BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia anak adalah dunia bermain, karena selama rentang perkembangan usia dini anak melakukan kegiatan dengan bermain, mulai dari bayi, balita hingga masa kanak-kanak. Kebutuhan atau dorongan internal (terutama tumbuhnya sel saraf diotak) sangat memungkinkan anak melakukan berbagai aktivitas bermain tanpa mengenal lelah, dengan bermain anak dapat menyalurkan kelebihan energy yang terkandung dalam tubuhnya sekaligus belajar atau berlatih dalam suasana riang untuk meningkakan fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya. Menurut UU RI Nomor. 23 Tahun 2002 Pasal 9 ayat 1 tentang perlindungan anak dinyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pendidikan dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berkaitan dengan Pendidikan Anak Usia Dini tertulis pada pasal 28 ayat 1 yang berbunyi Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun dan bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar. Selanjutnya pada Bab 1 pasal 1 ayat 14 ditegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai 1
2 dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, USPN, 2004:4). Jalur pendidikan di indonesia dibagi menjadi tiga jalur, yaitu pendidikan formal, non formal, dan informal. Taman kanak-kanak merupakan jalur pendidikan formal yang dimasuki setelah pendidikan dilingkungan keluarga, sebagai lembaga prasekolah TK mempunyai peranan yang sangat penting untuk mengembangkan kepribadian anak dan mempersiapkan anak memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Perilaku anak usia dini perlu mendapat perhatian yang sungguhsungguh dari orang tua, masyarakat, dan pemerintah. Pengembangaan perilaku anak dapat menentukan perbuatan dan sikap hidupnya pada masa kini dan yang akan datang, bahkan akan menentukan masa depan kehidupan bangsa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan perilaku anak yaitu dengan memperhatikan kemampuan dan ketrampilan bicaranya. Dalam kehidupan sehari-hari anak indonesia mengenal dan dapat menggunakan paling sedikit satu bahasa. Bahasa anak pada umumnya adalah bahasa daerah masing- masing, meski demikian saat ini anak yang dilahirkan dan dibesarkan di kota- kota besar ada kecenderungan mengenal bahasa indonesia sebagai bahasa pertamanya. Bahasa-bahasa pertama tersebut digunakan oleh anak untuk berperilaku dan bersikap sebagai manusia dalam mengenal lingkungannya, dengan lingkungannya tersebut anak belajar
3 berkomunikasi. Oleh karena itu orang tua hendaknya memperhatikan perkembangan bahasa anak sejak dini (Suhartono, 2005:2). Seorang anak yang baru lahir, akan berusaha untuk mendengarkan bunyi-bunyi bahasa yang ada di sekelilingnya. Setelah ia terbiasa mendengar bunyi-bunyi, ia akan berusaha mencoba untuk melakukan aktivitas bicara. Aktivitas bicara dan mendengarkan tersebut, pertama kali dilakukan di lingkungan keluarga dan lingkungan tempat bermain anak. Setelah anak memasuki dunia pendidikan (sekolah) TK, ia akan belajar untuk membaca dan menulis. Dengan memperhatikan bicara anak usia TK, kita dapat mengetahui berbagai pengembangan bahasa dan perilaku yang dilakukannya. Perkembangan dimulai dari munculnya ucapan-ucapan sampai mereka bisa bicara dengan kata-kata dan kalimat-kalimat secara benar (Lovitt dalam Suhartono, 2005:1). Orang tua hendaknya selalu memperhatikan bicara anak, sehingga orang tua dapat mengetahui keterampilan bicara anak dan dapat melakukan bimbingan secara lebih intensif guna masa depan anak itu sendiri. Bila sejak bayi diperhatikan bicaranya, kita dapat mengamati apakah kemampuan bicaranya mendapatkan gangguan atau tidak. Dalam keidupan sehari-hari masih banyak ditemui adanya gangguaan komunikasi, gangguan bahasa dan gangguan atau kelainan wicara. Dalam gangguan komunikasi bahasa dalam bentuk bicara perlu adanya terapi atau perbaikan bicara (Sardjono, 2005:1). Bahasa adalah kunci untuk berkomunikasi dengan lingkungannya. Pada masa peka ini, anak- anak usia Taman Kanak- kanak perlu
4 mengembangkan kemampuan berbahasanya agar mereka dapat saling berinteraksi dengan dunia disekelilingnya. Pada dasarnya setiap manusia pertama kali berkomunikasi dengan dunia luar lewat bahasa tangisnya. Namun, sejalan dengan perkembangan kemampuan serta kematangan otot- otot yang berkaitan dengan proses berbicara, maka pada tahun tahun berikutnya anak kemudian belajar berkomunikasi secara lisan dengan sekelilingnya, misalnya ayah, ibu ataupun saudara-saudaranya. Kebutuhan untuk terampil berbicara atau berkomunikasi bagi seorang anak merupakan kebutuhan anak tersebut untuk menjadi anggota kelompok sosialnya. Tingkat ketrampilan anak dalam berbicara dan berkomunikasi sangat menentukan penerimaan kelompok terhadap anak itu sendiri, yang juga secara otomatis akan menentukan terbentuknya konsep diri anak. Mengingat betapa pentingnya kemampuan berbahasa ini bagi seorang anak, maka di lembaga pendidikan Taman Kanak- kanak, pengembangan kemampuan berbahasa tersebut menjadi tanggung jawab seorang pendidik atau guru Taman Kanak- kanak. Oleh sebab itu guru harus selalu mengupayakan agar kemampuan berbahasa anak dapat berkembang dengan baik. Namun demikian, guru harus selalu memperhatikan bahwa dunia anak Taman Kanakkanak adalah dunia bermain, melalui bermain anak belajar mengembangkan seluruh aspek perkembangannya. Oleh sebab itu saat mengajar anak Taman Kanak- kanak beberapa hal yang harus diingat guru adalah menggunakan alat peraga, mengajak ke alam, sesekali membiarkan anak bermain sendiri. Selain
5 itu, guru harus pula memilih dan menggunakan serangkaian metode pembelajaran tertentu yang dapat merangsang kemampuan berbahasa khususnya keterampilan berbicara anak secara optimal. Untuk itu, guru Taman Kanak- kanak harus paham psikologi anak dan tahu bagaimana menstimulasi anak dengan kegiatan yang tak hanya menarik tapi juga memberikan pengajaran. Salah satu aspek perkembangan anak adalah aspek perkembangan bahasa, bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi anak. Dalam perkembangan bahasa mencakup kemampuan membaca, menyimak, menulis, mendengar, berbicara dan berkomunikasi. Keterampilan berbicara menjadi dasar anak untuk menjalin komunikasi atau hubungan timbal balik dengan orang disekitarnya, keterampilan berbicara juga memegang peranan penting, karena berbicara menjadi dasar untuk mengembangkan kemampuan yang lain. Selama ini keterampilan berbicara anak di Kelompok B di RA Ummu Salamah, Kartasura, Sukoharjo belum mendapatkan hasil yang diharapkan. Para siswa belum sepenuhnya mempunyai kemampuan yang komunikatif, mereka masih ragu, takut, malu ketika harus berbicara di depan umum, dalam menyampaikan gagasan-gagasan serta alur ceritanya belum runtut. Anak kelompok B ini kurang mampu mengekspresikan diri dalam berbicara, sehingga pendidik mengalami kesulitan dalam berbicara dengan anak. Proses pembelajaran di RA menjadi permasalahan saat ini karena pola pembelajaran menekankan pada pencapaian kemampuan anak dan cenderung berorientasi
6 akademik, sebagian besar pendidik di RA kurang bisa memahami karakteristik dan kebutuhan anak pada umumnya dan metode yang di gunakan kurang bervarisai dan monoton atau belum sesuai denga situasi dan kondisi kelas sehingga minat belajar anak kurang. Untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa, guru hendaknya dapat memilih metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak usia Taman Kanak- kanak. Metode karyawisata dapat digunakan guru untuk mengembangkan berbagai aspek seperti perkembangan bahasa khususnya perkembangan bicara. Karena dilakukan di luar kelas, di alam terbuka dan digunakan untuk mengenal lingkungan sekitarnya, yang dapat pula menjadi sumber belajar anak. Anak- anak dapat di ajak berkaryawisata sesuai perkembangannya sesuai tema saat itu. Metode karyawisata dapat berperan dalam pengembangan keterampilan berbahasa khususya berbicara, anak- anak ternyata adalah para pengamat, pendengar dan mempunyi rasa ingin tahu yang tinggi. Dengan karyawisata anak dapat di ajak untuk mengamati dan belajar mengenai sesuatu hal yang menarik karena dilakukan di luar kelas. Misalnya, saat berkaryawisata di sekitar lingkungan sekolah, anak akan belajar mengamati sesuatu yang ada di sekitar sekolah. Sifat anak yang selalu ingin tahu dan selalu tertarik dengan hal- hal baru akan membuat guru sambil bermain dan berjalan- jalan dapat menarik minat anak untuk mengamati segala sesuatu yang ada di lokasi. Guru dapat mengarahkan mereka untuk mengembangkan
7 keterampilan bicaranya, seperti menceritakan kembali apa saja yang telah dilihatnya. Berdasarkan penjabaran di atas bahwa berbicara adalah sumber utama seseorang melakukan komunikasi sehingga peneliti mencoba melakukan penelitian di RA Ummu Salamah dengan judul Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Karyawisata Kelompok B di RA Ummu Salamah Kartasura Sukoharjo Tahun Pelajaran 2012/2013. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka identifikasi masalah pada penelitian ini adalah: 1. Pembelajaran di RA ummu salamah kartasura, sukoharjo belum menerapkan suasana pembelajaran yang menyenangkan, karena masih dilaksanakan secara monoton. 2. Metode yang digunakan dalam pembelajaran kurang bervariasi 3. Belum diterapkan metode pembelajaran yaitu metode karyawisata di RA. C. Pembatasan Masalah Penulis membatasi masalah sebagai berikut: 1. Keterampilan berbicara dengan menggunakan kalimat yang kompleks terdiri dari 5-6 kata selama proses kegiatan belajar mengajar, sesuai dengan tema. 2. Karyawisata di batasi dengan karyawisata di sekitar lingkungan sekolah
8 dan halaman sekolah. D. Rumusan Masalah Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah dengan metode karyawisata dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak di RA Ummu Salamah Kartosura, Sukoharjo Tahun Ajaran 2012/2013? E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum a. Untuk meningkatkan kemampuan bahasa anak khususnya keterampilan berbicara. b. Perbendaharaan kata menjadi lebih berkembang. 2. Tujuan Khusus Untuk meningkatkan keterampilan bicara anak melalui metode karyawisata B Kelompok di RA Ummu Salamah Kartasura Sukoharjo Tahun Ajaran 2012/2013. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Mendapatkan teori baru tentang upaya peningkatan keterampilan berbicara anak melalui metode karyawisata. b. Sebagai dasar untuk kegiatan penelitian selanjutnya yang sejenis.
9 2. Manfaat Praktis a. Untuk Anak Meningkatkan keterampilan berbicara anak. b. Untuk Guru Memperbaiki kinerja guru dalam perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berbicara dan menjadikan guru lebih percaya diri serta mampu berkembang sebagai pekerja professional. c. Untuk Orang tua Orang tua akan terbantu dalam upayanya meningkatkan keterampilan berbicara anaknya.