BAB 1 PENDAHULUAN. struktur sosial pada umumnya. Dapat disimak dan disaksikan bahwa kaum

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembuktian bahwa pada jaman itu Taekwondo berafialiasi ke ITF (International

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan politik masih menjadi masalah yang sangat kompleks. Fenomena ini

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan olahraga walaupun menguras energi namun disisi lain memiliki manfaat. berbagai aspek baik kesehatan mental maupun fisik.

DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DALAM MENGIKUTSERTAKAN ANAKNYA BERLATIH DI KRAKATAU TAEKWONDO KLUB MEDAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 KONTRIBUSI KESEIMBANGAN DINAMIS DAN FLEKSIBILITAS PANGGUL TERHADAP PENAMPILAN POOMSAE (KORYO) PADA CABANG OLAHRAGA TAEKWONDO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga adalah sebuah aktivitas olah tubuh yang memiliki banyak sisi

BAB I PENDAHULUAN. beladiri yang beragam. Beladiri asli dan yang paling tua di Indonesia adalah

PROBABILITAS TENDANGAN KE ARAH BADAN DAN MUKA TERHADAP PELUANG POIN PADA PERTANDINGAN TAEKWONDO SIMULASI PRA KUALIFIKASI PORDA XI 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Di dunia ini terdapat bermacam-macam beladiri, hampir disetiap negara

BAB I PENDAHULUAN. sifat yang berbeda. Mereka yang ekstrim adalah yang sangat rendah emosinya.

Bab 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wushu di Indonesia yang sebelumnya dikenal dengan nama Kuntauw dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pandu Fauzi Fahmi, 2014 Profil Kualitas Interaksi Sosial Atlet Cabang Olahraga Beladiri

BAB I PENDAHULUAN. tradisional Korea. Taekwondo terdiri dari tiga kata dasar, yaitu: tae berarti kaki

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Games, Asian Beach Game, dan Kejuaraan Dunia, Gerakan dasar pencak silat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

Pengaruh Fleksibilitas dan Kekuatan Otot Tungkai Terhadap Tendangan Eolgol Dollyo-Chagi pada Olahraga Taekwondo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlombakan yaitu kiyouruki (fighting) dan poomsae (gerakan. maka peserta ujian tersebut dapat dinyatakan lulus.

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

2015 PROFIL BANTINGAN LENGAN, BANTINGAN KEPALA DAN TARIKAN LENGAN PADA GAYA ROMAWI- YUNANI CABANG OLAHRAGA GULAT

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

I. PENDAHULUAN. manusia. Seperti telah diketahui di dalam kehidupan sehari-hari, semua

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hilman Firmansyah, 2015

BAB I PENDAHULUAN HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN TINGKAT AGRESIVITAS ATLET BELADIRI KARATE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 LADY BIKERS 250CC PLUS DALAM GAMBARAN FEMININITY DAN MASCULINITY

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempunyai rasa percaya diri yang memadai. Rasa percaya diri (Self

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi salah satu pertandingan olahraga prestasi di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

I. PENDAHULUAN. sehingga dengan mempelajari taekwondo, pikiran, jiwa dan raga kita secara

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh: M. Hamid Anwar, M. Phil

BAB I PENDAHULUAN. merupakan senjata ampuh milik mereka yang berprofesi sebagai public relations

DAFTAR ISI. PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga adalah suatu bentuk kegiatan jasmani yang terdapat di dalam

BAB IV KESIMPULAN. Sejarah panjang bangsa Eropa mengenai perburuan penyihir (witch hunt) yang

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa dipisahkan. Didalam hidup manusia dituntut untuk dapat menjaga

Journal of Sport Sciences and Fitness

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani yang diberikan di sekolah-sekolah merupakan landasan dasar

BAB I PENDAHULUAN. Menurut observasi awal peneliti kelompok-kelompok beladiri ini mulai banyak

I. PENDAHULUAN. kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang. berlangsung seumur hidup. Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral

PERAN DUKUNGAN SOSIAL IBU PADA PENCAPAIAN PRESTASI PENYANDANG CACAT TUBUH. Skripsi

2014 PROFIL KECEPATAN TENDANGAN IDAN DOLLYO CHAGI PADA ATLET TIM TAEKWONDO UPI

BAB I PENDAHULUAN. fungsi antara pengembangan aspek: (a) organik, (b) neuro moscular,(c)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Nomer : Jenis Kelamin : Kuliah di : Usia : Asal daerah : Tempat tinggal di Semarang : PETUNJUK PENGISIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dari zaman dahulu manusia telah melakukan olahraga. Orang purba

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan Asia setelah diselenggarakanya Kejuaraan Dunia Pecak Silat1 di Jakarta pada

Gaya Gravitasi Manusia Oleh: Famila Takhwifa

2016 KONTRIBUSI KESEIMBANGAN, KELENTUKAN PANGGUL DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL TENDANGAN SABIT CABANG OLAHRAGA PENCAK SILAT

BAB II KAJIAN TEORETIK. Taekwondo terdiri dari tiga kata dasar, yaitu: tae yang berarti kaki, kwon

2016 ISU FEMINITAS DAN MASKULINITAS DALAM ORIENTASI PERAN GENDER SISWA MINORITAS

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengasuhan anak merupakan kebutuhan pokok bagi orang tua dalam

2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN

BAB I PENDAHULUAN. potensi jasmani, rohani dan sosial (Toho dan Ali, 2007: 2). Dari pengertian

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan hasil kerja dengan kadar tertentu, dan untuk menampilkan hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

Di Ujung Pantai Gelap, Pasti Ada Mercusuar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia olahraga khususnya pada olahraga prestasi saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

Renungan untuk Hari Kartini MEMBANGUN KONSEP DIRI PEREMPUAN YANG ADIL GENDER Oleh Nenden Lilis A.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki ukuran dan proporsi tubuh yang berbeda-beda satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang lain dan memahami orang lain. Konsep kecerdasan sosial ini berpangkal dari

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi dan dengan pilihan jurusan jurnalistik, broadcasting dan public

BAB I PENDAHULUAN. dari dalam maupun dari luar individu. Havighurst yang dikutip (Hurlock,

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

PENGEMBANGAN VARIASI LATIHAN GULAT TEKNIK BANTINGAN LENGAN TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. 2002:xv). Tiga materi terpenting dalam berlatih taekwondo adalah jurus dalam

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan suatu rangkaian yang utuh, tidak dapat dipisah-pisahkan,

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KUDA-KUDA PANJANG DAN PENDEK PADA KECEPATAN TENDANGAN DOLLYO CHAGI SISWA EKSTRAKURIKULER TAE KWON DO SMP N 2 GAMPING

PENDEKATAN PSIKOLOGIS DALAM OLAHRAGA USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berlian Ferdiansyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Ini bisa dilihat dengan begitu maraknya shopping mall atau pusat

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perempuan merupakan suatu pembahasan yang selalu menarik untuk diteliti. Dalam kehidupan sosial citra diri perempuan yang dikaitkan sebagai makhluk lemah dan lembut sehingga kedudukannya pada sistem sosial yang selalu menuai kontroversi. Konsep penting yang perlu dipahami dalam membahas citra diri perempuan dalam ruang sosial dengan memahami perbedaan gender dalam struktur sosial pada umumnya. Dapat disimak dan disaksikan bahwa kaum perempuan pada struktur sosial selalu berada dibawah posisi pria. Contohnya saja apabila mendengar kata Direktur yang pertama kali muncul dalam benak adalah sosok pria, sedangkan kata sekretaris membentuk pandangan perempuan cantik yang lemah lembut dan penuh daya tarik. Sama halnya dengan Dokter dengan perawat, pramugari dan pilot. Secara pembentukan sosial perempuan terkondisikan sebagai makhluk lemah lembut dan penuh daya tarik. Menurut M Romyan Fauzan dalam bukunya yang berjudul Perempuan dalam Bingkai Budaya Visual Perempuan hanya memiliki 3 (tiga) tugas : Masak, Macak, Manak 1. Yang dimaksud masak adalah perempuan bertugas untuk menjadi juru masak di istananya, sedangkan macak adalah berhias diri dan yang terakhir adalah manak yang tidak lain adalah merawat anak. 1 M. Romyan Fauzan, Perempuan dalam Bingkai Budaya Visual, Garudhawaca, Yogyakarta, 2013, Hal. 24. 1

2 Namun, fenomena yang berkembang sekarang memperlihatkan bahwa sudah banyak perempuan yang mengikuti olahraga yang umumnya diikuti oleh kaum pria, khususnya dalam cabang olahraga Taekwondo yang di dalamnya banyak sekali kontak fisik. Keterlibatan perempuan dalam olahraga Taekwondo juga membawa dampak positif dengan bertambahnya prestasi bangsa Indonesia khususnya di bidang olahraga Taekwondo. Prestasi perempuan di olahraga Taekwondo baik Nasional maupun Intenasional patut menjadi kebanggaan tersendiri. Pasalnya olahraga yang mengandalkan kaki dan tangan ini lebih diperuntukkan kaum laki laki dibandingkan perempuan, namun perempuan penggiat olahraga Taekwondo lantas tidak patah semangat untuk terus mengikuti olahraga ini. Menurut Renstrom & Roux (1988) olahraga merupakan alat untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan fungsional jasmani, rohani dan sosial. Struktur anatomis-anthropometris dan fungsi fisiologisnya, stabilitas emosional dan kecerdasan intelektualnya maupun kemampuannya bersosialisasi dengan lingkungannya nyata lebih unggul khususnya pada generasi muda yang aktif mengikuti kegiatan Olahraga dari pada yang tidak aktif mengikutinya 2. Penulis meyakini benar bahwa hal demikian juga berlaku bagi perempuan yang aktif dalam olahraga. Selain olahraga berfungsi untuk meningkatkan kesehatan dan kesegaran jasmani olahraga juga berfungsi untuk meraih prestasi dalam kejuaraan-kejuaran 2 A.S.Watson, Children in Sport dalam Bloomfield,J., Fricker, P.A. and Fitch,K.D., 1992

3 baik tingkat Provinsi, Nasional maupun Internasional. Dari berbagai jenis olahraga prestasi yang ada, Beladiri merupakan salah satu cabang olahraga yang berkembang pesat di Indonesia antara lain Taekwondo (Korea), Pencak Silat (Indonesia), Karate (Jepang), Kungfu (Cina), Boxing (Amerika) dan masih banyak lagi jenis atau nama-nama beladiri yang masuk dan berkembang di Indonesia Di Indonesia olahraga beladiri Taekwondo berkembang sangat pesat. Olahraga ini dapat dipelajari oleh siapa saja tanpa memandang jenis kelamin, umur bahkan status sosial. Taekwondo memiliki banyak kelebihan, pola gerakannya yang indah dan sistematis menjadi daya tarik tersendiri. Beladiri Taekwondo berakar dari beladiri traditional yang berasal dari negeri gingseng Korea. Taekwondo terdiri dari tiga kata dasar, yaitu: Tae berarti kaki untuk menghancurkan dengan tekhnik tendangan, kwon berarti tangan, serta do yang berarti seni atau cara mendisiplinkan diri. Sehingga apabila diartikan Taekwondo merupakan seni bela diri yang mengandalkan kaki dan tangan. Karena banyak anggapan bahwa faktor yang menentukan dalam berolahraga khususnya Taekwondo dalam masyarakat adalah gender. Dimana kaum laki-laki dianggap lebih layak dibandingkan perempuan dalam bidang olahraga beladiri. Namun sebenarnya hal tersebut merupakan anggapan yang keliru, karena seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa Taekwondo dapat dipelajari oleh siapapun tanpa membedakan gender sekalipun seorang perempuan. Persoalan gender bukanlah persoalan baru. Terlebih jika gender dikaitkan pada dunia olahraga.

4 Ketika banyak sekali pilihan olahraga bagi laki laki namun lain halnya dengan perempuan. Persepsi sosial yang selalu menganggap perempuan tidak memiliki kapasitas lebih dibadingkan laki-laki. Mengakibatkan Taekwondo dianggap hal yang berbahaya bagi perempuan. Seperti kutipan Lusia ibunda dari atlet Nasional perempuan Juana Wangsa Putri. aku melarangnya karena takut terjadi apa-apa dengannya. Takut dia keseleo dan cacat. Soalnya, Taekwondo kan tendang-tendangan gitu. Terlebih lagi, aku juga tidak mau sekolahnya gagal. Aku gunting pakaian seragamnya supaya dia tidak main Taekwondo lagi. 3 Ibunda Jo sangat takut akan keamanan anaknya. Meski demikian Jo bintang Taekwondo Tanah Air tak pernah surut semangatnya untuk terus berkilau sebagai atlet di cabang olahraga ini. Sepenggal cerita ini membuktikan perempuan senantiasa menjadi hal yang menarik untuk diperbincangkan. Dapat dikatakan bahwa status atlet, yang dimiliki perempuan, merupakan achieved-status atau biasa disebut kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran (ascribe-status). Achieved status bersifat terbuka bagi siapa saja tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya. Seperti yang diungkap Jo Dalam buku Tendangan Pamungkas sang Ap-bal Hurigi Indonesia ; sejumput kisah Juana Wangsa Putri Jo menceritakan semasa kecilnya ia tidak pernah bercita cita sebagai atlet Taekwondo. Pertemuan antara 3 Juana Wangsa Putri, Tendangan Pamungkas sang Ap-bal Hurigi Indonesia ; sejumput kisah Juana Wangsa Putri, Pustaka Inter Mesa, Jakarta, 2008, hal 40.

5 Jo dan Taekwondo nyaris tanpa unsur kesengajaan. Jo mengenal Taekwondo karena saat SMP ia wajib memilih ekstra kurikuler dan pilihannya jatuh pada olahraga ini. Salah satu motivasi lain yang membuat aku tertarik berlatih waktu itu karena pelatihnya, Stevie Lengkong, Ganteng. Ungkap Jo 4. Semua perempuan memiliki kesempatan sama untuk memperoleh status tertentu di masyarakat, tetapi karena kemampuan dan pengalaman berbeda berdampak pada lahirnya tingkatan-tingkatan status yang akan diperoleh perempuan dalam partisipasinya di Taekwondo. Bagaimanapun juga setiap perempuan Taekwondo menginginkan prestige dan derajat sosial dalam kehidupan di masyarakatnya. Bukan sebagai pengakuan atas keberadaannya oleh anggota kelompok, melainkan sebagai salah satu tuntutan kebutuhan untuk harga diri dan atau self-esteem. Penghargaan terhadap diri sendiri bagi perempuan kemudian menentukan untuk turut serta bahkan berprestasi pada bidang olahraga Taekwondo. Akan tetapi femininitas perempuan menjadi dipertanyakan bagi mereka yang menggeluti olahraga yang mengandalkan kaki dan tangan ini. Perempuan perempuan yang aktif pada olahraga Taekwondo ini diragukan akan sisi femininitasnya. Pada akhirnya membentuk citra diri perempuan Taekwondo yang kehilangan sisi femininnya. 4 Juana Wangsa Putri, Tendangan Pamungkas sang Ap-bal Hurigi Indonesia ; sejumput kisah Juana Wangsa Putri, Pustaka Inter Mesa, 2008, Hal 33.

6 Prestasi gemilang yang diraih perempuan Taekwondo lantas menjadi hal yang tabuh lantaran dalam buku Beladiri For Muslimah memaparkan anggapan negatif masyarakat terhadap perempuan yang menjadi penggiat olahraga beladiri 5. Seperti perempuan dianggap akan menyerupai laki laki (tomboy), perempuan akan cenderung menjadi lebih berani terhadap laki laki (suami), beladiri juga mengajarkan kekerasan pada perempuan, padahal kodrat seorang perempuan adalah makhluk yang lemah dan lembut, dan yang terakhir adalah gerakan beladiri dapat membahayakan organ reproduksi perempuan. Taekwondo pada kenyataanya tidak hanya sekedar olahraga yang mengandalkan kekuatan fisik, tetapi juga membentuk karakter yang mandiri, percaya diri, dan memiliki rasa tangung jawab yang tinggi. Bila dilihat dari sisi praktisi Public Relations yang mayoritas identik dengan perempuan 6 yang memiliki kegiatan yang padat bahkan terkadang tidak mengenal waktu, sehingga penting untuk menjadi penggiat olahraga Taekwondo. Oleh karena itu, dengan tubuh yang sehat akan membuat praktisi Public Relations menjadi lebih aktif dan bertenaga sehingga dapat menimbulkan tampilan yang fresh. Taekwondo dapat membentuk rasa percaya diri yang tinggi, namun tetap rendah hati. Hal tersebut merupakan sikap yang penting untuk dimiliki bagi praktisi Public Relations. Poin terakhir yang tidak kalah menarik bagi praktisi Public Relations adalah olahraga ini fokus dengan melatih kaki dan tangan yang dapat melindungi dirinya dari serangan orang jahat dan juga dapat membantu orang lain dalam keadaan bahaya. 5 Lia Octavia, Dkk. Beladiri For Muslimah, Lingkar Pena Kreativa, 2009, Hal 24. 6 Dina Indrasafitri, Bekerja Sebagai Public Relations, Erlangga, Jakarta, 2008, Hal 13.

7 Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka peneliti merasa penting untuk dilakukan penelitian terhadap femininitas perempuan penggiat olahraga Taekwondo, karena menjadi feminin atau maskulin merupakan pembentukan sosial di masyarakat. Citra laki laki yang identik dengan maskulin, agresif, dan senang berkompetensi, sedangkan citra perempuan lemah, lembut dan penuh kasih sayang akan berdampak kepada jumlah minatan perempuan terhadap olahraga Taekwondo. 1.2. Fokus Penelitian Perempuan secara alamiah telah digeneralisikan sebagai makhluk yang feminin penuh kelemah lembutan, sopan dan berpenampilan feminin. Sedangkan Taekwondo merupakan beladiri yang identik dengan kekerasan, tekhnik yang digunakan cenderung dengan tangan dan kaki. Namun, fenomena yang terjadi banyak perempuan perempuan yang masuk bahkan berprestasi dalam bidang olahraga Taekwondo. Hal ini tentu sangat bertolak belakang dengan sifat perempuan yang terkondisikan sebagai makhluk yang feminin. Sehingga Fokus penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pemaknaan femininitas perempuan Taekwondo? 2. Bagaimana citra diri perempuan Taekwondo? 3. Bagaimana cara perempuan penggiat Taekwondo dalam upaya membuat personal branding terhadap dirinya sendiri?

8 1.3. Tujuan Penelitian Dari fokus penelitian diatas maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk menguraikan makna femininitas perempuan Taekwondo. 2. Untuk memahami citra diri perempuan Taekwondo. 3. Untuk mengetahui cara perempuan penggiat Taekwondo dalam upaya membuat personal branding terhadap dirinya sendiri. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu : 1.4.1. Manfaat Teoritis/Akademis Secara teoritis (akademis) hasil penelitian dapat digunakan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang komunikasi khususnya dalam bidang citra diri. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi untuk diskusi dalam dunia ilmu komunikasi. 1.4.2. Manfaat Praktis Sedangkan manfaat praktis dari hasil penelitian ini diharapkan menjadi pemicu semangat bagi perempuan penggiat olahraga Taekwondo untuk terus berprestasi pada bidangnya. Serta diharapkan menjadi bahan renungan mengenai citra diri mereka sehingga perempuan penggiat olahraga Taekwondo dapat terus menjadi lebih baik lagi.

9 1.4.3. Manfaat Sosial Sedangkan manfaat sosial dari hasil penelitian ini diharapkan menjadi pembelajaran kepada masyarakat mengenai pandangan pandangan sosial tentang perempuan penggiat olahraga Taekwondo. Beladiri yang dianggap keras dan bertolak belakang dengan kondisi sosial perempuan yang identik dengan feminin. Sehingga dikemudian hari perempuan perempuan tidak khawatir apabila ingin mengikuti olahraga Taekwondo.