BAB 1 : PENDAHULUAN. bahan aktif lainya, dimana dalam arti luas adalah obat, bahan atau zat. Bila zat ini masuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. Narkoba(Narkotika dan obat/bahan berbahaya) sebagai kelompok obat, bahan, atau zat

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

BAB I PENDAHULUAN. narkoba pada tahun 2012 berkisar 3,5%-7% dari populasi dunia yang berusia 15-64

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

BAB I PENDAHULUAN. jika masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa (Extra Ordinary Crime). Permasalahan ini tidak hanya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pergaulan masyarakat di Indonesia mengalami peningkatan

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. hancurnya kehidupan rumah tangga serta penderitaan dan kesengsaraan yang

efek stupor atau bingung yang lama dalam keadaan yang masih sadar serta menimbulkan adiksi atau kecanduan (Fransiska, 2012).

BAB 1 : PENDAHULUAN. jangka panjang terutama terhadap kesehatan, salah satunya perilaku berisiko NAPZA

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Siswa Kelas XI Tentang Penyalahgunaan Zat Adiktif di SMA Swadaya Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainya. Banyak jenis NAPZA yang besar manfaatnya untuk kesembuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia juga ditujukan, agar masyarakat semakin sejahtera, sehat jiwa

BAB 1 : PENDAHULUAN. sekedar untuk, misalnya bersenang-senang, rileks atau relaksasi dan hidup mereka tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) di satu

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PELAKSANAAN TUGAS INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR DI PUSKESMAS PERKOTAAN RASIMAH AHMAD BUKITTINGGI

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Narkoba merupakan istilah untuk narkotika, psikotropika, dan bahan

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN. Nations Office Drugs and Crime pada tahun 2009 melaporkan ada 149

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. adalah penggunaan kondom pada hubungan seks risiko tinggi dan penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS (KPA) DENGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN)

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat Aditif lainnya) semakin marak terdengar dari usia

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

Gedung Rehabilitasi Narkoba Provinsi Jawa Tengah di Kota Semarang BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah bagi sebagian besar negara di dunia. Hal ini dapat dimengerti

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

Dwi Gita Arianti Panti Rehabilitasi Narkoba di Samarinda BAB I PENDAHULUAN

RechtsVinding Online. Kelembagaan Badan Narkotika Nasional Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 2 Oktober 2015; disetujui: 7 Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan bangsa yang signifikan tidak terlepas dari Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. medis merupakan suatu bentuk penyalahgunaan yang dapat berakibat fatal di

BAB IV TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akronim dari NARkotika, psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan permasalahan sosial merupakan tanggung jawab semua pihak

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

I. PENDAHULUAN. anak-anak yang kurang perhatian orang tua, dan begitu beragamnya kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah penyalahgunaan narkoba dan peredaran gelap narkoba di

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergaulan dalam hidup masyarakat merupakan hubungan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah Indonesia, bahkan negara-negara lainnya. Istilah NARKOBA

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala yang semakin memprihatinkan. 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NAPZA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS III SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA


2014 PENDAPAT PESERTA ADIKSI PULIH TENTANG PELAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL DI RUMAH CEMARA

SOSIALISASI INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR (IPWL) OLEH : AKBP AGUS MULYANA

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun 2013 terjadi kenaikan jumlah kasus terinfeksi kuman TB sebesar 0,6 % pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Panti Rehabilitasi Ketergantungan NAPZA Arsitektur Perilaku. Catherine ( ) 1

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan

Rencana Kerja dan Sinkronisasi Pusat Daerah Bidang Rehabilitasi BNN. Deputi Rehabilitasi BNN

HUBUNGAN ANTARA KEADAAN KELUARGA DENGAN PERILAKU RELAPSE (KEKAMBUHAN) NARKOBA PADA RESIDEN

2014, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

Gambaran dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Retensi Pasien Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) di Puskesmas Kecamatan Tebet

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat merupakan hak azazi manusia yang harus di lindungi seperti yang tertuang dalam Deklarasi Perserikatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba sudah menjadi istilah popular di masyarakat, namun masih sedikit yang memahami arti narkoba. Narkoba merupakan singkatan dari narkotika psikotropika dan bahan aktif lainya, dimana dalam arti luas adalah obat, bahan atau zat. Bila zat ini masuk dalam tubuh manusia, baik secara oral (melalui mulut), atau dihirup maupun melalui alat suntik akan berpengaruh pada kerja otak atau susunan saraf pusat. Penyalahguna narkoba merupakan orang yang menggunakan narkoba tanpa hak atau melawan hukum. (1-3) Penggunaan narkoba ini berdampak besar terhadap kesehatan, tidak terkecuali kesehatan reproduksi. Penggunaan narkoba terutama jarum suntik dapat menyebarkan penyakit menular seksual seperti hepatitis B dan HIV/AIDS yang nantinya bisa berdampak terhadap kualitas hidup penyalahguna itu sendiri, selain itu masih banyak lagi dampak narkoba pada kesehatan reproduksi. Kualitas hidup yang buruk akan menimbulkan banyak kerugian dalam kesehatan masyarakat. Kualitashidup yang buruk dapat menurunkan tingkat produktifitas masyarakat dan berakibat buruk terhadap (4, 5) pertumbuhan perekonomi suatu bangsa. Saat ini narkoba sudah menjadi krisis global dimana sangat berdampak buruk terhadap berbagai bidang kehidupan masyarakat dan bangsa yang meliputi aspek kesehatan, pendidikan, pekerjaan, kehidupan sosial, dan keamanan. Berdasarkan data laporan World Drug Report tahun 2016 yang diterbitkan oleh United Nations Office on

Drug and Crime (UNODC), angka kematian karena narkoba diperkirakan 207.400 kematian, hal ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2012 dimana diperkirakan angka kematian karena narkoba sebesar 183.000 kematian. Organisasi dunia yang menangani masalah narkoba ini juga mencatat pada tahun 2014diestimasikan 5,2% dari populasi berusia 15-64 tahun (247 juta orang) atau dapat dikatakan 1 dari 20 orang berusia antara 15 dan 64 tahun pernah menyalahgunakan. Jumlah ini terus meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu 246 juta orang tahun 2013 dan 243 juta orang pada tahun 2012. (6-8) Seiring berjalannya waktu, penyalahgunaan narkoba di berbagai belahan dunia semakin luas, bagitu pula Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia tahun 2015 menunjukan indonesia berhasil menahan laju pertumbuhan penyalahgunaan narkoba pada populasi penduduk usia 10-59tahun dari prevalensi yang diproyeksikan +2,8 (+5,1-5,6 juta jiwa) menjadi 2,2% atau sekitar 4,1 juta jiwa. Akan tetapi, jumlah ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumna yaitu 2014 sebesar 2,18% atau sekitar 4,02 juta jiwa. Sebagai lembaga non kementrian yang bertanggung jawab dalam menangani masalah narkotika, BNN telah berhasil mengungkap 638 kasus tahun 2015 dan meningkat menjadi 807 kasus pada tahun 2016. (9-11) Hasil penelitian Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (Putlitkes UI) dan Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2015 menunjukan besaran mengenai penyalahgunaan narkoba kategori pernah pakai pada kelompok peajar dan mahasiswa di 18 Provinsi di indonesia tahun 2016 mendapatkan Sumatera Barat menduduku peringkat ketiga dari 18 provinsi di Indonesia, dan posisi pertama di wilayah Pulau Sumatera dengan prevalensi sebesar 4,7% pernah pakai dan 2,2% setahun pakai. Estimasi

prevelensi penyalahguna narkoba di Provinsi Sumatera Barat mencapai angka 63.352 dari 5.196.289 jiwa penduduk Sumatera Barat dimana berdasarkan kelompok pengguna yaitu; kelompok pekerja (PNS, TNI/Polri, Swasta) sebanyak 35%, kelompok pelajar/mahasiswa sebanyak 33%, kelompok pengangguran/rumah tangga sebanyak 32%. Adapun jumlah kasus narkoba di Sumatera Barat juga mengalami peningkatan sebesar 635 kasus tahun 2015 menjadi 824 kasus tahun 2016 dimana kasus terbanya (9, 12, 13) yaitu di kota padang sebanyak 217 kasus tahun 2016 dari 204 kasus tahun 2015. Badan Narkotika Nasional (BNN) merupakan lembaga pemerintah non kementrian yang berkedudukan dibawah presiden dan terletak di ibukota negara dengan wilayah kerja meliputi selurugth wilayah di indonesia. Dalam penanggulangan narkoba di tanah air Badan Narkotika Nasional (BNN) telah melakukan berbagai upaya penanggulangan permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, serta meningkatkan kerjasama nasional dan internasional guna mencegah narkoba masuk ke Indonesia. Disamping itu BNN mempunyai perwakilan di daerah provinsi dan (1, 11) kabupaten/kota. Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sumatera Barat merupakan suatu instansi vertikal Badan Narkotika Nasional yang melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang Badan Narkotika Nasional dalam wilayah provinsi.klinik pratama terletak di jl. Beringin Ujung Kav.19, Lolong, Padang, Sumatera Barat. Klinik Pratama merupakan unit pelayanan kesehatan non Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) yang berada dibawah naungan Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera barat yang bertugas sebagai unit pelaksana rehabilitasi. (14) Dari keseluruhan kasus yang ditangani oleh non IPWL semuanya di laporkan kepada BNNP dan kemudian di assesmen di Klinik Pratama. Untuk saat ini pasien di

Klinik Pratama ini jumlahnya lebih banyak dibandingkan non IPWL lainnya yang juga menyediakan layanan rehabilitasi yang bekerja dibawah naungan BNNP Sumbar, dimana di Klinik Pratama ini jumlah pasien pada tahun 2015 sebanyak 147 pasien dan meningkat di tahun 2016 menjadi 157 pasien, sampai saat sekarang di dalam tahun 2017 terdapat 80 orang pasien. (15) Kualitas Hidup menurut Fayers & Machin dalam Kreitler & Ben, merupakan persepsi individu mengenai keberfungsian individu di dalam bidang kehidupan, lebih spesifiknya penilaian individu terhadap posisi di dalam kehidupan dan sistem nilai dimana mereka hidup berkaitan dengan tujuan, harapan, serta perhatian individu. Menurut Wilson dkk, kualitas hidup memiliki arti yang berbeda-beda, namun di dalam bidang kesehatan dan aktifitas pencegahan penyakit, kualitas hidup umumnya memiliki arti yang sama untuk menggambarkan kondisi kesehatan. Para pecandu narkoba harus memiliki harapan untuk sembuh agar mereka tidak merasa putus asa dengan keadaan. Menurut Bluvol dan Marilyn, seseorang dengan harapan yang tinggi akan memiliki energi lebih untuk memotivasi diri berperan aktif dalam penyelesaian masalah dan terus (16, 17) berkembang, sehingga memiliki kualitas hidup yang baik. Menurut Avis, Crawford, dan Manuel menyebutkan bahwa beberapa faktor demografi juga memengaruhi kualitas hidup seseorang seperti usia, jenis kelamin, hubungan interpersonal, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, dan status pernikahan. Hal ini juga diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan Noviarini dkk, yaitu adanya hubungan antara umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin, dan dukungan sosial terutama (17, 18) dukungan dari keluarga terhadap kualitas hidup penyalahguna narkoba. Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada dokter di Klinik Pratama BNNP Sumbar diketahui bahwa kebanyakan dari penyalahguna yang menjalani terapi

rawat jalan ini adalah remaja umumnya remaja laki-laki. Penyalahguna yang menjalani terapi rawat jalan ini jarang ada yang di antar keluarganya melainkan datang sendiri. Penyalahguna narkoba ini datang ke klinik tidak teratur sesuai jadwal yang diharuskan dan bahkan ada juga yang tidak menyelesaikan terapinya, dimana hal ini nantinya akan memicu penyalahguna untuk mengalami kekambuhan sehingga berdampak buruk terhadap kualitas hidup penyalahguna itu sendiri yaitu kekambuhan, penurunan fungsi fisik, seksual, dll. Berdasarkan penjelasan diatas peneliti ingin meneliti tentang hubungan karakteristik individu dan dukungan keluarga dengan kualitas hidup penyalahguna narkoba di Klinik Pratama BNNP Sumbar. 1.2 Perumusan Masalah Apakah ada hubungan karakteristik individu dan dukungan keluarga dengan kualitas hidup para penyalahguna narkoba di Klinik Pratama BNNP Sumbar? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Menganalisis hubungan karakteristik individu dan dukungan keluarga dengan kualitas hidup para penyalahguna narkoba di Klinik Pratama BNNP Sumbar 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui distribusi frekuensi kualitas hidup penyalahguna narkoba di klinik pratama BNNP Sumbar

2. Mengetahui distribusi frekuensi karakteristik responden (umur, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikandan pekerjaan) di Klinik Pratama BNNP Sumbar 3. Mengetahui distribusi frekuensi dukungan keluarga di Klinik Pratama BNNP Sumbar 4. Mengetahui hubungan antara umur dengan kualitas hidup pada penyalahguna narkoba di Klinik Pratama BNNP Sumbar 5. Mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan kualitas hidup pada penyalahguna narkoba di Klinik Pratama BNNP Sumbar 6. Mengetahui hubungan antara status perkawinan dengan kualitas hidup pada penyalahguna narkoba di Klinik Pratama BNNP Sumbar 7. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas hidup pada penyalahguna narkoba di Klinik Pratama BNNP Sumbar 8. Mengetahui hubungan antara pekerjaan dengan kualitas hidup pada penyalahguna narkoba di Klinik Pratama BNNP Sumbar 9. Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup penyalahguna narkoba di Klinik Pratama BNNP Sumbar kota Padang 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis 1. Untuk menambah pengetahuan peneliti dalam mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan data yang didapat serta dapat dijadikan sebagi acuan ilmiah bagi penelitian selanjutnya mengenai hubungan

karakteristik individu dan dukungan keluarga dengan kualitas hidup penyalahguna narkoba 2. Untuk menambah referensi dan kontribusi wawasan keilmuan dalam pengembangan ilmu Kesehatan Masyarakat 1.4.1. Manfaat Praktis 1. Bagi FKM Unand Menambah referensi kepustakaan dan sebagai bahan informasi bagi mahasiswa kesehatan di Universitas Andalas terutama mahasiwa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas tentang hubungan karakteristik individu dan dukungan keluarga dengan kualitas hidup penyalahguna narkoba 2. Bagi Klinik Pratama BNNP Sumbar Sebagai bahan masukan bagi Lembaga/Institusi yang bersangkutan dalam upaya pembangunan upaya program pelayanan bagi penyalahguna narkoba guna meningkatkan kualitas hidup bagi penyalahguna narkoba yang menjalani layanan di Klinik Pratama BNNP Sumbar 3. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai kualitas hidup penyalahguna narkoba di Klinik Pratama BNNP Sumbar kota padang tahun 2017. Sehingga peneliti berikutnya bisa menjadikan hasil penelitian ini sebagai bagian dari referensi dan bahan untuk perbandingan dengan penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengenai hubungan karakteristik individu dan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada penyalahguna narkoba di Klinik Pratama BNNP Sumbar. Desain dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross-sectional. Dimana dengan desain ini peneliti dapat mengukur variabel dependen dan variabel independen dalam waktu yang bersamaan. Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan populasi yang memenuhi kriteria insklusi dan ekslusi. Variabel independen yang terkait dengan penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan dan dukungan keluarga sedangkan variabel dependen penelitian ini adalah kualitas hidup penyalahguna narkoba.