BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pilihan pembelajaran atau model pembelajaran merupakan bagian yang penting dalam proses transformasi pendidikan. Perkembangan teknologi seiring perkembangan jaman serta kurikulum pada satuan pendidikan yang terus mengalami perubahan menuntut kejelian serta inovasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran. Setiap manusia membutuhakan pendidikan untuk mengembangkan potensi dirinya melalui proses pendidikan atau cara lain dilingkungan sekitarnya. Lahirnya generasi yang cerdas dan berkualitas adalah suatu keharusan bagi bangsa, para pendidik (guru) serta orang tua. Guru merupakan penentu keberhasilan belajar siswa, sebab guru berhubungan langsung dengan siswa sebagai objek dan subjek belajar. Berhasil dan tidaknya pembelajaran sangat tergantung pada kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Oleh karena itu pada proses pembelajaran peran guru sangat penting terutama pada saat penyampaian materi. Materi yang disampaikan harusmya bisa tersampaikan kepada peserta didik dengan baik sesuai target pembelajaran yang telah ditentukan sekolah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan kejuruan tingkat menengah di Indonesia yang dalam penyelenggaraannya dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik guna memasuki dunia kerja sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah Bab 1 Pasal 1 ayat (3) menyatakan bahwa Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu. Serta pada Bab II pasal 3 ayat (2) dinyatakan bahwa: Pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap professional (Mumiati & Usman, 2009 : 11). 1
2 Dalam pembelajaran di tingkat satuan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mata pelajaran Konstruksi Bangunan merupakan salah satu mata pelajaranproduktif di Kelas X Teknik Gambar Bangunan (TGB) SMK Negeri 2 Sukoharjo. Hasil yang diperoleh pada pelaksanaan pratindakan adalah selama proses pembelajaran guru dominan menggunakan metode ceramah. Pada saat diskusi membahas soal secara berkelompok tetapi tidak ada sesi presentasi dan sesi tanya jawab yang mendorong keaktifan siswa. Selama proses pembelajaran tidak terlihat adanya keaktifan siswa dan kerjasama dalam kelompok. Kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran membuat suasana kelas menjadi membosankan. Sehingga terkadang apa yang disampaikan oleh guru tidak dapat sepenuhnya dikuasai oleh siswa. Kurangnya kerjasama dalam kelompok membuat siswa malas dalam mengerjakan soal yang diberikan. Hal ini membuat prestasi belajar yang diperoleh tidak bisa maksimal. Pada SMK Negeri 2 Sukoharjo menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran Konstruksi Bangunan yaitu 78. Peserta didik dengan nilai 78 atau lebih dinyatakan tuntas, sedangkan peserta didik dengan nilai kurang atau dibawah 78 dinyatakan belum tuntas, sehingga perlu mengikuti remidial. Berdasarkan data nilai ulangan akhir semester pratindakan pada mata pelajaran Konstruksi Bangunan kelas X TGB-B terdapat 24 dari 34 siswa atau 70,58% yang mendapatkan nilai dibawah KKM. Pada umumnya proses pembelajaran Konstruksi Bangunan di SMK Negeri 2 Sukoharjo sudah menggunakan model pembelajaran diskusi dan penugasan. Namun, dalam kenyataannya pada proses pembelajaran peserta didik belum aktif dan banyak yang mendapatkan nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal. (Observasi pada saat PPL) Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut perlu digunakan pembelajaran dengan metode yang lebih bervariasi agar dapat menarik siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar. Disamping itu peran guru juga penting untuk menciptakan suasana pembelajaran yang tidak terkesan monoton dan dapat menarik keaktifan siswa. Untuk itu guru harus memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran dan karakteristik siswa agar hasil belajar dapat tercapai dengan baik.
3 Salah satu model pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran dibawah model kooperatif diantaranya Student Teams- Facilitator And Explaining. Metode pembelajaran Student Teams-Achievment Divisions (STAD) merupakan metode pembelajaran yang menyatukan beberapa siswa dengan level yang berbeda untuk saling bekerja sama menyelesaikan tujuan pembelajaran secara berkelompok. Metode pembelajaran Numbered Heads Together merupakan metode pembelajaran yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Sedangkan metode pembelajaran Student Facilitator And Explaining merupakan metode yang terpusat kepada siswa sehingga siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Metode pembelajaran Student Teams-Achievment Divisions (STAD), Numbered Heads Together dan Student Facilitator And Explaining tentunya mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Dari kekurangan dan kelebihan metode tersebut peneliti bermaksud untuk memadu padankan ketiga metode untuk mengoptimalkan kelebihan sekaligus meminimalisir kekurangan dari masing-masing metode. Dari uraian diatas penulis ingin meningkatan prestasi belajar dan keaktifan siswa dengan melakukan penelitian berjudul PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PADU PADAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA DIKLAT KONSTRUKSI BANGUNAN KELAS X TGB-B SMK NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2015 / 2016
4 B. Perumusan Masalah Dari permasahan yang ada, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan metode pembelajaran padu padan Student Teams- Facilitator And Explaining pada mata diklat konstruksi bangunan di kelas X TGB-B SMK Negeri 2 Sukoharjo? 2. Apakah penerapan metode pembelajaran padu padan Student Teams- Facilitator And Explaining dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata diklat konstruksi bangunan kelas X TGB-B SMK Negeri 2 Sukoharjo? 3. Apakah penerapan metode pembelajaran padu padan Student Teams- Facilitator And Explaining dapat meningkatkan keaktifan siswa pada mata diklat konstruksi bangunan kelas X TGB-B SMK Negeri 2 Sukoharjo? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apakah metode pembelajaran padu padan Student Teams- Facilitator And Explaining dapat diterapkan pada mata diklat konstruksi bangunan di kelas X TGB-B SMK Negeri 2 Sukoharjo. 2. Untuk mengetahui apakah metode pembelajaran padu padan Student Teams- Facilitator And Explaining dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata diklat konstruksi bangunan kelas X TGB-B SMK Negeri 2 Sukoharjo. 3. Untuk mengetahui apakah penerapan metode pembelajaran padu padan Student Teams-Achievment Divisions (STAD), Numbered Heads Together dan Student Facilitator And Explaining dapat meningkatkan keaktifan siswa pada mata diklat konstruksi bangunan kelas X TGB-B SMK Negeri 2 Sukoharjo.
5 D. Manfaat Penelitian Nantinya setelah penelitian dilaksanakan, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat secara praktis dan teoritis sebagai berikut : 1. Manfaat Praktis a. Memberikan masukan kepada guru mata pelajaran konstruksi bangunan bahwa pemilihan metode pembelajaran padu padan Student Teams- Facilitator And Explaining sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. b. Untuk memudahkan siswa bersikap aktif dalam menerima pelajaran yang disampaikan guru dengan metode yang sesuai sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. c. Memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan metode pembelajaran peningkatan mutu proses pembelajaran, khususnya mata pelajaran konstruksi bangunan. 2. Manfaat Teoritis a. Sebagai bahan pustaka bagi mahasiswa Program Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
6