus ) diabetik? 2. Bagaimana pengaruh ekstrak etanol daun bangunbangun (Plectranthus amboinicus (Lour) Spreng) terhadap kadar malondialdehida (MDA) tikus putih jantan (Rattus novergicus ) diabetik? 3. Bagaimana pengaruh ekstrak etanol daun bangunbangun (Plectranthus amboinicus (Lour) Spreng) terhadap histopatologi pankreas tikus putih jantan (Rattus novergicus ) diabetik? 1.5. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Memperoleh data empiris pengaruh ekstrak etanol daun bangunbangun (Plectranthus amboinicus (Lour) Spreng) terhadap berat badan tikus putih jantan (Rattus norvegicus ) diabetik. 2. Memperoleh data empiris pengaruh ekstrak etanol daun bangunbangun (Plectranthus amboinicus (Lour) Spreng) terhadap kadar malondialdehida (MDA) tikus putih jantan (Rattus norvegicus ) diabetik. 3. Memperoleh data empiris pengaruh ekstrak etanol daun bangunbangun (Plectranthus amboinicus (Lour) Spreng) terhadap histopatologi pankreas tikus putih jantan (Rattus norvegicus ) diabetik. 1.6. Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Sebagai sumber informasi tentang kemampuan daun bangunbangun (Plectranthus amboinicus (Lour) Spreng) sebagai obat alternatif bagi penderita Diabetes Mellitus (DM). 2. Sebagai bahan informasi tentang kemampuan daun bangunbangun (Plectranthus amboinicus (Lour) Spreng) sebagai obat alternatif dalam memperbaiki histopatologi pankreas yang rusak akibat diabetes