6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Dukungan Sosial a. Definisi dukungan sosial Dukungan sosial merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang di dapat lewat pengetahuan bahwa individu dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan juga merupakan anggota dalam kelompok yang mempunyai kepentingan bersama (Susilo, 2011; Thoits, 2009). b. Bentuk-bentuk dukungan sosial Dukungan sosial dibagi dalam lima bentuk, yaitu : 1) Emosional Aspek emosional melibatkan kekuatan jasmani dan keinginan untuk percaya pada orang lain sehingga individu menjadi yakin bahwa orang lain mampu memberikan cinta dan kasih sayang. Dukungan ini dapat diungkapkan dengan rasa empati, peduli dan perhatian terhadap individu, sehingga individu merasa nyaman, dicintai dan diperhatikan. Beberapa hal yang termasuk interaksi yang mendukung adalah mendengarkan dengan penuh perhatian, menawarkan simpati dan menyakinkan kembali, membagi pengalaman pribadi dan menghindari konflik (Taylor, 2009). 2) Instrumen Aspek instrumen meliputi penyediaan sarana untuk mempermudah atau menolong orang lain, contohnya adalah peralatan, perlengkapan, dan meluangkan waktu untuk memberikan bantuan langsung. Dukungan ini dikenal juga dengan istilah dukungan pertolongan, dukungan nyata atau dukungan material (Taylor, 2009). 3) Informatif Aspek informatif berupa pemberian informasi untuk mengatasi masalah. Aspek informatif terdiri dari pemberian nasehat, pengarahan,
7 dan keterangan lain yang dibutuhkan oleh individu yang bersangkutan, sehingga individu dapat mengatasi masalahnya dan mencoba mencari jalan keluar untuk memecahkan masalahnya (Taylor, 2009). 4) Penilaian atau penghargaan Aspek Penilaian atau penghargaanterdiri atas dukungan peran sosial yang meliputi umpan balik, perbandingan sosial, dan afirmasi (persetujuan). Pemberian dukungan membantu individu untuk melihat segi-segi positif yang ada dalam dirinya dibandingkan dengan keadaan orang lain yang berfungsi untuk menambah penghargaan diri, membentuk kepercayaan diri dan kemampuan serta merasa dihargai dan berguna saat individu mengalami tekanan (Taylor, 2009). 5) Integrasi sosial Bentuk dukungan integrasi sosial akan membuat individu merasa anggota dari suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktifitas sosial dengannya. Sehingga individu akan merasa memiliki teman senasib. Pemberdaya masyarakat adalah pemberi dukungan, salah satu perannya adalah untuk menyediakan dan mengembangkan dukungan terhadap warga yang mau terlibat dalam struktur dan aktivitas komunitas. Dukungan tidak selalu bersifat ekstrinsik ataupun materil, tetapi dapat bersifat instrinsik seperti pujian, penghargaan dalam bentuk kata-kata, ataupun sikap dan perilaku yang menunjukkan dukungan pelaku perubahan terhadap apa yang dilakukan oleh masyarakat. Seperti menyediakan waktu bagi wanita usia subur bila mereka ingin berbicara dengannya guna membahas permasalahan yang mereka hadapi (Mubarak, 2012) c. Sumber-sumber dukungan sosial Dukungan sosial bersumber dari orang-orang yang memiliki hubungan berarti bagi individu. Dukungan sosial dapat dipenuhi dari keluarga, teman dekat, pasangan hidup, rekan kerja, tetangga, dan saudara.
8 teman atau persahabatan, keluarga, dokter (petugas kesehatan), psikolog, psikiater (Baron dan Byrne, 2003). Dalam penelitian ini yang disebut sumber dukungan sosial adalah dari: 1) Suami Dukungan suami dapat ditunjukkan melalui keterlibatan suami dalam menjaga kesehatan istrinya. Dukungan yang yang bisa diberikan berupa dukungan emosional, instrumental, informatif, penilaian atau penghargaan (Baron dan Byrne, 2003). 2) Orang tua Orang tuamerupakan orang terdekat yang mempunyai sumber dukungan dan bersedia memberikan bantuan dan dukungan ketika individu membutuhkan. Orang tua merupakan orang yang penting dalam memberikan dukungan emosional, instrumental, informatif, penilaian atau penghargaan (Baron dan Byrne, 2003). 3) Tenaga kesehatan khususnya bidan Bidan merupakan tenaga kesehatan yang paling dekat dengan perempuan dan sebagai pemberi pelayanan kesehatan, memiliki pengetahuan tentang masalah kesehatan perempuan.bidan juga sebagai pemberi asuhan kebidanan dalam program pendeteksian dini kanker payudara memiliki peran penting dalam memberikan dukungan. Bidan dapat memberikan dukungan dalam bentuk emosional, instrumental, informatif, penilaian atau penghargaan (Baron dan Byrne, 2003). 4) Sahabat dekat Tiga proses peranan sahabat atau teman dalam memberikan dukungan sosial. Proses yang pertama adalah membantu meterial atau instrumental. Sahabat dapat memberikan Pertolongan berupa informasi tentang cara mengatasi masalah atau pertolongan berupa uang. Proses kedua adalah dukungan emosional. Perasaan tertekan dapat dikurangi dengan membicarakan permasalahan dengan teman yang simpatik. Harga diri dapat meningkat, depresi dan kecemasan dapat dihilangkan dengan penerimaan yang tulus dari sahabat karib.
9 Proses yang ketiga adalah integrasi sosial. Menjadi bagian dalam suatu aktivitas waktu luang yang kooperatif dan diterimanya seseorang dalam suatu kelompok sosial dapat menghilangkan perasaan kesepian dan menghasilkan perasaan sejahtera serta memperkuat ikatan sosial (Taylor, 2009) d. Manfaat Dukungan Sosial Menurut Baron dan Byrne (2003) bahwa manfaat dukungan sosial diantaranya : 1) Dukungan sosial dihubungkan dengan pekerjaan akan meningkatkan produktivitas 2) Meningkatkan kesejahteraan psikologis dan penyesuaian diri 3) Memperjelas identitas diri 4) Menambah harga diri 5) Meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik serta pengelolaan terhadap stress dan tekanan. Menurut Ma et al (2012) bahwa faktor dukungan sosial itu dapat meningkatkan motivasi bagi perempuan untuk melakukan program skrining kanker payudara. Teori kognitif sosial (Social cognitive theory) yang dikemukakan oleh albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta faktor pelaku memainkan peran penting dalam pembelajaran. Perlakuan individu adalah hasil interaksi faktor dalam diri (kognitif) dan lingkungan. Perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambunganantara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial. 2. Perilaku Perilaku adalah suatu aktivitas atau kegiatan dari individu itu sendiri dari hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon. Perilaku dibagi dalam tiga domain yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan tindakan (ketrampilan).
10 Perilaku manusia umumnya berupa perilaku yang dibentuk dan perilaku yang dipelajari. Perilaku tidak lepas dari keadaan individu dan lingkungan individu berada, sehingga manusia memperoleh motivasi untuk berperilaku (Susilo, 2011) Model teori Bandura deterministic resipkoral yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku, person atau kognitif dan lingkungan. Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkungan mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor person atau kognitif mempengaruhi perilaku (Feist dan Feist, 2006). Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person atau kognitif mempunyai peranan penting. Yang mencakup faktor kognitif yaitu selfefficasyatau efikasi diri. Individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan sangat mudah menghadapi tantangan, karena mempunyai kepercayaan dengan kemampuan dirinya (Feist dan Feist, 2006). Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Perilaku individu dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan, hal ini sangat berpengaruh pada pola belajar sosial (Feist dan Feist, 2006). Pembentukan perilaku, membutuhkan adanya suatu kondisi, yang disebut operant conditioning.prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning menurut Susilo (2011) adalah sebagai berikut : a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer berupa hadiah hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk. b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Dalam proses pembentukan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari individu. Faktor-faktor tersebut antara lain : susunan syaraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, belajar, dan dukungan sosial.susunan syaraf pusat mempunyai peranan dalam perilaku manusia,
11 karena perilaku merupakan sebuah bentuk perpindahan dari rangsang yang masuk ke rangsang yang dihasilkan (Mubarak, 2012) Perubahanperilaku dalam individu dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya. Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak untuk mencapai tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan dapat di wujudkan dalam bentuk perilaku (Mubarak, 2012). Perilaku dapat timbul karena emosi. Aspek psikologis yang mempengaruhi emosi berhubungan dengan keadaan jasmani. Sedangkan keadaan jasmani merupakan hasil keturunan (bawaan). Dalam proses pencapaian perilaku yang timbul karena emosi merupakan perilaku bawaan (Susilo, 2011). Pembentukan perilaku dapat terwujud dari adanya dukungan sosial. Dukungan sosial yang tinggi akan meningkatkan pembentukanperilaku. Orang yang mendapatkan dukungan sosial yang tinggi maka akan banyak mendapatkan dukungan emosional, penghargaan, instrumental,dan informatif. Apabila dukungan emosional tinggi, individu akan merasa mendapatkan dorongan yang tinggi dari orang lain. Apabila penghargaan untuk individu besar, maka akan meningkatkan kepercayaan diri. Apabila individu memperoleh dukungan instrumental, akan merasa dirinya mendapat fasilitas yang memadai. Apabila individu memperoleh dukungan informatif yang banyak, akan indvidu itu merasa memperoleh perhatian dan pengetahuan (Adicondro, 2011). Perubahan perilaku dalam kesehatan adalah masalah pembentukandan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang lainnya. Teori yang tentang perubahan perilaku (Kholid, 2012) diantaranya : a. Teori Stimulus-organisme-Respon (S-O-R) Teori yang mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinyaperubahan perilaku tergantung pada kualitas rangsangan (stimulus) yang berkomunikasi dengan individu.
12 b. Teori Festinger (Dissonance Theory) Terjadinya perubahan perilaku karena adanya perbedaan elemen kognitif yang seimbang dengan elemen tidak seimbang. c. Teori fungsi Teori yang berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu terjadi karena adanya kebutuhan. d. Teori Kurt Lewis Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan. Perubahan perilaku dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan kedua kekuatan tersebut. Dalam penelitian Lechner et al (2004) mengatakan bahwa tingginya prevalensi perempuan untuk mau melakukan pemeriksaan SADARI dengan benar karena adanya faktor pemicu, yaitu dari faktor dukungan sosial. Dengan adanya dukungan sosial perempuan merasa ada yang memperhatikan dari orang-orang yang ada disekitarnya. 3. Tinjauan Tentang Perilaku SADARI a. Pengertian Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mendeteksi secara dini adanya kanker payudara. SADARI adalah cara untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada payudara (Maryanti, 2009; Triyani, 2012; Sulastri, 2012) b. Tujuan SADARI Tujuan SADARI adalah sebagai skrining kanker payudara yaitu untuk mendeteksi dini. Perempuan yang melakukan SADARI menunjukkan tumor yang lebih kecil dan masih pada stadium awal, akan memberikan penanganan yang baik (Maryanti, 2009) Menurut (Maryanti, 2009) tiga metode deteksi dini salah satunya adalah SADARI, sebagai berikut :
13 1) Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dilakukan setiap bulan oleh semua perempuan berusia mulai dari 20 tahun. 2) Pemeriksaan payudara oleh tenaga kesehatan, dilakukan setiap 3 tahun untuk wanita usia 20 tahun-40 tahun dan setiap tahun untuk perempuan diatas 40 tahun. 3) Mamografi dilakukan dimulai usia 40 tahun. Penapisan mammografi rutin dilakukan setiap 1-2 tahun sekali untuk wanita usia 40-49 tahun. c. Manfaat SADARI Manfaat SADARI adalah untuk mendeteksi sedini mungkin adanya kelainan pada payudara. Perempuan mempunyai bentuk dan ukuran payudara yang berbeda, bila perempuan memeriksa payudara sendiri secara teratur, setiap bulan setelah haid perempuan dapat merasakan bagaimana payudara perempuan yang normal bila ada perubahan tentu perempuan dapat mengetahuinya dengan mudah (Maryanti, 2009) SADARI sangat efektif, memudahkan perempuan untuk menemukanperubahan pada payudara dari bulan ke bulan. Pemeriksaan dilakukan pada hari ke 7-14 setelah awal siklus menstruasi, karena pada masa itu payudara dalam keadaan lembut dan tidak membengkak sehingga jika ada pembengkakan akan lebih mudah ditemukan. Jika sudah menopause maka memilih satu hari tertentu (Maulani, 2009) d. Pedoman SADARI Menurut Maulani (2009) pedoman SADARI sebagai berikut : 1) Pada wanita usia subur (WUS), SADARI harus dilakukan sebulan sekali, hari ke 7-14 setelah awal siklus menstruasi. SADARI tidak di lakukan pada waktu sebelum haid karena pada masa pertengahan siklus haid sampai menjelang haid, payudara membengkak akibat pengaruh kelenjar susu oleh hormon estrogen dan progesteron, pemeriksaan lebih sulit dilakukan secara akurat. SADARI dilakukan pada saat haid dan sesudahnya. 2) Bagi perempuan yang telah mengalami menopause, SADARI dilakukan kapan saja setiap bulan. Cara yang paling tepat adalah
14 dengan memilih tanggal lahir agar selalu ingat untuk melakukan SADARI secara rutin setiap bulan. 3) Dalam melakukan SADARI, mengamati kemungkinan perubahan yang terjadi dari bulan ke bulan. Jika ditemukan sesuatu yang mencurigakan, segera mengkonsultasikan ke Dokter. 4) Kanker yang ditemukan masih dalam stadium dini, yaitu berukuran kurang dari 1 cm, penanganan yang tepat akan memberikan hasil yang memuaskan dan kesembuhan. e. Cara Melakukan SADARI Adapun teknik pemeriksaan SADARI adalah sebagai berikut : Melihat perubahan di hadapan cermin. Melihat di depan cermin, bentuk dan keseimbangan bentuk payudara (simetris atau tidak). Cara melakukan : 1. Tahap 1 Gambar. 1. SADARI Tahap I Melihat perubahan bentuk dan besarnya payudara, perubahan puting susu, serta kulit payudara di depan kaca. Sambil berdiri tegak depan cermin, posisi kedua lengan lurus ke bawah di samping badan (Maulani, 2009)
15 2. Tahap 2 Gambar. 2. SADARI Tahap II Pemeriksaan payudara dengan tangan diangkat di atas kepala. Dengan maksud untuk melihat retraksi kulit atau perlekatan tumor terhadap otot atau fasica dibawahnya (Maulani, 2009) 3. Tahap 3 Gambar. 3. SADARI Tahap III Berdiri tegak di depan cermin dengan tangan disamping kanan dan kiri. Miring ke kanan dan kiri untuk melihat perubahan pada payudara (Maulani, 2009)
16 4. Tahap 4 Gambar. 4. SADARI Tahap IV Menegangkan otot-otot bagian dada dengan berkaca, pinggang atau tangan menekan pinggul dimaksudkan untuk menegangkan otot di daerah axilla (Maulani, 2009) Melihat perubahan bentuk payudara dengan berbaring. 1. Tahap 1 (Persiapan) Gambar. 5. SADARI Tahap I dengan Berbaring Dimulai dari payudara kanan. Berbaring menghadap kekiri dengan membengkokkan kedua lutut. Meletakkan bantal atau handuk mandi yang telah dilipat di bawah bahu sebelah kanan untuk menaikkkan bagian yang akan diperiksa. Kemudian meletakkan tangan kanan di bawah kepala. Menggunakan tangan kiri untuk memeriksa payudara kanan, menggunakan telapak jari-jari untuk memeriksa sembarang benjolan atau penebalan. Memeriksa payudara dengan menggunakan teknik vertical strip dan circular (Maulani, 2009)
17 2. Tahap 2 (pemeriksaan payudara dengan vertical strip) Gambar. 6. SADARI Tahap II dengan Berbaring Memeriksa seluruh bagian payudara dengan cara vertical, dari tulang selangka di bagian atas ke bra-line di bagian bawah, dan garis tengah antara kedua payudara ke garis tengah bagian ketiak. Menggunakan tangan kiri untuk mengawali pijatan pada ketiak. Kemudian memutar dan menekan kuat untuk merasakan benjolan. Menggerakkan tangan perlahan-lahan ke bawah bra line dengan putaran ringan dan tekan kuat di setiap tempat. Di bagian bawah bra line, bergerak kurang lebih 2 cm kekiri dan terus ke arah atas menuju tulang selangka dengan memutar dan menekan. Bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti pijatan dan meliputi seluruh bagian yang ditunjuk (Maulani, 2009) 3. Tahap 3 (pemeriksaan payudara dengan cara memutar) Gambar. 7. SADARI Tahap III dengan Berbaring Berawal dari bagian atas payudara, buat putaran yang besar. Bergerak sekelilingpayudara dengan memperhatikan benjolan. Buat sekurangkurangnya tiga putaran kecil sampai ke puting payudara.
18 dilakukansebanyak 2 kali. Sekali dengan tekanan ringan dan sekali dengan tekanan kuat. Dan memeriksa bagian bawah areola mammae (Maulani, 2009) 4. Tahap 4 (periksa cairan di puting payudara) Gambar. 8. SADARI Tahap IV dengan Berbaring Menggunakan kedua tangan, kemudian menekan payudara untuk melihat adanya cairanabnormal dari puting payudara (Maulani, 2009) 5. Tahap 5 (memeriksa ketiak) Gambar. 9. SADARI Tahap V dengan Berbaring Meletakkan tangan kanan ke samping dan rasakan di ketiak dengan teliti, apakah terababenjolan abnormal atau tidak (Maulani, 2009) Payudara kiri. Sama halnya dengan payudara kiri hanya menggunakan ujung jari-jari tangan kanan (Maulani, 2009)
19 B. Penelitian yang Relevan 1. Katapodi et al, 2002, the influence of social support on breast cancer screening in a multicultural comunity sample. Menggunakan desain penelitian cross sectional. Teknik sampling total sampling yaitu sebanyak 833 perkumpulan wanitausia 46,2 tahun. Dengan hasil terdapat perbedaan antara yang mendapat dukungan sosial dengan melakukan SADARI dan wanita yang tidak mendapatkan dukungan sosial tidak melakukan SADARI. Perbedaan dengan penelitian yang sekarang adalah dengan teknik sampling multistage sampling yaitu sebanyak 96 WUS. 2. Hodge, 2009, Breast cancer- screening behavior among rural california american indian women. Menggunakan desain penelitian survey analitik. Teknik sampling secara random sampling yaitu sebanyak 323 remaja perempuan. Dengan hasil skrining kanker payudara dengan SADARI dapat menurunkan angka kematian akibat kanker payudara. Perbedaan dengan penelitian yang sekarang adalah menggunakan desain cross sectionaldan teknik sampling multistage sampling yaitu sebanyak 96 WUS. 3. Triyani, 2012, Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap tentang kanker payudara dengan perilaku kader dalam deteksi dini pemeriksaan payudara sendiri di desa Madurejo Prambanan. Menggunakan desain penelitian cross sectional dengan metode ekspos fakto. Dan teknik sampling purposive sampling yaitu sebanyak 80 kader. Dengan hasil analisis data terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap tentang kanker payudara dengan perilaku kader dalam deteksi dini pemeriksaan payudara sendiri di desa Madurejo Prambanan. Perbedaan dengan penelitian yang sekarang adalah dengan teknik sampling multistage sampling yaitu sebanyak 96 WUS. 4. Septiani, 2012, faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada siswa SMAN 62 jakarta 2012. Menggunakan desain penelitian cross sectional. Teknik sampling simple random sampling yaitu sebanya 100 siswa. Dengan hasil analisis data SADARI dipengaruhi secara signifikan oleh dukungan orang tua, sedangkan variabel umur,
20 pengetahuan, sikap dan keterpaparan media tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku SADARI. Perbedaan dengan penelitian yang sekarang adalah dengan teknik sampling multistage sampling yaitu sebanyak 96 WUS.
21 1. Kerangka Berpikir Dukungan suami Dukungan orang tua Dukungan Nakes (Bidan) Dukungan sahabat dekat Emosional Instrumen Informatif Penilaian atau penghargaan Emosional Instrumen Informatif Penilaian atau penghargaan Emosional Instrumen Informatif Penilaian atau penghargaan Emosional Instrumen Informatif Penilaian atau pengharga an Integrasi sosial Mendapatkan Dorongan Percaya Diri Mendapatkan Fasilitas Mendapatkan Perhatian dan Pengetahuan Memperkuat Ikatan Sosial Perilaku positif Perilaku SADARI Perilaku negatif Pendidikan Pengetahuan Usia Rasa takut, Malu, Tabu Sosial Ekonomi Gambar. 10. Kerangka Berpikir
22 2. Hipotesis 1. Ada hubungan dukungan suami terhadap perilaku SADARI 2. Ada hubungan dukungan orang tua terhadap perilaku SADARI 3. Ada hubungan dukungan tenaga kesehatan (Bidan) terhadap perilaku SADARI 4. Ada hubungan dukungan sahabat dekat terhadap perilaku SADARI